Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS MENGWI II
Jl. Raya TumbakBayuh-Pererenan,Br. Gunungpande- Tumbakbayuh
Tlp. (0361) 8442063 , (0361) 9075411
Email: mengwidua@gmail.com,Website : http//dikes.badung.go.id/puskesmasmengwidua

PEDOMAN UPAYA RABIES

UPT. PUSKESMAS MENGWI II


TAHUN 2019
PEDOMAN UPAYA RABIES

Tanggal 20 Maret 2019

Menyetujui PJ Upaya Kesehatan Pelaksana


Masyarakat ( UKM ) Esensial Upaya Rabies

dr.Gede EkaWijaya Ni Nyoman Mertawati


NIP.19730815 200501 1 010 NIP.19790102 200604 2
009

Mengetahui
Kepala UPT. Puskesmas Mengwi II

dr. I Putu Milantika,M.P.H


NIP. 19780121 20051 1 006

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat rahmat-Nya pedoman upaya kesehatan anak dapat diselesaikan
tepat pada waktunya

Penyusunan pedoman ini merupakan sebagai pedoman kerja upaya kesehatan anak
UPT. Puskesmas Mengwi II. Dari pedoman ini ini Diharapkan dapat dikaji hambatan-
hambatan ataupun permasalahan - permasalahan yang dihadapi sehingga dapat segera
dicarikan upaya-upaya pemecahannya supaya tidak terulang kembali dimasa yang akan
datang.

Dengan menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan dan


pelaksanaan kegiatan selama ini, maka kami akan menerima setiap saran maupun kritik
yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan dan kemajuan dimasa mendatang agar
tercapai hasil yang optimal.

Kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
penyusunan laporan ini, tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih.

BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
A.
Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang bersifat zoonosis
(menular ke manusia). Lebih dari 55.000 kasus rabies pada manusia dilaporkan
setiap tahun di dunia . Rabies disebabkan oleh virus rabies, dari genus Lyssavirus,
memiliki ukuran
diameter 75 nm dan panjang 180 nm. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur
hewan yang terinfeksi dan ditularkan melalui gigitan, cakaran atau melalui kulit
yang terluka. Kasus klinis rabies pada hewan maupun manusia selalu berakhir
dengan kematian. Penyakit Rabies menimbulkan dampak psikologis seperti
kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan pada orang-
orang yang terpapar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada daerah tertular
terjadi karena biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi.Disamping itu, kerugian
akibat pembatalan kunjungan wisatawan, terutama di daerah yang menjadi tujuan
wisata, seperti Bali, dapat saja terjadi jika tingkat kejadian rabies sangat tinggi.
B. . TUJUAN

1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian oleh penyakit yang disebabkan
oleh virus rabies
2. Tujuan Khusus
 Tidak adanya kasus kematian karena rabies
 Menurunnya kasus gigitan hewan penular rabies

 Terlaksanannya penenangganan pasien gigitan hewan penular


rabies sesuai
standar

C. SASARAN PEDOMAN
Adapun sasaran pedoman ini adalah :
1. Dokter, perawat
2. Pimpinan fasilitas kesehatan
3. Masyarakat dan organisasi terkait

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari pedoman Upaya Rabies Puskesmas Mengwi II meliputi :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pendidikan dan pelatihan petugas
4. Pemantauan dan evaluasi

E. BATASAN OPERASIONAL
1. Rabies atau dikenal degan penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi yang
bersifat
akut pada susunan saraf.
2. Pada hewan, penyakit Rabies dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu bentuk
diam/tenang
(Dumb Rabies) dan bentuk ganas (Furious Rabies).
Tanda – tanda Rabies bentuk diam/tenang (Dumb Rabies) :
a. Suka bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
b. Terjadi kelumpuhan tubuh, hewan tidak dapat mengunyah dan menelan
makanan, rahang bawah tidak dapat dikatupkan dan air liur menetes
berlebihan
c. Kejang berlangsung singkat dan kadang sering tidak terlihat
d. Tidak ada keinginan menyerang atau mengigit, kematian akan terjadi dalam
beberapa jam.

Tanda – tanda Rabies bentuk ganas (Furious Rabies) :

a. Hewan menjadi tidak ramah, agresif dan tidak lagi menurut pemiliknya
b.Air liur keluar berlebihan, nafsu makan hilang, suara menjadi parau
c. Menyerang dan menggigit apa saja yang dijumpai
d.Bila berdiri sikapnya kaku, ekor dilengkungkan ke bawah perut diantara
kedua paha belakangnya
e. Anak anjing menjadi lebih lincah dan suka bermain, tetapi bila dipegang akan
menggigit dan menjadi ganas dalam beberapa jam
f. Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari timbul
gejala atau paling lama 12 hari setelah penggigitan.
i. atau paling lama 12 hari setelah penggigitan.

