Anda di halaman 1dari 23

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Komunikasi, Teknik Dan Model Komunikasi Dalam Proses Belajar Mengajar

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu. Proses belajar mengajar (PBM) merupakan suatu bentuk komunikasi yaitu

komunikasi antara subyek didik dengan pendidik, antara mahasiswa dengan dosen, antara siswa dengan guru”.

Di dalam komunikasi tersebut terdapat pembentukan (transform) dan pengalihan (transfer) pengetahuan,

keterampilan ataupun sikap dan nilai dari komunikator (pendidik, dosen, guru) kepada komunikan (subyek

didik, mahasiswa, siswa) sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Unsur-unsur komunikasi menurut Harold Lasswell :


1. Komunikator (Source, Sender)

2. Pesan (Message)

3. Media (Channel)

4. Komunikan (Receiver)

5. Efek (Effect, Influence)

Pada saat ini masih banyak didapati di berbagai institusi pendidikan, pelatihan, termasuk di Perguruan tinggi,

yang dalam mengajar masih konvensional. Dalam arti, pengajar (baik guru atau dosen) mengajar secara alami

sesuai dengan bakat mengajar yang dimiliki. Ada juga guru/dosen yang mengajarnya cenderung meniru gaya

orang yang dahulu pernah menjadi guru atau dosennya. Kenyataan diatas akan menimbulkan beberapa

persoalan, baik bagi pengajar maupun peserta didik. Tipe pertama misalnya, akan menimbulkan masalah bagi

dosen/guru yang tidak mempunyai bakat mengajar atau mempunyai keterbatasan dalam menyampaikan pesan

secara lisan, adapun untuk tipe kedua, jika tidak hati-hati, dosen/guru cenderung akan meniru gaya orang

yang diidolakannya, tanpa melihat sisi kelemahannya.

Dalam penyampaian materi perkuliahan kepada peserta didik/audien, ada beberapa factor yang perlu
dipertimbangkan, diantaranya adalah peserta didik, ruangan kelas, metode dan materi itu sendiri. Untuk dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu perkuliahan, metode pembelajaran dan komunikasi harus

mendapat perhatian khusus dalam setiap proses pembelajaran. Metode pembelajaran dan komunikasi tidak

selalu harus sama untuk setiap materi.

Proses belajar (learning) adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam persediaan tingkah laku, yang terjadi

sebagai hasil pengalaman. Ini berarti, hanya dapat dikatakan terjadi proses belajar bila seseorang

menunjukkan tingkah laku yang tidak sama. Jika ia dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru

atau ia bisa melakukan sesuatu, yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi, proses belajar

menempatkan seseorang dari status kemampuan atau kecakapan (ability) yang satu kepada
kemampuan/kecakapan yang lain.

Pengajar yang baik seharusnya memahami karakteristik siswanya agar ia sukses dalam melaksanakan peran
mengajarnya. Dalam proses belajar mengajar kemungkinan akan menemui mahasiswa yang sulit untuk

melakukan kontak dengan dunia sekitarnya, suka mengasingkan diri, cenderung menutup diri. Dalam kaitan

dengan hal ini, maka dosen/guru hendaknya merencanakan proses belajar mengajar yang sesuai dengan

keadaan dan kepribadian mahasiswa. Belajar mengajar sebagai proses (process), pada hakikatnya

mengandung tiga unsur yaitu adanya input (bahan mentah yang akan diolah), process (kegiatan mengolah

input) dan output (hasil yang telah diolah). Suatu proses dipandang baik apabila kualitas output lebih baik dari

pada input. Input proses belajar mengajar adalah mahasiswa sebelum perkuliahan. Proses belajar mengajar

adalah interaksi antara komponen-komponen belajar mengajar yaitu tujuan, bahan, metode dosen, mahasiswa,

fasilitas dan penilaian. Output dari proses belajar mengajar yaitu peserta didik (mahasiswa) setelah menerima

perkuliahan.

Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu pula dalam suatu

organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan pendapat Maman

Ukas mengemukakan tujuan komunikasi sebagai berikut :

1. Menentapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu usaha

2. Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan

3. Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti efektif dan efisien

4. Memilih, mengembangkan, menilai anggota organisasi

5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau

memberikan kontribusi.

Dalam prosesnya bahwa komunikasi merupakan suatu proses social untuk mentranmisikan atau menyampaikan

perasaan atau informasi baik yang berupa ide-ide atau gagasan-gagasan dalam rangka mempengaruhi orang

lain. Agar komunikasi berjalan efektif, komunikator hendaknya mampu mengatur aliran pemberitaan ke tiga

arah, yakni ke bawah, ke atas, ke samping atau mendatar. Bagi setiap orang atau kelompok dalam organisasi

hendaknya mungkin untuk berkomunikasi dengan setiap orang atau kelompok lain, dan untuk menenrima

respon sikap, itu diminta oleh komuniktor. Menurut Marsetio Donosepoetro mengemukakan bahwa dalam

proses komunikasi ada beberapa ketentuan, antara lain :

1. Karena komunikasi mempunyai suatu maksud, maka suatu messege atau stimulus selalu ditujukan kepada

sekumpulan orang tertentu. Ini disebut penerima yang terntetu

2. Komunikator berkeinginan menimbulkan suatu respon kepada penerima yang sesuai dengan maksud yang

dibawakan oleh messege atau stimulus tertentu

3. Suatu komunikasi dinyatakan berhasil jika respon yang timbul pada penerima, sesuai dengan maksud

komunikasi.

