Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DEPARTEMEN : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Topik : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Diabetes
Melitus
Sub topic : Diabetes Melitus, Perawatan Kaki dan Senam Kaki
Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien di Poli Penyakit Dalam
Tempat : Ruang Poli Penyakit Dalam
Hari/Tanggal : Jumat, 09 November 2016
Waktu : 1 x 40 menit

I. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronik yang

terjadi di seluruh negara di dunia, dan terus mengalami peningkatan

jumlah yang signifikan dari tahun ke tahun. Jika diabetes dibiarkan tidak

dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik akut

maupun kronik (Waspadji, 2009). Salah satu komplikasi umum dari

diabetes adalah masalah kaki diabetes. Sekitar 15% klien diabetes mellitus

dalam perjalanan penyakitnya mengalami komplikasi ulkus diabetik

terutama ulkus di kaki (Cahyono, 2007).

RSUD Klungkung merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah

di Kabupaten Klungkung. Prevalensi kasus diabetes melitus di Ruang Poli

Penyakit Dalam RSUD Klungkung cukup tinggi. Berdasarkan hasil

pengamatan di Ruang Poli Penyakit Dalam RSUD Klungkung terdapat

cukup banyak kasus diabetes melitus disertai dengan kaki diabetik.


Sebagian besar pasien diabetes mellitus datang dengan kaki diabetik

karena pasien dan keluarga tidak mengetahui perawatan kaki diabetik

sehingga kelompok tertarik untuk mengadakan penyuluhan tentang

diabetes mellitus dan perawatan kaki diabetik.

a. Tujuan Umum

Pada akhir proses penyuluhan, para pasien dan keluarga pasien yang

berada di Ruang Poli Penyakit Dalam RSUD Klungkung mengerti

tentang diabetes mellitus dan perawatan kaki diabetes melitus.

b. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan keluarga dapat :

1. Menyebutkan pengertian diabetes melitus dengan benar

2. Menyebutkan dua tipe diabetes melitus

3. Menyebutkan dua penyebab diabetes melitus

4. Menyebutkan tiga tanda dan gejala diabetes melitus

5. Menyebutkan dua komplikasi diabetes melitus

6. Menyebutkan tiga dari lima penatalaksanaan diabetes mellitus

7. Menjelaskan cara perawatan kaki pada diabetes melitus

8. Melakukan demonstrasi senam kaki diabetic

II. Materi Penyuluhan

1. Pengertian diabetes melitus

2. Tipe-tipe diabetes melitus

3. Penyebab diabetes melitus


4. Tanda dan gejala diabetes melitus

5. Penatalaksanaan diabetes mellitus

6. Komplikasi diabetes melitus

7. Perawatan kaki pada diabetes melitus

8. Senam kaki diabetik

III. Kegiatan Penyuluhan

No WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1. 3 Pembukaan :

Menit  Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam

mengucapkan salam.

 Memperkenalkan diri  Mendengarkan

 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan

penyuluhan

 Menyebutkan materi yang  Memperhatikan

akan diberikan

2. 30 Pelaksanaan :

menit  Menggali pengetahuan  Memperhatikan dan

keluarga tentang diabetes menjawab pertanyaan

melitus dan perawatan kaki yang diajukan

pada diabetes melitus

 Menjelaskan pengertian  Memperhatikan


diabetes melitus

 Menyebutkan tipe-tipe  Memperhatikan

diabetes melitus

 Menyebutkan penyebab  Memperhatikan

diabetes melitus

 Menyebutkan tanda dan gejala  Memperhatikan

diabetes melitus

 Menyebutkan penatalaksanaan  Memperhatikan

diabetes melitus

 Menyebutkan komplikasi

diabetes melitus  Memperhatikan

 Menjelaskan cara perawatan

kaki pada diabetes melitus  Memperhatikan

 Menjelaskan dan

mendemonstrasikan senam  Memperhatikan dan

kaki diabetik mendemonstrasikan ulang

3. 5 Evaluasi :

Menit  Menanyakan kepada peserta  Menjawab pertanyaan

tentang materi yang telah

diberikan, dan reinforcement

kepada keluarga yang dapat


menjawab pertanyaan.

4. 2 Terminasi :

Menit  Mengucapkan terimakasih atas  Mendengarkan

peran serta peserta.

