PROPOSAL TA - Abimanyu Guntur
PROPOSAL TA - Abimanyu Guntur
UNIVERSITAS DIPONEGORO
HALAMAN PERSETUJUAN
kepada
Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan salah satu teknologi dari
penggunaan energi terbarukan, dengan matahari sebagai sumber energi primer. Sel
surya dapat mengonversikan radiasi matahari menjadi energi listrik. Pada dasarnya
sel surya merupakan p-n semiconductor junction. Ketika mendapat radiasi
matahari, maka akan dihasilkan arus searah. Selain itu sel surya memiliki
keandalan tinggi, biaya perawatan yang rendah, tidak ada pencemaran lingkungan
(tidak menimbulkan emisi), dan tidak menimbulkan kebisingan, walaupun secara
efisiensi masih perlu pertimbangan lebih jauh.
KETENAGAAN
Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi daya keluaran sel surya adalah
bahan pembuat sel surya, radiasi matahari, temperatur sel surya, orientasi panel
surya (array), sudut kemiringan panel surya (array), dan bayangan (shading). Daya
keluaran yang dihasilkan sel surya sangat bergantung pada radiasi yang diterima
oleh modul, begitu pula dengan temperatur dari sel surya. Untuk memaksimalkan
daya keluaran yang dihasilkan, maka sel surya harus memperoleh radiasi matahari
maksimal. Radiasi maksimal dapat diperoleh dengan mengatur sudut kemiringan
pemasangan sel surya yang paling tepat. Selain itu dibutuhkan temperatur relatif
rendah agar daya keluaran yang dihasilkan meningkat.
maksimum ( Pm ) serta nilai dari tegangan (V), arus (I), dan daya (P).
circuit ( I SC ) dan daya maksimum ( Pm ) serta nilai dari tegangan (V), arus
(I), dan daya (P) dari sebuah sel photovoltaic, terhadap kenaikan
temperatur dengan variasi beban terpasang dari kantor DIKLAT Kota
Semarang.
3. Menganalisis data hasil simulasi dari tegangan, arus dan daya keluaran sel
photovoltaic terhadap kenaikan temperatur dan variasi beban terpasang
dari kantor DIKLAT Kota Semarang.
Komponen utama sistem pembangkit tenaga surya adalah panel surya yang
merupakan unit rakitan beberapa sel surya. Energi surya itu dapat berubah menjadi
arus listrik yang searah (DC) yaitu dengan menggunakan silicon yang tipis. Sel
surya tersusun dari dua lapisan semi konduktor dengan muatan berbeda. Lapisan
atas sel surya bermuatan negatif, sedangkan lapisan bawahnya bermuatan positif.
Sel surya Si dipasang dengan posisi sejajar dan seri dalam sebuah panel yang
KETENAGAAN
terbuat dari aluminium atau baja anti karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik.
Kemudian pada tiap-tiap sambungan sel itu diberi sambungan listrik.
Bila sel-sel itu terkena sinar matahari (foton) maka beberapa foton diserap oleh
atom Si yang merupakan semikonduktor dapat membebaskan elektron dari ikatan
atomnya sehingga akan menjadi elektron yang bergerak bebas. Pergerakan elektron
itulah yang menjadikan adanya arus listrik searah (DC) dan pada sambungan itu
akan mengalir arus listrik. Besarnya arus atau tenaga listrik itu tergantung pada
jumlah energi cahaya matahari yang mencapai silikon itu dan luas permukaan sel
itu.
maksimum (PMpp). Tegangan di titk maksimal (VMpp) lebih kecil dari tegangan
rangkaian terbuka (Voc) dan arus di titik maksimal (IMpp) lebih kecil dari arus short
circuit (Isc). Titik Isc sendiri adalah titik arus ketika tegangannya adalah nol sehingga
daya yang dikeluarkan juga masih nol. Titik Voc adalah titik tegangan dimana
arusnya adalah nol dan adaya yang dikeluarkan juga nol.
Panel surya merupakan susunan beberapa sel surya yang dihubungkan secara
seri maupun paralel. Sebuah panel surya yang umumnya terdiri dari 32-40 sel surya,
tergantung ukuran panel surya yang ingin dibuat. Gabungan dari panel surya akan
membentuk array sel surya.
