Anda di halaman 1dari 21

KETENAGAAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

ANALISIS PENGARUH KENAIKAN TEMPERATUR PADA


TEGANGAN, ARUS DAN DAYA KELUARAN PLTS
(STUDI KASUS: KANTOR DIKLAT KOTA SEMARANG)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ABIMANYU GUNTUR WICAKSENA


2106012140169

Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro
SEMARANG
November 2016
KETENAGAAN

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir


ANALISIS PENGARUH KENAIKAN TEMPERATUR PADA
TEGANGAN, ARUS DAN DAYA KELUARAN PLTS
(STUDI KASUS: KANTOR DIKLAT KOTA SEMARANG)
Yang diajukan oleh
Abimanyu Guntur Wicaksena
21060112140169

kepada
Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

telah disetujui oleh :


Pembimbing I Pembimbing II

Karnoto, ST, MT Ir. Bambang Winardi, M.Kom


NIP. 19690709 199702 1001 NIDN. 0016066104
Tanggal : ................. Tanggal : ………………
Mengetahui,
Koordinator Tugas akhir

Munawar Agus Riyadi, ST., MT., Ph.D.


NIP. 197708262006041001
Tanggal : ………………
KETENAGAAN

ABSTRAK

Energi listrik mengambil peran penting dalam kehidupan manusia. Kebanyakan


pembangkit listrik menggunakan bahan bakar fosil yang keberadaanya semakin lama semakin
menipis dan secara tidak langsung merupakan salah satu faktor penyebab pemanasan global yaitu
menghasilkan emisi karbondioksida di atmosfer. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah
salah satu tekonologi terbarukan yang ramah lingkungan dan tidak menghasilkan polusi bagi
lingkungan yang dapat diterapkan di negara Indonesia sebagai jawaban dari krisis energi sekarang
ini. Teknologi sel photovoltaic sudah saatnya dikembangkan untuk memenuhi target bauran Energi
Baru Terbarukan (EBT) tahun 2025 sebesar 17% sesuai dengan PP No. 5 tahun 2006. Sel
photovoltaic terbuat dari bahan semikonduktor yaitu silikon yang terdiri dari daerah p dan n yang
saling terhubung (p-n junction), berbeda dengan solar heater yang membutuhkan energi panas /
termal, sel photovoltaic membutuhkan energi foton dari cahaya matahari untuk melakukan proses
konversi energi,. Energi foton dari cahaya matahari tersebut datangnya bersamaan dengan panas
dari radiasi benda hitam matahari yang dapat menyebabkan kenaikan temperatur dari sel
photovoltaic. Berdasarkan penelitian sebelumnya, untuk setiap kenaikan 1º C temperatur dari sel
photovoltaic dapat menyebabkan sel photovoltaic mengalami penurunan tegangan sebesar 2,3 mV
pada setiap selnya. Pada penelitian kali ini, akan dibahas mengenai analisis pengaruh kenaikan
temperatur, dengan membuat analisa pada kondisi nyata akan menggunakan software RETScreen
untuk mendapatkan data radiasi dari NASA.

Kata kunci: sel photovoltaic, temperatur sel, RETScreen®


KETENAGAAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR


I. JUDUL
ANALISIS PENGARUH KENAIKAN TEMPERATUR PADA TEGANGAN, ARUS DAN
DAYA KELUARAN PLTS (STUDI KASUS: KANTOR DIKLAT KOTA SEMARANG)

II. KONSENTRASI KEILMUAN


Teknik Ketenagalistrik

III. LATAR BELAKANG


Energi merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan manusia.
Peningkatan kebutuhan energi yang terus meningkat dapat dijadikan sebagai
indikator kemakmuran, namun meningkatnya konsumsi energi listrik berkebalikan
dengan ketersedian bahan bakar yang semakin menipis. Menurut Outlook Energi
Nasional 2011, dalam kurun waktu 2000-2009 konsumsi energi indonesia
meningkat dari 709,1 juta (Setara Barel Minyak/BOE) ke 865,4 juta SBM. Atau
meningkat rata-rata sebesar 2,2% pertahun. Konsumsi energi ini sampai akhir tahun
2011, terbesar masih dikuasai oleh sektor industri, perkantoran, diikuti oleh sektor
rumah tangga dan sektor transportasi.

Berdasarkan permasalahan pasokan energi listrik yang ada di Indonesia


khususnya di sektor perkantoran, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi hal
tersebut agar kelangsungan produksi energi listrik dapat terus berlanjut. Untuk itu
diperlukan upaya-upaya pengembangan teknologi yang mampu menyuplai
kebutuhan energi dengan menggunakan energi terbarukan dan ramah lingkungan.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan salah satu teknologi dari
penggunaan energi terbarukan, dengan matahari sebagai sumber energi primer. Sel
surya dapat mengonversikan radiasi matahari menjadi energi listrik. Pada dasarnya
sel surya merupakan p-n semiconductor junction. Ketika mendapat radiasi
matahari, maka akan dihasilkan arus searah. Selain itu sel surya memiliki
keandalan tinggi, biaya perawatan yang rendah, tidak ada pencemaran lingkungan
(tidak menimbulkan emisi), dan tidak menimbulkan kebisingan, walaupun secara
efisiensi masih perlu pertimbangan lebih jauh.
KETENAGAAN

Di Indonesia yang merupakan daerah tropis mempunyai potensi energi


matahari sangat besar dengan insulasi matahari rata-rata sebesar 4.8 kWh/m2 per
hari di seluruh wilayah Indonesia. Ini berarti tiap 1 kW Photovoltaic (PV) dapat
menghasilkan 4,8 kWh energi listrik setiap harinya. Berlimpahnya energi surya di
negara kita ini merupakan potensi yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi listrik secara optimal.

Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi daya keluaran sel surya adalah
bahan pembuat sel surya, radiasi matahari, temperatur sel surya, orientasi panel
surya (array), sudut kemiringan panel surya (array), dan bayangan (shading). Daya
keluaran yang dihasilkan sel surya sangat bergantung pada radiasi yang diterima
oleh modul, begitu pula dengan temperatur dari sel surya. Untuk memaksimalkan
daya keluaran yang dihasilkan, maka sel surya harus memperoleh radiasi matahari
maksimal. Radiasi maksimal dapat diperoleh dengan mengatur sudut kemiringan
pemasangan sel surya yang paling tepat. Selain itu dibutuhkan temperatur relatif
rendah agar daya keluaran yang dihasilkan meningkat.

Sel photovoltaic membutuhkan cahaya yang berasal dari irradiasi matahari


yang membawa energi foton untuk merubah energi cahaya menjadi energi listrik.
Hal tersebut berbeda dengan solar heater yang membutuhkan energi panas / termal
dari sinar matahari yang biasanya digunakan untuk proses pengeringan atau
memanaskan air. Matahari sebagai benda hitam, didalamnya terjadi proses fusi
atom hidrogen menjadi helium yang menghasilkan energi kalor. Jika dipanaskan
terus, benda hitam akan memancarkan radiasi kalor yang puncak spektrumnya
memberikan warna cahaya. Warna cahaya ini bergantung pada panjang gelombang
yang akan bergeser sesuai suhu benda, sesuai dengan hukum pergeseran Wien.
Sehingga dapat dipastikan adanya cahaya bersamaan dengan adanya panas, panas
tersebut yang dapat menyebabkan kenaikan temperatur dari sel. Selain itu kondisi
lingkungan yang panas juga dapat menaikkan nilai temperatur dari sel photovoltaic.
Kondisi negara dengan letak di jalur khatulistiwa dengan 2 musim membawa
manfaat maupun kerugian, manfaat yang didapat adalah energi matahari bersinar
sepanjang tahun, sehingga didapatkan energi yang besar, tetapi dengan nilai
KETENAGAAN

temperatur lingkungan rata-rata akan lebih tinggi, dibandingkan dengan negara 4


musim, yang dapat memberikan efek kenaikan temperatur sel photovoltaic apabila
tidak memperhatikan mengenai penempatan photovoltaic dan kondisi temperatur
sekitarmya.
Untuk setiap kenaikan 1º C dapat menyebabkan tegangan sel photovoltaic
turun sebesar 2.3 mV untuk setiap selnya. Oleh karena itu sedapat mungkin
pemasangan sel juga memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
temperatur sel photovoltaic, dan mengurangi temperatur pada sel, agar tidak terlalu
panas atau overheat yang dapat menyebabkan penurunan tegangan ataupun
kerusakan dari sel. Kondisi maksimum keluaran dari sel photovoltaic yang sesuai
nameplate, didapatkan dalam kondisi standar STC (standart test condition) yaitu
irradiasi 1000 W/m2 dan temperatur sel photovoltaic sebesar 25 ˚C. Untuk tujuan
pengamatan maka dibuatlah sebuah modul untuk melihat efek dari perubahan nilai
irradiasi dan kenaikan temperatur. Dengan variasi irradiasi yaitu 1000 W/m2, 750
W/m2 dan 500 W/m2 , dan mengukur kenaikan temperatur dari sel photovoltaic.
Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis pengaruh dari kenaikan
temperatur terhadap tegangan open circuit ( VOC ), arus short circuit ( I SC ) dan daya

maksimum ( Pm ) serta nilai dari tegangan (V), arus (I), dan daya (P).

