Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definis

Periode post partum ( puerperium ) atau juga sering disebut masa nifas adalah masa
sejak ibu melahirkan bayi ( bayi lahir ) sampai 6 minggu ( 42 hari ) kemudian. Kadang juga
disebut masa trimester IV ( Piliteri, 1998 ).

Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).

Post partum adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan
untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. (
Ibrahim C, 1998).

2.2 Tahapan Postpasrtum

Tahapan postpartum terbagi menjadi tiga tahapan,yaitu :


1. Puerperiumdini suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiridan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedialSuatu masa dimana kepulihan dari organ-
organreproduksiselama kurang lebih enam minggu.
3. Remote puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehatkembali dlam
keadaan sempurna terutama ibu bila ibu
selamahamilatauwaktupersalinanmengalamikomplikasi

KUNJUNGAN POST PARTUM SESUAI KEBIJAKAN PROGAM NASIONAL


Kebijakan program nasional pada post partum yaitu paling sedikit empatkali
melakukan kunjungan pada post partum , dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibunifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya.Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan
masanifas:
JADWAL KUNJUNGAN DI RUMAH
Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan
untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skirining yang
komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan
bayi sehat, serta memberikan pelayanan keluarga berencana (Prawirohardjo, 2002)
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya ibu
mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila
tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang
melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan keluarga juga
berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian
sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan
waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan
nifas.
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling.
Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat
berinteraksi dalam suasana yang respek dan kekeluargaan. Tantangan yang dihadapi bidan
dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu dan bayi di rumah pada
pelaksanaannya bisa cukup umur, sehingga bidan akan memberi banyak kesempatan untuk
menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan suatu pikiran kreatif
perawatan bersama keluarga.
1. Perencanaan Kunjungan Rumah
a) Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam
setelah kepulangan klien ke rumah
b) Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan
waktu kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota
keluarga
c) Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
2. Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan. Tindakan kewaspadaan
ini dapat meliputi:
a) Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien
b) Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat perhatikan keadaan
disekitar lingkungan rumah klien
c) Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan
d) Beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai (Ambar, 2009).

Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi
karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu sehat
maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat. Ibu yang sehat
juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia. Jadwal kunjungan rumah paling sedikit
dilakukan 4x, yaitu diantaranya :
1. Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu
melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin
keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari
bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24
jam pasca salin.
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
c) Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif,
cara menyusui yag baik, mencegah nyeri puting dan perawatan puting (Meilani, 2009:
54)
d) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
e) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
f) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil .
g) Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang semestinya, adakah
tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak
keras dan TFU menaik.
h) Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien
mengenai involusi uterus.
i) Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.
j) Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga),
pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan.
k) Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun
bayi dan rencana menghadai kegawat daruratan (Meilani, 2009: 54)

2. Kunjungan2 (6 hari setelah persalinan)


Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca salin dimana ibu sudah bias
melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala.
Tujuan dari dilakukannya kunjungan yang kedua yaitu :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
c) Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
d) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
e) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat (Ambarwati, 2010)
f) Diet : makanan seimbang, banyak mengandung protein, serat dan air sebanyak 8-10 gelas
per hari untuk mencegah konstipasi kebutuhan kalori untuk laktasi, zat besi, vitamin A.
g) Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan perineum.
h) Senam kegel serta senam perut yang ringan tergantung pada kondisi ibu.
i) Kebutuhan akan istirahat : cukup tidur.
j) Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues.
k) Keluarga berencana melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas.
l) Tanda-tanda bahaya : kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika ada tanda-tanda
bahaya,
m) Perjanjian untuk pertemuan berikutnya (Meilani, 2009: 54).

3. Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah persalinan)


Kunjungan ke tiga dilakukan setelah 2 minggu pasca dimana untuk teknis
pemeriksaannya sama persis dengan pemeriksaan pada kunjungan yang kedua. Untuk lebih
jelasnya tujuan daripada kunjungan yang ketiga yaitu :
a. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal (Ambarwati, 2010).
b. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
d. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
e. Gizi : zat besi/ folat, makanan yang bergizi
f. Menentukan dan menyediakan metode dan alat KB
g. Senam : rencana senam lebih kuat dan menyeluruh setelah otot abdomen kembali normal
h. Keterampilan membesarkan dan membina anak
i. Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu
j. Rencana untuk chek-up bayi serta imunisasi (Meilani, 2009: 54-55).

4. Kunjungan 4 (4-6 minggu setelah persalinan)


Untuk kunjungan yang ke empat lebih difokuskan pada penyulit dan juga keadaan
laktasinya. Lebih jelasnya tujuan dari kunjungan ke empat yaitu :
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau ibu hadapi
b. Tali pusat harus tetap kencang
c. Perhatikan kondisi umum bayi (Ambarwati, 2009: 88).
d. Memberikan konseling mengenai imunisasi, senam nifas serta KB secara dini .

2.3 Klasifikasi
Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan, tetapi tidak lebih dari
380C berturut–turut selama dua hari, kemungkinan terjadai infeksi.Uterus yang telah
menyelesaikan tugasnya, akan menjadi keras karenakontraksinya, sehingga terdapat
penutupan pembuluh darah. Kontraksi uterus diikuti his pengiring menimbulkan rasa
nyeri disebut “nyeri ikutan” (after pain) terutama pada multipara.Masa puerpenium
diikuti pengeluaran cairan sisa lapisanendometrium dan sisa dari tempat implantasi
plasenta disebut lokia.Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya
sebagaiberikut :
a. Lokia Rubra ( Kruenta )
 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam
 Terdiri dari sel desidua, verniks kasesosa, rambut lanugo, sisamekoneum, sisa
darah.
b. Lokia Sanginolenta
 3 sampai 7 hari
 Berwarna kekuningan
c. Lokia Serosa
 7 sampai 14 hari
 Berwarna kekuningan
d. Lokia Alba
 Setelah hari 14
 Berwarna putihPerubahan patrun ( pengeluaran lokia) menunjukan keadaan yang
abnormalseperti :
o Perdarahan berkepanjangan
o Pengeluaran lokia tertahan ( lokia statika )
e. Lokia purulenta, berbentuk nanah
Rasa nyeri berlebihan
Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga
Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan
Terjadi infeksi intrauterine

2.4 Masalah umum


Melahirkan si Kecil adalah momen yang sangat membahagiakan. Kebahagiaan ini
seakan mengalahkan segala kelelahan yang dirasakan oleh ibu yang baru saja
melahirkan. Namun, perlu dicermati juga beberapa gangguan atau keluhan yang bisa saja
dialami oleh ibu pada masa nifas ini. Dengan begitu, ibu diharapkan dapat bersikap
bijaksana agar keluhan pada masa pasca melahirkan ini dapat diatasi. Nah, apa sajakah
gangguan ibu pada masa nifas? Berikut ini ulasannya ya, Mam.
1. Anemia
Anemia bisa disebabkan karena infeksi akibat perdarahan, kelelahan karena proses
persalinan yang lama, dan sudah menderita anemia sejak masa kehamilan. Untuk
mengatasinya, konsumsilah suplemen zat besi ya, Mam.
2. Perdarahan hebat
Masa nifas ditandai dengan keluarnya darah atau perdarahan selama sekitar 40 hari.
Pada hari pertama hingga kedua setelah melahirkan, darah segar yang keluar bercampur
sisa ketuban, kemudian darah bercampur lendir. Lalu, setelah seminggu darah akan
berubah menjadi kuning kecokelatan, lalu lendir keruh. Pada akhir masa nifas, akan
keluar cairan berwarna bening.
3. Rambut rontok
Rambut rontok wajar dialami oleh ibu pada masa nifas. Hal ini disebabkan adanya
penurunan hormon secara drastis. Gangguan ini biasa diatasi dengan menggunakan
produk shampoo dan kondisioner yang berkualitas, mengonsumsi makanan yang
mengandung vitamin E, memotong rambut lebih pendek, dll.
4. Payudara bengkak
Pada masa nifas juga terjadi proses menyusui. Mulainya proses menyusui ditandai
dengan payudara membengkak, keras, dan menghitam di sekitar puting susu. Bahkan,
payudara bengkak ini pada sebagian ibu diserta rasa nyeri bahkan demam.
5. Emosi yang tidak stabil (baby blues)
Ibu akan bisa merasa bahagia, bangga dan tiba-tiba menjadi sedih dan cemas. Kondisi
emosi ini disebabkan karena faktor perubahan hormon, kelelahan, kurangnya perhatian
keluarga, dll.
6. Infeksi vagina
Infeksi pada vagina ini ditandai dengan vagina berbau tidak sedap, terasa perih, panas,
berwarna merah, bahkan terdapat nanah. Infeksi jalan lahir ini bisa diatasi dengan selalu
menjaga kebersihan daerah kewanitaan.
7. Pegal
Proses persalinan yang mengeluarkan banyak energi serta kelelahan merawat bayi
membuat badan Anda terasa pegal. Anda bisa mengatasinya dengan memijat badan Anda
secara tepat.
8. Perut mulas
Perut mulas disebabkan adanya kontraksi untuk merapatkan dinding rahim sehingga
rahim akan mengecil secara berangsur-angsur.
9. Susah buang air kecil
Susah buang air kecil disebabkan karena terjadi penyempitan pada saluran kencing
akibat ditekan oleh kepala bayi saat proses kelahiran.
10. Wasir atau ambein
Gangguan ini biasanya disebabkan karena ibu salah mengejan saat proses persalinan
atau gangguan sembelit yang berkepanjangan.
11. Sembelit atau konstipasi
Sembelit pada masa nifas terjadi karena adanya perubahan kadar hormon dan
kurangnya gerakan tubuh sehingga fungsi usus menurun.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo,2008:
1. Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan dll
3. Payudara: air susu, puting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekres yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan

2.6 Penatalaksanaan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca
persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan
dan hari ke 4 sampai sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan
3. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung kemih
panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi. Dengan melakukan mobilisasi
secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi (Mansjoer, A dkk, 2001).
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila terjadi
opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi
febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per oral atatupun per rektal. Dengan
melakukan mobilisasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi
(Manjoer, A dkk, 2001)
5. Perawatan payudara
a) Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering
sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
b) Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus tetap
menyusui agar puting selalu sering tertarik.
c) Puting lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara tidak
benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik menyusui yang benar,
puting harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin. Monilia diterapi dengan
menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusuinya
ditunda 24 jam sampai 48 jam air susu ibu dikeluarkan dengan atau pompa.
d) Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar karena
bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaan
dengan menyusui lebih sering dan kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan
pompa dan pemberian analgesic.
e) Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa
minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres hangat atau dingin,
pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
f) Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi, diberikan
antibiotik dan analgesic
g) Bayi yang tidak suka menyusu
Keadaan ini dapat disebabkan pancaran air susu ibu yang terlalu kuat sehingga
mulut bayi terlalu penuh, bingung puting pada bayi yang menyusui diselang
seling dengan susu botol, puting rata yang terlalu kecil dan bayi mengantuk.
Pancaran air susu ibu yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering,
memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlengtang dengan
bayi ditaruh diatas payudara.
Pada bayi dengan bingung puting, hindari dengan emakaian dot btol dan
gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti air susu ibu. Pada bayi
mengantuk yang sudah waktunya diberikan air susu ibu, usahakan agar bayi
terbangun (Manjoer, A,dkk,2001)
6. Laktasi
Disamping air susu ibu merupakan makanan utama bayi yang tidak ada
bandingannya, menyusui bayi baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan
anak. Setelah partus pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis
hilang. Timbul pengaruh lactogen hormon prolaktin kembali dan pengaruh oksitosin
mengakibatkan miop telium kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air
susu. Umumnya produksi air susu ibu berlansung betul pada hari kedua dan ketiga pasca
persalinan. Pada hari pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan
kuning lebih kental daripada susu, mengandung banyak protein dan globulin.
7. Perasaan mulas
Sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat mengganggu selama 2 – 3 hari
pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara dibanding primipara. Perasaan
mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bula masih ada sisah selaput
ketuban, sisa plasenta atau giumpalan darah dalam cavum uteri. Pasien dapat diberikan
analgesic atau sedative (Mansjoer, A dkk, 2001)
8. Latihan senam
Dapat diberikan mulai hari kedua misalnya: ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk,
kedua tangan ditaruh diatas dan menekan perut. Lakukan pernafasan dada lalu
pernafasan perut. Dengan posisi yang sama angkat bokong lalu tarung kembali. Kedua
kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan
defekasi. Duduklah pada kursi perlahan bungkukkan badan sambil tangan berusaha
menyentuh tumit.
9. Dianjurkan untuk mengambil cuti hamil
10. Pemeriksaan pasca persalinan:
a. Pemeriksaan umum: tekanan darah, nadi, keluahan dll
b. Keadaan umum : suhu, selera makan dll
c. Payudara : air susu ibu, puting susu
d. Dinding perut : perinium, kandung kemih, rektum
e. Sekret yang keluar misalnya loche, flour albus
f. Nasehat untuk ibu post natal
1. Sebaiknya bayi disusui
2. Bawakan bayi untuk imunisasi
3. Lakukanlah keluarga berencana
4. Fisiotrapi post natal sangat baik bila diberikan

