Anda di halaman 1dari 25

APLIKASI MODEL KONSEPTUAL SELF CARE OREM PADA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY.N P1-1 DENGAN SECTIO CAESARIA DENGAN


CPD DAN POST DATE
DI RUANG SYUKUR RS BINA SEHAT JEMBER

Diajukan sebagai salah satu tugas pada


Program Studi Ners Departemen Maternitas

Pembimbing:
Diyan Indriyani, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat

Disusun Oleh :
CANDRA PUSPITA
1801032009

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2018
LEMBAR PENGESAHAN

APLIKASI MODEL KONSEPTUAL SELF CARE OREM PADA


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY.N P1-1 DENGAN SECTIO CAESARIA DENGAN CPD
DAN POST DATE
DI RUANG SYUKUR RS BINA SEHAT JEMBER

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(...........................................)
DiyanIndriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat)
NIP. 19701103 2005 01 2002

Mengetahui,
Kepala Ruang Syukur RS Bina Sehat

(.......................................................)
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kondisi post partum (puerperium) dimulai 2 jam setelah ibu melahirkan,
dimana pada masa tersebut klien menuju masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai organ–organ kandungan kembali seperti sebelum hamil. Menurut
Asmuji (2016), ibu post partum adalah ibu sehat dan merupakan peristiwa yang
fisiologis, sehingga prinsip keperawatannya berorentasi pada kemandirian ibu.
Namun, melewati masa post partum dengan riwayat lahir spontan akan berbeda
dengan riwayat kelahiran sectio caesarea. Periode pasca partum adalah adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ reproduksi kembali ke keadaan
normal. Faktor yang mempengaruhi antara lain, tingkat energi, tingkat
kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat
yang diberikan tenaga profesional ikut membentuk respon ibu.
Menurut Lang (2011) dalam Mulyawati (2011), persalinan dengan operasi
sectio caesarea ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang terbagi atas indikasi
untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan sectio caesaria atau bedah caesar
harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika dilakukan persalinan secara
normal tidak bisa lagi. Kehamilan post date adalah salah satu faktor penyebab
dilakukannya sectio caesaria. Kehamilan post date adalah kehamilan yang
melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap (Amru, 2011).
Klien yang dilakukan tindakan sectio caesaria akan menjalani masa nifas
dengan dua tantangan sekaligus, yaitu pemulihan dari proses persalinan dan
pemulihan dari tindakan sectio caesaria. Klien yang menjalani tindakan sectio
caesaria akan mengalami hal ganggun kenyamanan pasca melahirkan, efek dari
anatesi, dan nyeri sekitar sayatan. Klien juga akan mengalami kesulitan dalam
melakukan aktivitas seperti menyusui dan merawat bayi.
Proses pemulihan yang terjadi pada Ny.N pasca sectio caesaria akan
memerlukan berbagai bantuan. Tujuan akhir adalah perawat memfasilitasi dan
membawa klien kembali memiliki fungsi self care-nya secara bertahap.
Melalui pendekatan model konsep Orem, maka perawat akan memfasilitasi
Ny.N sesuai tingkat ketergantungannya. Pada awal post sectio caesaria tentunya
Ny.N akan berada pada tingkat ketergantungan total care, dan hal ini memerlukan
bantuan petugas kesehatan supaya klien mencapai kembali fungsi self care-nya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas tentunya kita harus berpedoman pada tingkat
kemampuan klien dalam menuju proses self care.
Kasus klien Ny.N ini dipilih dan menarik untuk dipelajari karena kondisi post
partum dengan sectio caesaria ini merupakan pengalaman pertama kali bagi Ny.N,
yaitu pertama kali melahirkan dan pertama kali mengalami pembedahan. Hal ini
tentunya memerlukan support sosial antara lain oleh petugas kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil kasus
klien Ny.N dengan kondisi post partum dengan tindakan sectio caesaria nifas hari
pertama dengan menggunakan pendekatan model konsep self care Orem.