 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

IV. Metode

1. Ceramah.

2. Tanya Jawab

3. Demonstrasi

V. Media

1. Flip Chart

2. Leaflet

VI. Pengorganisasian

Moderator : Risa Agustini

Notulen : Kadek Pujiastuti

Pembicara : Made Bintang Suci Iswari

Observer : Luh Putu Mega Artana Putri

Dokumentasi : Erwin Ika Prasetya

Peraga :

1. Wilujeng Dinda Kusuma


2. Oka Aditya Pratama

Fasilitator :

1. Pungki Lestari

2. Kadek Melisa

3. Dewa Ardikayana

VII. Denah Penyuluhan

Keterangan:

: Moderator

: Notulen
: Penyaji

: Peraga

: Observer

: Peserta

: Fasilitator
MATERI PENYULUHAN

DIABETES MELITUS DAN PERAWATAN KAKI PADA DIABETES

MELITUS

A. Diabetes Melitus

1. Pengertian diabetes melitus

Penyakit kronik, progresif dengan dengan karakteristik

ketidakmampuan tubuh dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

yang menyebabkan peningkatan level gula darah (Black Hawks, 2009)

2. Tipe-tipe diabetes melitus

a. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)

b. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

c. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom

lainnya

d. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

3. Penyebab diabetes melitus

a. Diabetes tipe I:

1) Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah

terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA.

2) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal

dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara

bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah

sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau

Langerhans dan insulin endogen.

3) Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang

menimbulkan destruksi selbeta.

b. Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.

Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi

insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65

th)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

4. Tanda dan gejala diabetes mellitus

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada

DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien

adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh

darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat


proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa

gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering

muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa

kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka

pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang

sering ditemukan adalah :

a. Katarak

b. Glaukoma

c. Retinopati

d. Gatal seluruh badan

e. Pruritus Vulvae

f. Infeksi bakteri kulit

g. Infeksi jamur di kulit

h. Dermatopati

i. Neuropati perifer

j. Neuropati viseral

k. Amiotropi

l. Ulkus Neurotropik

m. Penyakit ginjal

n. Penyakit pembuluh darah perifer

o. Penyakit koroner

p. Penyakit pembuluh darah otak


q. Hipertensi

5. Penatalaksanaan diabetes mellitus

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

a. Diet

b. Latihan

c. Pemantauan

d. Terapi (jika diperlukan)

e. Pendidikan

6. Komplikasi diabetes melitus

Komplikasi diabetes melitus

a. Akut :

1) Koma hipoglikemia

Permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poli)

yaitu banyak makan (poliphagi), banyak minum (polidipsi) dan

banyak kencing (poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati

maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu

makan mulai berkurang/berat badan turun dengan cepat (turun 5 –

10 kg dalam waktu 2 – 4 minggu), mudah lelah, hal tersebut

menyebabkan cadangan glikogen dalam tubuh habis sehingga bila

tidak lekas diobati, penderita akan jatuh koma

2) Ketoasidosis

Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena

dipakainya jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka


akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan

menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa menderita

koma.

3) Koma hiperosmolar nonketotik

Terjadi jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal

tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar

akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria).

Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang

berlebihan namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk

mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton

b. Kronik :

1) Berat badan ideal yang berlebih akan sering terjadi resistensi

insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10 μU/ml, keadaan ini

menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan

aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi

gangguan sirkulasi darah.

a) Makroangiopati , mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh

darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

b) Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil ; retinopati

diabetik, nefropati diabetik.

2) Neuropati diabetic

Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi

gangguan mikro sirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran


oksigen pada serabut saraf yang mengakibatkan degenerasi pada

serabut syaraf yang lebih lanjut akan terjadi neuropati. Syaraf yang

rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik,

sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu juga

kelenjar keringat menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek.

Neuropati perifer berupa hilangnya sensasi rasa yang berisiko

tinggi menjadi penyebab terjadinya lesi yang kemudian

berkembang menjadi ulkus kaki diabetes.

Kaki diabetik adalah infeksi, ulkus, dan atau kerusakan

pada jaringan yang berhubungan dengan gangguan pada saraf dan

aliran darah pada kaki (Adhiarta, 2011; Gitarja, 2008). Konsensus

internasional tentang kaki diabetik pada tahun 2003 menghasilkan

klasifikasi PEDIS dimana terinci sebagai berikut (Waspadji, 2007;

Adhiarta, 2011).

Klasifikasi PEDIS (perfusion, extent/size, depth/tissue loss,

infection,and sensation) digunakan pada saat pengkajian ulkus kaki

diabetik. Pengkajian dilihat dari bagaimana gangguan perfusi pada

kaki, berapa ukuran dalam mm (millimeter) dan sejauhmana dalam

dari ulkus kaki diabetik, ada atau tidaknya gejala infeksi serta ada

atau tidaknya sensasi pada kaki.

