PEMBAHASAN ISU
IMPLEMENTASI PSAK 71 –
INSTRUMEN KEUANGAN
TAHUN 2018
Forum Diskusi Isu Implementasi PSAK 71
2018
Pernyataan
DAFTAR ISI
KLASIFIKASI ...................................................................................................... 2
1.1. Level Pengujian Solely Payment of Principal and Interest (SPPI) dalam
rangka Mengklasifikasikan Aset Keuangan sesuai dengan PSAK 71 ...... 2
1.2. Penjualan Aset Keuangan yang Bukan Dikarenakan Kenaikan Risiko
Kredit ......................................................................................................... 3
1.3. Denda/Penalti dari Pembayaran Kredit yang Dipercepat dari
Kontraktual ............................................................................................... 5
1.4. Kredit Sindikasi ........................................................................................ 7
PENURUNAN NILAI............................................................................................. 9
2.1. Informasi Makroekonomi dan Keterbatasan Chief Economist................ 9
2.2. Jumlah Variabel Makroekonomi dan Skenario dari Forward Looking
Adjustment .............................................................................................. 10
2.3. Cross Staging .......................................................................................... 13
2.4. Kaitan Staging Aset Restrukturisasi dengan Ketentuan Regulator ..... 14
2.5. Durasi untuk Perhitungan CKPN Lifetime atas Kredit Revolving dan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) .............................................................. 16
2.6. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) untuk
Instrumen/Sekuritas yang Diterbitkan oleh Pemerintah ..................... 18
2.7. Definisi Committed dan Uncommitted dari Kelonggaran Tarik ............ 22
2.8. Penentuan Exposure at Default (EAD) atas Kelonggaran Tarik ............ 24
2.9. Pengakuan Aset Purchase or Originiated Credit-Impaired (POCI) dan
Definisi Modifikasi Aset Keuangan ......................................................... 26
2.10.CKPN atas Kartu Kredit .......................................................................... 30
2.11.CKPN atas Kredit Infrastruktur .............................................................. 33
1
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
KLASIFIKASI
1.1. Level Pengujian Solely Payment of Principal and Interest (SPPI) dalam
rangka Mengklasifikasikan Aset Keuangan sesuai dengan PSAK 71
a. Isu
PSAK 71 tidak menentukan ketentuan yang rule-based perihal tata cara
penentuan pengujian SPPI. Oleh karena itu:
1) Apakah Bank dapat melakukan pengujian SPPI atas portofolio aset
keuangan atau pada level laporan keuangan caption (akun di neraca)?
2) Apakah pengujian boleh dilakukan dengan menggunakan sampling?
Apakah untuk tujuan efisiensi pengujian SPPI dapat dilakukan di level
produk aset keuangan atau kelompok kontrak yang memiliki klausul
yang standar?
b. Dasar Pengaturan
PSAK 71 Paragraf PP4.1.7
Paragraf 4.1.1 (b) mensyaratkan suatu entitas untuk mengklasifikasikan
aset keuangan berdasarkan karakteristik arus kas kontraktual jika aset
keuangan dimiliki dalam model bisnis yang bertujuan untuk memiliki aset
untuk memperoleh arus kas kontraktual atau dalam model bisnis yang
tujuannya dicapai dengan memperoleh arus kas kontraktual dan menjual
aset keuangan, kecuali paragraf 4.1.5 diterapkan.
c. Diskusi selama Forum Diskusi PSAK 71
Pro
1) Meskipun PSAK 71 tidak menetapkan ketentuan yang rule-based
perihal cara melakukan pengujian SPPI, sesuai PP 4.1.7, harus
dilakukan reviu atas arus kas kontraktual. Dengan demikian, reviu
seharusnya tidak dilakukan pada level akun di laporan keuangan
(misal loan receivable langsung diukur dengan Biaya Perolehan
Diamortisasi), namun dengan memperhatikan karakteristik arus kas
kontraktual.
2) Pengujian SPPI harus dilakukan untuk semua kontrak aset keuangan
yang ada pada Bank. Namun untuk efisiensi, dapat dilakukan
pengelompokkan produk berdasarkan tipe arus kas kontraktual, yang
dapat dilihat dari klausul dalam kontrak. Sebagai contoh, kredit dapat
dibedakan menjadi produk yang homogen dengan klausul kontrak
standar (contoh kartu kredit), maupun produk yang klausul
kontraknya dapat dinegosiasi sehingga berbeda antar debitur (contoh
kredit sindikasi).
Kontra
Tidak terdapat argumen yang bertentangan dalam pembahasan.