2. Rumusan Masalah
Klien yang dilakukan tindakan sectio caesaria akan menjalani masa nifas dengan
dua tantangan sekaligus, yaitu pemulihan dari proses persalinan dan pemulihan dari
tindakan pembedahan daerah abdomen. Setelah menjalani sectio caesaria klien
juga mengalami hal ketidaknyamanan pasca persalinan sama seperti ibu bersalin
secara spontan, hanya saja mereka juga merasakan kondisi efek dari anastesi dan
nyeri sekitar sayatan dan juga mungkin kesulitan dalam melakukan aktivitas seperti
menyusui dan merawat bayi. Ny N dengan kondisi post partum dengan tindakan
sectio caesaria nifas hari pertama berada pada tingkat ketergantungan sebagian, hal
ini membutuhkan bantuan antara lain oleh petugas kesehatan menuju transisi
pencapaian fungsi self care-nya.
3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mempelajari aplikasi Model Konsep Keperawatan self care Orem pada kasus
klien Ny.N kondisi post partum dengan tindakan sectio caesaria nifas hari
pertama di Ruang Syukur RS. Bina Sehat Jember.
b. Tujuan Khusus
1) Menjelaskan konsep post partum
2) Menjelaskan konsep sectio caesaria
3) Menjelaskan konsep kehamilan post term
4) Menjelaskan konsep self care Orem
5) Melakukan penerapan model konsep keperawatan self care Orem pada klien
Ny.N kondisi post partum dengan sectio caesarea nifas hari pertama.
6) Melakukan pengelolaan pada kasus post partum dengan sectio caesarea nifas
hari pertama pada klien Ny.N dengan menggunakan pendekatan model
konsep keperawatan tersebut.
7) Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola.
8) Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konsep tersebut pada kasus
pos partum dengan sectio caesaria nifas hari pertama.

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Medis Post Partum Dan Sectio Caesarea
a. Post Partum
1) Pengertian Masa Nifas
Masa nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu.
Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum
kehamilan dalam waktu 3 bulan. Puerperium dibagi dalam 3 periode, yaitu
puerperium ini, puerperium intermedial, dan remote puerperium. Puerperium
dini yaitu kepulihan, yang mana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan,
yaitu kurang lebih sampai 40 hari. Puerperium interemedial, yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu. Remote puerperium
adalah waktu yang diperlukan untuk pulih sempurna (Mochtar, 2000 dalam
Indriyani, 2013).

2) Involusi alat-alat kandungan


a) Uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus
bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi
fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Fundus turun kira-
kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus
normal akan berada dipertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350
gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada
di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr.
Peningkatan esterogen dan progesteron bertanggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum
penurunan kadar hormon menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b) Bekas implantasi plasenta
Plasental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri
dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu mencapai 3,5 cm pada
minggu keenam 2,4cm dan akhirnya pulih.
c) Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam
6-7 hari.
d) Rasa sakit yang disebut after pain disebabkan kontraksi rahim, biasanya
berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.
e) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasaldari kavum uteri dan vagina
selama nifas.macam lochea antara lain, lochea rubra berisi darah segar
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium selama 2 hari pasca persalinan. Lochea sanguinolenta berwarna
merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan. Lochea
serosa berwarna kuning, cairan tidak berwarna lagi pada hari 7-14
pascapersalinan. Lochea alba, cairan putih setelah 2 minggu pasca
persalinan, lochea purulenta bila terjadi infeksi, dan lochiostasis bla
lochea tidak lancar keluarnya.
f) Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-
perlukaan kecl. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim,
setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari an setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1
jari.
g) Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali.

3) Perubahan psikologi pasca persalinan


Menurut Indriyani (2013), adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a) Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana
ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b) Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama
fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang
membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat
istirahat dengan baik
c) Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem
keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh
pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

4) Perawatan pasca persalinan


Menurut Indriyani (2013), perawatan pasca persalinan terbagi menjadi:
a) Mobilisasi
Disebabkan lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian, boleh miring kiri kanan untuk
mecegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua boleh
duduk, hari ketiga boleh jalan-jalan. Mobilisasi di atas mempunyai variasi
tergantung komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka.
b) Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan-
makanan yang mengandung cukup protein, banyak cairan, sayur-sayuran,
dan buah-buahan.
c) Miksi
Hendaknya miksi dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang ibu
mengalami sulit buang air kecil karena sfingter uretra tertekan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi musculus sfingter ani selama persalinan.
Selain itu juga karena edema kandung kemih selama persalinan.
d) Defekasi
Buang air besar harus dilakukan maksimal 3-4 hari pasca persalinan. Bila
sulit buang iar besar dan konstipasi kontrol diet, bila perlu menggunakan
pengobatan sampai klisma.
e) Perawatan payudara
Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Dianjurkan ibu untuk menyusukan bayinya dengan baik dan benar.
f) Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi
perubahan-perubahan pada kelenjar mammae. Keluarnya cairan susu,
hipervaskularisasi, dan setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan
progesteron hilang. Maka, timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau
prolaktin akan merangsang keluarnya air susu ibu. Di samping itu,
pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi
sehingga ASI keluar.
g) Cuti hamil dan bersalin
h) Pemeriksaan pasca persalinan
i) Nasihat untuk ibu postnatal
b. Sectio Caesarea
1) Pengertian
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang berarti
memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu
pada tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan
membuka dinding perut dan rahim ibu .
2) Jenis-jenis
a) Sectio caesarea clasic atau corporal adalah insisi memanjang pada segmen
uterus.
b) Sectio caesarea transperitonealis profunda adalah insisi pada segmen
bawah rahim. Teknik ini sering dilakukan pada :
(1) Melintang
(2) Memanjang
c) Sectio caesarea extra peritonealis
Rongga peritoneum tidak dibuka. Dulu dilakukan pada pasien dengan
infeksi intra uterin yang berat. Sekarang jarang dilakukan.
d) Caesarian section hysterectomy adalah setelah sectio caesarea dikerjakan
hysterectomy dengan indikasi :
(1) Atonia uteri
(2) Placenta accrete
(3) Myoma uteri
(4) Infeksi intra uterinyang berat

3) Etiologi
a) Riwayat sectio caesarea
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi
untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko
ruptur uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien
dengan jaringan perut melintang yang terbatas disegmen uterus bawah ,
kemungknan mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada
kehamilan berikutnya. Wanita yang mengalami ruptur uteri beresiko
mengalami kekambuhan , sehingga tidak menutup kemungkinan untuk
dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan beresiko ruptur uteri
dengan akibat buruk bagi ibu dan janin.
b) Distosia persalinan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat
disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir, kelainan
persalinan terdiri dari : Ekspulsi (kelainan gaya dorong) Oleh karena gaya
uterus yang kurang kuat, dilatasi servik(disfungsi uterus) dan kurangnya
upaya otot volunter selama persalinan kala dua. Panggul sempit Kelainan
presentasi, posisi janin.
c) Gawat janin
Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan
janin,jikapenentuan waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis
seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk
sectio caesarea.
d) Letak sungsang
Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali
pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirkan pervaginam
dibandingkan dengan janin presentasi kepala.
e) CPD (Chepalo Pelvic Disproportion)
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami.
f) Pre-Eklamsi
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.Setelah
perdarahan dan infeksi, Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
g) Ketuban pecah dini (KPD)
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi impart. Sebagian besar KPD adalah hamil
aterm diatas 37 minggu.
h) Bayi Kembar (Gemili)
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi tinggidari pada
kelahiran 1 bayi.Selain itu bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang.Sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
i) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya hambatan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