2.7

2.8

2.9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

- Penyesuaian emosional ibu (persepsi, koping, dan dukungan)

- Pengetahuan ibu tentang perawatan diri sendiri dan bayi

- Partisipasi ayah dalam penyesuaian menjadi orang tua

- Kaji interaksi antar anggota keluarga

Tujuan:

Umum : Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga

Khusus :

1. Terpenuhi kebutuhan dasar ( bio-psiko- sosial- spiritual ) secara mandiri.

2. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah

3.2 Diagnosa keperawatan

 Diagnosa keperawatan 1: Gangguan ketidaknyamanan berhubungan dengan nyeri,


kelelahan berlebihan

Kriteria evaluasi

Klien dapat:

- Mengidentifikasi sumber ketidaknyamanan

- Menggunakan tindakan-tindakan tepat untuk menurunkan ketidaknyamanan

Tindakan keperawatan
Intervensi Rasional

Mandiri

Inspeksi payudara dan jaringan puting: Pembesaran payudara, nyeri tekan puting,
perhatikan adanya pembesaran dan/atau atau adanya pecah pada puting (pada klien
puting pecah menyusui) dapat terjadi 2-3 hari pascapartum
dan mengakibatkan ketidaknyamanan hebat

Tinjau ulang intervensi khusus yang tepat Menurunkan tingkat ketidaknyamanan atau
untuk klien menyusui atau tidak menyusui nyeri dan meningkatkan perawatan diri dan
rasa kontrol

Kaji nyeri tekan uterus : kaji adanya dan Nyeri penyerta dapat berlajut 2-3 hari pasca
frekuensi atau intensitas nyeri penyerta partunm meskipun frekuensi dan
intensitasnya berkurang sesuai waktu.
Faktor-faktor yang menyebabkan nyeri
penyerta meliputi multiparitas, distensi uterus
berlebihan, dan menyusui

Pastikan frekuensi/jumlah berkemih. Kembalinya fungsi kandung kemih normal


Ajarkan klien latihan kegel. dapat memrlukan waktu 4-7 hari, dan over
distensi kandung kemih dapat menciptakan
perasaan dorongan dan ketidaknyamanan.
Latihan kegel dapat membantu penyembuhan
dan pemulihan tonus otot pubokoksigeal
untuk memabatasi stres urinarius
inkontinens.

Inspeksi kondisi perineum atau sisi Mengidentifikasi sumber nyeri dan


perbaikan episisotomi. Perhatikan adanya ketidaknyamanan
edema, ekimosis, laserasi.

Ajarkan penggunaan kompres es, kompres dingin dilakukanuntuk menurunkan


semprotan, salem topikal, krim, duduk edema jika dioerlukan. Panas meningkatkan
dengan otot gluteal terkontraksi di atas sisi vasodilatasi dan pemulihan perineal. Obat
topikal menurunkan ketidaknyamanan dan
perbaikan episisotomi, dan rendam duduk. mengandung anestetik lokal. Penggunaan
pengencangan gluteal saat duduk
menurunkan stres dan tekanan langsung pada
perineum.

Berikan informasi tentang perlunya tidur Kelelahan yang berlebihan dan perasaan
dan istirahat: kaji status emosional dan negatif dapat memperberat ketidaknyamanan
kesejahteraan berkenaan dengan pemulihan normal dan
regenerasi pada periode pascapartum

Anjurkan klien untuk ambulasidan Ambulasi memudahkan fungsi kandung


melakukan aktivitas. Kaji dampak kultural kemih dan usus serta meningkatkan sirkulasi
pada aktivitas. dan pemulihan. Berbagai kelompok budaya
membatasi aktivitas.

Kolaborasi

Anjurkan klien menggunakan analgesik Meningkakan ketidaknyamanan tanpa efek


ringan sesuai ketentuan dokter. Tekankan samping asam asetilsalisilat (penurunan
perlunya menghindari obat yang sintesis protrombin dapat memungkinkan
mengandung aspirin. Untuk klien menyusui, peningkatan rabas lokhia). Analgesik
obat harus dgunakan 30-60 menit sebelum menurunkan ketidaknyamanan berkenaan
menyusui. dengan stimulasi oksitosin terhadap
miometrium selama laktasi.