2
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
d. Kesimpulan
1) Pada prinsipnya pengujian SPPI dilakukan secara per kontrak, bukan
per akun pada laporan keuangan.
2) Untuk efisiensi, pengujian dapat dilakukan per produk aset keuangan
dengan syarat kontrak memiliki term and condition yang sama.
1.2. Penjualan Aset Keuangan yang Bukan Dikarenakan Kenaikan Risiko Kredit
a. Isu
Penjualan aset keuangan dapat disimpulkan masih konsisten dengan
model bisnis yang tujuannya adalah untuk menyimpan aset keuangan
untuk mengumpulkan arus kas kontraktual jika penjualan tersebut
jarang terjadi (walaupun bernilai signifikan) atau tidak signifikan nilainya,
baik secara individu maupun agregat.
1) Berapakah titik acuan untuk “tidak signifikan nilainya”? Apakah
penentuan signifikansi dapat dilakukan dengan membandingkan nilai
penjualan dengan nilai portofolio dan penggunaan nilai total aset?
2) Bagaimana seharusnya istilah “agregat” atau “gabungan” ditafsirkan?
Apakah ini hanya berhubungan dengan total portofolio pada periode
pelaporan atau berdasarkan umur rata-rata portofolio?
b. Dasar Pengaturan
PSAK 71 Paragraf PP4.1.2C
…. Dalam menentukan apakah arus kas akan direalisasikan dengan
memperoleh arus kas kontraktual aset keuangan, maka perlu untuk
mempertimbangkan frekuensi, nilai, dan waktu penjualan di periode
sebelumnya, alasan bagi penjualan dan perkiraan tentang aktivitas
penjualan di masa depan. …
PSAK 71 Paragraf PP4.1.3A
Model bisnis mungkin untuk memiliki aset untuk memperoleh arus kas
kontraktual bahkan jika entitas menjual aset keuangan ketika ada
peningkatan risiko kredit aset. …
PSAK 71 Paragraf PP4.1.3B
...Secara khusus, penjualan tersebut dapat konsisten dengan model bisnis
yang bertujuan untuk memiliki aset keuangan untuk memperoleh arus
kas kontraktual jika penjualan tersebut tidak berulang (meskipun
signifikan dalam nilai) atau tidak signifikan dalam nilai baik secara
individu maupun secara gabungan (bahkan jika berulang). Jika lebih dari
jumlah yang tidak berulang dari penjualan tersebut terbuat dari portofolio
dan penjualan tersebut lebih dari tidak signifikan dalam nilai (baik secara
individu atau gabungan), entitas perlu menilai apakah dan bagaimana
penjualan tersebut konsisten dengan tujuan memperoleh arus kas
kontraktual. ...
Peningkatan frekuensi atau nilai penjualan dalam periode tertentu tidak
selalu konsisten dengan tujuan untuk memiliki aset keuangan untuk
memperoleh arus kas kontraktual, jika entitas dapat menjelaskan alasan
3
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
4
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
5
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
6
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
7
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
8
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
PENURUNAN NILAI
2.1. Informasi Makroekonomi dan Keterbatasan Chief Economist
a. Isu
Sesuai PSAK 71, Bank harus menghitung 12-month dan lifetime ECL
dengan memperhitungkan pengaruh dari forecast macroeconomic kedepan
(forward-looking adjustment). Selain menghitung ECL untuk setiap kondisi
makroekonomi kedepan, Bank juga harus menentukan probability
weighted untuk kemungkinan terjadinya sebuah scenario macro tersebut.
Kebutuhan ini menjadi sebuah tantangan yang cukup signifikan untuk
Bank yang tidak mempunyai Office of Chief Economist (OCE), untuk
mendapatkan dan memilih scenario macro yang tepat yang dapat
digunakan untuk perhitungan ECL.
1) Apakah Bank yang memiliki keterbatasan, yaitu tidak memiliki chief
economist, dapat menggunakan informasi makroekonomi yang
diterbitkan oleh regulator/instansi pemerintah (seperti OJK,
Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Badan Pusat Statistik)?
2) Bagaimana jika sumber data makroekonomi yang digunakan oleh
Bank, berbeda dengan data OJK?
b. Dasar Pengaturan
PSAK 71 Paragraf 5.5.17
Entitas mengukur kerugian kredit ekspektasian dari instrumen keuangan
dalam suatu cara yang mencerminkan:
1) …
2) …
3) Informasi yang wajar dan terdukung yang tersedia tanpa biaya dan
upaya berlebihan pada tanggal pelaporan mengenai peristiwa masa
lalu, kondisi kini, dan perkiraan kondisi ekonomi masa depan.
