Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No.

2337- 6597
Vol.2, No.3 : 1230- 1238 , Juni 2014

POTENSI JAMUR ENDOFIT ASAL CABAI SEBAGAI AGENS HAYATI UNTUK


MENGENDALIKAN LAYU FUSARIUM (Fusarium oxysporum) PADA CABAI
DAN INTERAKSINYA

Potency of Endophytic Fungi from Chilli as Biocontro Agents to Control Fusarium Wilt
(Fusarium oxysporum) on Chilli and Their Interaction

Sri Endah Nurzannah*, Lisnawita dan Darma Bakti

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155


*Corresponding author: Email: sndah19@yahoo.com

ABSTRACT

This research aims to find endophytic fungi which potency as biocontrol agents to against Fusarium
oxysporum on chili and their interaction. The research was conducted at Plant Disease Laboratory,
Agroecotechnology Program Study, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara and
greenhouse of plant quarantine, Medan from May to August 2013. It was done by using Completely
Randomized Design (CRD) Non Factorial with fourteen treatments and three replications. The
results showed all the endophytic fungi used (Rhizopus sp., Penicillium sp., Rhizoctonia sp.,
Aspergillus sp., Hormiscium sp., Geotrichum sp.) potential as biological agents to control fusarium
wilt on chilli. The best results obtained on Penicillium sp. with disease severity was 2.78% in the
greenhouse test . Penicillium sp. also able to improve plant growth with plant height 29.40 cm.

Key words : chilli, Fusarium oxysporum, endophytic fungi, interaction

ABSTRAK

Potensi jamur endofit asal cabai sebagai agens hayati untuk mengendalikan layu fusarium
(Fusarium oxysporum) pada cabai dan interaksinya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya
antagonisme jamur endofit dan bentuk interaksinya terhadap F. oxysporum penyebab penyakit
layu pada tanaman cabai. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan,
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Rumah Kassa
Balai Karantina Besar Tumbuhan, Medan mulai bulan Mei sampai Agustus 2013. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan empat belas perlakuan dan
tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan semua jamur endofit yang digunakan (Rhizopus sp.,
Penicillium sp., Rhizoctonia sp., Aspergillus sp., Hormiscium sp., Geotrichum sp.) berpotensi
sebagai agens hayati untuk mengendalikan layu fusarium pada cabai. Hasil terbaik didapat pada
Penicillium sp dengan keparahan penyakit sebesar 2,78% pada pengujian di rumah kassa.
Penicillium sp. juga mampu membantu pertumbuhaan tanaman dengan tinggi tanaman 29,40 cm.

Kata kunci: cabai, Fusarium oxysporum, jamur endofit, interaksi

PENDAHULUAN pertanaman berkisar 841.015 ton per tahun


(Mukarlina et al., 2010). Dalam budidaya
Cabai (Capsicum annuum L.) cabai selalu menghadapi kendala. Salah
merupakan komoditas yang memiliki nilai satunya adalah penyakit tanaman. Di antara
ekonomi yang tinggi. Daerah-daerah sentra penyakit tanaman tersebut. penyakit busuk
pertanaman cabai di Indonesia tersebar mulai basah karena bakteri Ralstonia solanacearum
dari Sumatera Utara sampai Sulawesi Selatan dan penyakit layu karena jamur Fusarium
dengan rata-rata total produksi cabai di sentra oxysporum merupakan penyakit yang sering
1230
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.3 : 1230- 1238 , Juni 2014