IV. PEMBATASAN MASALAH


Agar tidak menyimpang jauh dari permasalahan, maka Tugas Akhir ini
mempunyai batasan masalah sebagai berikut:
1. Pengambilan data dilakukan dalam skala beban perkantoran yang akan
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak RETScreen®.
2. Penelitian dilaksanakan di Gedung Kantor DIKLAT Kota Semarang
dengan menggunakan data radiasi dari NASA.
3. Faktor kerja yang akan dibahas hanya pengaruh temperatur dan beban
terpasang dari kantor DIKLAT Kota Semarang, faktor kerja yang lain
seperti sudut datang sumber cahaya (tilt angle), orientasi sel
photovoltaic ke arah sumber cahaya, tidak dibahas.
KETENAGAAN

4. Persamaan yang digunakan untuk simulasi adalah persamaan rangkaian


ekuivalen sel photovoltaic berdasarkan penelitian yang dilakukan
sebelumnya, persamaan ekuivalen yang lain tidak dibahas.
5. Kondisi temperatur yang diukur adalah temperatur lingkungan
(ambient) disekitar sel photovoltaic.
V. TUJUAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh dari kenaikan temperatur terhadap tegangan open


circuit ( VOC ), arus short circuit ( I SC ) dan daya maksimum ( Pm ) serta nilai
dari tegangan (V), arus (I), dan daya (P).

2. Mengetahui kurva karakteristik tegangan open circuit ( VOC ), arus short

circuit ( I SC ) dan daya maksimum ( Pm ) serta nilai dari tegangan (V), arus
(I), dan daya (P) dari sebuah sel photovoltaic, terhadap kenaikan
temperatur dengan variasi beban terpasang dari kantor DIKLAT Kota
Semarang.

3. Menganalisis data hasil simulasi dari tegangan, arus dan daya keluaran sel
photovoltaic terhadap kenaikan temperatur dan variasi beban terpasang
dari kantor DIKLAT Kota Semarang.

VI. KAJIAN PUSTAKA

6.1. Panel Surya

Komponen utama sistem pembangkit tenaga surya adalah panel surya yang
merupakan unit rakitan beberapa sel surya. Energi surya itu dapat berubah menjadi
arus listrik yang searah (DC) yaitu dengan menggunakan silicon yang tipis. Sel
surya tersusun dari dua lapisan semi konduktor dengan muatan berbeda. Lapisan
atas sel surya bermuatan negatif, sedangkan lapisan bawahnya bermuatan positif.
Sel surya Si dipasang dengan posisi sejajar dan seri dalam sebuah panel yang
KETENAGAAN

terbuat dari aluminium atau baja anti karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik.
Kemudian pada tiap-tiap sambungan sel itu diberi sambungan listrik.
Bila sel-sel itu terkena sinar matahari (foton) maka beberapa foton diserap oleh
atom Si yang merupakan semikonduktor dapat membebaskan elektron dari ikatan
atomnya sehingga akan menjadi elektron yang bergerak bebas. Pergerakan elektron
itulah yang menjadikan adanya arus listrik searah (DC) dan pada sambungan itu
akan mengalir arus listrik. Besarnya arus atau tenaga listrik itu tergantung pada
jumlah energi cahaya matahari yang mencapai silikon itu dan luas permukaan sel
itu.

Gambar 2.1 Potongan Struktu Sel Surya


Total pengeluaran energi listrik (watt) dari sel surya adalah sama dengan
tegangan (volt) dikalikan arus (ampere) yang beroperasi. Hubungan tegangan dan
arus yang dikeluarkan oleh sel surya ketika memperoleh penyinaran dari matahari
dapat terlihat pada grafik berikut:

Gambar 2.2 Kurva I-V


Kurva tersebut memperlihatkan bahwa pada saat arus dan tegangan berada
pada titik maksimal (maximum power point, Mpp) maka akan menghasilkan daya
KETENAGAAN

maksimum (PMpp). Tegangan di titk maksimal (VMpp) lebih kecil dari tegangan
rangkaian terbuka (Voc) dan arus di titik maksimal (IMpp) lebih kecil dari arus short
circuit (Isc). Titik Isc sendiri adalah titik arus ketika tegangannya adalah nol sehingga
daya yang dikeluarkan juga masih nol. Titik Voc adalah titik tegangan dimana
arusnya adalah nol dan adaya yang dikeluarkan juga nol.
Panel surya merupakan susunan beberapa sel surya yang dihubungkan secara
seri maupun paralel. Sebuah panel surya yang umumnya terdiri dari 32-40 sel surya,
tergantung ukuran panel surya yang ingin dibuat. Gabungan dari panel surya akan
membentuk array sel surya.

Gambar 2.3 Susunan Sel Surya

6.2 Energi yang Dihasilkan PV


Dari setiap jenis Photovoltaic, terdapat perbedaan efisiensi dari masing-
masing teknologi. Dan dapat diklasifikasikan berdasarkan cara pembuatan panel
surya tersebut:
 Mono-crystalline (Mono-Si), dibuat dari silikon kristal tunggal yang
didapat dari peleburan silikon dalam bentuk bujur. Sekarang mono-
crystalline dapat dibuat setebal 200 mikron, dengan nilai efesiensi sekitar
16-25%.
 Poly-crystalline / Multi-crystalline (Poly-Si), dibuat dari peleburan
silikon tungku keramik, kemudian pendinginan perlahan untuk
mendapatkan bahan campuran silikon yang akan timbul di atas lapisan
silikon. Sel ini kurang efektif dibanding dengan sel mono-crystalline
karena efesiensi panel sel surya jenis ini sekitar 14-18%, tetapi biaya
pembuatannya lebih murah.
KETENAGAAN

 Gallium Arsenide (GaAs), sel sury III-V semikonduktor yang dapat


efesien sekitar 25%.
Selain itu, adapula pengembangan sel surya silikon terpadu atau yang gbiasa
disebut “thin film”:
 Amorphous Silicon (a-Si). Banyak dipakai pada jam tangan dan
kalkulator, sekarang dikembangkan untuk sistem bangunan terpadu
sebagai pangganti tinted glass yang semi-transparan.
 Thin Film Silicon (tf-Si). Dibuat dari thin-crystalline atau poly-
crystalline pada grade bahan metal yang cukup murah.
 Cadmium Telluride (CdTe). Terbentuk dari bahan materi thin filmdan
poly-crystalline secara deposit, semprot dan evaporasi tingkat tinggi.
Nilai efisiensi sekitar 16%.
 Copper Indium Diselenide (CulnSe2/CIS). Merupakan bahan dari film
tipis poly-crystalline. Nilai efisiensi sekitar 17,7%.

6.3 Faktor pengoperasian sel Photovoltaic


6.3.1 Irradiasi
Irradiasi yang dipancarkan oleh sinar matahari mengandung foton yang
kemudian akan diterima oleh permukaan sel photovoltaics yang akan memicu
pergerakan elektron di dalam bahan semikonduktor yang kemudian akan
menghasilkan energi listrik. Sedangkan intensitas radiasi yang dipancarkan
permukaan matahari dapat dihitung dengan menggunakan hukum Stefan-
Boltzmann [3], sebagai berikut:
I  eT (2.1)
dengan:
I = intensitas radiasi (W/m2)
e = emisivitas (untuk benda mengkilap e=0, sedangkan untuk blackbody e=1)
σ = konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8 Wm2K4)
T = temperatur absolut (°K)
KETENAGAAN

