CG Sap 11 Present-1
CG Sap 11 Present-1
SAP 11
“Pengungkapan, Transparansi, dan Kualitas Pelaporan Keuangan”
Dosen Pengampu: AYU ARYISTA DEWI, SE,M.ACC.
Oleh:
Kelompok 4
Tujuan Pengungkapan
Perusahaan besar umumnya menjadi sorotan banyak pihak, baik dari masyarakat
secara umum maupun pemerintah, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar relatif
lebih diawasi oleh lembaga-lembaga pemerintah, sehingga mereka berupaya menyajikan
pengungkapan yang lebih baik untuk dapat meminimalisasi tekanan-tekanan pemerintah.
Oleh karena itu, perusahaan besar tersebut dituntut untuk mengungkapkan informasi yang
lebih banyak daripada perusahaan kecil.
a. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang relevan
atas hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan.
b. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran yang
bermanfaat.
c. Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai
resiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui.
1
e. Untuk memberikan informasi mengenai arus kas atau keluar dari masa depan.
Jenis Pengungkapan
a) Data bisnis
2
b) Analisis manajemen mengenai data bisnis
Meliputi alasan -alasan perubahan pada operasi perubahan serta mencantumkan data
yang terkait serta dampak trend bisnis pada perusahaan.
Manfaat Pengungkapan
Manfaat bagi kepentingan perusahaan adalah dapat diperoleh biaya modal yang
lebih rendah yang berkaitan dengan berkurangnya resiko informasi bagi investor dan
kreditur. Dengan demikian investor dan kreditor bersedia membeli sekuritas dengan harga
tinggi, akibat dari harga sekuritas yang tinggi tersebut biaya modal perusahaan menjadi
rendah.
3
Bagi kepentingan Nasional, yaitu berupa adanya biaya modal perusahaan yang
rendah dan berkurangnya risiko informasi yang dihadapi investor. Dengan diperolehnya
biaya modal yang lebih rendah oleh perusahaan, pertumbuhan ekonomi dapat meningkat,
kesempatan kerja meluas, dan pada akhirnya standar kehidupan secara nasional akan
meningkat pula. Dengan berkurangnya resiko informasi yang dihadapi investor, pasar
modal menjadi likuid. Likuiditas pasar modal ini diperlukan oleh perekonomian nasional
karena dapat membantu alokasi modal secara efektif.
Pengertian CSR
CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social
maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu
kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga
lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana
untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas
masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
Manfaat CSR
4
- Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna
untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan
tersebut berada.
Kegiatan CSR
Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini disebabkan
karena :
- Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan kegiatan CSR
yang dirancang oleh korporat.
5
- Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
4. Budaya Perusahaan
Budaya adalah suatu set nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengertian
dan cara berfikir yang dipertemukan oleh para anggota organisasi dab diterima oleh
anggota baru seutuhnya (W. Jack Duncan). Budaya perusahaan atau budaya organisasi
adalah penerapan nilai-nilai dalam suatu masyarakat yang terikat bekerja dibawah
naungan suatu perusahaan (Rhenald Kasali).
Tujuan dari budaya perusahaan adalah untuk mengubah sikap dan perilaku SDM
yang ada agar dapat meningkatka produktivitas kerja untuk mengahadapi berbagai
tantangan di masa yang akan datang.
2) Meningkatkan kebersamaan
6
5) Meningkatkan rasa kekeluargaan
2) Agama
3) Peraturan/kebijakan-kebijakan perusahaan
4) Peraturan/norma pemerintah
7
Istilah etika memiliki beragam makna berbeda. Ada yang menyebutkan bahwa
etika adalah semacam penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun hasil penelaahan itu
sendiri. Pendapat lain menyebutkan bahwa etika adalah kajian moralitas. Sedangkan
moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar
dan salah, atau baik dan jahat. Meskipun etika berkaitan dengan moralitas, namun tidak
sama persis dengan moralitas. Etika merupakan studi standar moral yang tujuan
eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran
yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang
benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat (Djakfar, 2012).
Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi
pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi,
transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar
formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang
digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa
dan diterapkan kepada orang-orang yang ada didalam organisasi (Djakfar, 2012).
8
Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak
jujur adalah tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak
berlaku jujur dengan pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun
pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral.