1. Tanda-tanda rabies pada manusia

a. Stadium permulaan rabies sulit diketahui, sehingga perlu diperhatikan


riwayat gigitan hewan penular rabies seperti anjing, kucing dan kera

b. Timbul gejala-gejala lesu, nafsu makan hilang, mual, demam tinggi, sakit

kepala, dan tidak bisa tidur

c. Rasa nyeri di tempat bekas luka gigitan dan nampak kesakitan serta menjadi
gugup, bicara tidak karuan, dan selalu ingin bergerak

d. Rasa takut pada air yang berlebihan, peka suara keras dan cahaya serta
udara

e. Air liur dan air mata keluar berlebihan, pupil mata membesar
f. Kejang-kejang lalu mengalami kelumpuhan dan akhirnya meninggal dunia

g. Biasanya penderita meninggal 4-6 hari setelah gejala-gejala / tanda-tanda


pertama timbul.

2. Cara penularan

Semua hewan berdarah panas rentan terhadap rabies serta berpotensi menularkan
rabies pada manusia. Hewan-hewan yang biasa menyebarkan penyakit rabies adalah anjing,
kucing, kera. Lebih dari 90% kasus rabies pada manusia ditularkan oleh anjing.

Pada hewan penderita Rabies, virus terdapat di susunan syaraf pusat dan ditemukan
dengan jumlah banyak pada air liurnya. Virus ditularkan ke hewan lain atau ke manusia
melalui luka gigitan hewan penderita rabies dan luka yang terkena air liur hewan atau
manusia penderita rabies.

Masa inkubasi penyakit Rabies pada hewan timbul kurang lebih 2 minggu (10-14
hari) setelah gigitan hewan rabies. Sedangkan pada manusia 2-3 minggu sampai 1 tahun,
tergantung pada lokasi luka gigitan (jauh dekatnya luka dengan susunan syaraf pusat),
banyaknya syaraf pada sekitar luka gigitan, pathogenitas dan jumlah virus yang masuk
melalui luka gigitan, jumlah luka gigitan, serta dalam dan parahnya luka bekas gigitan

3. Penanganan Kasus Hewan Penderita Rabies

Seseorang yang digigit hewan penderita rabies penanganan yang dilakukan harus ditangani
dengan secepat dan sesegera mungkin, hal tersebut bertujuan untuk mengurangi efek
maupun mematikan virus rabies yang masuk ke tubuh melalui luka gigitan :

a. Usaha yang paling efektif untuk dilakukan adalah dengan segera mencuci luka
gigitan dengan air bersih dan sabun atau deterjen selama 5-10 menit dibawah air
mengalir/diguyur. Lalu keringkan dengan kain yang bersih..

b. Luka diberi antiseptik (obat luka yang tersedia misalnya betadine, obat merah,
alkohol 70%) lalu dibalut dengan pembalut yang bersih.

c. Penderita luka gigitan harus segera dibawa ke dokter, puskesmas atau rumah sakit
yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara maupun perawatan lebih
lanjut, sambil menunggu hasil observasi hewan tersangka rabies.

d. Walaupun sudah dilakukan pencucian luka gigitan, penderita harus dicuci kembali
lukanya di puskesmas atau rumah sakit.

e. Luka gigitan dibalut longgar dan tidak dibenarkan dijahit, kecuali pada luka yang
sangat parah. Jika keadaan terpaksa dilakukan penjahitan, maka harus diberikan
serum anti rabies (SAR) sesuai dosis, selain itu dipertimbangkan perlu tidaknya
pemberian vaksin anti tetanus, maupun antibiotik dan analgetik
Hewan – hewan yang mengigit manusia dan dicurigai menderita rabies, maka harus diambil
tindakan sebagai berikut :

a. Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke instansi terkait ( Dinas
Peternakan dan Pertanian ) untuk dilakukan observasi dan diperiksa kesehatannya
selama 10 – 14 hari.

b. Jika mati dalam observasi maka kepala anjing tersebut dikirim ke laboratorium
untuk kepastian diagnosa penyebab kematian. Tetapi bila hasil observasi negatif
rabies yaitu hewan tetap hidup, maka hewan divaksinasi anti rabies

c. Hewan pasca observasi dan sudah disuntik rabies, dapat dikembalikan kepada
pemiliknya. Apabila tidak diketahui pemiliknya (hewan liar) maka hewan dapat
dimusnahkan atau diberikan pada orang yang berminat memelihara.

d. Bila hewan yang menggigit sulit ditangkap, maka harus dibunuh dan diambil
kepalanya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.

e. Bila hewan yang menggigit tidak dapat ditemukan, maka orang yang mengalami
gigitan harus dibawa ke rumah sakit atau puskesmas.