PSAK 71 Paragraf 5.5.18
Ketika mengukur kerugian kredit ekspektasian, entitas tidak harus
mengidentifikasi semua skenario yang mungkin. Akan tetapi, entitas
mempertimbangkan risiko atau probabilitas terjadinya kerugian kredit
dengan mencerminkan probabilitas terjadinya dan tidak terjadinya
kerugian kredit, meskipun kemungkinan terjadinya kerugian kredit
sangat rendah.
c. Diskusi selama Forum Diskusi PSAK 71
Pro
1) Bank yang memiliki keterbatasan chief economist biasanya Bank
BUKU I dan BUKU II. Oleh karena itu, akan tidak efisien apabila Bank
meng-hire chief economist. Pertimbangan lain adalah produk Bank
BUKU I dan BUKU II cenderung plain-vanilla.
2) Bank dapat diberikan guidelines berupa rujukan prakiraan
makroekonomi untuk menghitung CKPN sesuai PSAK 71.
9
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
10
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
11
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
Pada saat Bank menggunakan proyeksi inflasi 4.5%, maka Bank juga
mempertimbangkan probabilitas dari skenario ini 60%, demikian
seterusnya.
Proses reviu berkala terhadap variabel makroekonomi dan skenario
dilakukan paling tidak 1 (satu) tahun sekali untuk memastikan
relevansinya.Kontra
1) Terdapat produk yang sulit dikaitkan dengan faktor makroekonomi,
antara lain pada kredit multiguna kepada pegawai yang dijamin oleh
instansi pemerintah dan kredit kepada pensiunan yang dipotong
langsung kepada dana pensiun.
2) Bank B berpendapat jika aset keuangan, berdasarkan pengujian,
tidak memiliki korelasi sama sekali dengan faktor makroekonomi,
maka Bank tidak menggunakan variabel independen karena CKPN
tidak dipengaruhi oleh faktor makroekonomi.
d. Kesimpulan
1) Bank minimal menggunakan 2 (dua) skenario dalam menghitung
CKPN, misalnya untuk PD kondisi ekonomi membaik (upside) dan
kondisi ekonomi memburuk (downside), sedangkan untuk LGD
12
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
13
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
Kontra
1) Dalam kasus tertentu memungkinkan misalnya jika arus kas
debitur/project berbeda (tidak memiliki memiliki korelasi dengan
risiko kredit).
2) Terdapat beberapa kasus debitur yang memiliki fasilitas kredit modal
kerja dengan stage performing (stage 1), namun memiliki fasilitas
kartu kredit dengan stage underperforming (stage 2). Oleh karena itu,
tidak fair jika risiko kartu kredit dipergunakan untuk melakukan
cross staging ke fasilitas modal kerja.
d. Kesimpulan
1) Bank harus melakukan cross staging (penyamaan stage) antar fasilitas
yang diterima oleh debitur yang sama, kecuali:
a) dapat dibuktikan terdapat perbedaan arus kas dari setiap fasilitas;
atau
b) salah satu fasilitas yang mengalami peningkatan risiko kredit
merupakan fasilitas dengan jumlah yang tidak signifikan.
2) Staging sesuai PSAK 71 dapat lebih buruk dibandingkan kolektibilitas
sesuai dengan peraturan OJK terkait kualias aset dalam kondisi
tertentu, seperti adanya Ketentuan Kehati-Hatian Dalam Rangka
Stimulus Perekonomian Nasional Bagi Bank Umum dan Perlakuan
Khusus Terhadap Kredit Atau Pembiayaan Bank Bagi Daerah Tertentu
Di Indonesia Yang Terkena Bencana Alam.
14
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
b. Dasar Pengaturan
PSAK 71 Paragraf 5.5.9
Pada setiap tanggal pelaporan entitas menilai apakah risiko kredit atas
instrumen keuangan telah meningkat secara signifikan sejak pengakuan
awal. Ketika melakukan penilaian tersebut, entitas mempertimbangkan
perubahan risiko gagal bayar yang terjadi selama umur instrumen
keuangan, bukan perubahan atas jumlah kerugian kredit ekspektasian.
Dalam melakukan penilaian tersebut, entitas membandingkan risiko
gagal bayar instrumen keuangan yang terjadi pada tanggal pelaporan
dengan risiko gagal bayar pada saat pengakuan awal serta
mempertimbangkan informasi yang wajar dan terdukung yang tersedia
tanpa biaya atau upaya berlebihan, yang merupakan indikasi peningkatan
risiko kredit secara signifikan sejak pengakuan awal.