Berikut adalah bentuk-bentuk pelanggaran etika bisnis dan contoh pelanggaran
etika dalam kegiatan bisnis di Indonesia :
- Pelanggaran etika bisnis terhadap hukum
Sebuah perusahaan X karena kondisi perusahaan yang pailit akhirnya
memutuskan untuk Melakukan PHK kepada karyawannya. Namun dalam melakukan
PHK itu, perusahaan sama sekali tidak memberikan pesongan sebagaimana yang
diatur dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam kasus ini perusahaan
x dapat dikatakan melanggar prinsip kepatuhan terhadap hukum.
- Pelanggaran etika bisnis terhadap transparansi
Sebuah Yayasan X menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun
ajaran baru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp 500.000,- kepada setiap siswa
baru. Pungutan sekolah ini sama sekali tidak diinformasikan kepada mereka saat akan
mendaftar, sehingga setelah diterima mau tidak mau mereka harus membayar.
Disamping itu tidak ada informasi maupun penjelasan resmi tentang penggunaan
uang itu kepada wali murid. Setelah didesak oleh banyak pihak, Yayasan baru
memberikan informasi bahwa uang itu dipergunakan untuk pembelian seragama guru.
Dalam kasus ini, pihak Yayasan dan sekolah dapat dikategorikan melanggar prinsip
transparansi.
- Pelanggaran etika bisnis terhadap akuntabilitas
Sebuah RS Swasta melalui pihak Pengurus mengumumkan kepada seluruh
karyawan yang akan mendaftar PNS secara otomotais dinyatakan mengundurkan diri.
A sebagai salah seorang karyawan di RS Swasta itu mengabaikan pengumuman dari
pihak pengurus karena menurut pendapatnya ia diangkat oleh Pengelola dalam hal ini
direktur, sehingga segala hak dan kewajiban dia berhubungan dengan Pengelola
bukan Pengurus. Pihak Pengelola sendiri tidak memberikan surat edaran resmi
mengenai kebijakan tersebut. Karena sikapnya itu, A akhirnya dinyatakan
mengundurkan diri. Dari kasus ini RS Swasta itu dapat dikatakan melanggar prinsip
9
akuntabilitas karena tidak ada kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
antara Pengelola dan Pengurus Rumah Sakit.
- Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip pertanggungjawaban
Sebuah perusahaan PJTKI di Jogja melakukan rekrutmen untuk tenaga baby sitter.
Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan berjanji akan
mengirimkan calon TKI setelah 2 bulan mengikuti training dijanjikan akan dikirim ke
negara-negara tujuan. Bahkan perusahaan tersebut menjanjikan bahwa segala biaya
yang dikeluarkan pelamar akan dikembalikan jika mereka tidak jadi berangkat ke
negara tujuan. B yang terarik dengan tawaran tersebut langsung mendaftar dan
mengeluarkan biaya sebanyak Rp 7 juta untuk ongkos administrasi dan pengurusan
visa dan paspor. Namun setelah 2 bulan training, B tak kunjung diberangkatkan,
bahkan hingga satu tahun tidak ada kejelasan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI
itu selalu berkilah ada penundaan, begitu seterusnya. Dari kasus ini dapat
disimpulkan bahwa Perusahaan PJTKI tersebut telah melanggar prinsip
pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B sebagai calon TKI yang
seharusnya diberangnka ke negara tujuan untuk bekerja.
- Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kewajaran
Sebuah perusahaan property ternama di Yogjakarta tidak memberikan surat ijin
membangun rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di kawasan
kavling perumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama sudah memenuhi
kewajibannya membayar harga tanah sesuai kesepakatan dan biaya administrasi
lainnya. Sementara konsumen kedua masih mempunyai kewajiban membayar
kelebihan tanah, karena setiap kali akan membayar pihak developer selalu menolak
dengan alasan belum ada ijin dari pusat perusahaan (pusatnya di Jakarta). Yang aneh
adalah di kawasan kavling itu hanya dua orang ini yang belum mengantongi izin
pembangunan rumah, sementara 30 konsumen lainnya sudah diberi izin dan rumah
mereka sudah dibangun semuannya. Alasan yang dikemukakan perusahaan itu adalah
ingin memberikan pelajaran kepada dua konsumen tadi karena dua orang ini telah
memprovokasi konsumen lainnya untuk melakukan penuntutan segera pemberian izin
pembangunan rumah. Dari kasus ini perusahaan property tersebut telah melanggar
10
prinsip kewajaran (fairness) karena tidak memenuhi hak-hak stakeholder (konsumen)
dengan alasan yang tidak masuk akal.
- Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran
Sebuah perusahaan pengembang di Sleman membuat kesepakatan dengan sebuah
perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah perumahan. Sesuai dengan
kesepakatan pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan kepada kontraktor.
Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan kontraktor melakukan penurunan kualitas
spesifikasi bangunan tanpa sepengetahuan perusahaan pengembang. Selang beberapa
bulan kondisi bangunan sudah mengalami kerusakan serius. Dalam kasus ini pihak
perusahaan kontraktor dapat dikatakan telah melanggar prinsip kejujuran karena tidak
memenuhi spesifikasi bangunan yang telah disepakati bersama dengan perusahaan
pengembang.
- Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip empati
Seorang nasabah, sebut saja X, dari perusahaan pembiayaan terlambat membayar
angsuran mobil sesuai tanggal jatuh tempo karena anaknya sakit parah. X sudah
memberitahukan kepada pihak perusahaan tentang keterlambatannya membayar
angsuran, namun tidak mendapatkan respon dari perusahaan. Beberapa minggu
setelah jatuh tempo pihak perusahaan langsung mendatangi X untuk menagih
angsuran dan mengancam akan mengambil mobil yang masih diangsur itu. Pihak
perusahaan menagih dengan cara yang tidak sopan dan melakukan tekanan psikologis
kepada nasabah. Dalam kasus ini kita dapat mengakategorikan pihak perusahaan telah
melakukan pelanggaran prinsip empati pada nasabah karena sebenarnya pihak
perusahaan dapat memberikan peringatan kepada nasabah itu dengan cara yang bijak
dan tepat.
11
untuk menyeimbangkan orang, planet, dan laba. Kecenderungan baru ini merupakan
konsekuensi dari kenyataan bahwa semakin banyak kekuasaan semakin bergantung pada
para pemangku kepentingan, yang menuntut transparansi dalam komunikasi organisasi
dan mengharapkan perusahaan untuk mengakui dampaknya terhadap lingkungan mereka.
Harapan masyarakat ini menekan perusahaan untuk bertindak bertanggung jawab
terhadap lingkungan eksternal maupun internal mereka (Du, Bhattacharya & Sen., 2010;
Issaksson & Jørgensen, 2010; Waller & Conaway, 2011)
Terminologi untuk perubahan organisasi ini adalah Corporate Social
Responsibility (CSR), yang secara luas didefinisikan sebagai “komitmen untuk
meningkatkan kesejahteraan [masyarakat] melalui praktik bisnis yang bebas dan
kontribusi sumber daya perusahaan.
Terlepas dari kategorisasi fenomena yang agak rumit, CSR pada umumnya
dianggap sebagai etika dan moral yang benar, serta merupakan pendekatan yang diyakini
menguntungkan semua pemangku kepentingan (Du et al., 2010; Waddock, 2008,).
Argumen mengklaim bahwa CSR tidak selalu merupakan pendekatan etis yang
optimal karena menangkal tujuan memaksimalkan pendapatan pemegang saham, yang
berakar dalam pada paradigma perusahaan (Mitra, 2011). Ini membuat perusahaan dalam
dilema di mana mereka di satu sisi menghadapi tekanan dari para pemangku kepentingan,
yang menuntut tindakan yang transparan dan bertanggung jawab, dan di sisi lain tekanan
dari pemegang saham, yang mengharapkan kinerja dan laba yang maksimal.
Perdebatan berlanjut tentang bagaimana bisnis dapat menyeimbangkan tujuan
yang saling bertentangan ini dan bagaimana mereka harus berkomunikasi dengan
pemangku kepentingan yang berbeda secara sah.
Kelompok-kelompok pemangku kepentingan, seperti konsumen yang sadar,
aktivis dan investor, memberi tekanan besar pada organisasi untuk memenuhi ekspektasi
tinggi terkait CSR (Du et al., 2010). Dengan dunia yang semakin mengglobal, bisnis,
lingkungan, orang, dan laba sangat saling terkait dan terlihat dalam konteks yang ketat.