dijumpai di pertanaman cabai. Kedua METODOLOGI PENELITIAN


penyakit tersebut berperan penting dalam
menurunkan produksi cabai (Musa et al., Penelitian ini dilaksanakan di
2005). Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas
Fusarium oxysporum biasa Pertanian Universitas Sumatera Utara dan dan
menyerang pada area pertanaman cabai. Rumah Kassa Balai Karantina Tumbuhan I,
Gejala awal dari penyakit layu Fusarium Medan dengan ketinggian tempat + 25 m dpl
adalah pucat tulang-tulang daun. terutama mulai bulan Mei hingga Agustus 2013. Bahan
daun-daun atas. kemudian diikuti dengan yang digunakan adalah tanaman cabai yang
menggulungnya daun yang lebih tua (epinasti) terserang layu Fusarium, akar, batang, daun,
karena merunduknya tangkai daun dan dan buah dari tanaman sehat, alkohol 96%,
akhirnya tanaman menjadi layu keseluruhan. kloroks 1%, kapas, spirtus, cling wrap,
Pada tanaman yang masih sangat muda aquades, media Potato Dexstrose Agar
penyakit dapat menyebabkan tanaman mati (PDA), media Water Agar (WA) 2%, kertas
secara mendadak, karena pada pangkal batang stencil, aluminium foil, methyl blue, dan label
terjadi kerusakan. Sedangkan tanaman dewasa nama, tanaman cabai varietas Laris, media
yang terinfeksi sering dapat bertahan terus beras, media jagung, media potato dextrose
dan membentuk buah tetapi hasilnya sangat agar (PDA), air steril, tanah & pasir (1:1 / V :
sedikit dan kecil-kecil (Semangun, 2000). V). Alat yang digunakan adalah mikroskop
Pengendalian Organisme Pengganggu compound, micropipet, spatula, cawan petri,
Tanaman (OPT) yang dilakukan petani pipet tetes, pinset, tabung reaksi, inkubator,
umumnya masih menggunakan pestisida timbangan analitik, erlenmeyer, bunsen, oven,
sintetik berupa fungisida, karena petani beaker glass, objek glass, autoclave, bunsen,
menganggap cara ini yang paling mudah dan laminar air flow, coke borer, amplop, kulkas,
efektif. Padahal banyak hasil penelitian jarum ose, gunting, pisau, handsprayer,
menunjukkan bahwa penggunaan pestisida polibeg, kamera, dan alat tulis.
sintetik yang kurang bijaksana ternyata Penelitian ini menggunakan
banyak merugikan manusia dan rancangan acak lengkap dengan 14 perlakuan
agroekosistem. Misalnya fungisida sintetik dan menggunakan 3 ulangan. Adapun
yang mencemari lingkungan telah perlakuan yang digunakan adalah T0 =
menyebabkan kematian manusia di dunia kontrol (tanpa perlakuan F. oxysporum dan
hingga mencapai 40% (Wasilah et al., 2005). jamur endofit); T1 = F. oxysporum; T2 =
Oleh karena itu perlu dicari alternatif Rhizopus sp; T3 = Penicillium sp; T4 =
pengendalian yang aman dan ramah Rhizoctonia sp; T5 = Aspergillus sp; T6 =
lingkungan. Salah satunya dengan Hormiscium sp; T7 = Geotrichum sp; T8 =
menggunakan jamur endofit. Jamur endofit Rhizopus sp. + F. oxysporum; T9 =
adalah jamur yang terdapat di dalam sistem Penicillium sp. + F. oxysporum; T10 =
jaringan tanaman. seperti daun. bunga. ranting Rhizoctonia sp. + F. oxysporum; T11 =
ataupun akar tanaman. Mikroorganisme Aspergillus sp. + F. oxysporum; T12 =
endofit tumbuh dan mendapatkan makanan Hormiscium sp. + F. oxysporum; T13 =
dari tanaman inangnya. Jamur ini Geotrichum sp. + F. oxysporum
menginfeksi tanaman sehat pada jaringan Fusarium oxysporum diperoleh dari
tertentu dan mampu menghasilkan tanaman cabai yang berumur 6 minggu di
mikotoksin, enzim serta antibiotika (Sinaga, daerah Kabanjahe, Sumatera Utara. Bagian
2009). pangkal batang yang terinfeksi dibersihkan
Penelitian ini bertujuan untuk dengan air steril, lalu dipotong-potong sebesar
mengetahui potensi jamur endofit asal cabai 0,5 cm. Setelah itu disterilkan dengan klorox
sebagai agens hayati untuk mengendalikan 1 % selama lebih kurang 3 menit dan dibilas
layu Fusarium (Fusarium oxysporum) pada 2-3 kali dengan air steril. Selanjutnya
cabai dan interaksinya. potongan tersebut ditanam dalam media PDA
dan diinkubasi pada suhu kamar selama 1
1231
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.3 : 1230- 1238 , Juni 2014

minggu. Setelah miselium F. oxysporum 21 hari dan isolat F. oxysporum dilakukan


tumbuh. diisolasi kembali untuk mendapatkan saat tanaman cabai berumur 28 hari dengan
biakan murni. menabur substrat pada daerah perakaran yang
Jamur endofit diperoleh dengan telah dilakukan pelukaan secara mekanis
mengisolasi akar, batang, daun, dan buah (Nasikhah. 2008). Pemeliharaan tanaman
tanaman cabai yang sehat. Sterilisasi bagian dilakukan sesuai dengan petunjuk
tanaman dilakukan secara bertahap dengan pemeliharaan tanaman cabai di rumah kassaa
merendam selama 60 detik dalam alkohol yaitu penyiraman. pemupukan dan
70% dilanjutkan dengan NaOCl 3% selama penyiangan.
60 detik, dan etanol 70% selama 30 detik. Peubah amatan dalam penelitian ini
Kemudian dibilas sebanyak dua kali dengan adalah interaksi antara F. oxysporum dan
aquades steril dan dikeringkan di atas kertas jamur endofit, Pengaruh F. oxysporum dan
saring steril. Bagian tanaman dibelah untuk jamur endofit terhadap periode inkubasi,
ditumbuhkan dalam media PDA. Hasil isolasi kejadian, dan keparahan penyakit layu
jamur endofit tidak dapat digunakan jika pada Fusarium.
media uji kesterilan masih tumbuh cendawan. Pengamatan bentuk interaksi
Cendawan yang tumbuh dari dalam jaringan dilakukan dengan melihat bentuk interaksi
tanaman dan telah melalui uji kesterilan antara jamur endofit dan F. oxysporum pada
dimurnikan dalam media PDA (Rodriques, objek glass di bawah mikroskop.
1994). Periode inkubasi (hsi) diamati pada
Penapisan dilakukan dengan pengujian masing-masing perlakuan sejak sehari setelah
secara dual culture antara F. oxysporum inokulasi sampai munculnya gejala pertama
dengan jamur endofit yang didapat dalam satu layu fusarium pada tanaman uji.
cawan petri yang berdiameter 9 cm. Satu Pengamatan kejadian penyakit
koloni jamur endofit diletakkan 1 cm dari tepi dilakukan mulai 1-7 minggu setelah
cawan petri, sedangkan koloni F. oxysporum inokulasi (msi) F.
diletakkan tepat di tengah petri. oxysporum, yaitu dengan mengamati
Semua jamur endofit yang di dapat tanaman terserang akibat patogen F.
selanjutnya diidentifikasi dengan melihat ciri oxysporum pada tanaman. Persentase
makroskopis dan mikroskopis. dengan kejadian penyakit dapat dihitung dengan
mengacu pada buku petunjuk klasifikasi menggunakan rumus:
menurut Barnett (1972). Interaksi jamur P =
endofit dan F. oxysporum dapat dilakukan Keterangan :
dengan meletakkan dalam satu cawan petri P : persentase serangan penyakit
yang berdiameter 7 cm F. oxysporum dan (kejadian penyakit)
jamur endofit secara berhadapan kemudian di a : jumlah tanaman yang terserang
bagian tengah diletakkan objek glass yang penyakit
telah diberi lapisan tipis PDA. Pengamatan b : jumlah tanaman yang sehat
bentuk interaksi ini dilakukan setelah terjadi (Abbott, 1925 dalam Lisnawita et al., 1998)
pertemuan kedua ujung jamur dengan cara Pengamatan keparahan penyakit
mengangkat objek glass. Selanjutnya ditetesi dilakukan mulai 1-7 msi, yaitu dengan
dengan methyl blue dan diamati di bawah mengamati respon layu tanaman akibat
mikroskop bentuk interaksi antara patogen inokulasi F. oxysporum. Persentase
dan jamur endofit. keparahan penyakit dapat dihitung dengan
Untuk keperluan inokulasi di rumah menggunakan rumus:
kasaa, F. oxysporum diperbanyak pada media ∑
beras steril dan jamur endofit diperbanyak
pada media jagung steril masing-masing 10 g Keterangan :
dan diinkubasikan selama 7 hari pada suhu I : intensitas serangan penyakit
kamar (Nasikhah, 2008). Aplikasi jamur (keparahan penyakit)
endofit dilakukan saat tanaman cabai berumur
1232
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.3 : 1230- 1238 , Juni 2014

ni : jumlah tanaman yang terserang


vi : nilai kategori dari tanaman Periode inkubasi (hsi), kejadian penyakit
terserang (%), dan keparahan penyakit (%)
N : nilai kategori tertinggi Pengaruh F. oxysporum dan jamur
Z : jumlah seluruh tanaman yang endofit terhadap periode inkubasi, kejadian,
diamati dan keparahan penyakit layu fusarium dapat
(Townsend & Hueberger, 1948 dalam dilihat dalam Tabel 1.
Lisnawita et al., 1998). Berdasakan hasil penelitian diketahui
Skala intensitas penyakit layu Fusarium bahwa periode inkubasi layu fusarium dari
cabai adalah: setiap perlakuan berbeda. Pada perlakuan
T1(F. oxysporum) periode inkubasinya 5
0 : tidak ada gejala layu hari. Pada perlakuan T8-T13 (jamur endofit +
1 : gejala layu ringan F. oxysporum) periode inkubasinya berkisar
2 : pengerdilan dan klorosis daun 12-21 hari. Sedangkan perlakuan T0 (kontrol)
3 : 10 % dari daun atau 10 % dari dan perlakuan jamur endofit secara tunggal
tanaman menunjukkan gejala layu tidak terdapat gejala serangan Fusarium.
4 : 11-25 % dari daun atau 11-25 % Wahyu et al. (2012) yang menyatakan bahwa
dari tanaman menunjukkan gejala layu masa inkubasi ini dipengaruhi oleh beberapa
5 : 26-50 % dari daun atau 26-50 % faktor. yaitu ketahanan tanaman inang
dari tanaman menunjukkan gejala layu terhadap ras patogen yang menginfeksi,
6 : 51-100 % layu atau tanaman mati keganasan ras patogen tersebut, dan
kesesuaian kondisi lingkungan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1.Pengaruh F. oxysporum dan jamur endofit terhadap periode inkubasi (hsi), kejadian dan
keparahan penyakit layu fusarium (%)

Perlakuan hari setelah kejadian penyakit keparahan


inokulasi (hsi) (%) 7 his penyakit (%) 7 hsi

Kontrol (T0) - 0,00 (0,00) c 0,00 (0,00) c


F. oxysporum (T1) 5 100,00 (90,00) a 100,00 (90,00) a
Rhizopus sp. (T2) - 0,00 (0,00) c 0,00 (0,00) c
Penicillium sp. (T3) - 0,00 (0,00) c 0,00 (0,00) c
Rhizoctonia sp. (T4) - 0,00 (0,00) c 0,00 (0,00) c
Aspergillus sp. (T5) - 0,00 (0,00) c 0,00 (0,00) c
Hormiscium sp. (T6) - 0,00 (0,00) c 0,00 (0,00) c
Geotrichum sp. (T7) - 0,00 (0,00) c 0,00 (0,00) c
Rhizopus sp. + F. oxysporum (T8) 12 66,67 (60,00) ab 66,67 (60,00) ab
Penicillium sp. + F. oxysporum (T9) 22 33,33 (30,00) bc 2,78 (5,59) bc
Rhizoctonia sp. + F. oxysporum (T10) 12 33,33 (30,00) bc 7,14 (12,57) bc
Aspergillus sp. + F. oxysporum (T11) 12 100,00 (90,00) a 66,67 (60,00) ab
Hormiscium sp. + F. oxysporum (T12) 21 33,33 (30,00) bc 33,33 (30,00) abc
Geotrichum sp. + F. oxysporum (T13) 12 66,67 (60,00) ab 37,37 (36,79) abc
Keterangan: Tanda (-) tidak terdapat gejala serangan F. oxysporum pada tanaman cabai sampai
akhir penelitian.

1233
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.3 : 1230- 1238 , Juni 2014

Lebih cepatnya periode inkubasi pada menghasilkan enzim yang dapat digunakan
perlakuan Fusarium secara tunggal untuk mengendalikan patogen.
dibandingkan dengan perlakuan kombinasi Tingkat keparahan penyakit tanaman
antara F. oxysporum dan jamur endofit diamati dengan membandingkan bagian
disebabkan karena jamur endofit tanaman sakit dari tanaman sampel. Pada
menghasilkan suatu senyawa yaitu alkaloid penelitian ini, keparahan penyakit pada
kemudian hidup secara simbiosis mutualistik perlakuan T1 (F. oxysporum)
dengan tanaman inangnya. Faeth (2002) berbeda nyata dengan perlakuan T0 (kontrol),
menyatakan interaksi jamur endofit dan inang T2 (Rhizopus sp.), T3 (Penicillium sp.), T4
tanaman umumnya bersifat simbiosis (Rhizoctonia sp), T5 (Aspergillus sp.), T6
mutualisme. Mikotoksin yang dihasilkan (Hormiscium sp.), T7 (Geotrichum sp.) dan
jamur endofit seperti alkaloid pada tanaman perlakuan kombinasi yaitu T9 (Penicillium
mampu melindungi inang dari serangan sp. + F. oxysporum) dan T10
invertebrata herbivor, nematoda dan patogen. (Rhizoctonia sp. + F. oxysporum), tetapi tidak
Perlakuan aplikasi endofit secara berbeda nyata dengan T8 (Rhizopus sp. + F.
tunggal tidak memperlihatkan gejala serangan oxysporum), T11 (Aspergillus sp. + F.
F. oxysporum karena jamur endofit adalah oxysporum), T12 (Hormiscium sp. + F.
jamur yang hidup di dalam jaringan tanaman oxysporum), dan T13
sehat tanpa menyebabkan gejala atau (Geotrichum sp. + F. oxysporum). Walaupun
kerusakan pada tanaman inang (Petrini, demikian pada perlakuan F. oxysporum
1991). secara tunggal (T1) keparahan penyakit lebih
Persentase kejadian penyakit diamati tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya
dengan melihat jumlah tanaman yang yaitu 100%. Hal ini disebabkan pada
terserang pada tiap perlakuan sampai 7 msi. perlakuan F. oxysporum tunggal tidak ada
Gejala layu Fusarium secara visual pada hambatan bagi patogen untuk menginfeksi
tanaman yang terinfeksi memperlihatkan tepi dan berinvasi di dalam jaringan tanaman.
bawah daun menjadi kuning tua, merambat ke Infeksi F. oxysporum pada akar tanaman
bagian dalam secara cepat sehingga seluruh cabai yang rentan dapat berkembang ke xilem
permukaan daun tersebut menguning. Gejala dan berlanjut ke batang yang mengakibatkan
tersebut disebabkan patogen F. gangguan transportasi air. Sehingga muncul
oxysporum yang terus berpenetrasi ke dalam gejala penguningan pada daun. Departemen
jaringan tanaman. Departemen Pertanian Pertanian (2010) menyatakan patogen
(2010) menyatakan bahwa patogen F. menyerang jaringan empulur batang melalui
oxysporum menyerang jaringan empulur akar yang luka atau terinfeksi. Batang yang
batang melalui akar yang luka atau terinfeksi. terserang akan kehilangan banyak cairan dan
Batang yang terserang akan kehilangan berubah warna menjadi kecoklatan, tepi
banyak cairan dan berubah warna menjadi bawah daun menjadi kuning tua (layu),
kecoklatan. merambat ke bagian dalam secara cepat
Penelitian menunjukkan bahwa pada sehingga seluruh permukaan daun tersebut
perlakuan kombinasi diperoleh persentase menguning. Sebaliknya pada perlakuan T8
kejadian penyakit terendah terdapat pada (Rhizopus sp. + F. oxysporum), T11
perlakuan T9 (Penicillium sp.+ F. (Aspergillus sp. + F. oxysporum), T12
oxysporum),T10 (Rhizoctonia sp. + (Hormiscium sp. + F. oxysporum), dan T13
F. oxysporum),dan T12 (Hormiscium sp. + F. (Geotrichum sp. + F. oxysporum) walaupun
oxysporum) yaitu sebesar 33,33%. Hasil ini tidak berbeda nyata dengan T1 (F.
menunjukkan jamur Penicillium sp., oxysporum), tetapi kehadiran jamur endofit
Rhizoctonia sp., dan Hormiscium sp. menjadi penghalang bagi Fusarium untuk
mempunyai kemampuan yang cukup baik menginfeksi tanaman sehingga keparahan
dalam mengendalikan F. oxysporum. Faeth penyakitnya lebih rendah dari T1 (F.
(2002) menyatakan jamur endofit antagonis oxysporum).
mempunyai aktivitas tinggi dalam
1234
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.3 : 1230- 1238 , Juni 2014

Berdasarkan hasil penelitian diketahui suhu, kelembaban, sifat fisik dan kimia tanah
bahwa persentase keparahan dan kejadian dan faktor eksternal seperti kurangnya sinar
penyakit berbanding lurus. Tingginya matahari dan kurangnya nutrisi dalam tanah.
kejadian penyakit akan diikuti dengan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
tingginya keparahan penyakit. Misalnya pada bahwa pada perlakuan T9 (Penicillium sp. +
perlakuan kombinasi diketahui bahwa F. oxysporum) kejadian dan keparahan
perlakuan T11 (Aspergillus sp. + F. penyakit masing-masing sebesar 33,33% dan
oxysporum) memiliki kejadian penyakit 2,78%. Kerusakan tanaman yang
sebesar 100% dan keparahan penyakit sebesar diaplikasikan jamur endofit lebih rendah di
66,67%. Hasil ini menunjukkan Aspergillus bandingkan dengan perlakuan F. oxysporum
sp. kurang efektif dalam mengendalikan F. secara tunggal. Hal ini dikarenakan jamur
oxysporum. Hal ini dapat dikarenakan endofit bersifat melindungi tanaman dari
antibiotik yang diproduksi kurang efektif serangan patogen. Maria (2002) menyatakan
terhadap patogen dan juga terdapat faktor lain bahwa jamur endofit berperan sebagai
yang mempengaruhinya. Kasutjianingati penghasil antimikroba dan enzim. Jamur
(2004) menyatakan bahwa faktor yang endofit yang bersifat enzimatik mampu
mempengaruhi ketidakefektifan agens hayati mendegradasi struktur patogen dan
dalam menghambat pertumbuhan patogen melindungi inang. Salisbury dan Ross (1995)
yaitu antibiotik yang diproduksi jamur endofit mengungkapkan bahwa beberapa jenis jamur
kurang efektif terhadap patogen diantaranya yang hidup di tanah dapat menghasilkan
konsentrasi antibiotiknya rendah dan terurai etilen. Etilen yang dilepaskan oleh jamur
oleh mikroorganisme lain. Selain itu ada tersebut membantu mendorong
beberapa faktor yang menjadi pertimbangan perkecambahan biji, mengendalikan
internal dalam menyangkut perkembangan pertumbuhan kecambah, memperlambat
mikroorganisme antagonis dalam menekan serangan organisme patogen tular tanah, dan
penyakit layu fusarium ini yaitu: pH tanah, memacu pembentukan bunga.

Bentuk interaksi

A B C

D E F

Gambar 1: Interaksi antara jamur endofit dan F. oxysporum. (A) dan (B) hifa endofit
mengkait hifa patogen (400x), (C) hifa endofit melilit hifa patogen (400x),
(D) hifa patogen menjadi terputus-putus (400x), (E) hifa patogen menjadi
Keriting, dan (F) hifa patogen berwarna transparan (400x).

1235
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.3 : 1230- 1238 , Juni 2014

Berdasarkan hasil pengamatan pada senyawa antibiotik yang dapat menghambat


Gambar 1A dan B terlihat hifa jamur endofit pertumbuhan patogen.
membentuk kait pada hifa patogen. Jamur Selanjutnya interaksi antara jamur endofit dan
endofit membentuk kait di sekitar hifa F. oxysporum menyebabkan hifa F.
patogen sebelum penetrasi, atau kadang- oxysporum menjadi jernih (Gambar 1F).
kadang masuk langsung (Gambar 1C). Berubahnya warna hifa patogen menjadi
Dolakatabadi et al. (2012) menyatakan bahwa jernih dan kosong karena isi sel dimanfaatkan
jamur endofit membentuk kait di sekitar hifa oleh agens hayati sebagai nutrisi. Hal ini
patogen sebelum penetrasi, atau kadang- sesuai dengan literatur Sunarwati dan Yoza
kadang masuk langsung. Mekanisme kerja (2010) yang menyatakan bahwa interaksi hifa
senyawa antimikroba dalam melawan patogen dan jamur endofit ditandai dengan
mikroorganisme patogen dengan cara berubahnya warna hifa patogen menjadi
merusak dinding sel, mengganggu jernih dan kosong karena isi sel dimanfaatkan
metabolisme sel mikroba, menghambat oleh agens hayati sebagai nutrisi. Talanca
sintesis sel mikoba, mengganggu (2005) menyatakan bahwa mekanisme lisis
permeabilitas membran sel mikroba, ditandai dengan berubahnya warna hifa
menghambat sintesis protein dan asam cendawan patogen menjadi bening dan
nukleat sel mikroba. kosong, kemudian ada yang putus, dan
Berdasarkan pengamatan diketahui akhirnya hancur.
bahwa interaksi antara jamur endofit dan F. SIMPULAN
oxysporum dapat menyebabkan hifa F. Semua endofit dapat berpotensi
oxysporum menjadi hancur dan terpotong- sebagai agens hayati. Penicillium sp. memiliki
potong (Gambar 1D). Hal ini sesuai dengan kemampuan terbaik dalam menghambat
literatur Sunarwati dan Yoza. (2010) yang pertumbuhan F. oxysporum dengan
menyatakan bahwa cara lain agens hayati persentase keparahan penyakit 2,78% dan
dalam menghambat patogen yaitu dengan tinggi tanaman 29,40 cm pada saat
lisis. Lisis yaitu miselium dari agens hayati diaplikasikan bersama F. oxysporum di rumah
mampu menghancurkan dan atau memotong- kassa.
motong miselium dari patogen. sehingga pada
akhirnya menyebabkan kematian pada DAFTAR PUSTAKA
patogen.
Hasil pengamatan secara mikroskopis Abbott, 1925. The Basic Principles Of Crop
menunjukkan adanya kerusakan hifa jamur Protection Field Trials. Planzenschutz-
pada daerah di mana jamur patogen ini saling Nachrichten Bayer AG, Leverkusen. Di
berinteraksi dengan jamur endofit. Kerusakan dalam Lisnawita,, M.S. Sinaga, S.,
hifa yang teramati berupa perubahan Mulyati, dan I. Mustika. 1998. Analisis
bentuk/malformasi hifa patogen. Hifa patogen Potensi Sinergisme Radopholus similis
menjadi berbentuk spiral dan melengkung Cobb. dan Fusarium oxysporum
tidak beraturan dan mengalami pemendekan Schlecht, f.sp. cubense (E.F. Smith)
seperti (Gambar 1E). Sebagian hifa Snyd. & Hans. dalam Perkembangan
mengalami kekusutan dan pembengkakan Layu Fusarium pada pisang. Buletin
dinding sel. Hifa patogen yang mengalami Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
kerusakan tersebut tidak ditemukan konidia Pertanian IPB. 10(2): 11-17.
jamur. Hal ini dikarenakan jamur endofit
menghasilkan senyawa antibiotik yang Barnett H L. 1969. Illustrated Genera of
mampu menghambat pertumbuhan patogen. Imperfect Fungi. Second Edition.
Shehata et al. (2008) menyatakan bahwa salah Virginia: Burgess Publishing Company.
satu sifat mikroba antagonis adalah
pertumbuhannya lebih cepat dibanding Departemen Pertanian. 2010. Perbanyakan
dengan patogen dan atau menghasilkan Cendawan Menggunakan Media Beras.

1236
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.3 : 1230- 1238 , Juni 2014