PSAK Paragraf 5.5.14
Pada setiap tanggal pelaporan, entitas mengakui dalam laba rugi jumlah
perubahan kerugian kredit ekspektasian sepanjang umurnya sebagai
keuntungan atau kerugian penurunan nilai. Entitas mengakui perubahan
membaik atas kerugian kredit ekspektasian sepanjang umurnya sebagai
keuntungan penurunan nilai, meskipun kerugian kredit ekspektasian
sepanjang umurnya lebih kecil dari jumlah kerugian kredit ekspektasian
yang termasuk dalam estimasi arus kas pada saat pengakuan awal.
c. Diskusi selama Forum Diskusi PSAK 71
Pro
1) Pasal 58 – 59 PBI Kualitas Aset mengatur tata cara penentuan kualitas
kredit untuk debitur, baik yang direstrukturisasi secara umum dan
dengan nominal tertentu. Sesuai PBI tersebut, kredit yang
direstrukturisasi harus berada di kualitas tertentu selama periode
tertentu sebelum dapat dinaikkan ke kualitas aset yang lebih baik.
Sesuai dengan peraturan diatas, Aset yang berada di stage 3 lalu
direstrukturisasi, harus tetap di stage 3 lalu direstrukturisasi, harus
tetap di stage 3 sebelum dapat dibuktikan membayar 3 (tiga) kali
periode angsuran sesuai perjanjian restrukturisasi tanpa tunggakan
atau minimal 3 (tiga) bulan.
2) Penetapan perbaikan staging untuk kredit yang direstrukturisasi
harus melewati masa probation untuk menguji ketepatan debitur
memenuhi janji pembayaran. Bank yang memiliki proses risk
assessment yang komprehensif dapat menentukan waktu probation
period yang berbeda dengan PBI Kualitas Aset. Namun, untuk Bank
yang belum memiliki proses tersebut, maka Bank dapat mengikuti
kriteria restrukturisasi dalam PBI Kualitas Aset yaitu probation period
ketepatan membayar untuk 3 (tiga) kali periode berturut-turut.
15
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
2.5. Durasi untuk Perhitungan CKPN Lifetime atas Kredit Revolving dan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
a. Isu
1) Bank C memiliki kredit yang telah diperpanjang 5 (lima) kali, Periode
mana kah yang dipertimbangkan menjadi periode lifetime dalam
menghitung CKPN sesuai PSAK 71?
2) Bank D menerbitkan produk KPR dengan durasi 15 (lima belas) tahun,
namun nasabah Bank cenderung melakukan pelunasan lebih awal
atau di ambil alih oleh Bank lain (take over). Durasi manakah yang
harus dipergunakan oleh Bank untuk menghitung CKPN lifetime ?
b. Dasar Pengaturan
PSAK 71 Paragraf 5.5.40
Ketika menentukan periode dimana entitas diharapkan untuk terekspos
terhadap risiko kredit, tetapi untuk kerugian kerugian kredit ekspektasian
tidak akan memitigasi tindakan manajemen risiko kredit normal entitas,
maka entitas mempertimbangkan faktor-faktor seperti informasi kredit
dalam pengalaman historis tentang:
a. Periode selama entitas telah terekspos terhadap risiko kredit pada
instrumen keuangan serupa;
16
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
b. Lama waktu yang terkait dengan gagal yang terjadi pada instrumen
keuangan serupa, mengikuti peningkatan risiko kredit yang signifikan;
dan
c. Tindakan terhadap manajemen risiko yang diekspektasi oleh entitas
untuk dilakukan ketika risiko kredit instrumen keuangan meningkat,
seperti penurunan atau penghapusan limit yang belum ditarik.
IFRS 9 Paragraf B5.5.31
An entity’s estimate of expected credit losses on loan commitments shall be
consistent with its expectations of drawndown on that loan commitment, i.e
it shall considered the expected portion of the loan commitment that will be
drawn down within 12 months of the report date when estimating 12-month
expected credit losses, and the expected portion of the loan commitment that
will be drawn down over the expected life of the loan commitment when
estimating lifetime expected credit losses.
c. Diskusi selama Forum Diskusi PSAK 71
Pro
Kredit Revolver
1) Jika mengacu paragraf penjelas, periode yang dipertimbangkan
adalah periode dimana Bank masih terekspos risiko kredit dan belum
ada upaya untuk mengurangi eksposur kredit tersebut. Oleh karena
itu, periode 1 (satu) tahun dianggap belum memenuhi kriteria
tersebut.