Gangguan Perfusi 1 = Tidak ada

2 = Penyakit arteri perifer tetapi tidak parah

3 = Iskemi parah pada kaki


Ukuran (Extend) 1 = Permukaan kaki, hanya sampai dermis

dalam mm dan 2 = Luka pada kaki sampai di bawah dermis

Dalamnya (Depth) meliputi fasia, otot atau tendon

3 = Sudah mencapai tulang dan sendi

Infeksi 1= Tidak ada gejala

2= Hanya infeksi pada kulit dan jaringan tisu

3= Eritema > 2cm atau infeksi meliputi

subkutan tetapi tidak ada tanda

inflamasi

4= Infeksi dengan manifestasi

demam,leukositosis, hipotensi dan azotemia

Hilang sensasi 1 = Tidak ada

2 = Ada

B. Perawatan Kaki Pada Diabetes Melitus

Ketika seseorang didiagnosa menderita diabetes, perawatan kaki yang

tepat menjadi sangat penting. Dalam melakukan perawatan kaki, diperlukan

kemampuan fisik mandiri. World Health Organization (2012) menjelaskan

bahwa aktifitas fisik mandiri mampu dilakukan pada usia 18-64 tahun.

Perawatan kaki yang buruk pada diabetisi akan mengakibatkan masalah

kesehatan yang serius, diantaranya amputasi kaki. American Diabetes

Association merekomendasikan pemeriksaan kaki tahunan oleh tenaga

kesehatan dan pemeriksaan kaki harian oleh diabetisi atau keluarganya.


Tindakan awal ini bisa mencegah dan mengurangi sebesar 50% dari seluruh

amputasi yang disebabkan diabetes (Rowland, 2009).

Dibawah ini beberapa komponen dari perawatan kaki yang dianjurkan bagi

diabetes (Seibel, 2009):

a. Mencuci kaki dan mengeringkan kaki

Diabetes dianjurkan untuk mencuci kedua kakinya menggunakan sabun

lembut dan air hangat. Setelah dicuci, dilanjutkan dengan mengeringkan

kaki dengan handuk lembut, dilanjutkan dengan memberikan lotion.

Lotion tidak dianjurkan diberikan sela-sela jari. Hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk menjaga kondisi kering, lembut dan lembut.

b. Memeriksa kondisi kaki setiap hari

Kondisi kaki diabetes harus diperiksa dari tanda-tanda yang berisiko

meningkatkan kejadian/awal dari ulkus kaki diabetes. Diabetes diajarkan

agar mampu melihat dan mengenali kondisi punggung dan telapak kaki

dari tanda-tanda: kering dan pecah-pecah, lepuh, luka, kemerahan, teraba

hangat dan bengkak saat diraba. Adanya bentuk kuku ynang tumbuh kea

rah dalam (ingrown toenails), kapalan dan kalus juga harus diwaspadai.

Jika terdapat tanda-tanda tersebut, diabetes dianjurkan segera ke tenaga

kesehatan khusus untuk mendapat perawatan kaki lebih awal.

c. Merawat kuku

Cara memotong kuku juga harus mendapat perhatian dari diabetes. Hal ini

diharapkan mampu mencegah terjadinya infeksi kaki. Memotong kuku

dianjurkan dilakukan setelah mandi, saat kondisi kuku masih lembut.


Kuku harus dipotong menggunakan alat pemotong kuku, dipotong secara

mendatar, dan tidak boleh memotong sudut-sudut pada kuku. Jika diabetes

tidak yakin dalam memotong kuku, dianjurkan untuk memeinta bantuan

tenaga kesehatan khusus perawatan kaki diabetes untuk membantu

diabetes dalam memotong kuku kakinya.

d. Hati-hati olahraga

Diabetes dianjurkan tidak bertelanjang kaki dan memakai sepatu yang

nyaman saat berolahraga. Hal ini bisa mencegah terjadinya trauma pada

kaki akibat saat berolahraga. Hal ini bisa mencegah terjadinya trauma pada

kaki akibat terkena benda asing ataupun akibat gesekan dari sepatu yang

kurang tepat dan nyaman.

Latihan fisik yang dianjurkan pada pasien DM seperti berenang, berjalan

dan bersepeda. Latihan fisik ini paling sedikit dilakukan 30 menit paling

baik setiap hari (Jordan & Jordan, 2010). Latihan jasmani sangat penting

dalam penatalaksanaan diabtes karena efeknya dapat menurunkan kadar

glukosa darah dan dapat mengurangi risiko gangguan kardiovaskuler.