Dalam melaksanakan suatu program pendidikan aktivitas menyebarkan, menyampaikan gagasan-gagasan dan
maksud-maksud ke seluruh struktur organisasi sangat penting. Proses komunikasi dalam menyampaikan suatu
tujuan lebih dari pada sekedar menyalurkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dan maksud-maksud secara

lisan atau tertulis. Komunikasi secara lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang jelas

dari pada secara tertulis. Demikian pula komunikasi secara informal dan secara formal mendatangkan hasil

yang berbeda pengaruh dan kejelasannya. Terjadinya proses komunikasi dalam organisasi atau lembaga itu

bisa terjadi secara formal maupun secara informal, sebagai mana menurut Oteng Sutisna mengemukan bahwa

“Komunikasi formal terjadi, dalam memilih informasi untuk keperluan pelaporan, penyimpangan bias dengan

mudah menyelinap. Selanjutnya biasanya orang ingin mendengar laporan-laporan yang menyenangkan.

Akibatnya ialah sering pemindahan informasi yang diperindah atau dibiaskan.” Dalam struktur komunikasi

harus adanya suatu jaminan informasi dan pikiran-pikiran akan mengalir bebas ke semua arah yang diperlukan,

baik itu ke bawah, ke atas, dann ke samping. Satu saluran komunikasi formal tertentu atau lebih ke dan dari

setiap personal atau anggota adalah perlu. Saluran-saluran itu hendaknya perlu dipahami oleh setiap anggota.

Garis-garis komunikasi hendaknya dibuat sependek dan selangsung mungkin. Hendaknya mungkin bagi semua

anggota untuk bertindak sebagai sumber komunikasi maupun sebagai penerima. Selanjutnya menurut Maman

Ukas bahwa “Komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak resmi dan terjadinya pada saat organisasi

saling bertukar pikiran, saran ide, atau informasi secara pribadi.” Komunikasi informal ini tentunya dengan cara

melakukan pendekatan secara kekeluargaan atau hubungan sosial tidak secara formal. Menurut Oteng Sutisna

bahwa “Sistem komunikasi informal menyalurkan informasi dan pikiran-pikiran penting yang tak terpikirkan

orang untuk disalurkan secara formal, memupuk ikatan dan persahabatan yang membantu bagi hubungan-

hubungan insani yang baik.”

Jika komunikator menaruh perhatian kepada saluran-saluran komunikasi informal, ia akan mengetahui

kepentingan dan perhatian personil serta sikap mereka terhadap organisasi dan masalah-masalahnya, lagi pula

komunikasi informal itu membawa kepada putusan-putusan yang dibuat di antara orang-orang pada tahap

organisasi yang sama. Dalam kegiatan suatu organisasi atau lembaga khusunya dalam hal pengelolaan

pendidikan tentunya tidak terlepas dengan komunikasi. Oleh sebab itu suatu proses pendidikan akan berhasil
apabilla terjadinya suatu proses komunikasi yang baik dan sesuai dengan harapan, di mana gagasan-gagasan

atau ide dibahas dalam suatu musyawarah antara komunikator dengan komunikan, sehingga terjadi

pemahaman tentang informasi atau segala sesuatu hal menjadi pokok dari pembahasan untuk mengarah pada

kesepakatan dan kesatuan dalam pendapat. Berdasarkan hal tersebut, bahwa tujuan dari suatu organisasi atau

instansi tentunya dapat tercapai secara optimal apabila proses komunikasinya lancar tanpa adanya suatu

hambatan, walaupun ada hambatan, maka komunikator dan komunikan harus dengan cermat segera

mengatasi permasalahan yang menyebabkan terjadi suatu hambatan, sehingga proses komunikasi dapat

berlangsung.

Dalam prosesnya komunikasi itu terbagai dalam 2 macam komunikasi, yaitu komunikasi aktif dan komunikasi

pasif. Komunikasi aktif merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara komunikator
dengan komunikan, di mana antara keduanya sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di

antara keduanya. Sedangkan komunikasi pasif terjadi di mana komunikator menyampaikan informasi atau ide
terhadap halayaknya atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi komunikan tidak mempunyai

kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari proses komunikasi.

C. Faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar :

1. Faktor internal

Segala faktor yang bersumber dari dalam diri mahasiswa, contohnya yaitu kemampuan mahasiswa, motivasi,

perhatian, persepsi, pemrosesan informasi mencakup (ingatan, lupa dan transfer)

2. Faktor eksternal

Segala faktor yang bersumber dari luar diri mahasiswa, contohnya yaitu kondisi belajar dan pemberian umpan

balik.

D. Hakikat dan proses komunikasi :


1. Komunikasi berasal dari kata latin “communicare” yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan

2. Komunikasi adalah proses merubah perilaku orang lain.

E. Komunikasi interpersonal dalam kegiatan proses belajar mengajar

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dosen dengan mahasiswa atau antara

mahasiswa dengan mahasiswa. Keeefektifan komunikasi tersebut tergantung dari kedua belah pihak, namun,

karena dosen yang memegang kendali maka tanggungjawab terjadinya komunikasi interpersonal yang sehat

dan efektif terletak di tangan dosen.

F. Komponen keterampilan berkomunikasi interpersonal

Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan mahasiswa, kemampuan ini berkaitan dengan penciptaan iklim

yang positif dalam kegiatan belajar, yang memungkinkan mahasiswa mau mengungkapkan perasaan atau

masalah yang dihadapinya tanpa merasa dipaksa. Kemampuan menjelaskan perasaan yang diungkapkan

mahasiswa. Bila mahasiswa sudah bebas mengungkapkan perasaan/masalah yang dihadapinya, tugas dosen

kini adalah membantu mahasiswa untuk mengklarifikasi ungkapan perasaan tersebut.

G. Teknik komunikasi dalam proses belajar mengajar

Menurut Uchyana(1984), teknik komunikasi terdiri atas :

1. Komunikasi informatif (informatif communication)

Suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya

2. Komunikasi persuasif (persuasive communication)

Proses mempengaruhi sikap, pandangan atau perilaku seseorang dalam bentuk kegiatan membujuk, mengajak,

sehingga ia melakukan dengan kesadaran sendiri.


3. Komunikasi instruktif/koersif (instructive/coersive communication)
Komunikasi yang mengandung ancaman, sangsi dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang

yang dijadikan sasaran melakukan sesuatu secara terpaksa, karena takut akibatnya.

H. Macam-macam Komunikasi dalam Pembelajaran

1. Secara Langsung

Seorang guru/dosen memberikan pelajaran secara langsung dengan bertatap muka dengan para siswa dalam

suatu ruangan ataupun di luar ruangan dalam konteks pembelajaran. Seperti yang terjadi di sekitar kita mulai

dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

2. Secara Tidak Langsung

Guru/dosen dapat memberikan suatu pembelajaran melalui suatu media tanpa harus bertatap muka secara

langsung dengan siswa. Dan siswapun dapat memperoleh informasi secara luas melalui media tersebut. Seperti

model sekolah jarak jauh yaitu memanfaatkan media internet sebagai alat untuk pembelajaran.

I. Komunikasi dengan media

Selain untuk menyajikan pesan, sebenarnya ada beberapa fungsi lain yang dapat dilakukan oleh media. Namun

jarang sekali ditemukan seluruh fungsi tersebut dipenuhi oleh media komunikasi dalam suatu sistem

pembelajaran. Sebaliknya suatu program media tunggal seringkali dapat mencakup beberapa fungsi sekaligus.

Fungsi-fungsi tersebut antara lain :

1. Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar

Pada permulaan pembelajaran, siswa perlu diberi tahu tentang pengetahuan yang akan diperolehmya atau

ketrampilan yang akan dipelajarinya. Kepada siswa harus dipertunjukkan apa yang diharapkan darinya, apa

yang harus dapat ia lakukan untuk menunjukkan bahwa ia telah menguasai bahan pelajaran dan tingkat

kesulitan yang diharapkan. Untuk pembelajaran khususnya yang menampilkan gerak dapat mempertunjukkan

kinerja (performance) yang harus dipelajari siswa. Dengan demikian dapat menjadi model perilaku yang

diharapkan dapat dipertunjukkannya pada akhir pembelajaran.

2. Memotivasi siswa

Salah satu peran yang umum dari media komunikasi adalah memotivasi siswa. Tanpa motivasi, sangat

mungkin pembelajaran tidak menghasilkan belajar. Usaha untuk memotivasi siswa seringkali dilakukan dengan

menggambarkan sejelas mangkin keadaan di masa depan, dimana siswa perlu menggunakan pengetahuan

yang telah diperolehnya. Jika siswa menjadi yakin tentang relevansi pembelajaran dengan kebutuhannya di

masa depan, ia akan termotivasi mengikuti pembelajaran. Media yang sesuai untuk menggambarkan keadaan

masa depan adalah media yang dapat menunjukkan sesuatu atau menceritakan (tell) hal tersebut. Bila teknik

bermain peran digunakan (seperti lawak atau drama), pengalaman yang dirasakan siswa akan lebih kuat. Film

juga seringkali diproduksi dan digunakan untuk tujuan motivasi dengan cara yang lebih alami.

3. Menyajikan informasi
Media seperti film dan televisi dapat digunakan untuk menyajikan informasi. Guru kelas bebas dari tugas
mempersiapkan dan menyajikan pelajaran, ia dapat menggunakan energinya kepada fungsi-fungsi yang lain

seperti merencanakan kegiatan siswa, mendiagnosa masalah siswa, memberikan konseling secara individual.

Ada tiga jenis variasi penyajian informasi:

a. Penyajian dasar (basic)

Membawa siswa kepada pengenalan pertama terhadap materi pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan

diskusi, kegiatan siswa atau review oleh guru kelas

b. Penyajian pelengkap (supplementary)

Setelah penyajian dasar dilakukan oleh guru kelas, media digunakan untuk membawa sumber-sumber

tambahan ke dalarn kelas, melakukan apa yang tidak dapat dilakukan di kelas dengan cara apapun

c. Penyajian pengayaan (enrichment)

Merupakan informasi yang tidak merupakan bagian dari tujuan pembelajaran, didiadakan karena memiliki nilai

motivasi dan dapat mencapai perubahan sikap dalam diri siswa.

4. Merangsang diskusi

Kegunaan media untuk merangsang diskusi seringkali disebut sebagai papan loncat, diambil dari bentuk

penyajian yang relatif singkat kepada sekelompok siswa dan dilanjutkan dengan diskusi. Format media

biasanya menyajikan masalah atau pertanyaan, seringkali melalui drama atau contoh pengalaman manusia

yang spesifik. Penyajian dibiarkan terbuka (open-end), tidak ada penarikan kesimpulan atau saran pemecahan

masalah. Kesimpulan atau jawaban diharapkan muncul dari siswa sendiri dalam interaksinya dengan pemimpin

atau dengan sesamanya. Penyajian media diharapkan dapat merangsang pemikiran, membuka masalah,

menyajikan latar belakang informasi dan memberikan fokus diskusi.

5. Mengarahkan kegiatan siswa

Pengarahan kegiatan merupakan penerapan dari metode pembelajaran yang disebut metode kinerja

(performance) atau metode penerapan (application). Penekanan dari metode ini adalah pada kegiatan

melakukan (doing). Media dapat digunakan secara singkat atau sebentar – sebentar untuk mengajak siswa
mulai dan berhenti. Dengan kata lain program media digunakan untuk mengarahkan siswa dilakukan kegiatan

langkah demi langkah (step-by-step). Penyajian bervariasi, mulai dari pembelajaran sederhana untuk kegiatan

siswa, seperti tugas pekerjaan rumah sampai pengarahan langkah demi langkah untuk percobaan laboratorium

yang kompleks. Permainan merupakan metode pembelajaran yang sangat disukai khususnya bagi siswa

sekolah menengah, memiliki nilai motivasional yang tinggi, melibatkan siswa lebih baik daripada metode

pembelajaran yang lain.

6. Menguatkan belajar

Penguatan seringkali disamakan dengan motivasi, atau digolongkan dalam motivasi. Penguatan adalah

kepuasan yang dihasilkan dari belajar, dimana cenderung meningkatkan kemungkinan siswa merespon dengan

tingkah laku yang diharapkan. Penguatan paling efektif diberikan beberapa saat setelah respon diberikan.
Suatu program media menyajikan pertanyaan kepada siswa, kemudian siswa menyusun jawabannya atau

memilih dari beberapa kemungkinan jawaban. Setelah siswa menentukan jawabannya, ia sangat termotivasi
untuk segera mengetahui jawaban yang benar. Jika siswa mengetahui bahwa jawabannya benar, maka ia

dikuatkan. Bahkan jika siswa tahu jawabannya salah, namun jika ditunjukkan seberapa dekat jawabannya

mendekati kebenaran, maka hal tersebut juga merupakan penguatan. Media apapun yang dapat digunakan

untuk menyajikan informasi juga mampu menyajikan pertanyaan dan merangsang siswa untuk menjawab.

Media apapun yang mampu melakukan fungsi ini, ia juga dirancang untuk memberikan jawaban benar

terhadap pertanyaan kognitif, segera setelah siswa diberi kesempatan menjawab, sehingga dimungkinkan

untuk membandingkan dan memperoleh pengetahuan tentang hasil sesegera mungkin.

Agus Suheri (2006:1) menyebutkan bahwa Lembaga Riset dan Penerbitan Komputer, yaitu Computer

Technology Research (CTR) menemukan bahwa ”orang hanya mampu mengingat 20 % dari apa yang dilihat

dan 30 % dari yang didengar. Tetapi orang dapat mengingat 50 % dari yang dilihat dan didengar dan 80 %

dari yang dilihat, didengar dan dilakukan sekaligus.

Komunikasi yang jelas dalam sebuah pembelajaran adalah salah satu syarat pembelajaran dapat berlangsung

efektif. Jadi bila kita ingin menjadi guru yang efektif, marilah kita bersama-sama memperbaiki kemampuan kita

berkomunikasi kepada siswa-siswa kita pada setiap pembelajaran yang kita laksanakan. Ada beberapa

komponen dalam komunikasi pembelajaran yang efektif, yaitu:

1. Penggunaan terminologi yang tepat

2. Presentasi yang sinambung dan runtut

3. Sinyal transisi atau perpindahan topik bahasan

4. Tekanan pada bagian-bagian penting pembelajaran

5. Kesesuaian antara tingkah laku komunikasi verbal dengan tingkah laku komunikasi nonverbal.
BARUU

Dalam proses belajar mengajar terjadi sebuah komunikasi, yakni antara guru dengan
siswa. “Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam
kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap manusia, baik yang primitif maupun yang
modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial
melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dengan individu-individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu
itu untuk tetap hidup” (Rakhmat, 1998:1).
Dalam setiap komunikasi, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa
pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Kegiatan komunikasi ini
berlangsung dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, selama manusia hidup dan selama melakukan
aktivitasnya. Kalau kita mengamati sekitar kita, kita akan melihat bahwa komunikasi merupakan
aktivitas yang paling penting dalam suatu kehidupan bermasyarakat. Bahkan dapat dipastikan, di
mana manusia hidup bersama-sama dengan orang lain maka di sana selalu ada kegiatan
komunikasi, karena komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia.
Komunikasi dalam pembalajaran dewasa ini mendapatkan perhatian yang luar biasa. Hal
ini dilatarbelakangi pentingnya memilih cara komunikasi dalam proses pembelajaran agar
kegiatan tersebut mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Komunikasi yang efektif
berkolerasi dengan tingkat keberhasilan pembelajaran
Kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif merupakan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru, hal ini sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen,
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang standar nasional pendidikan, serta
peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Guru sebagai learning agent berkewajiban
memiliki kualifikasi akademik yang diperoleh melalui perguruan tinggi yang terakreditasi
(S1/D4) dan memiliki 4 kompetensi. Salah satunya adalah kompetensi sosial, yakni kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua / wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Strategi membangun komunikasi dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu hal
yang sangat penting untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Karena, tanpa
adanya komunikasi tidak mungkin peroses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar, karena
komunikasi adalah Kunci utama untuk berinteraksi antara guru dengan peserta didik.
Komunikasi bukan berarti hanya berintraksi dengan menggunakan bahasa lisan semata, akan
tetapi komunikasi juga bisa dilakukan dengan menggunakan bahasa tulis dan bahasa isyarat atau
gerak tubuh.
Selain itu, sering dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi
dimana terjadi proses penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (misalnya guru, instruktur,
media pembelajaran,dan lain-lain.) kepada penerima (peserta belajar, murid, dan sebagainya),
dengan tujuan agar pesan (berupa topik-topik dalam mata pelajaran tertentu) dapat diterima
(menjadi milik, di-shared) oleh peserta didik / murid-murid. Dalam pembelajaran terjadi proses
komunikasi untuk menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar
pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta perubahan tingkah
laku. Dengan demikian keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada efektifitas
proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut.
Pembelajaran yang baik dan efektif akan memberikan ruang dan peluang agar anak dapat
belajar lebih aktif serta dapat mengeksplorasi keingintahuan melalui kemampuan / potensi yang
dimilikinya, dan hal ini memerlukan bantuan/bimbingan yang baik dan tepat dari guru/pendidik
dan disertai kearifan professional. Melihat betapa pentingnya komunikasi dalam proses belajar
mengajar, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai komunikasi pembelajaran
dan hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang telah kami paparkan, maka kami dapat merumuskan masalah
dalam beberapa kategori yaitu :
1. Apa pengertian komunikasi pembelajaran ?
2. Apa fungsi komunikasi dalam pembelajaran ?
3. Apa saja prinsip komunikasi dalam pembelajaran ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi pembelajaran.
2. Untuk mengetahui fungsi komunikasi dalam pembelajaran.
3. Untuk mengetahui prinsip komunikasi dalam pembelajaran.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi STAI Al-Musaddadiyah, dengan adanya pembahasan mengenai komunikasi pembelajaran
ini diharapkan dapat dijadikan sumber referensi dalam mata kuliah media dan teknologi
pembelajaran.
2. Bagi dosen, penyusunan makalah ini bermanfaat bagi dosen untuk memberikan pemahaman
kepada para peserta didik mengenai komunikasi pembelajaran serta dapat mengaplikasikan
kajian dalam makalah ini untuk kehidupan sehari-hari.
3. Bagi mahasiswa, dengan adanya pembahasan komunikasi pembelajaran ini diharapkan dapat
menjadi sumber pengetahuan serta memotivasi mahasiswa untuk lebih mendalami hal-hal yang
berhubungan dengan media dan teknologi pembelajaran.
4. Secara teoritis bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan penulis pada khususnya untuk menambah pengetahuhan dan wawasan dalam hal
materi khususnya pada mata kuliah media dan teknologi pembelajaran.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang dipaparkan dalam makalah ini adalah terdiri dari: Bab 1.
Pendahuluan: terdiri dari Latar Belakang masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penulisan;
Manfaat Penulisan dan Sistematika Penulisan;. Bab 2. Pembahasan: terdiri dari pengertian
komunikasi pembelajaran; fungsi komunikasi dalam pembelajaran; pinsip komunikasi dalam
pembelajaran;. Bab 3. Terdiri dari Kesimpulan; Saran; dan rekomendasi;.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Pembelajaran
1. Pengertian Komunikasi
Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari G (2003) secara etimologis
komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau
bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut
membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut communion, yang
mempunyai makna kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan.
Karena untuk ber-communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat
kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar,
membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-
cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai
makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.