2) Periode lifetime untuk kredit revolving dapat ditetapkan sesuai dengan
kontraktual dalam hal terdapat proses robust dalam mengevaluasi
risiko kredit ketika perpanjangan fasilitas dan Bank berhak untuk
tidak memperpanjang fasilitas (yaitu, reviu dilakukan bukan secara
administratif saja).
Kredit KPR
1) Bank A melihat pola historical behavior dari nasabah dengan membagi
periode 1 – 5 tahun dan 5 – 10 tahun.
2) Bank B memasukan faktor early termination/prepayment dalam unsur
perhitungan Probabiliity of Default dan faktor eksekusi agunan dalam
LGD.
Kontra
Kredit Revolver
Bank memiliki proses reviu dari setiap model bisnis, oleh karena itu
dipakai jangka waktu kontraktual.
Kredit KPR
Meskipun Bank mempelajari pola behavior debitur, Bank tetap terekspos
risiko kredit hingga jatuh tempo.
17
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
d. Kesimpulan
1) Bank menghitung CKPN lifetime dengan menggunakan jangka waktu
kontraktual kredit revolving hanya apabila proses perpanjangan kredit
revolving dilakukan dengan evaluasi yang robust, yaitu melalui
evaluasi yang substantif dibandingkan administratif.
2) Bank dapat mempertimbangkan customer behaviour untuk
menghitung CKPN lifetime dari produk KPR jangka panjang.
18
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
19
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
20
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
21
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
22
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
contracts are estimated is the contractual period over which the entity is
committed to provide credit.
c. Diskusi selama Forum Diskusi PSAK 71
Pro
1) Ketentuan prudensial memiliki tujuan yang berbeda dengan PSAK
sehingga Bank tidak dapat menggunakan kriteria yang diatur dalam
ketentuan prudensial.
2) Kriteria committed atau uncommitted merujuk pada proses pencairan
dari kelonggaran tarik di Bank. Sebagai contoh:
a) Kelonggaran tarik menjadi committed bila debitur dapat
melakukan penarikan secara langsung atau melalui proses
persetujuan penarikan yang sifatnya administratif (tanpa
penilaian kondisi debitur secara komprehensif).
b) Kelonggaran tarik menjadi uncommited bila penarikan
kelonggaran tarik melalui proses persetujuan yang melibatkan
analisa debitur secara komprehensif.
3) Seluruh fasilitas pada dasarnya merupakan committed (walaupun
secara legal tertulis Bank dapat menghentikan fasilitas sewaktu-
waktu apabila telah terjadi kondisi/alasan tertentu), karena sebelum
ada kejadian gagal bayar (event of default), Bank tidak dapat mencegah
penarikan fasilitas karena tidak mengetahui telah terjadinya
“kondisi/alasan tertentu”.
Kontra
1) Dalam standar baku perjanjian Bank telah diatur bahwa Bank dapat
menghentikan sewaktu-waktu fasilitas kredit apabila terdapat
penurunan kolektibilitas atau masalah likuiditas.
2) Tidak sejalan dengan pengaturan OJK mengenai Pedoman
Perhitungan ATMR Risiko Kredit dengan pendekatan standar, yaitu
bahwa kewajiban komitmen yang memenuhi kriteria sebagai
uncommitted sesuai ketentuan mengenai kualitas aset diberikan faktor
konversi kredit (FKK) sebesar 0%.
d. Kesimpulan
Bank tidak dapat serta merta mengkategorikan fasilitas komitmen
pinjaman sebagai uncommitted hanya apabila dalam perjanjian kredit
memuat klausul bahwa fasilitas dapat dibatalkan sewaktu-waktu. Oleh
karena itu, kriteria committed atau uncommitted dilihat dari prosedur
pencairan kelonggaran tarik yang dilakukan Bank, yaitu:
1) Kelonggaran tarik menjadi committed bila debitur dapat melakukan
penarikan secara langsung atau melalui proses persetujuan penarikan
23
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
24
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
Consequently, the IASB decided to confirm that the maximum period over
which expected credit losses for loan commitments and financial guarantee
contracts are estimated is the contractual period over which the entity is
committed to provide credit.
c. Diskusi selama Forum Diskusi PSAK 71
Pro
1) Faktor Konversi Kredit (FKK) sebagaimana diatur dalam Pedoman
Perhitungan ATMR Risiko Kredit dengan Pendekatan Standar tidak
dapat digunakan langsung dalam menghitung EAD, kecuali terdapat
bukti bahwa penggunaan fasilitas kredit dari debitur Bank sama
dengan FKK sebagaimana diatur dalam ketentuan dimaksud.
2) Ketentuan PSAK 71 memiliki goals yang berbeda dengan ketentuan
prudensial, sehingga Bank tidak dapat menggunakan angka dalam
ketentuan prudensial dalam ketentuan akuntansi tanpa adanya
justifikasi yang jelas.
3) EAD mencerminkan ekspektasi utilisasi fasilitas pinjaman oleh
debitur. Sedangkan Faktor Konversi Kredit memiliki prinsip yang
berbeda dengan utilitas, sehingga angka utilitas belum dapat
memprediksi kelonggaran tarik di masa depan.
4) Setiap debitur atau produk Kredit memiliki perilaku yang debitur yang
berbeda, oleh karena itu proyeksi EAD - utilisasi fasilitas pinjaman
diantara Bank berbeda-beda.
Kontra
Bank yang memiliki keterbatasan dalam mengembangkan model proyeksi
EAD membutuhkan rujukan. Salah satu rujukan yang tersedia untuk
menghitung EAD adalah faktor konversi kredit yang diatur dalam
peraturan OJK mengenai Pedoman Perhitungan ATMR Risiko Kredit
dengan Pendekatan Standar
Kesimpulan
1) Bank harus menghitung EAD atas kelonggaran Tarik berdasarkan
perilaku dari debiturnya masing-masing dalam menggunakan
fasilitas pinjaman. Bank dapat mengembangkan model internal
untuk mendapatkan suatu faktor konversi kredit atas kelonggaran
Tarik. Sedangkan, penggunaan faktor konversi kredit yang diatur
dalam peraturan OJK mengenai Pedoman Perhitungan ATMR Risiko
Kredit dengan Pendekatan Standar untuk menghitung CKPN PSAK 71
untuk kelonggaran Tarik kemungkinan tidak tepat bagi Bank.
2) Bagi Bank yang memiliki keterbatasan memproyeksikan EAD, maka
Bank dapat menggunakan faktor konversi kredit yang diatur dalam
peraturan OJK mengenai Pedoman Perhitungan ATMR Risiko Kredit
dengan Pendekatan Standar, sebagai rujukan awal yang bersifat
25
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
26
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
b. Dasar Pengaturan
PSAK 71 3.3.2
Pertukaran antara peminjam dan pemberi pinjaman exsisting atas
instrumen utang dengan persyaratan yang secara substansial berbeda
dicatat sebagai penghapusan liabilitas keuangan awal dan pengakuan
liabilitas keuangan
PSAK 71 PP 3.3.6
Untuk tujuan penerapan paragraf 3.3.2, persyaratan berbeda secara
substansial jika nilai kini arus kas yang didiskonto berdasarkan
persyaratan yang baru, termasuk setiap fee (imbalan) yang dibayarkan
setelah dikurangi fee (imbalan) yang diterima dan didiskonto
menggunakan suku bunga efektif awal, berbeda sedikitnya 10 persen dari
nilai kini sisa arus kas yang didiskonto yang berasal dari liabilitas
keuangan awal. Jika suatu pertukaran instrumen utang atau modifikasi
persyaratan dicatat sebagai suatu penghapusan, maka setiap biaya atau
fee (imbalan) yang terjadi diakui sebagai bagian dari keuntungan atau
kerugian atas penghapusan tersebut. Jika pertukaran atau modifikasi
tersebut tidak dicatat sebagai suatu penghapusan, maka setiap biaya atau
fee (imbalan) yang terjadi akan menyesuaikan jumlah tercatat liabilitas
dan diamortisasi selama sisa umur liabilitas yang telah dimodifikasi
tersebut.
PSAK 71 Paragraf 5.4.3
Saat arus kas kontraktual atas aset keuangan direnegosiasi atau
dimodifikasi dan renegosiasi atau modifikasi tersebut tidak menghasilkan
penghentian pengakuan aset keuangan sesuai dengan Pernyataan ini,
entitas menghitung ulang jumlah tercatat bruto aset keuangan dan
mengakui keuntungan atau kerugian yang timbul dari modifikasi dalam
laporan laba rugi. Jumlah tercatat bruto aset keuangan dihitung ulang
sebagai nilai kini dari arus kas kontraktual yang telah direnegosiasi atau
dimodifikasi yang didiskontokan dengan suku bunga efektif awal aset
keuangan (atau suku bunga efektif yang disesuaikan dengan kredit untuk
aset keuangan yang dibeli atau yang berasal dari aset keuangan
memburuk) atau, jika dapat diterapkan, revisi suku bunga efektif dihitung
sesuai dengan paragraf 6.5.10. Biaya atau pendapatan jasa yang terjadi
mengubah jumlah tercatat aset keuangan yang telah dimodifikasi dan
diamortisasi selama sisa jangka waktu aset keuangan modifikasian
tersebut.
PSAK 71 paragraf 5. 5. 13
Terlepas dari persyaratan dalam paragraf 5.5.3 dan 5.5.5, pada tanggal
pelaporan entitas hanya mengakui perubahan kumulatif atas kerugian
kredit ekspektasian sepanjang umurnya sejak pengakuan awal aset
keuangan sebagai penyisihan kerugian atas aset keuangan yang dibeli
atau yang berasal dari aset keuangan memburuk.
27
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
28
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
2) Aset POCI didefinisikan sebagai aset keuangan yang berasal dari aset
keuangan memburuk. Oleh karena itu, definisi aset POCI sejalan
dengan definisi stage 3, yaitu aset keuangan yang mengalami risiko
kredit memburuk.
Kriteria Aset POCI
3) Belum terdapat praktik negara yang mendefinisikan kriteria
kuantitatif aset POCI. Adapun Bank of Thailand mengeluarkan
rujukan bagi Bank untuk menentukan kriteria aset POCI berupa
selisih NPV arus kas setelah restrukturisasi dengan arus kas aset
orisinil lebih besar dari 20%.
4) Bank disarankan untuk mempertimbangkan kriteria modifikasi
liabilitas keuangan dengan selisih NPV arus kas sebesar 10% sebagai
indikator awal bagi Bank untuk melakukan assessment selanjutnya
pada aset keuangan yang memburuk tersebut.
5) Bank seharusnya melakukan tes kuantitatif dan kualitatif untuk
menentukan kriteria POCI sesuai dengan karakteristik portofolio
Bank, yaitu:
a) Tes Kuantitatif – Misalnya:
- Haircut 80% dari bunga.
- selisih NPV arus kas setelah restrukturisasi dengan arus kas
aset orisinil lebih besar dari 20%.
- Kredit yang dikonversi menjadi penyertaan modal sementara.
b) Tes Kualitatif – misalnya:
- debitur restrukturisasi yang telah ada di stage 3 dalam kurun
waktu tertentu tanpa adanya perbaikan.
- Restrukturisasi telah dilakukan berulang-ulang.
- Terdapat perubahan dari sifat kredit, sebagai contoh dari
kredit jangka pendek menjadi term loan jangka panjang.
Bank harus memiliki kebijakan kriteria kualitatif yang
mendefinisikan aset POCI.
Kontra
1) Dalam praktiknya, Bank melakukan restrukturisasi terhadap debitur
dengan pertimbangan risiko kredit debitur akan membaik. Oleh
karena itu, semangat POCI dalam PSAK 71 yang “menghukum” aset
keuangan POCI akan selamanya dihitung CKPN lifetime dianggap
tidak sesuai dengan semangat restrukturisasi.
2) Pada praktiknya, frekuensi restrukturisasi sering terjadi untuk
beberapa pembiayaan yang mendukung program pemerintah.
Pemberian batasan kualitatif dapat mengakibatkan Bank menghindari
dan tidak mendukung program dari pemerintah karena aset POCI
akan menurunkan performance karena aset POCI diungkapkan secara
terpisah dan akan berada di stage 3 hingga jatuh tempo.
29
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
d. Kesimpulan
1) Aset keuangan POCI memiliki bunga net, CKPN lifetime, dan disajikan
terpisah dari stage 3 sebagai kelompok tersendiri.
2) Aset keuangan yang direstrukturisasi atau dimodifikasi tidak secara
otomatis langsung membuktikan bahwa aset tersebut dikategorikan
sebagai POCI.
3) Dalam beberapa keadaan yang tidak biasa setelah modifikasi yang
mengakibatkan penghentian pengakuan aset keuangan awal,
mungkin dapat terbukti bahwa aset keuangan tersebut diakui sebagai
POCI.
4) Bank harus memiliki kebijakan yang mendefinisikan kriteria aset
POCI, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sebagai rujukan:
a) Tes Kuantitatif – Misalnya:
- Haircut 80% dari bunga
- selisih NPV arus kas setelah restrukturisasi dengan arus kas
aset orisinil lebih besar dari 20%.
- Kredit yang dikonversi menjadi penyertaan modal sementara.
b) Tes Kualitatif – misalnya:
- debitur restrukturisasi yang telah ada di stage 3 dalam kurun
waktu tertentu tanpa adanya perbaikan
- Restrukturisasi telah dilakukan berulang-ulang.
- Terdapat perubahan dari sifat kredit, sebagai contoh dari
kredit jangka pendek menjadi term loan jangka panjang.