Anjurkan menggunaan laksatif ringan Meningkatkan eliminasi usus, menurunlan


ketidaknyamanan karena konstipasi

 Diagnosa Keperawatan 2: Potensial peningkatan koping keluarga

Kriteria evaluasi

klien atau keluarga:

- akan mengungkapkan perbaikan bertahap dan transisi perlahan terhadap anggota


keluarga baru ke dalam situasi rumah
- mengidentifikasi tugas-tugas yang mengarah pada perubahan yang diinginkan

- mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan dengan kemajuan dan adaptasi
yang dibuat

Tindakan Keperawatan:

Intervensi Rasional

Mandiri

Evaluasi dukungan, situasi, dan bantuan di Bantuan di rumah adalah elemen penting
rumah misalnya suami, saudara. dalam memudahkan adaptasi pascapartum

Tentukan keberhasalan koping masa lalu Membangun kekuatan peningkatan harga


diri dan meningkatkan kemampuan
menghadapi situasi baru

Anjurkan klien untuk istirahat dan hanya Membiarkan klien untuk memfokuskan
melakukan yang bertanggung jawab langsung energi pada interaksi dengan bayi dan diri
terhadap hal yang berhubungan dengan sendiri; memungkinkan klien untuk
perawatan dirinya sendiri dan bayinya. menghemat energi untuk pemulihan fisik
Anjurkan klien untuk membiarkan orang lain dan emosi.
mengambil tanggung jawab yang
berhubungan dengan pemeliharaan rumah dan
penyediaan makanan.

Diskusikan persepsi klien/pasangan tentang Orang tua baru telah dikenalkan terhadap
penyesuain terhadap bayi dan peran serta dan variasi tingkatan pengalaman stress dan
tanggung jawab menjadi orang tua. Berikan krisi berkenaan dengan penyesuain terhada
informasi tentang normalnya perasaan anak mereka dan integrasi anak kedalam
tidakadekuat, stress. Dokumentasikan area keluarga. Tantangna krisi dapat bertindak
masalah untuk pengkajian yang akan datang sebagai katalisator untuk pertumbuhan dan
untuk meningkatkan kapasitas adaptif.

Evaluasi struktur keluarga dan situasi, Campuran keluarga diakibatkan dari


hubungan anggota satu sama lain, dan latar perkawinan ulang mungkin memerlukan
belakang budaya. periode adaptasi keluarga lebih lama dan
adanya situasi yang lebih kompleks
daripada keluarga inti. Keluarga besar
dapat memberikan dukungan fisik dan
emosi tambahan.

Berikan bimbingan antisipasi yang Krisis yang berkenaan dengan kelahiran


berhubungan dengan waktu yang diperlukan bayi baru lahir sering teratasi dalam 4-6
untuk menyesuaikan terhadap situasi baru dan minggu. Namun, karena tuntutan transisi
anggota keluarga. pertumbuhan krisis dapat berakhir selama 3
bulan.

Kolaborasi

Diskusikan kebutuhan konseling keluarga; Mungkin perlu untuk membantu anggota


buat rujukan yang tepat bila diperlukan. memperbaiki perubahan dan melanjutkan
penyesuain pada peran baru.

3.3 Intervensi

Intervensi prakunjungan

1. Kontak keluarga untuk mengatur detil kunjungan rumah:

a. Perkenalkan diri dan identitas perawat dan lembaga yang diwakilinya


b. Tinjau kembali tujuan tindak lanjut kunjungan rumah
c. Jadwalkan waktu kunjungan yang membuat klien nyaman
d. Pastikan lagi alamat dan jalan ke rumah keluarga tersebut

2. Tinjau kembali dan cari penjelasan tentang data yang ada.

a. Semua data pemeriksaan yang ada untuk ibu dan bayi (misalnya, formulir rujukan,
ringkasan keadaan ibu dan bayi selama dirumah sakit, hal-hal yang perlu dipelajari
oleh keluarga tersebut)
b. Tinjau kembali semua catatan kontak dengan perawat sebelumnya.
c. Kontak pemberi perawatan profesional yang diperlukan untuk mencari penjelasan
data (misalnya, ahli kandungan, bidan, ahli anak, perawat).

3. Identifikasi sumber-sumber dalam masyarakat dan bahan-bahan pengajaran.

4. Rencanakan kunjungan dan siapkan tas dengan peralatannya, bahan-bahan yang


diperlukan untuk pengkajian ibu dan bayi, perawatan antisipasi untuk ibu dan bayi, dan
pengajaran.

Intervensi di rumah: membina hubungan

1. Perkenalkan diri lagi dan sebutkan tujuan kunjungan rumah pascapartum untuk ibu,
bayi, dan keluarga. Beri kesempatan pada keluarga yang dikunjungi untuk menceritakan
harapan mereka dari kunjungan ini.

2. Luangkan sedikit waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga yang dikunjungi guna
mengenal dan menjalin hubungan saling percaya.

Intervensi di rumah: bekerja sama dengan keluarga

1. Lakukan pengkajian sistematis ibu dan bayi baru lahir untuk menentukan penyesuaian
fisiologis dan setiap komplikasi yang ada.

2. Selama kunjungan, kumpulkan data untuk mengkaji penyesuaian emosional setiap


anggota keluarga terhadap bayi baru lahir dan perubahan gaya hidup. Catat ikatan bayi baru
lahir dengan keluarga. Catat hubungan antara ibu, ayah, dan kakek-nenek.

3. Tentukan keadekuatan sistem pendukung.

a. Sampai sejauh manakah bantuan orang yang membantu memasak, membersihkan


rumah, dan melakukan tugas-tugas rumah tangga lain?

b. Sejauh mana bantuan diberikan untuk merawat bayi baru lahir?

c. Apakah orang yang membantu ini mendorong ibu untuk merawat diri dan memperoleh
cukup istirahat?
d. Siapa yang memberi informasi tentang orang yang membantu? Bantuan emosional?

4. Selama kunjungan, perhatikan lingkungan rumah tangga untuk menentukan apakah


sumber-sumber yang ada cukup:

a. Kebersihan umum dan perbaikan yang dilakukan.

b. Jumlah anak tangga yang harus dinaiki oleh ibu.

c. Keadaan kamar mandi dan tempat mencuci baju.

d. Pengaturan rumah untuk bayi: tidur, mandi, persiapan formula, popok dan kebutuhan
lain

5. Selama kunjungan, perhatikan lingkungan rumah secara umum: apakah ada perbaikan
dan aspek pengamanan.

a. Pemakaian tempat tidur atau bermain bayi yang tidak memenuhi standar keamanan.

b. Alat-alat darurat jika terjadi kebakaran, alarm tanda kebakaran, atau tabung pemadam
kebakaran.

6. Beri perawatan untuk ibu dan bayi baru lahir sesuai program dokter keluarga atau
protocol rumah sakit.

7. Beri penyuluhan sesuai kebutuhan yang diidentifikasi.

8. Rujuk keluarga ke sumber masyarakat yang sesuai.

9. Pastikan ibu tahu masalah potensial yang perlu diperhatikan dan siapa yang harus
dihubungi bila terjadi.

Intervensi di rumah: akhir kunjungan

Jika ini adalah kunjungan terakhir dengan keluarga penting untuk mengenali bahwa, baik
wanita maupun perawat memiliki perasaan yang timbul akibat berakhirnya hubungan yang
bermakna dan harus berpisah. Perasaan, seperti marah, penyangkalan, dan sedih adalah
normal dalam situasi ini. Dianjurkan untuk mengungkapkan perasaan tersebut dengan bebas
pada akhir kunjungan. Sering kali pasien terdorong untuk melakukannya setelah perawat
terlebih dahulu mengungkapkan perasaannya.

1. Ulas secara ringkas aktivitas dan hal-hal penting kunjungan.

2. Klasifikasi harapan untuk masa yang akan datang, termasuk jalur kunjungan berikutnya.

3. Tinjau kembali rencana penyuluhan, buat kerangka tulisan.

4. Beri informasi cara mengunjungi perawat atau lembaga, jika diperlukan sebelum jadwal
kunjungan berikutnya.

Intervensi pascakunjungan

1. Dokumentasikan kunjungan, gunakan formulir klinik sebagai catatan yang sah dan
bukti penggantian biaya.

2. Susun rencana pengajaran yang akan menjadi dasar pertemuan berikutnya dengan
pasien/keluarga.

3. Komunikasikan sesuai kebutuhan (melalui telepon, surat, catatan kemajuan, atau


formulir rujukan) dengan dokter, profesional kesehatan lain, atau lembaga rujukan sebagai
perwakilan pasien/keluarga.
BAB IV

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah, Ai Yeyeh,dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan. Jakarta :

Trans Info Media

Liewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar Dasar Obsetri Dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates

http://www.scribd.com/doc/76412383/Manajemen-Rujukan-Kasus-Pph-Untuk-Menurunkan-
Morbid-It-As-Dan-Mortal-It-As-Maternal#scribd

Anda mungkin juga menyukai