Evertt M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu
gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah
perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa
komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan
dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal yaitu
Wilbur Schramm memiliki pengertian yang sedikit lebih detail. Menurutnya, komunikasi
merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan;
pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan
dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. (Suranto :
2005).

Dari beberapa definisi di atas dapat penulis pahami bahwa komunikasi adalahsuatu
proses penyampaian informasi. Kesuksesan komunikasi tergantung kepada desain pesan atau
informasi dan cara penyampaiannya.

2. Pengertian Pembelajaran
Sardiman AM (2005) dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi dalam
Belajar Mengajar” menyebut istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurut beliau,
yang dianggap interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara sadar dan mempunyai
tujuan untuk mendidik, dalam rangka mengantar peserta didik ke arah kedewasaannya.
Menurut Corey (1986 :195) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (1999 :297) pembelajaran adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif,
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Definisi ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik, bahwa pembelajaran adalah suatu proses
yang kompleks, dimana di dalamnya terjadi interaksi antara mengajar dan belajar. Proses
pembelajaran aktivitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi
edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk
suatu tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran.
Menurut Knirk dan Gustafson (1986:15) pembelajaran merupakan suatu proses yang
sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi
seketika, melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi edukatif untuk membuat siswa belajar secara aktif dan mampu mengubah
perilaku melalui pengalaman belajar.

3. Pengertian Komunikasi pembelajaran


Komunikasi pembelajaran adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada
orang lain supaya mencapai keberhasilan dalam mengirim pesan kepada yang dituju secara
efektif dan efisien.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu
keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar.
Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah
pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab
terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar.
Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh
keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini. Terkait dengan proses pembelajaran,
komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat
diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif.
Dilihat dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa
tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonoverbal adalah komunikasi yang
menggunakan isyarat, gerak gerik, gambar, lambang, mimik muka, dan sejenisnya.
Sebagai komunikator atau mediator, guru harus menyadari bahwa sekolah berada di
tengah-tengah masyarakat, karenanya sekolah tidak boleh menjadi “menara gading” yang jauh
dan terasing dari masyarakat. Sekolah didirikan mengemban amanat dan aspirasi masyarakat
(dan peserta didik adalah anak-anak dan sekaligus sebagai bagian dari anggota komunitas
masyarakat). Menghindari persoalan tersebut, maka guru harus memerankan dirinya untuk
mampu menjadi “bridging” (menjembatani) atau menjadi mediator antara sekolah dan
masyarakat melalui upaya cerdas dalam memilih dan menggunakan pola, pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran yang memungkinkan saling menguntungkan antara keduanya.
Jadikan masyarakat, lembaga, peristiwa, benda, situasi, kebudayaan, serta industry sebagai
sumber belajar bagi peserta didik.

B. Fungsi Komunikasi Pembelajaran


Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, Komunikasi mempunyai dua fungsi
umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri-sendiri yang meliputi: keselamatan fisik,
meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai
ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki
hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.

Sedangkan menurut William I.Gordon, Komunikasi Pembelajaran mempunyai empat


fungsi menurut kerangka yang dikemukakan, yakni:

1. Fungsi Komunikasi Sosial


Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia akan hilang, karena ia tidak
punya waktu untuk mengatur diri mereka sendiri dalam lingkungan sosial. Tanpa terlibat dalam
komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia
beradab (memperlakukan manusia lainnya).
a. Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan kita tentang siapa kita, dan yang hanya dapat diperoleh
melalui informasi orang lain yang diberikan kepada kita. Manusia yang tidak pernah
berkomunikasi dengan manusia lain mungkin tidak menyadari bahwa ia adalah seorang laki-laki.
Kita menyadari bahwa kita adalah manusia karena orang di sekitar kita menunjukkan kepada kita
melalui perilaku mereka.
Anda mencintai diri sendiri jika Anda memiliki cinta, Anda berpikir Anda pintar ketika
orang di sekitar Anda mengaggap Anda cerdas, Anda merasa Anda tampan atau cantik ketika
orang di sekitar Anda mengatakan begitu. Konsep diri awal umumnya dipengaruhi oleh keluarga
dan orang-orang terdekat di sekitar kita, termasuk kerabat. Orang tua kita, atau siapa pun yang
peduli untuk pertama kalinya, mengatakan kepada kita melalui kata-kata dan tindakan yang kita
lakukan.
b. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Ini disebut aktualisasi diri atau lebih
tepatnya keberadaan itu sendiri.
Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri sering terlihat dalam seminar. Meskipun
penanya telah memperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok
masalah, pena atau komentator sering berbicara panjang lebar, mengajarkan penonton, dengan
argumen yang tidak relavan. Karena mereka merasa paling benar dan yang paling penting, semua
orang ingin berbicara dan didengar.
c. Untuk Kelangsungan Hidup, Memupuk Hubungan, Dan Memperoleh Kebahagiaan
Sejak lahir, kita tidak bisa hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu
berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan
minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Komunikasi,
dalam konteks apapun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan.
Melalui komunikasi kita juga bisa memenuhi kebutuhan emosional kita dan
meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati,
rasa hormat, kebanggaan, dan bahkan iri hati, dan kebencian. Melalui komunikasi sosial, kita
dapat mengalami berbagai perasaan dan membandingkan kualitas perasaan satu dengan perasaan
orang lain.

2. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif sering dilakukan untuk menyampaikan perasaan-perasaan kita.
Kebanyakan komunikasi ini disampaikan dalam bentuk non verbal. Ungkapan kasih sayang,
marah, atau malu memang dapat disampaikan oleh kata-kata.

Namun, paling besar dikomunikasikan lewat bahasa tubuh. Orang boleh mengatakan,
"saya tak marah", padahal mukanya merah, tampang cemberut, dan pandangan matanya tajam.
Orang akan lebih percaya bahasa non verbal itu daripada bahasa verbalnya. Komunikasi
ekspresif nanti tentu akan mempengaruhi komunikasi sosial seseorang.

3. Komunikasi Ritual
Fungsi komunikasi ini berhubungan dengan komunikasi ekspresif. Namun bentuk
penyampaiannya seringkali secara kolektif. Misalnya upacara perkawinan, ritual keagamaan,
sampai memperingati tanggal bersejarah. Mereka yang terlibat dalam komunikasi ritual dianggap
berusaha menegaskan sebagai bagian dari kelompok yang merayakannya. Komunikasi ritual juga
dianggap sebagai komitmen individu terhadap tradisi dalam kehidupan sosialnya.

Seseorang yang baru masuk dalam lingkungan sosial baru cenderung harus melakukan
komunikasi ritual yang baru. Mereka seolah diwajibkan untuk melakukan komunikasi ini untuk
menunjukkan bahwa mereka memang siap dan akan bergabung dalam lingkungan baru ini.
Misalnya mahasiswa baru harus melakukan "pengenalan" atau yang sering disebut ospek.

Selain untuk komitmen emosional individu, komunikasi ritual juga sering digunakan
untuk mempererat kepaduan dalam suatu kelompok. Komunikasi ritual akan menciptakan rasa
nyaman dan perasaan tertib. Menurut Deddy Mulyana, bukan substansi kegiatan ritual yang
paling penting, namun perasaan senasib dan sepenanggungan yang menyertai komunikasi ini.
Deddy juga menganggap hal ini menandakan bahwa manusia bukanlah sepenuhnya
makhluk rasional. Karena komunikasi ritual sering dianggap mubazir jika ditimbang secara rasio.
Namun, manusia tetap membutuhkan komunikasi ritual, walau tujuannya berbeda-beda.
Misalnya, demi memenuhi kebutuhan jati diri, sebagai anggota dari komunitas, atau menciptakan
rasa kondusif dan tenteram.