www. Media Beras Cendawan. Deptan. Biologi, Universitas Islam Negeri


2010. Malang.
Petrini O. 1991. Fungal Endophytes of Tree
Dolakatabadi H K; E M Goltapeh; N Leaves. In Andrews. J. H. and S. S.
Mohammadi; M Rabiey; N Rohani & Hirano (Ed). Microbial Ecology of
Varma. 2012. Biocontrol Potential of Leaves. Springer-Verlag. Berlin. 179-
Root Endophytic Fungi and 197.
Trichoderma Species Against Fusarium
Wilt of Lentil Under In vitro and Rodrigues KF. 1994. The foliar fungal
Greenhouse Conditions. J. Agr. Sci. endophtes of the Amozonian palm.
Tech. Vol. 14: 407-420. Euterpe oleracea. Mycologia 86: 376-
Faeth S H. 2002. (Online). Area endophytic 385.
fungi defensive plant mutualists.
Diunduh dari Salisbury FB. & CW. Ross. 1995. Fisiology
http//sols.asu.edu/people/stanleyh- faeth Tumbuhan Jilid 3.Perkembangan
tanggal 19 Oktober 2013. tumbuhan dan fisiologi Tumbuhan
(Terjemahan D. R. Lukman dan
Kasutjianingati. 2004. Pembiakan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung.
mikroorganisme genotipe pisang (Musa
spp.) dan potensi bakteri endofit Saragih YS; FH Silalahi & AE Marpaung.
terhadap layu fusarium (Fusarium 2006. Uji Resistensi beberapa Kultivar
oxysporum f.sp. cubense). [Tesis]. Markisa Asam terhadap Penyakit Layu
Sekolah Pascasarjana. Bogor: IPB. Fusarium. J. Horti. (16). Hal: 321-
326.
Maria PD. 2002. Eksplorasi dan Uji
Antagonisme Bakteri Rhizosfer Tanah Semangun H. 2000. Pengantar Ilmu Penyakit
dan Endofit Akar untuk Tumbuhan. Gadjah Mada University
Pengendalian Penyakit Layu Press, Yogyakarta.
(F.oxysporum f.sp. cubense) pada Shehata; Fawzy & Borollosy AM. 2008.
Pisang (Musa paradisiaca). Fakultas Induction of Resistance Against
Pertanian. IPB. Zuccini Yellow Mosaic Potyvirus
and Growth Enhancement of Squash
Mukarlina S; Khotimah & R Rianti. 2010. Uji Plants Using Some Plant Growth
Antagonis Trichoderma harzianum Promoting Rhizobacteria. Austr. J.
terhadap Fusarium spp. Penyebab Basic and App. Sci. 2: 174-182.
Penyakit Layu pada Tanaman Cabai
(Capsicum annuum L.) Secara In Vitro. Sinaga MH. 2009. Pengaruh Bio Va-Mikoriza
Universitas Tanjungpura. Kalimantan. dan Pemberian Arang terhadap Jamur
Fusarium oxysporum pada Tanaman
Musa AS; M Wachjadi. & L Soesanto. 2005. Cabai (Capsicum annuum) di Lapangan.
Potensi Beberapa Pestisida Nabati Universitas Sumatera Utara. Medan.
dalam Upaya Penyehatan Tanah Sunarwati D & R Yoza. 2010. Kemampuan
Tanaman Cabai In Planta. Universitas Trichoderma dan Penicillium dalam
Soedirman. Purwokerto. Menghambat Pertumbuhan Cendawan
Penyebab Penyakit Busuk Akar Durian
Nasikhah K. 2008. Pengaruh Isolat Alami (Phytophthora palmivora) Secara In
Pseudomonas fluorescens pada Vitro. Balai Penelitian Tanaman Buah
Beberapa Tingkat Pengenceran Tropika. Seminar Nasional Program dan
Terhadap Jamur Sclerotium rolfsii Strategi Pengembangan Buah
Penyebab Penyakit Layu pada Kedelai Nusantara. Solok. 10 Nopember 2010.
(Glycine max (l) Merill). Jurusan Hal. 176-189.
1237
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.3 : 1230- 1238 , Juni 2014

Bayer AG, Leverkusen. Di dalam


Talanca AH. 2005. Uji berbagai media biakan Lisnawita,, M.S. Sinaga, S., Mulyati,
missal Trichoderma spp. dan aktifitas dan I. Mustika. 1998. Analisis potensi
Trichoderma sp. Terformulasi terhadap sinergisme Radopholus similis Cobb.
cendawan patogen tular tanah. J. Stigma dan Fusarium oxysporum Schlecht, f.sp.
XII(4):600-605. cubense (E.F. Smith) Snyd. & Hans.
dalam perkembangan layu fusarium
Townsend & Hueberger. 1948. In pada pisang. Buletin Hama dan Penyakit
Uenterstenhofer, G. 1976. The Basic Tumbuhan Fakultas Pertanian IPB.
Principlel of Crop Protection Field 10(2): 11-17.
Trials. Pflanzenschutz-Nachrichten
Wahyu HSN; L Soesanto; Kustantinah. 2012. Keagresifan Beberapa Isolat Fusarium oxysporum f.
sp. zingiberi Asal Temanggung dan Boyolali Setelah Penyimpanan dalam Tanah Steril.
J. Fito. 8 (6) : 170-176.

Wasilah F; A Syulasmi; & Y Hamdiyati. 2005. Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma
domestica Val.) Terhadap Pertumbuhan Jamur Fusarium oxysporum Secara In Vitro.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

1238

Anda mungkin juga menyukai