Pedoman umum latihan pada penderita DM: gunakan alas kaki yang tepat

dan bila perlu, alat pelindung kaki lainnya, hindari latihan dalam udara

yang sangat panas atau dingin, periksa kaki setiap hari sesudah melakukan

latihan, hindari latihan pada saat pengendalian metabolik buruk.

e. Melindungi kaki dengan sepatu dan koas kaki

Diabetes tidak diperbolehkan bertelanjang kaki saat berpergian. Sepatu

yang dianjurkan adalah sepatu tanpa hak tinggi, sepatu yang


menampakkan jari-jari dan tumit. Saat membeli sepatu baru, harus

mencoba terlebih dahulu dengan menggunakan kaos kaki yang biasa

dipakai, dan pemakaian sepatu harus dilakukan secara bertahap. Sepatu

baru disarankan tidak dipakai secara terus menerus sampai lebih dari satu

jam. Hal ini untuk melihat apakah sepatu tersebut nyaman dan sesuai

dengan kaki diabetes. Penggunaan kaos kaki dianjurkan yang tidak ketat,

dan dari bahan yang mampu menyerap keringat dengan baik (katun atau

wool).

f. Menggerakkan sendi kaki ke atas ke bawah selama 5 menit, dilakukan 2-3

kali sehari, mempertahankan aliran darah pada kaki dengan tidak

menyilangkan kaki ketika duduk.

Tabel Perawatan Kaki Untuk Pasien Dengan Risiko Ulkus Kaki Diabetes

Saran Hal-hal yang harus diperhatikan

Inspeksi kaki harian Melihat sela jari dan telapak kaki, apakah terdapat

gangguan integritas pada kulit, area yang tergores

atau tanda-tanda infeksi

Pertolongan pertama a. Pengunaan antiseptic (povidon iodine) di are

pada cedera cedera, dilanjtkan dengan menutup untuk

melindungi luka dengan dry dressing

b. Segera mencari tim kesehatan khusus yang

menangani kesehatan kaki diabetes jika luka

tidak sembuh.

Perawatan diri a. Mencuci kaki segera rutin setiap hari dan


mengeringkan seluruh permukaan kaki

terutama di sela jari.

b. Menggunakan pelembab (lotion) secara rutin

untuk mencegah kaki menjadi pecah-pecah

dan kering.

c. Memotong kuku dengan hati-hati, dengan

cara memotong kuku dengan lurus.

d. Menggunakan purnice untuk membuang

kalus.

Mengurangi risiko a. Berjalan dengan menggunakan alas kaki

b. Berhati-hati terhadap sumber panas yang

dapat menyebabkan trauma

c. Melakukan perawatan yang tepat jika

terdapat infeksi jamur.

Pengunaan alas kaki a. Menggunakan sepatu yang longgar sehingga

yang nyaman dan kaki mampu bergerak denganleluasa di dalam

sesuai sepatu.

b. Menggunakan sepatu baru secara bertahap

(dimulai dari 1 jam dan dapat meningkat)

untuk meminimalkan risiko ulkus yang

disebabkan sepatu.
C. Senam Kaki

1. Pengertian

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien

diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

melancarkan peredaran darah.

2. Langkah-Langkah Senam Kaki

a. Duduk tegak di atas bangku dengan kaki menyentuh lantai.

b. Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki

diluruskan ke atas lalu dibengkokan kembali ke bawah seperti

cakar ayam sebanyak 10 kali.

c. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak

kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai

dengan tumit kaki diangkat ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan


pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak

10kali.

d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas

dan buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan

kaki sebanyak 10 kali.

e. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10

kali.
f. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari ke

depan turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan.

Ulangi sebanyak 10 kali.

g. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki

tersebut dan gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan

kembali ke lantai. Ulangi sebanyak 10 kali.

h. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut.

Gerakan pergelangan kaki ke depan dan ke belakang. Ulangi

sebanyak 10 kali.

i. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan

kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga

9 lakukan secara bergantian.


j. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti

bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi

lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini

dilakukan hanya sekali saja :

a. Robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.

b. Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan

kedua kaki

c. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua

kaki lalu letakkan sobek kan kertas pada bagian kertas yang

utuh.

d. Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola


Daftar Pustaka

Rowland, K. (2009). Wound Healing Perspectives: Diabetic Foot Ulcers.

National Healing Coorporation, 6:(4)

Seibel, J.A. (2009). Diabetic Foot Care. http:/www.diabetes.webmd.com diakses

Oktober 2013

Smeltzer S.C & Bare, B.G. (2008). Brunner & Sudarth’s Textbook of Medical

Surgical Nursing. Philadelphia, Lippincott-Raven Publishers

Waspadji, S (2009). Diabetes Melitus, Penyulit Kronik dan Pencegahan dalam S.

Soegondo., P., Soewondo., & I, Subekti. (Ed), Penatalaksanaan Diabetes

Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI

Waspadji, S (2009). Diabetes Melitus: Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya

yang Rasional, dalam S. Soegondo., P., Soewondo., & I, Subekti. (Ed),

Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai