Pen Ting
Pen Ting
Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok,
Depok, 16436, Indonesia
Email: oktavian.budiansyah@gmail.com
Abstrak
Lapisan karbida vanadium terbentuk di permukaan baja perkakas SKD11 melalui proses
Toyota Diffusion dalam larutan garam selama 7 jam pada suhu 1000oC. Proses TD dilakukan
3 tahap diselingi dengan simulasi keausan dalam aplikasi menggunakan shot blast. Lapisan
yang terbentuk pada setiap tahap dilakukan karakterisasi berupa kekerasan mikro, ketebalan
lapisan, scanning electron microscope (SEM), dan Energy dispersive spectrometry (EDS).
Kekerasan lapisan yang didapat pada TD I, II, dan III adalah 3481 HV, 3105 HV, dan 2943
HV. Sedangkan kekerasan substrat yang didapat 1110 HV, 774 HV, 766 HV. Ketebalan yang
didapat pada TD I, II, dan III ialah 8.8 µm, 6.1 µm, dan 4.6 µm. Kekerasan dan ketebalan
serta persentase karbon yang dihasilkan semakin berkurang seiring dengan banyaknya
pengulangan proses.
Abstract
Vanadium carbide coating on SKD 11 tool steel were prepared by Toyota Diffusion process
in molten salt bath for 7 h at 1000oC. TD process was performed 3 times with shot blast in
each stage to simulated wear in applications. The obtained coatings were characterized
through micro hardness, coating thickness, scanning electron microscope (SEM), and energy
dispersive spectrometry (EDS). Coating hardness values in TD I, II and III were 3481 HV,
3105 HV, and 2943 HV. Respectively, whereas the substrate hardness values were 1110 HV,
774 HV, 766 HV. The obtained thickness in TD I, II and III were 8.8 µm, 6.1 µm, and 4.6
µm. Respectively, the hardness, thickness value and carbon content decreased with repeated
process.
Keywords: Tool steel, Toyota Diffusion Process, Salt bath, Vanadium Carbide, Carbon Effect
Tool Steel atau Baja Perkakas adalah jenis baja paduan dengan paduan utama Cr, Mo,
V, (> 0.5%)[1]. Unsur-unsur paduan tersebut membuat baja tersebut mempunyai sifat mekanik
(kekerasan, ketahanan abrasi, kemampuan potong, kekerasan pada temperatur tinggi) yang
sangat baik sehingga baja tersebut dapat digunakan sebagai tool (perkakas), misalkan sebagai
mold, dies atau pisau. Umumnya Tool Steel digunakan setelah di heat treatment (perlakuan
panas), hal ini bertujuan untuk mendapatkan sifat mekanik yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan.
Baja yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah baja SKD11. Baja perkakas
SKD 11 adalah jenis baja berkualitas tinggi yang dibuat untuk diaplikasikan sebagai alat
pemotong, alat pembentuk, dan sebagai cetakan. Baja perkakas SKD 11 merupakan baja
perkakas yang banyak dipergunakan dalam industri karena kandungan khromium yang tinggi,
serta elemen pembentuk karbida seperti molybdenum dan vanadium sehingga baja SKD 11
memiliki karkateristik ketahanan aus yang tinggi, tahan terhadap tekanan kompresi, stabilitas
yang baik saat dilakukan pengerasan, dll[4].
Surface Hardening umumnya dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu layer
additions (fisik) dan substrate treatment (kimiawi). Layer additions merupakan salah satu
metode pengerasan permukaan menggunakan thin layers, coatings, dan lapisan pengelasan.
Kelompok kedua dari jenis surface hardening ialah substrate treatment yang meliputi metode
difusi dan selective hardening. Metode difusi memodifikasi komposisi kimia dari permukaan
material seperti karburisasi, nitridasi, boronisasi. Metode difusi ini memungkinkan
pengerasan yang efektif ke seluruh permukaan dari material.
Pada proses Thermo Reactive Deposition / Diffusion, karbon dalam baja berdifusi ke
lapisan yang mengandung carbide forming element seperti vanadium, niobium, tungsten, etc.
karbon yang berdifusi bereaksi dengan carbide forming element membentuk karbida yang
terlihat seperti coating di permukaan[7].