4. Fungsi Komunikasi Instrumental


Komunikasi yang berfungsi sebagai Komunikasi instrumental adalah komunikasi yang
berfungsi untuk memberitahukan atau menerangkan (to inform) dan mengandung muatan
persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta
dan informasi yang disampaikan adalah akurat dan layak untuk diketahui.
Dengan demikian fungsi komunikasi instrumental bertujuan untuk menerangkan,
mengajar, menginformasikan, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku
atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak
saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk
menghancurkan hubungan tersebut.
Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan
pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati,
empati, keuntungan material, ekonomi dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan
pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti
berbicara sopan, mengobral janji, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan
kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan. Sementara itu, tujuan jangka panjang
dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing
ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling
berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk
mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh
jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.
C. Prinsip Komunikasi Pembelajaran
1. Respect
Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap
menghargai setiap individu yang akan menjadi sasaran pesan yang di sampaikan. Guru dituntut
dapat memahami bahwa ia harus bisa menghargai setiap siswa yang dihadapinya. Rasa hormat
dan saling menghargai merupakan prinsip yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain
karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Membangun komunikasi
dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati akan dapat membangun kerjasama
yang menghasilkan sinergi yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja guru baik sebagai
individu maupun secara keseluruhan sebagai tim.
Salah satu prinsip paling dalam sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.
Penghargaan terhadap individu adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu
rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat
memuaskan kelaparan hati tersebut akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Selain
itu penghargaan yang tulus terhadap individu dapat membangkitkan antusiasme dan mendorong
orang lain melakukan hal–hal terbaik. Guru yang memberikan penghargaan secara tulus kepada
para murid maka akan dihargai pula oleh muridnya dan menjadikan proses belajar mengajar
menjadi sebuah proses yang menyenangkan bagi semua pihak.
2. Emphaty
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi
yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah
kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengarkan orang lain terlebih dahulu,
kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun
kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat
menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan
(receiver) menerimanya. Komunikasi di dunia pendidikan diperlukan saling memahami dan
mengerti keberadaan, perilaku dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulakan respek
atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama
dalam membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses belajar-mengajar. Jadi sebelum kita
membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan
empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa
ada halangan psikologi atau penolakan dari penerima.
3. Audible
Prinsip audible berarti adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Berbeda
dengan prinsip yang kedua yakni empati dimana guru harus mendengar terlebih dahulu ataupun
mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible adalah menjamin bahwa pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik. Dalam rangka mencapai hal
tersebut maka pesan harus di sampaikan melalui media (delivery channel) sehingga dapat
diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hal itu menuntut kemampuan guru dalam
menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual yang dapat
membantu supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para murid.
4. Clarity
Prinsip clarity adalah kejelasan dari isi pesan supaya tidak menimbulkan multi
interpretasi atau berbagai macam penafsiran. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan
transparasi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang
ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima
pesan. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan
menurunkan semangat dan antusiasme siswa dalam proses belajar-mengajar. Dengan cara seperti
ini siswa tidak akan menganggap lagi proses belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi akan
mengganggapnya sebagai sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.
5. Humble
Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa
menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Kerendahan
hati merupakan suatu cara agar orang lain merasa nyaman (care) karena ia merasa sejajar
sehingga memudahkan komunikasi dalam dua arah.
Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap
keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi
dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai
dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi
yang efektif antara pengajar dengan siswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut
berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada
lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain
informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar
pribadi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran sebagai subset dari proses pendidikan harus mampu memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kualitas pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan
mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang
mampu memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.
Komunikasi dikatakan efektif dalam pembelajaran apabila terdapat aliran informasi dua
arah antara pendidik dengan peserta didik dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai
dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu
dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif (Abdul Majid, 2013), yaitu :
1. Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan
mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
2. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran
informasi yang disampaikan.
3. Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan
informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu
terjadi.
4. Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika
yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
5. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan
tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang
yang diajak berkomunikasi karena para peserta didik juga terlahir dari budaya yang berbeda, baik
dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan
persepsi.
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti
bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu
pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat
berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :
1. menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
2. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
3. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
4. pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
5. pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam
hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik
yang positif bagi siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan
keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Komunikasi
antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang
individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara kedua belah pihak
terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif
apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam kegiatan pembelajaran, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan,
agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan
komunikasi dalam kegiatan pembelajaran ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan
tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya
komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan
pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam
melakukan komunikasi ini.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Komunikasi pembelajaran adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain
supaya mencapai keberhasilan dalam mengirim pesan kepada yang dituju secara efektif dan
efisien dalam proses belajar mengajar.
2. Menurut William I.Gordon, Komunikasi Pembelajaran mempunyai empat fungsi menurut
kerangka yang dikemukakan, yakni: fungsi komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi
ritual dan fungsi komunikasi instrumental.
3. Prinsip komunikasi ada 5, yaitu : respect, emphaty, audible, clarity, humble. Komunikasi yang
efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan.
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan
komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku
komunikasi tersebut.

B. Saran
1. Para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus
memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat
berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran
atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
2. Diharapkan agar mahasiswa khusunya pendidik dapat lebih mengetahui dan memahami peranan
media pendidikan dalam proses komunikasi pembelajaran yang ada. Sehingga setelah
mempelajari pembahasan ini, kita mampu mengefektifkan proses komunikasi dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
3. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses
pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman
mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.
4. Untuk membangun komunikasi efektif seseorang harus memiliki karakter yang kokoh yang
dibangun dari integritas pribadi yang kuat, karena seorang pendidik menjadi factor yang terus
disorot oleh siswa, oleh karena itu apabila Anda seorang pendidik diharapkan bisa menjadi
teladan yang baik bagi siswa dalam setiap perilakunya

C. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis mengajukan rekomendasi
yang dipandang bermanfaat, antara lain:
1. Kepada Para Dosen STAI Al-Musaddadiyah diharapkan dapat mengontrol terhadap mahasiswa,
agar mampu mewujudkan mahasiswa yang dapat memahami hal-hal yang berkenaan dengan
materi tentang pendidikan, khususnya mengenai pengertian, kedudukan, fungsi, tujuan,
kegunaan, jenis, syarat-syarat dan sistem evaluasi pendidikan islam.
2. Kepada para mahasiswa STAI Al-Musaddadiyah diharapkan dapat menerapkan dan
memanfaatkan hal-hal apa saja yang berkaitan dengan materi tentang pengembangan sistem
evaluasi, khususnya pengertian, kedudukan, fungsi, tujuan, kegunaan, jenis, syarat-syarat dan
sistem evaluasi pendidikan islam.

DAFTAR PUSTAKA
Adang H, Darmajari, Arip S (2012). Metodologi pembelajaran kajian teoritis praktis.LP3G
(Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi guru) Banten.
Didi S, Deni D (2012), Komunikasi Pembelajaran. PT Remaja Rosda Karya Bandung
Syaiful Sagala (2005), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta Bandung.
Arsyad, A (2006). Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada Jakarta.
http://sitiyuliana91.blogspot.com/
http://muhammadden1.blogspot.com/2015/06/strategi-membangun-komunikasi-efektif.html
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikel-manajemen/185-
komunikasi-yang-efektif-dalam-pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai