Anda di halaman 1dari 13

MINI RISET

Disusun Oleh:

Aqil Syuzais NIM: 5181230002

Esteria Christina Pane NIM: 5183530003

Lesti Veronika Sirait NIM: 5181230003

M.Fajri Siahaan NIM: 5183530012

Nada Febricia Situmeang NIM: 5183530007

Dosen Pengampu : Marwan Affandi, ST, MT.

Mata Kuliah : Elektronika Dasar

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK - UNIMED

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau menyelesaikan penyusunan
makalah Mini Riset Elektronika Dasar.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Marwan Affandi, ST, MT..yang telah
membimbing penulis dan pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini penulis yakini bahwa jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya
seperti pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak”, baik isi maupun
penyusunnya.Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan
tugas ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan,21 Mei 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada sistem audio, spektrum frekuensi dapat dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu bass,
middle, dan treble. Untuk keperluan tertentu, ketiga wilayah nada tersebut diatur sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan karakteristik ruangan atau sesuai dengan keinginan si pendengar musik.
Sebuah pengatur nada biasanya ditambahkan untuk melengkapi penguat audio sehingga
didapatkan respon frekuensi seperti yang diinginkan. Pengatur nada tersebut berfungsi untuk
memperbesar (boost) atau memperlemah (cut) sinyal-sinyal audio pada frekuensi tertentu.
Pengatur nada aktif dibuat menggunakan filter yang diberi penguat dengan umpan balik negatif.

Pada sistem kontrol, pengertian umpan balik berarti pengembalian hasil dari keluaran
kepada masukan dari suatu sistem. Konsep umpan balik ini sangat penting dalam teori sistem
kontrol karena akan menentukan karakteristik dan mempengaruhi kestabilan dari sistem kontrol
tersebut. Sistem audio dapat dipandang sebagai sebuah sistem kontrol yang juga memiliki
parameter-parameter seperti gain, frequency response, dan lain-lain. Pada sistem audio, terdapat
fenomena natural feedback dimana sinyal suara yang dikeluarkan dari speaker akan masuk
kembali ke dalam sistem dan mempengaruhi karakteristik dan performa dari sistem tersebut. Ada
banyak sistem kontrol umpan balik yang dirancang supaya acoustic feedback yang muncul di
dalam sistem bisa dimanfaatkan untuk memperoleh respon tertentu dari sistem. Untuk
menghasilkan nada rendah, tersedia loud-speaker khusus yang disebut sebagai woofer. Beberapa
penguat audio dilengkapi dengan penguat khusus untuk frekuensi rendah ini karena konstruksi
dari diafragma woofer itu sendiri yang cukup tebal disamping ukuran coil dari loud-speaker
woofer yang juga tergolong besar sehingga diperlukan daya lebih untuk menggerakkan diafragma
tersebut hingga dihasilkan bunyi nada rendah yang cukup keras.

Pada umumnya loud-speaker tipe wooferini hanya menghasilkan suara dengan frekuensi
rendah di atas 100 Hz. Jika hendak memperkuat suara dengan frekuensi dibawah 100 Hz,
biasanya digunakan loud-speaker tipe subwoofer.

Teknik Elektro 2018 1


Ada dua fenomena yang sering terjadi, yaitu kotak yang disediakan untuk subwoofer ini menjadi
sedemikian besar atau sistem penguat untuk subwoofer menjadi sangat kompleks dan berlebihan.
Keduanya disebabkan karena tanggapan frekuensi rendah yang dihasilkan belum seperti yang
diinginkan. Hal ini terjadi karena pada kebanyakan sistem penguat subwoofer, sinyal umpan balik
diambil sebelum loud-speaker subwoofer. Sedangkan loud-speaker subwoofer itu sendiri juga
memiliki karakteristik yang akan mempengaruhi tanggapan frekuensi suara yang akan dihasilkan.
Pada makalah ini akan disajikan salah satu implementasi teori umpan balik pada sistem audio.

Umpan balik yang diberikan pada amplifier diperoleh dari sinyal akustik yang diubah
menjadi sinyal listrik menggunakan sebuah transducer. Makalah ini disusun dengan urutan
sebagai berikut. Di bagian awal akan dijelaskan teori dasar dari sistem berumpan balik dan
respon filter yang diharapkan. Kemudian dilanjutkan dengan perencanaan dan implementasi
sistem. Di bagian akhir akan disajikan hasil-hasil pengujian dan ditutup dengan kesimpulan.

Umpan Balik (Feedback)

Secara umum, skema dasar sebuah sistem penguat berumpan balik dapat dilihat pada gambar 1 di
bawah ini.

Gambar 1. Sistem amplifier dengan umpan balik

Jika sinyal yang masuk sebelum komparator disebut sebagai Xs, perbedaan sinyal antara
sinyal yang masuk sebelum komparator dan sinyal terumpan balik ke masukan disebut sebagai
Xd (sinyal selisih), sinyal umpan balik disebut sebagai Xf, dan sinyal keluaran disebut sebagai
Xo, maka hubungan dari keempat sinyal tersebut dinyatakan sebagai berikut.

Xd = Xi = Xs – Xf ..............................(1)

dimana:
Teknik Elektro 2018 2
Xf = B x Xo .......................................(2)

Xo = A x Xi ........................................(3)

Dengan mensubstitusikan persamaan 1 yaitu :

Xd = Xi = Xs - Xf disubstitusikan dengan Xf = B x Xo, didapat penguatan dari umpan balik


sebesar:

AB ≡ Xo / Xs ≡ BA / 1+.......................(4)

D (desensitifitas) atau perbedaan balik antara penguat dengan umpan balik didefinisikan:

D = 1+ AB ........................................(5)

Impedansi dari penguat umpan balik dapat dicari menggunakan:

ZiB = Zi x (1 + BA) = Zi x D .............(6)

ZoB = Zo / 1 + BA ..............................(7)

dimana:

ZiB = Impedansi masukan umpan balik.

ZoB = Impedansi keluaran umpan balik.

Untuk menghitung penguatan umpan baliknya di-gunakan rumus:

................(8)

Jika│AB│<│A│, maka umpan-balik dikatakan nega-tif, atau degeneratif. Jika AB│> │A│,
maka umpan-balik dikatakan positif, atau regeneratif. Pada umpan balik negatif, sinyal yang
dihasilkan mengalami perbedaan sudut fasa dengan sinyal masukannya. Pada umpan balik
positif, sinyal output sefasa dengan sinyal inputnya.

Teknik Elektro 2018 3


Berdasarkan konfigurasi penguat dengan umpan baliknya, dikenal ada empat macam
konfigurasi umpan balik: series input-series output (SISO), series-input parallel output (SIPO),
parallel input-series output(PISO), dan parallel input-parallel output(PIPO).

Pada umpan balik negatif, memang terjadi penurunan pada penguatan tegangannya
(persamaan 4). Tetapi, karakteristik positif yang dihasilkan adalah impedansi input yang lebih
tinggi (sehingga mengurangi efek pembebanan sumber sinyal), tanggapan frekuensi yang lebih
baik (dengan bandwidth dikalikan penguatan total yang selalu konstan), serta penguatan yang
lebih stabil (lebih kebal terhadap pengaruh perubahan eksternal). Sedangkan pada umpan balik
positif, penguat akan cenderung mengalami osilasi. Itu sebabnya kebanyakan umpan balik
positif digunakan sebagai osilator. Pada beberapa sistem, umpan balik positif ini tidak
diinginkan keberadaannya. Contoh-nya pada sistem amplifier yang kurang dikontrol dengan
baik, jika sebuah loudspeaker dipasang berhadapan langsung dengan microphone, seringkali
terdengar noise dengan frekuensi tertentu.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian tentang “Amplifier”
serta mengetahui lebih banyak tentang klasifikasi penguat audio.

C. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi penguat audio (amplifier)?
2. Bagaimana cara kerja pada penguat audio?

BAB II

PEMBAHASAN
Teknik Elektro 2018 4
A. Definisi Penguat Audio (Amplifier)
Penguat audio (amplifier) secara harfiah diartikan dengan memperbesar dan menguatkan
sinyal input. Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah, sinyal input di replika (copied) dan kemudian
di reka kembali (re-produced) menjadi sinyal yang lebih besar dan lebih kuat. Dari sinilah
muncul istilah fidelitas (fidelity) yang berarti seberapa mirip bentuk sinyal keluaran hasil replika
terhadap sinyal masukan. Ada kalanya sinyal input dalam prosesnya kemudian terdistorsi karena
berbagai sebab, sehingga bentuk sinyal keluarannya menjadi cacat.
Sistem penguat dikatakan memiliki fidelitas yang tinggi (high fidelity), jika sistem tersebut
mampu menghasilkan sinyal keluaran yang bentuknya persis sama dengan sinyal input. Hanya
level tegangan atau amplituda saja yang telah diperbesar dan dikuatkan. Di sisi lain, efisiensi juga
harus diperhatikan. Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi dari penguat itu yang dinyatakan
dengan besaran persentasi dari power output dibandingkan dengan power input. Sistem penguat
dikatakan memiliki tingkat efisiensi tinggi (100 %) jika tidak ada rugi-rugi pada proses
penguatannya yang terbuang menjadi panas.

B. Cara Kerja Penguat Audio


Audio Amplifier adalah sebuah alat yang berfungsi memperkuat sinyal audio dari sumber-
sumber sinyal yang masih kecil sehingga dapat menggetarkan membran speaker dengan level
tertentu sesuai kebutuhan.

Gambar 2. Blok Audio Amplifier

a. Input Sinyal
Input sinyal dapat berasal dari beberapa sumber, antara lain dari CD/DVD Player, Tape,
Radio AM/FM, Microphone, MP3 Player, Ipod, dll. Masing-masing sumber sinyal tersebut
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Bagian Input sinyal harus mampu mengadaptasi

Teknik Elektro 2018 5


sinyal sinyal tersebut sehingga sama pada saat dimasukkan ke penguat awal/ penguat depan
(pre-amp).

b. Penguat Awal / Penguat Depan (Pre-amp)


Penguat depan berfungsi sebagai penyangga dan penyesuai level dari masing-masing
sinyal input sebelum dimasukkan ke pengatur nada. Hal ini bertujuan agar saat proses
pengaturan nada tidak terjadi kesalahan karena pembebanan/loading. Penguat depan harus
mempunyai karakteristik penyangga/buffer dan berdesah rendah.

c. Pengatur Nada (Tone Control)

Pengatur nada bertujuan menyamakan (equalize) suara yang dihasilkan pada speaker
agar sesuai dengan aslinya (Hi-Fi). Pengatur nada minimal mempunyai pengaturan untuk nada
rendah dan nada tinggi. Selain itu ada juga jenis pengatur nada yang mempunyai banyak kanal
pengaturan pada frekuensi tertentu yang biasa disebut dengan Rangkaian Equalizer. Prinsip
dasar pengaturan nada diperoleh dengan mengatur nilai R/C resonator pada rangkaian filter.

d. Penguat Akhir (Power Amplifier)

Penguat Akhir adalah rangkaian penguat daya yang bertujuan memperkuat sinyal dari
pengatur nada agar bisa menggetarkan membran speaker. Penguat akhir biasanya
menggunakan konfigurasi penguat kelas B atau kelas AB. Syarat utama sebuah penguat akhir
adalah impedansi output yang rendah antara 4-16 ohm) dan efisiensi yang tinggi. Karena
kerja dari penguat akhir sangat berat maka biasanya akan timbul panas dan dibutuhkan sebuah
plat pendingin untuk mencegah kerusakan komponen transistor penguat akhir karena terlalu
panas.

e. Speaker

Speaker berfungsi mengubah sinyal listrik menjadi sinyal suara. Semakin besar daya
sebuah speaker biasanya semakin besar pula bentuk fisiknya. Secara umum speaker terbagi
menjadi tiga, yaitu Woofer (bass), Squaker (middle), dan tweeter (high). Impedansi speaker

Teknik Elektro 2018 6


antara 4 ohm, 8 ohm dan 16 ohm. Saat ini ada juga speaker yang disebut dengan subwoofer,
yaitu speaker yang mampu mereproduksi sinyal audio dengan frekuensi yang sangat rendah
dibawah woofer.

f. Power Supply

Power Supply merupakan rangkaian pencatu daya untuk semua rangkaian. Secara umum
power supply mengeluarkan dua jenis output, yaitu output teregulasi dan tidak teregulasi.
Output teregulasi dipakai untuk rangkaian pengatur nada dan penguat awal, sementara
rangkaian power supply tidak teregulasi dipakai untuk rangkaian power amplifier.

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Penguat audio (amplifier) adalah, sinyal input di replika (copied) dan kemudian di reka kembali (re-
produced) menjadi sinyal yang lebih besar dan lebih kuat. Sedangkan beberapa perangkat yang
berpengaruh terhadap penguat audio adalah sebagai berikut:

a. Input Sinyal
b. Penguat Awal/Penguat Depan (Pre-amp)
c. Pengatur Nada (Tone Control)
d. Penguat Akhir (Power Amplifier)
e. Speaker
f. Power Supply

DAFTAR PUSTAKA

 Katsuhiko Ogata. ìModern control engineering, 4th edition. Upper Saddle River, 2002.

 Robert Boylestad, Louis Cashelsky. ìElectronic Devices and Circuit Theory, 8th edition.
Prentice Hall Inc., 2002.

Teknik Elektro 2018 7


 Roland E. Thomas. The Analysis and Design of Linear Circuits, 5th edition. John Wiley &
Sons Inc., 2006.

 Robert F. Coughlin, Frederick Driscoll. Opera-tional Amplifier and Linear Integrated Circuit,
6nd edition. Prentice Hall Inc., 2000.

 James Boyk, Gerald Jay Sussman. Small-Signal Distortion in Feedback Amplifiers for Audio.

 Eberhard Hansler and Gerhard Schmidt. Acoustic Echo and Noise Control. John Wiley & Sons
Inc, 2004.

 Johan L. Nielsen, U. Peter Svensson. Perfor-mance of some time-varying systems in control of


acoustic feedback. The Journal of The Acoustical Society of America, 1999.

 Jan Scheuing, Bin Yang. Frequency shifting for acoustic feedback reduction. European DSP
Education and Research Symposium (EDERS) 2006, M¸nchen, April 2006.

 www.its.caltech.edu/~musiclab/feedback-paper-acrobat.pdf, diakses pada tanggal 15 Maret


2015.

 www.sandielektronik.com/2014/06/tekhnik-audio-power-amplifier-btl.html, diakses pada 20


maret 2015

 http://teknologi.inilah.com/read/detail/2145560/mengenal-teknologi-dolby-
digital/16268/dolby-sr diakses pasa 30 maret 2015

LAMPIRAN
Skema Rangkaian Catudaya, Regulator 5 volt dan Power Amp Tip 41

Teknik Elektro 2018 8


Skema Catu daya dengan input 6 volt ac

Teknik Elektro 2018 9


Skema Regulator 5 Volt

Skema Power amp Tip 41

Keterangan

Transformator CT 1 Ampere 1 buah

Dioda ( 2 Ampere) IN5399 2 buah

(D1, D2, D3, D4)

Elektrolit Condensator (ELCO) 2200 mikro farad 16 Volt 2 buah

(C1, C2)

IC L7805 1 buah

Teknik Elektro 2018 10


Potensiometer (10 K ) 1 buah

Elektrolit Condensator (ELCO) 2200 mikro farad 25 Volt 2 buah

(C3, C4)

Transistor TIP 3055 1 buah

Transistor TIP 41 1 buah

Elektrolit Condensator (ELCO) 470 mikro farad 16 Volt 1 buah

(C5)

Resistor (330 ) 1 buah

(R1)

Resistor (680 ) 1 buah

(R2)

LED Merah 1 buah

Speaker 1 buah

Teknik Elektro 2018 11

Anda mungkin juga menyukai