Proses TD dimulai dengan pemanasan awal pada suhu 500-700 oC untuk mengurangi distorsi
dan mengurangi waktu proses pemanasan saat TD berlangsung. Proses TD sendiri dilakukan
pada suhu 850-1050 oC selama 4-10 jam. Setelah dilakukan proses TD baja akan dilakukan
pendinginan dengan media udara, larutan garam, oli, atau nitrogen untuk mendapatkan
substrat yang keras. Setelah pendinginan baja dilakukan tempering atau pemanasan kembali
pada suhu 200-540 oC. Proses pemanasan kembali dapat dilakukan 1-3 kali. Proses
pemanasan kembali bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa yang terdapat dalam baja
Untuk proses TD secara keseluruhan dimulai dari persiapan sampel dapat dituliskan
sebagai berikut :
1. Baja yang ingin dilakukan proses TD dilakukan preparasi yaitu amplas dan poles
yang betujuan untuk menghilangkan oksida-oksida dipermukaan yang dapat
menghalangi vanadium untuk berdifusi kedalam baja.
2. Setelah dilakukan preparasi sampel dilakukan proses TD diiringi dengan
pemanasan kembali sesuai dengan Gambar 2.4. Proses pemanasan kembali ini
bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa dalam baja akibat proses
pendinginan cepat menggunakan gas nitrogen. Proses pemanasan kembali ini
dilakukan sebanyak 3 kali pada suhu 180 oC selama 3-5 jam.
3. Setelah pemanasan kembali sampel dicuci dengan menggunakan air pada suhu 80
o
C. Proses ini bertujuan untuk menghilangan endapan garam akibat proses TD di
permukaan baja, proses ini dilakukan sekitar 0.5-8 jam tergantung dengan besar
atau kecilnya baja dan juga bentuk dari baja itu sendiri.
4. Setelah dilakukan pencucian menggunakan air, sampel dilakukan poles sebelum
digunakan dalam aplikasi. Proses ini bertujuan untuk memperhalus permukaan
dan estetika
Elemen pembentuk karbida yang ditambahkan dalam bentuk serbuk larut dalam
boraks
Karbon dalam baja berikatan dengan elemen pembentuk karbida yang ada dalam
larutan garam dan kemudian membentuk lapisan karbida di permukaan
Lapisan karbida di permukaan menebal akibat reaksi terus menerus antara elemen
pembentuk karbida dengan karbon dalam baja seiring dengan lamanya proses TD.
3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan baja perkakas (JIS) SKD 11 dengan
ukuran 50x15x10 mm. Komposisi kimia dari baja (JIS) SKD 11 ialah sebagai berikut :
Elemen C Mn Si Cr Mo V
Berat % 1.55 0.4 0.3 11.8 0.8 0.8
Dalam penelitian kali ini digunakan material SKD 11 atau AISI D2 sebagai sampel
yang akan dilakukan proses perlakuan panas. Proses perlakuan panas yang dilakukan adalah
Toyota Diffusion Process.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah sampel yang sudah dipersiapkan
dilakukan preheat pada suhu 400 – 600 oC selama 4-6 jam. Preheat ini bertujuan untuk
mengurangi thermal shock pada saat pendinginan nanti dimana dari suhu sekitar 1030 oC
kemudian dilakukan pendinginan menggunakan media nitrogen. Setelah dilakukan preheat
kemudian dilakukan pemanasan dalam lartuan garam hingga suhu austenisasi sekitar 1030 oC
selama 8 jam. Larutan garam yang digunakan berupa campuran boraks (Na2B4O7) dengan
ferrovanadium dengan komposisi 2:5. Setelah dilakukan pemanasan sampel dilakukan
pendinginan menggunakan media nitrogen yang dilanjutkan dengan kipas hingga suhu 50-80
o
C. Setelah dingin sampel dilakukan tempering selama 3-5 jam pada suhu 180 oC. Kemudian
setelah dilakukan tempering sampel dicuci menggunakan air dengan suhu 80 oC selama 30-60
menit. Setelah pencucian, sampel dipoles hingga mengkilap.
Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian kali ini ialah pengujian kekerasan,
pengamatan struktur mikro, scanning electron microscope (SEM), dan pengujian kadar
karbon. Pengujian kekerasan digunakan metode Vickers, dimana pengujian dengan metode
ini merupakan salah satu jenis microhardness mengingat ketebalan lapisan TD hanya berkisar
2-20 µm. Pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik dengan tujuan melihat
struktur yang terbentuk dibawah lapisan karbida vanadium. Sebelum dilakukan pengamatan
struktur mikro, sampel dilakukan preparasi dan dietsa menggunakan nital 3% dengan waktu
5-10 detik. Scanning electron microscope (SEM) bertujuan untuk menghitung ketebalan
lapisan karbida yang tebentuk selama proses TD. Untuk pengujian kadar karbon tetap
menggunakan mesin SEM namun dalam mode yang berbeda yaitu mode Energy Dispersive
Spectrometer (EDS), Pengujian kadar karbon dilakukan pada 2 titik utama, yaitu titik dimana
lapisan karbida yang terbentuk dan titik dengan kedalaman 14-18 μm dari permukaan.
A1 3481
B1 3105
C1 2943
A2 1110
B2 774
C2 766
A B C
A A A
Gambar 3. Mikrostruktur Baja (JIS) SKD 11Dengan Perbesaran 500x, Etsa 3% Nital
(A) Proses TD 1 (B) Proses TD 2 (C) Proses TD 3
Berikut ini merupakan hasil SEM baja (JIS) SKD 11 setelah proses TD :
A
A
B
A
Gambar 4. Hasil SEM Baja (JIS) SKD 11Dengan Perbesaran 500x, Etsa 3% Nital
(A) TD 1 (B) TD 2 (C) TD 3
Berikut ini merupakan hasil EDS baja (JIS) SKD 11 setelah proses TD :
Tabel 5. Hasil Uji Kadar Karbon
TD 1 11.9 3.3
TD 2 9.67 2.38
TD 3 7.15 2.20
4000
3500
3000
2500
VHN
2000 Permukaan
1500 Substrat
1000
500
0
1 2 3
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa sampel dengan hanya 1 kali menggunakan
proses TD memiliki kekerasan tertinggi, baik pada bagian permukaan maupun pada bagian
dalam dari sampel. Hal ini dikarenakan pada proses TD yang pertama jumlah karbon yang
ada masih lebih banyak dibandingkan dengan proses TD yang selanjutnya. Karbon
merupakan unsur yang memperngaruhi kekerasan dari baja. Pada proses TD 1, vanadium
yang berdifusi kedalam baja berikatan dengan karbon yang ada dalam baja kemudian
membentuk karbida vanadium yang sangat keras. Proses difusi yang terjadi dalam proses TD
ialah vakansi dimana atom vanadium yang larut dalam larutan garam berdifusi dalam vakansi
atom karbon dan membentuk senyawa karbida vanadium. Pada proses TD 2 dan 3 hal yang
sama terjadi pada baja dimana vanadium yang ada dalam larutan garam berikatan dengan
karbon yang ada dalam baja namun pada proses TD 2 dan 3 kadar karbon yang ada dalam
baja sudah berkurang seiring dengan proses TD yang berlangsung sebelumnya, sehingga
secara teori kekerasan yang didapat pada proses TD 2 dan 3 akan berkurang.
Dapat dilihat pada Gambar 3a bahwa yg berwarna putih merupakan chrome carbide
dan garis-garis yang terlihat seperti rambut merupakan martensite temper, jika dibandingkan
dengan Gambar 3b dan 3c, chrome carbide yang terbentuk pada Gambar 3b dan 3c lebih
tersebar merata ke bagian dalam, hal ini terjadi karena vanadium merupakan grain refinement
atau unsur penghalus butir, jadi selama proses TD vanadium terus berdifusi masuk kedalam
10
9
8
7
6
µm
5
4 Ketebalan Lapisan
3
2
1
0
1 2 3
Proses TD
Dapat dilihat pada Gambar 4 bahwa terdapat 3 lapisan yang terdiri dari 3 warna yang
berbeda, yaitu lapisan yang berwarna hitam dimana lapisan tersebut merupakan resin yang
digunakan sebagai mounting, lapisan yang berwarna abu-abu dimana lapisan tersebut
merupakan lapisan karbida yang terbentuk sebagai hasil dari proses TD dan lapisan terakhir
berwarna putih dimana lapisan tersebut merupakan logam dasar yang digunakan dalam
penelitian kali ini yaitu baja SKD 11. Dari hasil uji SEM juga dapat terlihat bahwa ketebalan
lapisan yang terlihat tidak sama meskipun lapisan terbentuk dalam sisi yang sama. Hal ini
mungkin dikarenakan pada sisi tersebut terdapat oksida di permukaan sampelnya sehingga
proses difusi tidak berlangsung optimal dan menyebabkan ketebalan yang tidak merata.
