Self Care Orem
Self Care Orem
Pembimbing:
Diyan Indriyani, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat
Disusun Oleh :
CANDRA PUSPITA
1801032009
(...........................................)
DiyanIndriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat)
NIP. 19701103 2005 01 2002
Mengetahui,
Kepala Ruang Syukur RS Bina Sehat
(.......................................................)
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kondisi post partum (puerperium) dimulai 2 jam setelah ibu melahirkan,
dimana pada masa tersebut klien menuju masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai organ–organ kandungan kembali seperti sebelum hamil. Menurut
Asmuji (2016), ibu post partum adalah ibu sehat dan merupakan peristiwa yang
fisiologis, sehingga prinsip keperawatannya berorentasi pada kemandirian ibu.
Namun, melewati masa post partum dengan riwayat lahir spontan akan berbeda
dengan riwayat kelahiran sectio caesarea. Periode pasca partum adalah adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ reproduksi kembali ke keadaan
normal. Faktor yang mempengaruhi antara lain, tingkat energi, tingkat
kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat
yang diberikan tenaga profesional ikut membentuk respon ibu.
Menurut Lang (2011) dalam Mulyawati (2011), persalinan dengan operasi
sectio caesarea ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang terbagi atas indikasi
untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan sectio caesaria atau bedah caesar
harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika dilakukan persalinan secara
normal tidak bisa lagi. Kehamilan post date adalah salah satu faktor penyebab
dilakukannya sectio caesaria. Kehamilan post date adalah kehamilan yang
melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap (Amru, 2011).
Klien yang dilakukan tindakan sectio caesaria akan menjalani masa nifas
dengan dua tantangan sekaligus, yaitu pemulihan dari proses persalinan dan
pemulihan dari tindakan sectio caesaria. Klien yang menjalani tindakan sectio
caesaria akan mengalami hal ganggun kenyamanan pasca melahirkan, efek dari
anatesi, dan nyeri sekitar sayatan. Klien juga akan mengalami kesulitan dalam
melakukan aktivitas seperti menyusui dan merawat bayi.
Proses pemulihan yang terjadi pada Ny.N pasca sectio caesaria akan
memerlukan berbagai bantuan. Tujuan akhir adalah perawat memfasilitasi dan
membawa klien kembali memiliki fungsi self care-nya secara bertahap.
Melalui pendekatan model konsep Orem, maka perawat akan memfasilitasi
Ny.N sesuai tingkat ketergantungannya. Pada awal post sectio caesaria tentunya
Ny.N akan berada pada tingkat ketergantungan total care, dan hal ini memerlukan
bantuan petugas kesehatan supaya klien mencapai kembali fungsi self care-nya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas tentunya kita harus berpedoman pada tingkat
kemampuan klien dalam menuju proses self care.
Kasus klien Ny.N ini dipilih dan menarik untuk dipelajari karena kondisi post
partum dengan sectio caesaria ini merupakan pengalaman pertama kali bagi Ny.N,
yaitu pertama kali melahirkan dan pertama kali mengalami pembedahan. Hal ini
tentunya memerlukan support sosial antara lain oleh petugas kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil kasus
klien Ny.N dengan kondisi post partum dengan tindakan sectio caesaria nifas hari
pertama dengan menggunakan pendekatan model konsep self care Orem.
2. Rumusan Masalah
Klien yang dilakukan tindakan sectio caesaria akan menjalani masa nifas dengan
dua tantangan sekaligus, yaitu pemulihan dari proses persalinan dan pemulihan dari
tindakan pembedahan daerah abdomen. Setelah menjalani sectio caesaria klien
juga mengalami hal ketidaknyamanan pasca persalinan sama seperti ibu bersalin
secara spontan, hanya saja mereka juga merasakan kondisi efek dari anastesi dan
nyeri sekitar sayatan dan juga mungkin kesulitan dalam melakukan aktivitas seperti
menyusui dan merawat bayi. Ny N dengan kondisi post partum dengan tindakan
sectio caesaria nifas hari pertama berada pada tingkat ketergantungan sebagian, hal
ini membutuhkan bantuan antara lain oleh petugas kesehatan menuju transisi
pencapaian fungsi self care-nya.
3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mempelajari aplikasi Model Konsep Keperawatan self care Orem pada kasus
klien Ny.N kondisi post partum dengan tindakan sectio caesaria nifas hari
pertama di Ruang Syukur RS. Bina Sehat Jember.
b. Tujuan Khusus
1) Menjelaskan konsep post partum
2) Menjelaskan konsep sectio caesaria
3) Menjelaskan konsep kehamilan post term
4) Menjelaskan konsep self care Orem
5) Melakukan penerapan model konsep keperawatan self care Orem pada klien
Ny.N kondisi post partum dengan sectio caesarea nifas hari pertama.
6) Melakukan pengelolaan pada kasus post partum dengan sectio caesarea nifas
hari pertama pada klien Ny.N dengan menggunakan pendekatan model
konsep keperawatan tersebut.
7) Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola.
8) Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konsep tersebut pada kasus
pos partum dengan sectio caesaria nifas hari pertama.
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Medis Post Partum Dan Sectio Caesarea
a. Post Partum
1) Pengertian Masa Nifas
Masa nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu.
Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum
kehamilan dalam waktu 3 bulan. Puerperium dibagi dalam 3 periode, yaitu
puerperium ini, puerperium intermedial, dan remote puerperium. Puerperium
dini yaitu kepulihan, yang mana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan,
yaitu kurang lebih sampai 40 hari. Puerperium interemedial, yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu. Remote puerperium
adalah waktu yang diperlukan untuk pulih sempurna (Mochtar, 2000 dalam
Indriyani, 2013).
3) Etiologi
a) Riwayat sectio caesarea
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi
untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko
ruptur uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien
dengan jaringan perut melintang yang terbatas disegmen uterus bawah ,
kemungknan mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada
kehamilan berikutnya. Wanita yang mengalami ruptur uteri beresiko
mengalami kekambuhan , sehingga tidak menutup kemungkinan untuk
dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan beresiko ruptur uteri
dengan akibat buruk bagi ibu dan janin.
b) Distosia persalinan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat
disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir, kelainan
persalinan terdiri dari : Ekspulsi (kelainan gaya dorong) Oleh karena gaya
uterus yang kurang kuat, dilatasi servik(disfungsi uterus) dan kurangnya
upaya otot volunter selama persalinan kala dua. Panggul sempit Kelainan
presentasi, posisi janin.
c) Gawat janin
Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan
janin,jikapenentuan waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis
seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk
sectio caesarea.
d) Letak sungsang
Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali
pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirkan pervaginam
dibandingkan dengan janin presentasi kepala.
e) CPD (Chepalo Pelvic Disproportion)
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami.
f) Pre-Eklamsi
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.Setelah
perdarahan dan infeksi, Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
g) Ketuban pecah dini (KPD)
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi impart. Sebagian besar KPD adalah hamil
aterm diatas 37 minggu.
h) Bayi Kembar (Gemili)
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi tinggidari pada
kelahiran 1 bayi.Selain itu bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang.Sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
i) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya hambatan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
4) WOC
Terlampir
c. Diagnosis
Menurut Prawiroharjo (2011), ada beberapa pemeriksaan dalam menentukan
diagnosis kehamilan post term, yaitu:
1) Riwayat haid
HPHT yang dipercaya yaitu penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya,
siklus 28 hari dan teratur, tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan
terakhir.
2) Riwayat pemeriksaan antenatal
Meliputi tes kehamilan, gerak janin, denyut jantung janin.
3) Tinggi fundus uteri
Lebih dari 20 minggu, tiinggi fundus uteri dapat menentukan umur
kehamilan secara kasar.
4) Pemeriksaan ultrasonografi
5) Pemeriksaan radiologi
6) Pemeriksaan laboratorium
d. Manifestasi Klinis
1) Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu
secara subyektif kurang dari 7 kali / 20 menit atau secara obyektif dengan
kardiotokografi kurang dari 10 kali / 20 menit.
2) Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
a) Stadium I : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan
terjadi maserasi sehingga kulit menjadi kering, rapuh, dan mudah
mengelupas.
b) Stadium II : Seperti stadium satu namun disertai dengan
pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit.
c) Stadium III : Seperti stadium satu namun
disertai dengan pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
c. Nursing System
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
1) The Wholly compensatory system
Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu
mengontrol dan memantau lingkungannya dan berespon terhadap
rangsangan.
2) The Partly compensantory system
Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami keterbatasan gerak
karena sakit atau kecelakaan.
3) The supportive - Educative system
Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk
dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.
4) Metode bantuan :
Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui lima
metode bantuan yang meliputi :
a) Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
b) Mengajarkan klien
c) Mengarahkan klien
d) Mensupport klien
4. LANGKAH PERTAMA
Dari hasil pengkajian pada Ny.N dapat dirumuskan masalah keperawatan, yaitu:
a. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera fisik (post sectio caesaria)
b. Resiko perlambatan pemulihan pasca bedah yang berhubungan dengan obesitas
c. Resiko infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif (sectio caesaria)
d. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan nyeri luka post sectio caesaria
e. Kesiapan meningkatkan koping keluarga
f. Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua
g. Perilaku positif untuk beradaptasi dalam keterbatasan fisik
h. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan imobilitas
5. LANGKAH KEDUA
Pada langkah ini kegiatannya adalah menetapkan tujuan dan intervensi
keperawatan. Tujuan dibuat sebagai dasar dalam pembuatan perencanaan tindakan,
dan hal ini disesuaikan dengan tingkat ketergantungan klien. Ny. N masuk dalam
partially compensatory nursing system.