Gambar 2.4 Kurva hubungan irradiasi matahari dengan tegangan dan arus [8]
Dari Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa nilai irradiasi berbanding lurus dengan
nilai dari arus dan tegangan keluaran sel photovoltaic, makin besar nilai irradiasi
maka nilai arus dan tegangan juga semakin besar, begitu pula sebaliknya. Nilai
irradiasi tersebut mengandung energi foton yang kemudian dikonversikan menjadi
energi listrik oleh sel photovoltaic. Banyaknya foton yang diserap oleh sel
photovoltaic akan menyebabkan elektron di dalam pita valensi akan memperoleh
energi yang cukup besar juga untuk berpindah melewati celah energi (energy
bandgap) menuju pita konduksi sehingga proses pembentukan elektron dan hole di
dalam sel photovoltaic pun akan semakin banyak.
6.3.2 Pengaruh temperatur
Selain irradiasi matahari, faktor yang juga mempengaruhi keluaran dari panel
photovoltaics adalah temperatur. Temperatur ini terdiri dari 2 bagian yaitu
temperatur udara sekitar (T ambient) dan temperatur panel photovoltaic (T sel),
persamaan yang diberikan yaitu [8]:
GT
TC Ta (TC , NOCT 20) (2.2)
800
dengan:
TC = temperatur panel photovoltaic (˚C)
Panel photovoltaic biasanya diuji dalam kondisi standar STC yaitu kondisi
dimana sel photovoltaic mendapat irradiasi sebesar 1000 W/m2 dengan temperature
25˚C. Kondisi NOCT adalah kondisi dimana panel photovoltaic bekerja diluar
kondisi STC nya yaitu pada kondisi irradiasi sebesar 800 W/m2 dan T ambient
sebesar 20˚C dan kecepatan angin sebesar 1 m/s. Kondisi NOCT digunakan untuk
mengantisipasi penggunaan di lapangan yang biasanya beroperasi pada temperatur
tinggi, lebih dari kondisi STC, dengan nilai irradiasi yang lebih rendah dari kondisi
STC. Modul beroperasi pada kondisi NOCT terbaik, saat nilai temperatur adalah
sebesar 33˚C dan terburuk pada temperatur 58˚C.
Dari Gambar 2.5 dapat dilihat bahwa hubungan antara irradiasi dengan
tegangan open circuit ( VOC ) adalah berbanding terbalik, dimana setiap kenaikan
temperatur sel akan menyebabkan penurunan tegangan open circuit ( VOC ) sel
photovoltaic, dengan nilai arus short circuit ( I SC ) yang tidak mengalami banyak
perubahan. Pengaruh temperatur terhadap tegangan keluaran sel photovoltaic
tersebut dapat terjadi karena penurunan nilai bandgap dari bahan semikonduktor.
Setiap kenaikan 1 Kelvin pada photovoltaic dengan bahan silikon maka akan terjadi
penurunan daya sebesar 0,8 %, dan efek dari kenaikan temperatur dapat
menyebabkan rugi-rugi sebesar 7,6 % dalam proses konversi energi photovoltaic di
sebuah power plant. Setiap kenaikan temperatur sel akan mempengaruhi gerakan
KETENAGAAN
elektron, yang menyebabkan nilai dari bandgap menurun, penurunan nilai bandgap
ini dituliskan dalam Persamaan 2.3
dE g
E g (T ) E g (300K ) (T 300K ) (2.3)
dT
dengan:
E g (300K) = bandgap saat temperatur 300 K (1,1 eV)
memungkinkan lebih banyak elektron untuk bergerak dari pita valensi ke pita
konduksi melewati celah bandgap yang semakin mengecil, kelebihan elektron pada
pita konduksi dan hole pada pita valensi menyebabkan naiknya arus saturasi diode
( I 0 ). Pada Tabel 2.2 akan dilihat hubungan antara bandgap dan temperatur, dimana
nilai bandgap akan turun saat temperatur mengalami kenaikan. Saat bandgap turun
maka tegangan open circuit ( VOC ) juga akan turun.
arus short circuit ( I SC ) dan fill factor (FF), dituliskan dalam persamaan 2.4
I SC VOC FF
(2.4)
Pin
dengan :
I SC : Arus short circuit (A)
FF : Fill Factor
Pin : Daya input (hasil kali irradiasi dengan luas sel photovoltaic) (W/m2)
Dengan Fill Factor (FF) adalah parameter seberapa jauh nilai VOC × I SC
I m Vm
FF (2.5)
I SC VOC
dengan :
I m : arus maksimum sel photovoltaic (A)
Dan nilai Pin dapat dicari dengan mengalikan hasil irradiasi dalam W/m2
dengan luasan sel photovoltaic yang disinari, dituliskan dengan persamaan 2.6
Pin irradiasi A (2.6)
dengan:
Pin = Daya input akibat irradiasi lampu (Watt)
Irradiasi = Intensitas radiasi (W/m2)
A = Luas area permukaan photovoltaic (m2)
Modul photovoltaic komersial berbahan crystalline saat ini memiliki
efisiensi 20-24%. Pengaruh material sangat dominan dalam hal ini. Gambar 2.7
menunjukkan perkembangan dari efisiensi sel photovoltaic, efisiensi paling tinggi
adalah multijunction.
