Anda di halaman 1dari 7

Nama : Akbar Syah Ichwanda Burham

NIM : 180131601040
Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik
Jurusan / Offering : Administrasi Pendidikan / C8
A. Analisa Masalah
Kasus perkelahian antara dua siswa kelas 6 SD di Kecamatan Cikajang
berujung pada kasus pembunuhan. Salah satu siswa kelas 6 SD berinisial FNM
tewas dari perkelahian tersebut. Kejadian bermula ketika pelaku berinisial
Hkm telah kehilangan bukunya, kemudian keesokan harinya buku yang hilang
tersebut berada di bawah meja belajar FNM, sehingga terjadilah pertikaian.
Saat perkelahian berlangsung HKM mengeluarkan gunting yang ia bawa di
tasnya, lalu mengarahkan gunting tersebut ke arah FNM. Akibat dari
perkelahian bersenjata tajam tersebut membuat FNM mengalami luka di kepala
dan punggung. Setelah perkelahian, FNM langsung dibawa ke RS Garut untuk
mendapatkan perawatan intensif. Namun sayang, nyawa FNM tidak bisa
terselamatkan. Kasus ini viral di media sosial, sehingga pihak Polisi baru
mengetahui hal tersebut karena pihak keluarga tidak berani melapor. Polisi
menyita baju seragam milik korban dan gunting yang digunakan pelaku untuk
menghabisi nyawa korban.

B. Identifikasi Masalah
Siswa SD yang berinisial Hkm telah kehilangan bukunya, keesokan harinya
ia menemukan bukunya berada di bawah meja belajar salah satu siswa kelas 6
SD lainnya berinisial FNM. HKM yang menuduh FNM mencuri bukunya
malah menyulut perkelahian. FNM tewas dalam perkelahian tersebut karena
mendapatkan luka di kepala dan punggung dari sayatan gunting.

C. Faktor-Faktor Penyebab
Faktor Internal / Dalam
1. Bakat atau pembawaan
Faktor bawaan yang dimiliki HKM merupakan gangguan mental yang
menyerang psikologi dari HKM, sehingga kemungkinan besar ia mengidap
gangguan kejiwaan psikopat. Psikopat cenderung merasa perilaku atau
tindakan yang dilakukannya benar, hal ini terlihat ketika ia menuduh FNM
mencuri bukunya. Ia juga bertindak agresif dan menantang nyali dengan
menggunakan gunting ketika berkelahi dengan FNM yang mengakibatkan
FNM kehilangan nyawa.
2. Sifat-sifat keturunan
HKM mewarisi sifat-sifat keturunan yang mungkin dimiliki oleh ayah
atau ibunya yaitu sifat egois dan temperamen. Sifat egois terlihat pada diri
HKM, dimana ia merasa dirinya paling benar dengan menuduh FNM
mencuri bukunya hanya dengan melihat bukunya terletak di bawah meja
belajar FNM. Sifat temperamen yang dimiliki HKM terlihat ketika ia tidak
bisa mengontrol emosinya dengan baik dan memilih penyelesaian masalah
lewat jalur perkelahian ketimbang secara kekeluargaan. Emosinya yang
tidak terkontrol dengan baik mengakibatkan HKM lepas kendali sehingga
ia mengakhiri hidup FNM.
3. Dorongan dan insting
HKM merasa tertekan dan gelisah ketika buku yang dibutuhkannya
menghilang. Ketika ia menemukan bukunya berada di bawah meja belajar
FNM, HKM yang kehilangan kendali emosi langsung menuduh FNM
mencuri bukunya dan ia merasa tuduhannya itu benar, sehingga
mengakibatkan perkelahian antara keduanya.

Faktor Eksternal / Luar


1. Makanan
Makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat mempengaruhi kepribadian
seseorang. Dalam kasus ini kepribadian HKM merupakan orang yang
mudah marah dan merasa dirinya paling benar. HKM mungkin sering
mengkonsumsi makanan pedas dan berlemak, karena jenis makanan
tersebut dapat mengakibatkan metabolisme tubuh menjadi lambat,
sehingga HKM akan jadi mudah marah.
2. Iklim
Kejadian ini berlangsung di daerah Garut, Jawa Barat yang memiliki
iklim tropis basah, sehingga daerah tersebut merupakan daerah yang
memiliki suhu dingin. Selain suhu panas, ternyata suhu dingin dapat
membuat orang menjadi cepat marah. Karena cuaca dingin terkadang
membuat orang merasa tidak nyaman dimana orang seringkali harus
memakai baju berlapis-lapis, sehingga membuat orang mudah emosi.
Selain itu kejadian berlangsung ketika waktu siang hari, dimana suhu pada
waktu tersebut cukup panas untuk membuat HKM cepat marah.
3. Kebudayaan
Kemungkinan HKM tinggal di lingkungan dengan kekerasan yang
tinggi, sehingga ia memiliki pergaulan yang salah yang membuat HKM
menjadi orang yang tidak dapat mengontrol emosi dengan baik dan agresif.
4. Ekonomi
Keluarga HKM kemungkinan merupakan keluarga yang tidak mampu,
karena ketika HKM kehilangan bukunya, ia tidak dapat mengikhlaskan
bukunya yang hilang dan ketika bukunya ditemukan di bawah meja belajar
FNM, ia malah langsung marah dan menuduh FNM mencuri bukunya. Hal
ini seolah-olah membuktikan bahwa HKM tidak rela jika bukunya hilang.
5. Kedudukan dalam Keluarga
HKM kemungkinan besar merupakan anak tunggal, karena anak tunggal
memiliki kecendurungan sebagai anak yang selalu ingin menang sendiri
atau apapun yang diinginkan harus terpenuhi, sehingga timbulah sifat
egois yang dapat mempengaruhi mental dari anak tersebut.

D. Prognosis
Tindakan HKM yang membunuh FNW, dimana keduanya sama-sama
masih duduk di kelas 6 SD yang rata-rata memiliki umur 11-13 tahun memang
harus dilanjutkan melalui jalur hukum yang berbeda dengan tingkat orang
dewasa serta pelaku mendapatkan rehabilitasi sosial. Berikut ini adalah
penjelasan yang akan terjadi apabila masalah atau tahap rehabilitasi ini dapat
diatasi atau tidak dapat diatasi :
1. Jika masalah HKM dapat diatasi:
Apabila masalah atau proses rehabilitasi ini dapat diatasi atau berhasil,
maka HKM akan menjadi kepribadian yang lebih baik. Karena proses
rehabilitasi ini memiliki tujuan untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya
dengan baik seperti kemampuan dalam melaksanakan peran, aktualisasi
diri, dan mengembangkan potensi diri. Selain pengembangan aspek social
dalam kehidupan bermasyarakat, proses rehabilitasi ini membuat HKM
memiliki ketrampilan sebagai bekal untuk dapat mencari pekerjaan di masa
depan, seperti pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan. HKM
dapat menyadari kesalahannya dengan baik dan mulai melakukan tindakan
positif, sehingga sifat egois dan temperamen yang dimiliki HKM dapat
dikendalikan dengan baik.
2. Jika masalah HKM tidak dapat diatasi:
Apabila masalah atau proses rehabilitasi ini tidak dapat diatasi atau gagal,
maka HKM akan menjadi kepribadian yang lebih buruk. HKM
kemungkinan akan memiliki sifat pendedam, dimana ia akan menjadi
pembunuh terencana di masa depan. Ia akan bertindak sebagai pembunuh
yang tidak mempunyai rasa penyesalan sama sekali dan merasa yang ia
lakukan itu benar. Hal ini akan menumbuhkan sifat psikopat kepada HKM.

E. Perbandingan Teori
1. Perkembangan Kognitif
Menurut teori piaget, perkembangan kognitif merupakan cara berpikir
atau kemampuan memahami sesuatu yang dimiliki seseorang. Berdasarkan
kasus HKM yang duduk di bangku kelas 6 SD, maka dapat dipastikan bahwa
umur HKM berada di rentang umur 11-13 tahun. Pada rentang umur 11-13
tahun, maka HKM memasuki tahap perkembangan operasional formal,
dimana interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan
social yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan anak
berpikir secara abstrak. Hal inilah yang membuat HKM memiliki pikiran
untuk menggunakan gunting ketika berkelahi dengan FNM tanpa
memikirkan dampak yang akan terjadi setelahnya.
2. Perkembangan Emosi
Menurut Goleman, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran
yang khas tentang suatu keadaan biologis dan psikologis dengan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Berdasarkan kasus HKM,
dapat dikatakan bahwa HKM masuk dalam macam emosi amarah yang
meliputi reaksi mengamuk, benci, jengkel, dan kesal hati. Hal ini terlihat
ketika ia jengkel saat bukunya hilang, ketika bukunya ditemukan di bawah
meja belajar FNM maka rasa marah tersebut menjadi reaksi impulsif,
dimana reaksi impulsif merupakan luapan dari amarah yang diarahkan
kepada orang lain, seperti memukul atau meninju.
3. Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan Psikomotorik merupakan perkembangan kepribadian
seseorang yang berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungsi otot
akibat adanya dorongan dari pemikiran, perasaan dan kemauan dari dalam
diri seseorang. Perkembangan psikomotorik anak SD cenderung lebih
sempurna dan tersusun dengan baik seiring denagn bertambahnya berat dan
kekuatan badan anak. Otot-otot tangan dan kakinya sudah mulai menguat,
sehingga dapat dikatakan bahwa HKM merasa memiliki otot yang cukup
kuat untuk menusuk FNM dengan gunting.
4. Perkembangan Sosial
Perkembangan Sosial merupakan proses belajar seseorang dalam
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok atau meleburkan diri
menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Karakteristik perkembangan sosial pada anak SD yaitu minat terhadap
kelompok semakin besar ketimbang bersama keluarga. Dalam kasus HKM,
kemungkinan ia terpengaruh dari kelompok yang salah, sehingga mengubah
kepribadian HKM yang menjadi kasar dan seenaknya sendiri.
5. Perkembangan Moral
Perkembangan moral mencakup peraturan-peraturan dan nilai-nilai
mengenai perilaku seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain. Dalam
kasus ini, HKM memasuki tahap moralitas heteronom, dimana tahap
perkembangan moral ini merupakan bagian dalam teori Piaget yang
merupakan tahap dimana anak menyadari bahwa peraturan dibuat oleh
manusia dan menilai suatu tindakan pasti memiliki konsekuensi yang
harus dipertimbangkan. Namun HKM tidak mampu melewati tahap
moralitas heteronom, karena ia tidak mempertimbangkan konsekuensi dari
tindakan yang dilakukannya, sehingga ia menjadi tersangka kasus
pembunuhan dan akan menjalani proses hukum.

F. Solusi
1. Preventif
a. Peran orang tua sangat penting dalam pengendalian perilaku HKM
terutama tentang pemahaman untuk dapat mengontrol emosinya
dengan baik dan dapat memikirkan segala konsekuensi yang diterima
dari apa yang akan ia perbuat. Orang tua HKM juga harus mengawasi
dengan siapa HKM bergaul dalam kehidupan sehari-harinya untuk
menjaga HKM dari pergaulan yang salah. Hal ini membuat tanggung
jawab orang tua terhadap perilaku HKM harus lebih ditekankan agar
HKN dapat berperilaku dengan baik terutama dalam pengendalian
emosi dan sikapnya agar tidak selalu menang sendiri.
b. Peran sekolah sebagai tempat kedua dalam membimbing HKM untuk
bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya. Sekolah
harus bisa memberikan pemahaman mengenai peraturan-peraturan dan
nilai-nilai yang berlaku atas segala perbuatan yang dikerjakan. Hal ini
berarti sekolah tidak hanya mengajarkan HKM dalam segi akademis
saja, namun aspek sikap dan perilaku juga perlu diajarkan.
c. Peran HKM sendiri dalam pengendalian sikap dan perilaku harus
dikendalikan dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian bagi
dirinya sendiri dan orang lain. HKM bisa memilih kelompok teman
yang dapat mengembangkan sikap positif dalam berinteraksi dengan
orang lain, sehingga dapat membuat dirinya terjaga dari hal yang
membuat ia mudah marah dan keegoisan.
2. Kuratif
a. Orang tua HKM harus memberikan perhatian dan kasih sayang yang
lebih kepada HKM meskipun HKM telah melakukan tindakan kriminal,
agar ia tidak mempunyai rasa benci kepada orang tuanya di masa depan.
Orang tua HKM juga harus memberikan pemahaman dan motivasi
kepada HKM agar ia dapat menyesali perbuatannya dan dapat
menjalani hidupnya dengan semangat. yang lebih menekankan aspek
moral seperti pondok pesantren.
b. Instansi penyelenggara rehabilitasi sosial terhadap HKM harus
memberikan motivasi dan bimbingan tentang perkembangan sosial
kepada HKM agar ia dapat mengendalikan tindakan dan sikapnya
kepada orang lain dengan baik. Selain itu pihak instansi penyelenggara
rehabilitasi sosial dapat memberikan kegiatan sosial terhadap HKM
dengan kawan satu rehabilitasi agar HKM dapat berinteraksi dengan
baik dengan lingkungannya.
c. HKM harus belajar dari kesalahannya dan harus berjanji untuk tidak
mengulanginya lagi. HKM juga harus memulai membangun tindakan
dan sikap yang baik terhadap orang lain dan dapat memahami mana
yang tindakan yang buruk dan baik, sehingga HKM dapat
mempertimbangkan konsekuensi yang akan timbul jika melakukan
suatu tindakan.
3. Developmental
a. Orang tua HKM dapat memberikan arahan kepada HKM untuk
meneruskan pendidikannya di instansi pendidikan yang lebih
menekankan aspek moral dan tingkah laku, seperti di pondok pesantren.
Hal ini bertujuan agar sikap dan perbuatan HKM dapat dikembangkan
lebih baik lagi.
b. Instansi penyelenggara rehabilitasi dapat berbagai macam pembinaan
sebagai bekal untuk masa depan HKM, seperti bekal untuk interaksi di
masyarakat dan bekal untuk mempunyai keterampilan yang bisa
digunakan untuk mencari pekerjaan di masa depan.
c. HKM sebaiknya mengembangkan potensi bertarung atau bela diri yang
ia miliki saat ini kepada hal-hal yang positif seperti mengikuti program
bela diri, mempersiapkan diri untuk mengabdi kepada negara dengan
mengikuti pendaftaran anggota ABRI dan Polisi, ketimbang melakukan
hal negatif seperti menjadi pembunuh.

Anda mungkin juga menyukai