Organisasi besar, dengan kekuatan dan pengaruh besar, adalah target untuk berbagai
perilaku yang berbeda dan tindakan mereka sedang diteliti. Ini bahkan memberi tekanan
lebih tinggi pada bisnis semacam itu untuk berusaha memenuhi harapan masyarakat dan
mempertahankan legitimasi organisasi mereka (Suchman, 1995; Waddock, 2008). Hanya
dengan terlibat dalam kegiatan CSR tidak cukup, karena kesadaran pemangku
12
kepentingan di sini sangat penting, tetapi tidak diberikan. Oleh karena itu, praktisi PR
harus fokus pada membingkai pesan mereka dengan cara yang sesuai dan
menyesuaikannya dengan kelompok pemangku kepentingan tertentu, serta
mempertimbangkan saluran apa yang akan digunakan untuk mencapai hal ini (Du et al.,
2010, Hallahan, 1999).
Atas dasar yang disebutkan di atas, tesis ini berusaha untuk mengatasi pernyataan
masalah berikut: Bagaimana Starbucks mengomunikasikan inisiatif CSR-nya melalui
situs web perusahaannya?
Starbucks menarik, dalam hubungan ini, karena ini adalah perusahaan global yang
sukses dengan posisi sebagai pemimpin pasar. Sebagai akibatnya, Starbucks telah
menerima banyak perhatian dari berbagai kelompok pemangku kepentingan. Starbucks
telah bertindak atas peningkatan tekanan ini dan sekarang terlibat dalam beberapa
inisiatif CSR, diungkapkan melalui berbagai alat komunikasi di situs web perusahaannya.
Tujuannya adalah untuk menganalisis bagaimana Starbucks telah menggunakan berbagai
alat komunikasi untuk mengartikulasikan upayanya kepada kelompok pemangku
kepentingan tertentu, dengan cara yang sah, transparan, dan persuasif.
Profile perusahaan
Starbucks adalah perusahaan kopi global besar dengan asal-usulnya di Seattle,
AS, tetapi sekarang memiliki lebih dari 17.000 toko di lebih dari 55 negara. Selain dari
menjual kopi premium, Starbucks telah memperluas lini produknya dengan memasukkan
berbagai minuman hangat dan dingin, kue kering, salad, sarapan, barang dagangan /
aksesoris, barang hadiah, buku dll. Selain itu, produk Starbucks tersedia di supermarket
dan toko ritel lainnya. . Starbucks adalah merek mapan dan pemimpin pasar dalam kopi
dan minuman campuran lainnya. Misinya adalah "untuk menginspirasi dan memelihara
semangat manusia - satu orang, satu cangkir dan satu lingkungan sekaligus"
(www.starbucks.com). Starbucks telah memasukkan pernyataan ini ke dalam strategi
keseluruhannya dan terus berupaya untuk mematuhinya - sebagian melalui
keterlibatannya dalam berbagai kegiatan CSR. Ini sangat jelas di seluruh situs web
perusahaannya di mana kegiatan CSR perusahaan tidak terdiri dalam satu laporan
terpisah, melainkan terintegrasi ke dalam seluruh situs web, karenanya seluruh
perwakilan perusahaan. Starbucks pertama kali memasuki paradigma tanggung jawab
perusahaan pada tahun 2000, ketika ia mengembangkan kemitraan dengan Conservation
13
International yang dengannya Starbucks menciptakan pedoman sumber kopi etisnya.
Sejak itu, Starbucks telah memperluas kemitraan CSR-nya dengan beberapa organisasi
yang berbeda, serta mendirikan Starbucks Foundation6 sendiri. Starbucks juga telah
menerima pengakuan atas upayanya melalui pengakuan publik7. Dari sini, terbukti
bahwa Starbucks terlibat dalam beberapa kegiatan CSR dan diakui sebagai perusahaan
yang sadar CSR besar di tingkat makro di dunia korporat. Bagian berikut ini akan
memberikan analisis mendalam tentang bagaimana Starbucks mengomunikasikan
berbagai aktivitas yang berbeda ini kepada berbagai pemangku kepentingan melalui situs
web perusahaannya.
Judul-judul ini telah dibingkai untuk menekankan aktor sosial yang penting
(pembaca dan Starbucks), aksi sosial (kerja sama dan kerja tim), serta membingkai
tanggung jawab telah digunakan untuk membujuk pembaca untuk berpartisipasi dalam
14
'membuat perbedaan dalam komunitas Anda. Keempat fitur berfungsi sebagai saluran
utama dan tidak berkomunikasi secara rinci tentang komitmen Starbucks, tetapi hanya
menarik minat pembaca. Frasa 'komunitas Anda' juga berfungsi sebagai isyarat
kontekstual untuk mengidentifikasi audiens target utama. Ini secara tidak langsung
mengacu pada kewajiban sosial yang dimiliki setiap individu terhadap komunitasnya,
karenanya audiens target utama adalah pelanggan dan karyawan (sekarang dan prospek).
Mendukung ini, fitur ditempatkan di halaman depan, dan tidak diperlukan bahwa audiens
secara proaktif mencari informasi.
Empat fitur dengan isyarat tidak langsung untuk komunikasi CSR Starbucks
ditandai dengan lingkaran biru, serta pintasan ke subhalaman blogging. Ini memainkan
peran penting dalam menciptakan kesadaran Starbucks dan inisiatif CSR-nya, serta dalam
memperluas jangkauan komunikasi. Selain itu, fitur-fitur ini memanfaatkan manfaat Web
2.0 dalam hal melibatkan para pemangku kepentingan dalam dialog dengan
mengeksplorasi opsi untuk komunikasi dua arah dan membangun hubungan. Target
audiens untuk fitur-fitur tersebut adalah pelanggan setia Starbucks, karyawan, serta
blogger, LSM dan aktivis, yang ingin berbagi informasi dengan platform sosial lainnya.
15
Fitur penting lainnya di situs ini ditandai pada lampiran 5 dan termasuk gambaran
umum dari proyek sebelumnya dan yang sedang berlangsung, di mana pelanggan dan
karyawan dapat bergabung, memimpin dan berbagi. Ada tautan ke cerita tentang proyek-
proyek sebelumnya, yang telah dilaksanakan oleh Starbucks dan berbagai sukarelawan,
serta panduan tentang cara mendaftar dan bergabung dengan proyek. Aksesibilitas dalam
hal 'klik' juga baik. Dari memasuki halaman depan hingga memulai proses pendaftaran
hanya membutuhkan dua 'klik', karenanya aksesibilitasnya cepat dan mudah.
Dengan mengeklik tautan 'tanggung jawab' di bilah menu atas di halaman depan,
sebuah pengawasan terhadap semua inisiatif CSR Starbucks muncul. Ini memberi
pembaca gambaran umum dan membuatnya mudah dinavigasi dan menemukan apa yang
Anda cari. Harus disebutkan bahwa target audiens utama untuk situs ini diidentifikasi
sebagai pemegang saham, regulator dan konsumen yang sadar, yang secara proaktif
mencari informasi CSR. Namun, para pemangku kepentingan utama juga ditargetkan,
karena situs ini tidak hanya mengarah pada laporan, tetapi juga pada platform luas
berbagai inisiatif CSR, yang mungkin menarik minat para pemangku kepentingan yang
berbeda. Subhalaman CSR utama, telah melebihi jumlah pilihan untuk dipilih oleh
pengguna dan dapat dengan mudah menjadi sedikit berlebihan; inilah mengapa ikhtisar
yang disebutkan sebelumnya adalah 'stasiun menengah' yang sangat efektif dan ramah
pengguna.
Fitur utama pada subhalaman pertanggungjawaban adalah versi baru dari fitur
multimedia tentang proyek Bulan Layanan Global, dengan hyperlink yang mendasari ke
subhalaman yang dianalisis di atas. Menempatkan tautan ke subhalaman lain di sini,
mengilustrasikan bahwa situs web Starbucks tidak hanya beroperasi pada tingkat vertikal,
tetapi pengguna memiliki kesempatan untuk bergerak melintasi tingkat horizontal, yaitu
menavigasi dari subhalaman ke subhalaman tanpa harus kembali ke halaman depan .
Selain itu, penggunaan saluran komunikasi alternatif online kemungkinan akan
memperluas audiens target untuk mencakup beberapa kelompok pemangku kepentingan.