5) Perlu diperhatikan bahwa penempatan POCI pada kategori tersendiri
hingga jatuh tempo dapat menyebabkan restrukturisasi tidak
menarik.
6) Bank melakukan tes secara kuantitatif dan kualitatif dalam
menentukan apakah aset tersebut masuk dalam klasifikasi POCI.
30
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
Faktor Konversi Kredit untuk EAD sebesar 20% SEOJK ATMR Risiko Kredit
ECL sesuai PSAK 55 ECL sesuai PSAK 71
= PD x LGD x EAD = PD x LGD x EAD
= 7% x 80% x 10 Juta = 7% x 80% x (10 Juta + (20%x90juta)
= Rp 0.56 Juta = Rp 1.56 Juta
Industri Juni 2018 Desember 2017 Juni 2017 Desember 2016 Juni 2016 Desember 2015 Juni 2015 Desember 2014
Kol.1 19.28% 25.35% 19.71% 25.69% 22.19% 20.91% 21.91% 21.32%
Kol. 2 41.47% 43.40% 45.67% 52.04% 53.20% 47.75% 48.76% 45.56%
Kol. 3 58.39% 272.73% 57.33% 59.65% 63.40% 60.30% 62.08% 60.01%
2) Debitur kartu kredit dapat dikategorikan sebagai berikut:
Kol. 4 65.36% 588.71% 60.53% 72.15% 66.19% 66.06% 67.13% 64.77%
a) Dorman
Kol. 5 Contoh 41.41% 1281.73% 38.62% 41.92% 44.31%
pemegang kartu kredit yang tidak memiliki billing
39.56% 55.18% 41.39%
statement selama 6 bulan atau tanpa penggunaan sama sekali.
b) Transactor
Contoh terdapat pemegang kartu kredit yang memiliki billing
statement selama 6 bulan, namun tidak ada tren interest
terhadap transaksi yang dilakukan atau debitur dengan payment
ratio ≥100%.
31
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
c) Revolver
Contoh terdapat pemegang kartu kredit yang memiliki billing
statement selama 6 bulan dan menunjukan interest setidaknya
pada satu retail atau debitur dengan payment ratio <100%.
Oleh karena itu, perhitungan EAD dalam CKPN untuk tipe pemakai
kartu kredit dorman, transactor, dan revolver seharusnya berbeda-
beda sesuai dengan behavior debitur.
3) Perhitungan CKPN PSAK 71 memproyeksikan eksposur nasabah
pada saat default. Berikut adalah data perbandingan baki debet
dengan plafon dari debitur kartu kredit yang telah default:
Baki debet / Komposisi Debitur
plafon Bank A Bank B Bank C Bank D
<20% 50.9% 3.1% 20.2% 35%
20%-40% 9.1% 8% 4.95% 6%
40%-60% 10.7% 10.9% 6.3% 6%
60%-80% 11.7% 13.4% 8.59% 8%
80%-100% 17.6% 17.5% 13.62% 45%
> 100% 47.1% 46.34%
32
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
Penerapan metode lifetime Expected Credit Loss (ECL) untuk kredit dalam
stage 2 dan stage 3 akan berdampak pada peningkatan beban CKPN yang
tinggi karena jangka waktu fasilitas yang panjang dan jumlah fasilitas
yang besar. Hal ini menyebabkan cost of project besar dan kontraproduktif
dengan program pemerintah.
b. Dasar Pengaturan
PSAK 71 Paragraf 5.5.3
Berdasarkan paragraf 5.5.13–5.5.16, pada setiap tanggal pelaporan,
entitas mengukur penyisihan kerugian instrumen keuangan sejumlah
kerugian kredit ekspektasian sepanjang umurnya, jika risiko kredit atas
33
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
d. Kesimpulan
CKPN atas aset keuangan berupa proyek pembiayaan infrastruktur yang
dijamin oleh Pemerintah Indonesia c.q. Kementerian Keuangan dapat
dihitung sebesar nol (nihil) dengan mempertimbangkan hasil gambaran
past track record historis masa lalu yang menunjukkan bahwa tidak ada
investor yang menderita kerugian dari instrumen utang yang diterbitkan
atau yang dijamin dengan instrumen yang diterbitkan oleh pemerintah
34
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.
Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Implementasi PSAK 71 Tahun 2018
35
Kesimpulan tersebut dihasilkan melalui serangkaian pertemuan pembahasan isu implementasi antara perwakilan bank umum konvensional
dengan perwakilan dari kantor akuntan publik serta telah didiskusikan dengan perwakilan seluruh bank umum konvensional di tahun 2018.