Gambar 2.4 Kurva hubungan irradiasi matahari dengan tegangan dan arus [8]
Dari Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa nilai irradiasi berbanding lurus dengan
nilai dari arus dan tegangan keluaran sel photovoltaic, makin besar nilai irradiasi
maka nilai arus dan tegangan juga semakin besar, begitu pula sebaliknya. Nilai
irradiasi tersebut mengandung energi foton yang kemudian dikonversikan menjadi
energi listrik oleh sel photovoltaic. Banyaknya foton yang diserap oleh sel
photovoltaic akan menyebabkan elektron di dalam pita valensi akan memperoleh
energi yang cukup besar juga untuk berpindah melewati celah energi (energy
bandgap) menuju pita konduksi sehingga proses pembentukan elektron dan hole di
dalam sel photovoltaic pun akan semakin banyak.
6.3.2 Pengaruh temperatur
Selain irradiasi matahari, faktor yang juga mempengaruhi keluaran dari panel
photovoltaics adalah temperatur. Temperatur ini terdiri dari 2 bagian yaitu
temperatur udara sekitar (T ambient) dan temperatur panel photovoltaic (T sel),
persamaan yang diberikan yaitu [8]:
GT
TC  Ta   (TC , NOCT  20) (2.2)
800
dengan:
TC = temperatur panel photovoltaic (˚C)

Ta = temperatur lingkungan sekitar (ambient) (˚C)

GT = irradiasi yang diterima panel photovoltaic (W/m2)


TC , NOCT = temperatur panel photovoltaics sesuai dengan NOCT (Nominal

Operating Cell Temperatur) (˚C) antara 42˚C sampai 46˚C.


KETENAGAAN

Panel photovoltaic biasanya diuji dalam kondisi standar STC yaitu kondisi
dimana sel photovoltaic mendapat irradiasi sebesar 1000 W/m2 dengan temperature
25˚C. Kondisi NOCT adalah kondisi dimana panel photovoltaic bekerja diluar
kondisi STC nya yaitu pada kondisi irradiasi sebesar 800 W/m2 dan T ambient
sebesar 20˚C dan kecepatan angin sebesar 1 m/s. Kondisi NOCT digunakan untuk
mengantisipasi penggunaan di lapangan yang biasanya beroperasi pada temperatur
tinggi, lebih dari kondisi STC, dengan nilai irradiasi yang lebih rendah dari kondisi
STC. Modul beroperasi pada kondisi NOCT terbaik, saat nilai temperatur adalah
sebesar 33˚C dan terburuk pada temperatur 58˚C.

Gambar 2.5 Kurva hubungan temperatur dengan tegangan dan arus

Dari Gambar 2.5 dapat dilihat bahwa hubungan antara irradiasi dengan
tegangan open circuit ( VOC ) adalah berbanding terbalik, dimana setiap kenaikan

temperatur sel akan menyebabkan penurunan tegangan open circuit ( VOC ) sel

photovoltaic, dengan nilai arus short circuit ( I SC ) yang tidak mengalami banyak
perubahan. Pengaruh temperatur terhadap tegangan keluaran sel photovoltaic
tersebut dapat terjadi karena penurunan nilai bandgap dari bahan semikonduktor.
Setiap kenaikan 1 Kelvin pada photovoltaic dengan bahan silikon maka akan terjadi
penurunan daya sebesar 0,8 %, dan efek dari kenaikan temperatur dapat
menyebabkan rugi-rugi sebesar 7,6 % dalam proses konversi energi photovoltaic di
sebuah power plant. Setiap kenaikan temperatur sel akan mempengaruhi gerakan
KETENAGAAN

elektron, yang menyebabkan nilai dari bandgap menurun, penurunan nilai bandgap
ini dituliskan dalam Persamaan 2.3
dE g
E g (T )  E g (300K )  (T  300K ) (2.3)
dT
dengan:
E g (300K) = bandgap saat temperatur 300 K (1,1 eV)

T= temperatur sel photovoltaic (K)


𝑑𝐸𝑔
Untuk silikon nilai = −2,3 × 10−4 eV/K. Penurunan nilai bandgap ini
𝑑𝑇

memungkinkan lebih banyak elektron untuk bergerak dari pita valensi ke pita
konduksi melewati celah bandgap yang semakin mengecil, kelebihan elektron pada
pita konduksi dan hole pada pita valensi menyebabkan naiknya arus saturasi diode
( I 0 ). Pada Tabel 2.2 akan dilihat hubungan antara bandgap dan temperatur, dimana
nilai bandgap akan turun saat temperatur mengalami kenaikan. Saat bandgap turun
maka tegangan open circuit ( VOC ) juga akan turun.

6.3.3 Sudut pemasangan (tilt angle)


Intensitas radiasi matahari yang diterima suatu lokasi di permukaan bumi
merupakan fungsi dari sudut yang dibentuk oleh sinar datang matahari dengan
permukaan bumi. Radiasi matahari yang diterima oleh panel photovoltaic dapat
maksimal jika besarnya sudut datang matahari terhadap sel photovoltaic sebesar 90o
atau dengan kata lain posisi dari modul sel photovoltaic tegak lurus dengan sinar
irradiasi matahari yang datang. Sehingga pemasangan panel photovoltaic harus
dipasang dengan sudut kemiringan tertentu agar sudut datang matahari yang
diterima oleh sel photovoltaic dapat maksimal.
KETENAGAAN

Gambar 2.6 Sudut orientasi matahari terhadap panel photovoltaics [2]

6.4 Efisiensi sel photovoltaic


Nilai efisiensi untuk sel photovoltaic sangat penting karena mengukur tingkat
efektifitas sel photovoltaic dalam mengkonversi suatu energi, dalam hal ini energi
matahari menjadi energi listrik searah. Perbandingan peforma sel photovoltaic jenis
satu dengan jenis yang lain juga ditentukan oleh efisiensi, semakin besar nilai
efisiensi sel photovoltaic tersebut maka semakin baik. Efisiensi sel photovoltaic
merupakan perbandingan antara daya yang diterima oleh sel yang berupa irradiasi
dikalikan luasan sel dalam satuan meter yang terkena sinar dengan daya maksimum
( Pm ) keluaran sel photovoltaic yang terdiri dari tegangan open circuit ( VOC ) dan

arus short circuit ( I SC ) dan fill factor (FF), dituliskan dalam persamaan 2.4

I SC  VOC  FF
 (2.4)
Pin
dengan :
I SC : Arus short circuit (A)

VOC : Tegangan open circuit ( VOC )

FF : Fill Factor
Pin : Daya input (hasil kali irradiasi dengan luas sel photovoltaic) (W/m2)

Dengan Fill Factor (FF) adalah parameter seberapa jauh nilai VOC × I SC

dengan nilai maksimumnya Vm × I m . Nilai FF dapat dicari dengan persamaan 2.5:


KETENAGAAN

I m  Vm
FF  (2.5)
I SC  VOC
dengan :
I m : arus maksimum sel photovoltaic (A)

Vm : tegangan maksimum sel photovoltaic (V)

I SC : Arus short circuit keluaran sel photovoltaic (A)

VOC : Tegangan open circuit (V)

Dan nilai Pin dapat dicari dengan mengalikan hasil irradiasi dalam W/m2
dengan luasan sel photovoltaic yang disinari, dituliskan dengan persamaan 2.6
Pin  irradiasi  A (2.6)
dengan:
Pin = Daya input akibat irradiasi lampu (Watt)
Irradiasi = Intensitas radiasi (W/m2)
A = Luas area permukaan photovoltaic (m2)
Modul photovoltaic komersial berbahan crystalline saat ini memiliki
efisiensi 20-24%. Pengaruh material sangat dominan dalam hal ini. Gambar 2.7
menunjukkan perkembangan dari efisiensi sel photovoltaic, efisiensi paling tinggi
adalah multijunction.

Gambar 2.7 Perkembangan efisiensi sel photovoltaic berdasakan NREL


KETENAGAAN

6.5 Cahaya
Cahaya dapat kita temui dimana-mana, cahaya bersifat gelombang dan partikel,
Maxwell (1831-1874) mengemukakan pendapatnya bahwa cahaya termasuk
tergolong gelombang elektromagnetik karena kecepatannya mendekati cepat
rambat cahaya dalam ruang hampa. Hubungan cahaya dengan energi yang
dihasilkan dapat dihitung dengan persamaan konstanta Planck dan hukum
pegeseran Wien.
6.5.1. Cahaya alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memiliki sumber cahaya yang
berasal dari alam, seperti matahari dan bintang. Kelemahan dari pencahayaan alami
ini adalah nilai irradiasi yang akan berubah-ubah setiap waktu dikarenakan kondisi
alam dimana cahaya matahari dapat tertutup mendung, awan atau polusi. Distribusi
cahaya juga tidak merata. Kelebihan dari cahaya alami adalah menghemat dalam
penggunaan energi listrik.
6.5.2. Cahaya buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya
selain cahaya alami, contohnya lampu listrik, lampu minyak tanah, lampu gas.
Cahaya buatan digunakan untuk mendapatkan nilai irradiasi yang tetap dalam
(W/m2). Cahaya buatan juga dapat digunakan sebagai sumber cahaya ketika malam
hari saat matahari tenggelam. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang
tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak
menimbulkan bayang-bayang. Kelemahan dari cahaya buatan adalah penggunaan
energi listrik yang besar. Dalam penggunaan pencahayaan buatan harus
diperhatikan jenis-jenis lampu yang digunakan, di antaranya adalah lampu pijar,
lampu halogen, dan lampu LED.

6.6 RETScreen® International Software


RETScreen® International adalah perangkat lunak untuk analisis energi
terbarukan yang dapat digunakan di seluruh dunia untuk mengevaluasi produksi
energi, biaya siklus hidup dan pengurangan emisi gas rumah kaca untuk berbagai
jenis energi teknologi energi yang efisien dan terbarukan (RETs). Tool dari
KETENAGAAN

RETScreen® International meliputi produk, cuaca/iklim dan cost database, online


manual, Website, engineering textbook, proyek studi kasus, dan kursus pelatihan.
Setiap model teknologi energi RETScreen (contoh Photovoltaic Project, dll)
dikembangkan dalam suatu Microsoft® Excel spreadsheet "Workbook" file
individual. Gambar dibawah menunjukkan tampilan RETScreen® Internasional.

Gambar 2.8 RETScreen® Internasional

RETScreen® Internasional Photovoltaic Proyek Model dapat digunakan di


seluruh dunia untuk dengan mudah mengevaluasi penurunan produksi energi, biaya
siklus hidup dan emisi gas rumah kaca untuk tiga aplikasi PV dasar on-grid, off-
grid, dan pemompaan air. Dalam file Photovoltaic Project Workbook memiliki
enam lembar kerja (Energi Model, Sumber Daya Solar & Sistem Perhitungan (Solar
Sumber Daya & Sistem Load), Analisis Biaya, Analisis Pengurangan Emisi Gas
Rumah Kaca (Analisis GRK), Ringkasan Keuangan dan Sensitivitas dan Analisis
Risiko (Sensitivitas)) disediakan. Dalam tulisan ini, RETScreen® International
Photovoltaic Project digunakan sebagai bahan analisis, antara lain irradiasi,
temperatur, tegangan dan arus keluaran dari sel photovoltaic.
KETENAGAAN

VII. METODE PENELITIAN


Dalam pembuatan Tugas Akhir ini, penulis menggunakan metode -metode
sebagai berikut :

1. Metode studi kepustakaan


Studi literatur yang dilakukan dengan membaca jurnal – jurnal
ilmiah serta mencari referensi mengenai sistem photovoltaic, pengaruh
temperatur terhadap hasil keluaran dari photovoltaic, dilanjutkan dengan
membaca beberapa buku yang berhubungan secara langsung dengan
materi maupun metode penelitian yang akan dipakai.
2. Metode pengambilan data
Penelitian pada tugas akhir ini berupa analisa, Pada tahap ini
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan software RETScreen®
yang akan digunakan sebagai bahan analisis, antara lain irradiasi,
temperatur, tegangan dan arus keluaran dari sel photovoltaic.
3. Metode pengolahan data
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data dengan metode
perhitungan manual dan dengan bantuan software untuk mendapatkan
nilai tegangan, arus dan daya keluaran pada kenaikan temperatur serta
variasi beban terpasang dari kantor DIKLAT Kota Semarang.
4. Metode Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis data hasil percobaan dan simulasi
berupa pengaruh nilai kenaikan temperatur dan variasi beban terpasang
dari kantor DIKLAT Kota Semarang terhadap tegangan, arus dan daya
keluaran sel photovoltaic.
5. Pembuatan Laporan
Pada tahap ini akan dibuat laporan lengkap penelitian dengan
menyertakan hasil perhitungan. Laporan tersebut juga dilengkapi dengan
tampilan grafik hubungan antara kenaikan temperatur terhadap tegangan,
arus dan daya keluaran sel photovoltaic.
KETENAGAAN

VIII. JADWAL PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

No Kegiatan WAKTU PELAKSANAAN

Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
1
kepustakaan
Pengambilan
data
dilakukan
2 dengan
menggunakan
software
RETScreen®
Pengolahan
3
Data
4 Analisa hasil
Penyusunan
5
Laporan

IX. PENUTUP
Proposal Tugas Akhir ini dibuat belum dalam format yang sebenarnya,
sehingga masih sangat memungkinkan adanya perubahan yang disesuaikan
dengan kondisi yang ada.
KETENAGAAN

DAFTAR PUSTAKA

[1] Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 dan Peraturan Menteri (Permen)
ESDM Nomor 19 Tahun 2016, Jakarta.
[2] Fuad R S, Faishal., Analisis Pengaruh Kenaikan Temperatur dan Variasi
Irradiasi pada Tegangan, Arus dan Daya Keluaran Sel Phoovoltaic jenis
Monocrystalline Laporan Tugas Akhir, Departemen Teknik Elektro,
Universitas Diponegoro. Semarang, 2016.
[3] Prasetyawan, Mahadi., Modul Praktikum Penyinaran Sebagian dan Penuh
Photovoltaic jenis Monocrystalline, Laporan Tugas Akhir, Departemen
Teknik Elektro, Universitas Diponegoro, Semarang, 2013
[4] Tan, David., Handbook for Solar Photovoltaic (PV) Systems, Energy
Market Authority, Singapore, 2013.
[5] Messenger, Roger., Ventre, Jerry., Photovoltaic System Engineering,
Florida, CRC Press, Florida, USA, 1999.
[6] P K Dash., N C Gupta., Effect of Temperature on Power Output from
Different Commercially available Photovoltaic Modules, IJERA, India,
2015.
[7] S, Kurtz., D, Miller., Evaluation of High-Temperature Exposure of
Photovoltaic Modules, NREL (National Renewable Energy Laboratory),
Philadelphia, 2009.
[8] Makvart, Thomas., Handbook of Photovoltaic, John Wiley and Sons,
University of Southampton, London, 2000.
[9] Nelson, Jenny., The Physics of Solar Cells, London Imperial College,
London, 2003.
[10] K. A. Emery, Solar Energy Research Institute, Solar Simulators and I-V
Measurement Methods, NREL (National Renewable Energy Laboratory),
California, USA, 1986.
[11] Roest., Maria, Stefanus Johannes., International Patent Clasification, TU
Delft, Amsterdam, 2012.
KETENAGAAN

[12] Nanjannavar, Viswanath., Gandhi, Palav., LabVIEW Based PV Cell


Characterization and MPPT Under Varying Temperatur and Irradiance
Conditions, NiuCONE, IEEE, India, 2013.
[13] Y, Baghzous., Photovoltaic Devices III, EE, India, 2013.
[14] Pangestuningtyas, L., Analisis Pengaruh Sudut Kemiringan Panel Surya
terhadap Radiasi Matahari yang diterima Panel Surya Tipe Larik Tetap
Laporan Tugas Akhir, Departemen Teknik Elektro, Universitas
Diponegoro. Semarang, 2013.
[15] Karina., Satwiko., Studi Karakteristik Arus-Tegangan (kurva I-V) pada Sel
Tunggal Polikristal Silikon serta Pemodelannya, UNJ, Jakarta, 2012.
[16] Aditya, Lukman., Analisis Konsep Up & Down-Conversion Menggunakan
Secondary Light Source Untuk Meningkatkan Efisiensi Solar Cell., Laporan
Tugas Akhir, Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, 2009.
[17] Yates, Tarn A., E Radziemska, Klugmann., Thermally Affected Parameters
of Current-Voltage Characterization of Silicon Photocell, Department of
Physics, University of California, Santa Cruz, 2003.
[18] Kurniawan, Heri., Analisis Pengaruh Temperatur Operasionl dalam
Simulasi Karakteristik Arus Tegangan pada Dioda Si Menggunakan
FEMLAB, Jurusan Fisika, Universitas Jember, 2013.
[19] A. Green, Martin., Solar Cells, Operating Principles, Technology, and
System Applications (Prentice-Hall series in solid state physical
electronics), Prentice Hall, New Jersey, 1981.
[20] Wibiyanti, Puspa., Kajian Pencahayaan pada Industri Kecil Pkaian Jadi
dan Pembuatan Tas di Perkampungan Industri Kecil Penggilingan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Indonesia, 2008.
[21] Matilda M. Gati, Thomas Ari Negara, Ferdinan M. Sinaga, Yohannes
Ridwan S., “Desain Photovoltaic di Kontrakan Ferdinan dengan
menggunakan RETScreen® Energy Model-Photovoltaic Project”,
Available from Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gajah
Mada Yogyakarta, 2006.
[22] CSZ., Photovoltaic Module & Solar Panel Environmental Testing Guide.,
www.cszindustrial.com, 2012.

Anda mungkin juga menyukai