6.5 Cahaya
Cahaya dapat kita temui dimana-mana, cahaya bersifat gelombang dan partikel,
Maxwell (1831-1874) mengemukakan pendapatnya bahwa cahaya termasuk
tergolong gelombang elektromagnetik karena kecepatannya mendekati cepat
rambat cahaya dalam ruang hampa. Hubungan cahaya dengan energi yang
dihasilkan dapat dihitung dengan persamaan konstanta Planck dan hukum
pegeseran Wien.
6.5.1. Cahaya alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memiliki sumber cahaya yang
berasal dari alam, seperti matahari dan bintang. Kelemahan dari pencahayaan alami
ini adalah nilai irradiasi yang akan berubah-ubah setiap waktu dikarenakan kondisi
alam dimana cahaya matahari dapat tertutup mendung, awan atau polusi. Distribusi
cahaya juga tidak merata. Kelebihan dari cahaya alami adalah menghemat dalam
penggunaan energi listrik.
6.5.2. Cahaya buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya
selain cahaya alami, contohnya lampu listrik, lampu minyak tanah, lampu gas.
Cahaya buatan digunakan untuk mendapatkan nilai irradiasi yang tetap dalam
(W/m2). Cahaya buatan juga dapat digunakan sebagai sumber cahaya ketika malam
hari saat matahari tenggelam. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang
tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak
menimbulkan bayang-bayang. Kelemahan dari cahaya buatan adalah penggunaan
energi listrik yang besar. Dalam penggunaan pencahayaan buatan harus
diperhatikan jenis-jenis lampu yang digunakan, di antaranya adalah lampu pijar,
lampu halogen, dan lampu LED.
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
1
kepustakaan
Pengambilan
data
dilakukan
2 dengan
menggunakan
software
RETScreen®
Pengolahan
3
Data
4 Analisa hasil
Penyusunan
5
Laporan
IX. PENUTUP
Proposal Tugas Akhir ini dibuat belum dalam format yang sebenarnya,
sehingga masih sangat memungkinkan adanya perubahan yang disesuaikan
dengan kondisi yang ada.
KETENAGAAN
DAFTAR PUSTAKA
[1] Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 dan Peraturan Menteri (Permen)
ESDM Nomor 19 Tahun 2016, Jakarta.
[2] Fuad R S, Faishal., Analisis Pengaruh Kenaikan Temperatur dan Variasi
Irradiasi pada Tegangan, Arus dan Daya Keluaran Sel Phoovoltaic jenis
Monocrystalline Laporan Tugas Akhir, Departemen Teknik Elektro,
Universitas Diponegoro. Semarang, 2016.
[3] Prasetyawan, Mahadi., Modul Praktikum Penyinaran Sebagian dan Penuh
Photovoltaic jenis Monocrystalline, Laporan Tugas Akhir, Departemen
Teknik Elektro, Universitas Diponegoro, Semarang, 2013
[4] Tan, David., Handbook for Solar Photovoltaic (PV) Systems, Energy
Market Authority, Singapore, 2013.
[5] Messenger, Roger., Ventre, Jerry., Photovoltaic System Engineering,
Florida, CRC Press, Florida, USA, 1999.
[6] P K Dash., N C Gupta., Effect of Temperature on Power Output from
Different Commercially available Photovoltaic Modules, IJERA, India,
2015.
[7] S, Kurtz., D, Miller., Evaluation of High-Temperature Exposure of
Photovoltaic Modules, NREL (National Renewable Energy Laboratory),
Philadelphia, 2009.
[8] Makvart, Thomas., Handbook of Photovoltaic, John Wiley and Sons,
University of Southampton, London, 2000.
[9] Nelson, Jenny., The Physics of Solar Cells, London Imperial College,
London, 2003.
[10] K. A. Emery, Solar Energy Research Institute, Solar Simulators and I-V
Measurement Methods, NREL (National Renewable Energy Laboratory),
California, USA, 1986.
[11] Roest., Maria, Stefanus Johannes., International Patent Clasification, TU
Delft, Amsterdam, 2012.
KETENAGAAN