Di bawah klip video adalah tajuk lain, yang memandu pembaca ke bagian subhalaman
yang tersisa, yaitu kegiatan CSR Starbucks secara umum. Dikatakan: "Kami selalu
16
percaya bahwa bisnis dapat - dan harus - memiliki dampak positif pada komunitas yang
mereka layani". Dalam pernyataan ini, pembingkaian tanggung jawab telah diterapkan
untuk menekankan mengapa Starbucks terlibat dalam semua kegiatan CSR yang
disajikan lebih lanjut di halaman ini, yaitu berfungsi sebagai isyarat kontekstual untuk
mengurangi skeptisisme para pemangku kepentingan. Secara tidak langsung, kalimatnya
adalah untuk mempengaruhi pemangku kepentingan untuk percaya bahwa tidak ada motif
tersembunyi untuk kegiatan CSR yang berbeda; alasan mengapa Starbucks adalah pemain
CSR yang aktif adalah hanya karena ia memiliki kewajiban untuk berdampak positif
terhadap lingkungannya. Selain itu, dengan menyatakan bahwa 'kami selalu percaya
bahwa bisnis [secara umum],' Starbucks memaksa pembaca untuk membandingkan
perusahaan dengan kegiatan CSR perusahaan lain. Karena pembaca sangat terpengaruh
oleh semua isyarat kontekstual spesifik perusahaan di situs web, skema mental mereka
akan secara otomatis memanfaatkan ini untuk mengevaluasi Starbucks secara positif.
Di sisi kiri semua subhalaman, terdapat tautan ke laporan CSR, daftar hubungan
strategis Starbucks (mis. Apendiks 9), atau tautan ke prakarsa lain, yang mendorong
pembaca untuk berpartisipasi dan / atau mengambil tindakan (mis. Apendiks 7). Selain
17
itu, ditemukan di semua halaman adalah kesempatan untuk berlangganan, mengikuti atau
suka di media sosial tersebut.
Butir terakhir untuk analisis adalah laporan CSR, yang dapat diperoleh dari
beberapa subhalaman. Cara tercepat untuk mencapainya memerlukan tidak lebih dari dua
klik - tiga klik dan itu diunduh, panah merah mengarah ke suatu tautan, yang mengarah
ke subhalaman lain, yang berisi tautan langsung. Target sasaran utama dari laporan ini
adalah para pemegang saham Starbucks, calon investor, regulator, LSM, aktivis, dan
pakar CSR lainnya. Kelompok pemangku kepentingan ini secara proaktif mencari
informasi spesifik tentang apa yang dilakukan Starbucks dan mengapa, serta dampak dan
legitimasi perjanjian ini. Karena target audiens yang beragam ini, Starbucks harus
menyeimbangkan arti-penting etika, hukum, dan motif ekonomi untuk memenuhi semua
kebutuhan.
Selain kutipan-kutipan ini, tujuan Starbucks di masa depan dan kemajuan saat ini,
serta kinerja dan dampak sebelumnya ditunjukkan oleh angka, ilustrasi visual, dan
penjelasan pada halaman 7-16 dalam laporan. Tujuan dan indikator kemajuan ini
disajikan untuk pembelian kopi & dukungan petani, keterlibatan masyarakat, daur ulang
& gelas yang dapat digunakan kembali dan energi & air. Di sini, baik studi kasus, target
dan tren disajikan, serta komitmen Starbucks dalam hal input, durasi, dampak dan
kecocokan ditekankan hal ini berlaku untuk seluuruh laporan.
Analisis Masalah
Berdasarkan analisis empat bagian dari situs web perusahaan Starbucks, terbukti
bahwa Starbucks secara aktif terlibat dalam serangkaian inisiatif CSR mulai dari
komitmen kepada masyarakat setempat, dukungan bagi petani kopi, kepedulian terhadap
lingkungan dan dampak Starbucks terhadapnya, komitmen ke sejumlah standar CSR
resmi, serta merangkul keragaman. Semua pendekatan ini terintegrasi ke dalam strategi
bisnis Starbucks dan budaya perusahaan.
18
Selain itu, dapat diperoleh dari analisis bahwa Starbucks menyadari kebutuhan
dan harapan informasi para pemangku kepentingan yang berbeda, dan secara eksplisit
menyesuaikan komunikasi CSR-nya dengan berbagai pemangku kepentingan. Ini terlihat
jelas pada subhalaman pertanggungjawaban, di mana berbagai inisiatif Starbucks dibagi
menjadi beberapa kategori (Komunitas, Sumber Etis, Lingkungan, Keanekaragaman, dan
Kebugaran). Pelanggan, karyawan, dan komunitas lokal ditargetkan melalui bagian
Komunitas, karena mereka dapat lebih baik berhubungan dengan membantu dan terlibat
dalam komunitas mereka sendiri, yang disimpulkan oleh penelitian MORI. Judul dan
subjudul yang dirancang untuk para pemangku kepentingan ini di seluruh situs web, juga
menekankan kewajiban terhadap komunitas sendiri, yang jelas menggambarkan bahwa
teori Hallahan (1999) tentang pembingkaian tanggung jawab dan atribut telah diterapkan,
untuk mempermainkan emosi pembaca dan kesadaran. Ada fokus utama pada komunikasi
'kita', yang terbukti melalui penggunaan frasa seperti 'bersama kita dapat', 'bergabunglah
dengan kami', 'bantu kami', dll. Ini mendorong kerja tim dan pembangunan hubungan,
yang pada gilirannya dapat menciptakan ikatan antara pelanggan / karyawan dan
Starbucks dan dengan demikian menciptakan loyalitas. Pemasok Starbucks (petani)
secara langsung ditargetkan melalui bagian Sumber dan Keanekaragaman Etis,
sedangkan bagian lingkungan ditargetkan pada LSM dan aktivis. Sebagai akibatnya,
Starbucks mempertahankan legitimasi organisasinya dengan menangani semua pemangku
kepentingannya dan memenuhi harapan mereka. Sehubungan dengan konten pesan,
laporan memperkenalkan setiap topik CSR dengan menyoroti kepedulian dan komitmen
Starbucks untuk memperbaiki masalah yang diberikan. Kemudian, pentingnya
mengambil tindakan ditekankan dan akhirnya indikator dari apa yang dilakukan
Starbucks, telah dilakukan dan akan dilakukan, serta dampak dari tindakannya
dinyatakan. Urutan informasi ini membingkai Starbucks sebagai pelopor pada beberapa
masalah sosial dan lingkungan dan menyoroti semua aspek konten pesan, yang Du et al.
(2010) menyarankan untuk meningkatkan efisiensi komunikasi.
19
input, komitmen, dan hasil Starbucks disediakan, serta Starbucks menekankan relevansi
keterlibatannya.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis konten empat bagian dari situs web perusahaan Starbucks,
ditetapkan bahwa Starbucks berhasil membedakan komunikasi CSR-nya dan
menyesuaikannya untuk mengatasi berbagai kelompok pemangku kepentingan ini.
Starbucks menggunakan berbagai perangkat komunikasi online untuk memperluas target
audiens dan jangkauan komunikasi CSR-nya. Isi dari subhalaman komunitas secara
khusus ditargetkan pada pelanggan dan karyawan Starbucks, sedangkan laporan CSR,
sumber etis dan bagian pengelolaan lingkungan ditargetkan pada pemasok, LSM,
investor, regulator dan aktivis.
Dapat diperdebatkan bahwa tidak ada motif menguntungkan diri sendiri dan hasil
dalam laporan dan seluruh situs web, yang dapat memicu skeptisisme pemangku
kepentingan dan kecurigaan motif tersembunyi tersembunyi. Ini bisa menjadi masalah
bagi Starbucks, karena perusahaan dapat dituduh melakukan komunikasi CSR yang tidak
transparan. Namun, sebaliknya, komitmen jangka panjang Starbucks terhadap proyek
CSR yang berbeda terus ditekankan, serta pendekatannya yang terintegrasi memberi
sinyal motif ekonomi, mengingat pendekatan CSRnya merupakan bagian dari strategi
bisnis secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
20
https://www.scribd.com/doc/217445289/MAKALAH-PELANGGARAN-ETIKA-BISNIS-docx
(Diakses pada 01 Mei 2019)
http://seputar-mahasiswa.blogspot.com/2013/10/pengertian-csr-manfaat-csr-dan_3763.html?m=1
(Diakses pada 01 Mei 2019)
https://www.scribd.com/document/367758377/Pengungkapan-Dan-Transparansi-Eptk-2 (Diakses
pada 01 Mei 2019)
https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2017/04/19/pengungkapan-dan-transparansi-
laporan-keuangan/amp/ (Diakses pada 01 Mei 2019)
21