a. Diagnosa keperawatan ke-3
1) Tujuan
Mencegah terjadinya infeksi pada bekas luka operasi sectio caesaria
2) Kriteria hasil
Klien kooperatif untuk dilaksanakan perawatan luka post sectio caesaria
3) Rencana tindakan
a) Bina hubungan saling percaya antara perawat-klien
b) Beri penjelasan tentang resiko infeksi terhadap luka bekas operasi sectio
caesaria
c) Lakukan perawatan luka post sectio caesaria setiap pagi
b. Diagnosa keperawatan ke-4
1) Tujuan
Klien dapat mengoptimalkan perawatan dirinya meskipun dalam
keterbatasan mobilisasi
2) Kriteria hasil
Penampilan umum terlihat bersih
3) Rencana tindakan
a) Terapi ambulasi
b) Bantuan perawatan diri (mandi, berpakaian, berhias, makan)
c. Diagnosa keperawatan ke-7
Perilaku positif untuk beradaptasi dalam keterbatasan fisik
1) Tujuan
Klien mampu beradaptasi dalam keterbatasan fisik dengan bantuan sebagian
2) Kriteria hasil
Klien dapat melakukan mobilisasi post sectio caesaria, klien kooperatif
dalam melakukan mobilisasi secara bertahap
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan tentang tahapan mobilisasi pada kondisi post sectio
caesaria
b) Anjurkan klien mobilisasi secara bertahap : miring kanan-kiri, duduk
c) Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi
6. LANGKAH KETIGA
a. Implementasi
Diagnosa ke 3
1) Membina hubungan saling percaya antara perawat-klien dengan cara
mengenalkan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan
2) Memberikan penjelasan pada klien tentang resiko infeksi terhadap luka bekas
operasi sectio caesaria. Faktor resiko dan akibatnya jika terjadi infeksi pada
luka
3) Melakukan perawatan luka post sectio caesaria setiap pagi, mengganti
balutan kassa kering.
Diagnosa ke 4
1) Melakukan ambulasi, membantu klien untuk miring kanan dan miring kiri,
selanjutnya membantu klien agar bisa duduk.
2) Membantu perawatan diri klien (mandi, berpakaian, berhias, makan) sesuai
tingkat mobilisasi klien. Mobilisasi klien tergantung sebagian. Klien diseka
oleh perawat, berpakaian, dan disisir oleh perawat. Sedangkan untuk makan,
klien dapat makan sendiri dengan posisi duduk
Diagnosa ke 7
1) Memberi penjelasan tentang tahapan mobilisasi pada kondisi post sectio
caesaria. Dimulai dari miring kanan-kiri,duduk, dan berjalan.
2) Menganjurkan klien mobilisasi secara bertahap. Klien mampu mengikuti
instruksi perawat.
3) Mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi. Klien mampu
miring kanan-kiri, akan tetapi untuk duduk klien masih membutuhkan
bantuan.
C. PEMBAHASAN
Kondisi post partum dengan sectio caesaria merupakan kondisi post partum
dengan 2 tantangan yaitu memasuki fase pemulihan dari post partum dan fase
pemulihan dari pembedahan. Post partum yang dialami Ny.N pada nifas hari pertama
memiliki masalah keperawatan antara lain nyeri, resiko perlambatan pemulihan pasca
bedah, resiko infeksi, defisit perawatan diri, kesiapan meningkatkan koping keluarga,
kesiapan meningkatkan menjadi orang tua, perilaku positif untuk beradaptasi,
intolenransi aktifitas. Dari 8 diagnosa keperawatan tersebut 3 diantaranya merupakan
diagnosa keperawatan sejahtera.
Klien Ny. N berada dalam kategori the partially compensatory system. Melalui
evaluasi dapat diidentifikasi bahwa semua diagnosa keperawatan yang muncul pada
Ny. N dapat diselesaikan dengan optimal, dan klien dapat kembali mencapai fungsi
self care-nya.
D. PENUTUP
Menurut pengkajian pada ibu post partum dengan sectio caesaria pada klien
Ny.N dihasilkan bahwa masalah keperawatan yang dominan yaitu tentang tingkat
ketergantungan klien. Pendekatan model konsep yang cocok yaitu self care Orem.
Selain itu dapat dkombinasikan dengan model konsep yang lain untuk mencapai
asuhan yang lebih komprehensif terhadap klien.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji & Indriyani. (2016). Model Family Centered Maternity Care Sebagai Strategi
Optimalisasi Competent Mothering. Jember: Jurnal Ners Vol.11
Indriyani, Diyan. (2013). Aplikasi Konsep dan Teori Keperawatan Maternitas Post Partum
dengan Kematian Janin. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Mulyawati, Azam, Ningrum. (2011). Faktor Tindakan Persalinan Operasi Sectio Caesarea.
Semarang: Kemas
Prawiroharjo. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sofian, Amru. (2011). Sinopsis Obstetri Edisi 3. Jakarta: EGC