12
10
8 TD 1
%wt
TD 2
6
TD 3
4
0
titik 1 titik 2
Kadar karbon pada titik 1 dimana titik tersebut merupakan titik yang ada pada lapisan
karbida mengalami penurunun dari 11.9% pada TD 1 menjadi 9.67% pada TD 2 dan menjadi
7.15% pada TD 3. Titik 2 juga mengalami pemurunan dari 3.3% pada TD 1 menjadi 2.38%
pada TD 2 dan menjadi 2.2% pada TD 3. Hal ini sesuai dengan teori dimana elemen
pembentuk karbida yang ditambahkan berikatan dengan karbon yang ada dalam baja dan
membentuk lapisan karbida pada permukaan baja sehingga apabila dilakukan proses yang
sama berulang kali, maka kadar karbon yang ada didalam baja juga akan mengalami
penurunan seiring dengan banyaknya pengulangan proses yang dilakukan.
Berdasarkan hasil EDS yang didapat, dapat kita lihat korelasi antara kekerasan dengan
kadar karbon yang terdapat dalam baja. Pada EDS dapat kita lihat bahwa kandungan karbon
tertinggi terdapat pada proses TD 1 baik pada bagian lapisan karbida yang terbentuk, maupun
pada bagian substrat. Jika dihubungkan dengan hasil uji kekerasan pada subbab 4.1 dapat
dilihat bahwa kekerasan yang tertinggi pada bagian lapisan dan substrat juga dimiliki oleh
baja yang merupakan hasil proses TD yang pertama. Hal ini membuktikan bahwa karbon
memiliki peranan yang cukup penting dalam hal kekerasan, baik karbon yang ada dalam
bentuk unsur saja, maupun karbon yang berikatan dengan elemen pembentuk karbida yang
membentuk lapisan karbida pada permukaan sampel.
Berdasarkan hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan dari penelitian ini, yaitu :
1. Proses TD yang berulang mengakibatkan kekerasan, ketebalan dan kadar
karbon yang didapat berkurang seiring dengan banyaknya pengulangan proses.
2. Kekerasan permukaan yang dihasilkan pada TD I, II dan III dalam penelitian
ini ialah 3481 HV, 3105 HV, dan 2943 HV. Sedangkan untuk kekerasan
substratnya ialah 1110 HV, 774 HV, dan 766 HV.
3. Persentase penurunan kekerasan sebesar 10.8 % dari TD I ke TD II dan 5.2%
dari TD II ke TD III.
4. Ketebalan lapisan TD yang didapat pada TD I, II dan III dalam penelitian ini
8.8 µm, 6.1 µm dan 4.6 µm
5. Persentase penurunan ketebalan sebesar 30.7 % dari TD I ke TD II dan 24.5 %
dari TD II ke TD III
6. Kadar karbon pada substrat yang didapat pada TD I, II dan III dalam
penelitian ini 3.3%, 2.38% dan 2.2%.
7. Persentase penurunan kadar karbon sebesar 27% dari TD I ke TD II dan 7.5 %
dari TD II ke TD III
7. Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk proses yang berulang hingga 5 kali
2. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan variable material lain, waktu proses,
dan suhu proses.
3. Perlu adanya pengujian keausan untuk dapat memperkirakan umur pakai dari
material yang dikenai proses TD
8. Referensi
[1] Heat Treating. ASM Handbook. Vol. 4. ASM International Handbook
Committee, (1990). pp 1000-1002
[2] D.B.Dobbins. Thermal Diffusion Process can extend tooling life. Metal
Forming Magazine. (1995). Diakses dari :
<http://www.tdcoating.com/literature/t2-08MFM1995May.html> pada tanggal
20 Juni 2014