4. Pengobatan

Pada hewan tidak ada pengobatan yang efektif, sehingga apabila hasil diagnosa positif
rabies, diindikasikan mati. Sedangkan pada manusia dapat dilakukan pengobatan Pasteur,
pemberian VAR dan SAR sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP).

5. Pencegahan Rabies

Kasus zoonosis yaitu penyakit menular dari hewan ke manusia, cara penanganannya dan
pencegahannya ditujukan pada hewan penularnya. Pada manusia, vaksin rutin diberikan
kepada orang-orang yang pekerja dengan resiko tinggi, seperti dokter hewan, pawang
binatang, peneliti khusus hewan dan lainnya.

Selain itu pencegahan rabies pada hewan dapat dilakukan dengan cara :

a. Memelihara anjing dan hewan lainnya dengan baik dan benar. Jika tidak dipelihara
dengan baik dapat diserahkan ke Dinas Peternakan atau para pecinta hewan.

b. Mendaftarkan anjing ke Kantor Kelurahan/Desa atau Petugas Dinas Peternakan


setempat.
c. Pada hewan virus rabies dapat ditangkal dengan vaksinasi secara rutin 1-2 kali
setahun tergantung vaksin yang digunakan, ke dinas peternakan, pos kesehatan
hewan atau dokter hewan praktek

d. semua anjing/kucing yang potensial terkena, divaksin setelah umur 12 minggu, lau
12 bulan setelahnya, dilanjutkan dengan tiap 3 tahun dengan vaksin untuk 3 tahun,
untuk kucing harus vaksin inaktif

e. Penangkapan/eliminasi anjing, kucing, dan hewan lain yang berkeliaran di tempat


umum dan dianggap membahayakan manusia.

f. Pengamanan dan pelaporan terhadap kasus gigitan anjing, kucing, dan hewan yang
dicurigai menderita rabies.

g. Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit rabies.

h. Menempatkan hewan didalam kandang, memperhatikan serta menjaga kebersihan


dan kesehatan hewan.

i. Setiap hewan yang beresiko rabies harus diikat/dikandangkan dan tidak


membiarkan anjing bebas berkeliaran.

j. Menggunakan rantai pada leher anjing dengan panjang tidak lebih dari 2 meter bila
tdak dikandang atau saat diajak keluar halaman rumah.

k. Tidak menyentuh atau memberi makan hewan yang ditemui di jalan

l. Daerah yang sudah bebas rabies, harus mencegah masuknya anjing, kucing atau
hewan sejenisnya dari daerah yang tertular rabies.

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Pengelola program Upaya Rabies adalah petugas yang telah mendapat pelatihan
Penanganan GHPR, petugas pelaksanan program adalah pelaksana yang telah
memenuhi standar kualifikasi sebagai tenaga pelaksana dan telah mendapat
pelatihan sesuai dengan tugasnya.

No Nama Jabatan Kualifikasi formal Ket


1 Penanggungjawab Dokter
program UKM
2 Petugas Upaya Rabies Perawat
3 Petugas pelaksana Pengelola Program Melaksanakan penanganan
Dan Petugas kasus Gigitan Hewan Penular
Ruang Gawat Rabies didalam gedung dan Di
Darurat luar gedung

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Ketenagaan di bidang kesehatan didistribusikan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Badung dan ditempatkan di Puskesmas Mengwi II
Pengaturan dan penjadwalan kegiatan Upaya Rabies dikoordinir oleh
penanggungjawab program UKM dan pengelola Upaya Rabies di sesuaikan dengan
tugas dan penanggungjawab Desa.

C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan rutin dilakukan setiap hari secara terintegrasi dengan jadwal
kegiatan lain yang ada di Puskesmas Mengwi II dan kegiatan luar gedung.
n Kegiatan Ja Fe Ma Ap Me J J Ag S Ok No De
o b r r i u ul s e t p s
1 Penanganan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
GHPR dan
Pemberian VAR
2 Kunjungan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Rumah

BAB III STANDAR FASILITAS


A. DENAH RUANG
Denah Ruang Gawat Darurat untuk Penanganan GHPR dan pemberian VAR
dilaksanakan oleh petugas Ruang gawat Darurat.
B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas diruang kesehatan anak meliputi alkes dan non alkes.
Fasilitas yang dipakai pada Upaya Rabies adalah Bahan habis pakai dan alat
kesehatan seperti Alat APD, kit anapilatik syok, kassa steril, alcohol, betadine ,Spuit
3 cc

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN


A. LINGKUP KEGIATAN
Tata laksana pelayanan Upaya Rabies meliputi semua kegiatan penanganan GHPR
dan pemberian Var di Puskesmas yaitu :
1. Penanganan Kasus GHPR dan pemberian VAR
2. Kunjungan Rumah
-Kunjungan Rumah untuk memantau keadaan HPR dan kelengkapan VAR pada
kasus-kasus Gigitan RESTI atau Gigitan dengan HPR liar dan positif

METODE
Metode dalam melakukan pelayanan di unit kesehatan anak :
1. Dalam gedung
 Mulai pendaftaran
 Pengkajian awal ( anamnesa )
 Pemeriksaan
 Pengobatan / tindakan
 Tindakan lebih lanjut/ rujukan
2. Luar gedung
 Kunjungan rumah

B. LANGKAH KEGIATAN
a. Langkah- langkah Upaya Rabies
1. Penangan kasus GHPR dan Pemberian VAR
Penanganan Kasus Dan Pemberian VAR adalah kegiatan pokok Upaya
Rabies. Data kasus Gigitan dicatat dalam register pemberian VAR,untuk
dilakukan pemantauan VAR selanjutnya,dan untuk mengetahui status HPR
dan penderita GHPR
2. Data pelayanan
Penanganan GHPR dan Pemberian VAR dilakukan di Ruang Gawat Darurat
Oleh Petugas Ruang Gawat Darurat
Pencatatan harus dilakukan untuk setiap pasien yg dating dgn kasus
GHPR,baik yg mendapatkan VAR ataupun tidak utuk dilakukan observasi
selanjutnya.

3. Pencatatan
Pencatatan harus dilakukan untuk setiap pasien yg dating dgn kasus
GHPR,baik yg mendapatkan VAR ataupun tidak utuk dilakukan observasi
selanjutnya,dalamBuku Register VAR

4. Pengolahan data
Setiap Minggu kasus-Kasus GHPR direkap dan dilaporkan dalam SKDR
mingguan,dan dirinci berapa yg mendapat VAR dan berapa yg tidak,juga
dicatat kondisi HPR
5. KIE setiap ada kunjungan pasien GHPR
6. Melakukan kegiatan luar gedung
● Kunjungan Rumah

BAB V LOGISTIK
Logistik pada Upaya Rabies disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Badung. Proses mendapatkan losistik melalui tahap perencanaan dan pengajuan
usulan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung. Tidak semua usulan bias terpenuhi
oleh Dinas Kesehatan Badung, dalam kondisi seperti ini maka puskesmas akan
menyesuaikan dengan kondisi yang ada berdasarkan asarahan Kepala Puskesmas
Mengwi II.
Logistik yang diperlukan dalam Upaya Rabies antara lain:
a. Bahan habis pakai
● APD : masker ,sarung tangan, celemek, penutup kepala
● Kapas dan kassa
● Antiseptic/ betadine
● Alhohol 70 %
● Larutan klorin
● Anapilatik syok
● Spuit 1 cc / 3 cc
● Sabun

b. Alat
● Tensi
● Stetoskop

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Keselamatan pasien ( patien safety ) adalah suatu system dimana puskesmas


membuat asuhan keperawatan lebih aman. Hal ini termasuk asesman resiko,
identifikasi dan pengolahan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisa insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya.,
implementasi solusi untuk menekan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan kesalahan.Setiap kegiatan di unit kesehatan
anak harus meliputi aspek keselamatan terhadap pasien . Adapun sasaran kegiatan/
program meliputi kunjungan pasien dengan kasus GHPR,.Dalam hal ini juga
dilakukan pencatatan, melaporkan serta evaluasi terhadap program melalui laporan
kunjungan berdasarkan buku Register VAR dan register pasien.

BAB VII KESELAMATAN KERJA


Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi. Petugas
kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajiban mempunyai resiko terinfeksi
penyakit menular dilingkungan kerjanya, untuk menghindari paparan tersebut,
setiap petugas harus menerapakan prinsip Universal Precaution. Tindakan yang
beresiko terpajan diantaranya cuci tangan yang kurang benar dan APD yang tidak
dipakai.

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU


Indikator mutu digunakan pada pelayanan penanganan GHPR dan
pemberian VAR di UKP UPT Puskesmas Mengwi II dalam memberikan
pelayanan adalah dokter dengan jumlah hari buka klinik yang dilayani dokter
dalam 1 bulan dan jumlah seluruh hari buka klinik dalam 1 bln.Indikator mutu
akan dipantau oleh tim Mutu Puskesmas melalui monitoring dan evaluasi
pelaksanaan, pencapaian indicator mutu dibahas dalam pertemuan tinjauan
manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

BAB IX PENUTUP
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dalam
Penanganan GHPR dan pemberian VAR. Dalam proses penyusunan pedoman ini
tidak menutup kemungkinan ketidak sempurnaan sehingga dukungan dan saran
yang membangun sangat kami harapkan.

Anda mungkin juga menyukai