4) WOC
Terlampir

2. Konsep Medis Post Date


a. Pengertian
Kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung sampai usia
kehamilan 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid
terakhir menurut rumus Neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari. (FIGO,
1986 dalam Prawiroharjo, 2011)
b. Etiologi
Menurut Prawiroharjo (2011), penyebab kehamilan post term yaitu:
1) Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin dalam emacu proses biomolekular dalam
persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin.
2) Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post term
memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang
peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia hamil lanjut diduga sebagai
salah satu faktor penyebab.
3) Teori kortisol/ACTH janin
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh
terhadap meningkatnya produksi prostaglandin.
4) Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan
pada pleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan bagian
bawah masih tinggi.
5) Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seoarang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya.

c. Diagnosis
Menurut Prawiroharjo (2011), ada beberapa pemeriksaan dalam menentukan
diagnosis kehamilan post term, yaitu:
1) Riwayat haid
HPHT yang dipercaya yaitu penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya,
siklus 28 hari dan teratur, tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan
terakhir.
2) Riwayat pemeriksaan antenatal
Meliputi tes kehamilan, gerak janin, denyut jantung janin.
3) Tinggi fundus uteri
Lebih dari 20 minggu, tiinggi fundus uteri dapat menentukan umur
kehamilan secara kasar.
4) Pemeriksaan ultrasonografi
5) Pemeriksaan radiologi
6) Pemeriksaan laboratorium

d. Manifestasi Klinis
1) Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu
secara subyektif kurang dari 7 kali / 20 menit atau secara obyektif dengan
kardiotokografi kurang dari 10 kali / 20 menit.
2) Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
a) Stadium I : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan
terjadi maserasi sehingga kulit menjadi kering, rapuh, dan mudah
mengelupas.
b) Stadium II : Seperti stadium satu namun disertai dengan
pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit.
c) Stadium III : Seperti stadium satu namun
disertai dengan pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

3. Konsep Model Self Care Orem


Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem's adalah :
"Suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri
untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit (Orem's, 1980).
Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu :
a. Self Care
Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan oleh seorang
perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan
keberadaannya , keadaan kesehatan dan kesempurnaan.
Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam
memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi
hubungan antar pembeli self care dengan penerima self care dalam hubungan
terapi. Orem mengemukakan tiga kategori / persyaratan self care yaitu :
persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.
Penekanan teori self care secara umum :
1) Pemeliharaan intake udara
2) Pemeliharaan intake air
3) Pemeliharaan intake makanan
4) Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi
5) Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
6) Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial
7) Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial
sesuai dengan potensinya.
b. Self Care Deficit
Teori self care deficit diterapkan bila :
1) Anak belum dewasa
2) Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
3) Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi diprediksi untuk masa yang
akan datang, kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan peningkatan
kebutuhan

c. Nursing System
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
1) The Wholly compensatory system
Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu
mengontrol dan memantau lingkungannya dan berespon terhadap
rangsangan.
2) The Partly compensantory system
Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami keterbatasan gerak
karena sakit atau kecelakaan.
3) The supportive - Educative system
Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk
dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.
4) Metode bantuan :
Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui lima
metode bantuan yang meliputi :
a) Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
b) Mengajarkan klien
c) Mengarahkan klien
d) Mensupport klien

B. APLIKASI MODEL KONSEP SELF CARE OREM DALAM STUDI KASUS


Menurut Orem pengkajian sebelumnya diawali dengan pengkajian personal yaitu
meliputi usia, jenis kelamin, TB/BB, budaya, ras, status perkawinan, agama dan
pekerjaan.
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Pasien
1) Identitas
Ny N, usia 23 tahun, pendidikan SMA, agama Islam, suku Jawa, pekerjaan
IRT, suami Tn I, usia 29 tahun, pendidikan SMA, agama Islam, pekerjaan
wiraswasta, alamat Curah Nongko.
2) Alasan masuk rumah sakit
Klien datang ke RS hari senen tanggal 15 oktober 2018 karena rujukan dari
Puskesmas dengan G1P0000 hamil post date, tanggal 15 Oktober jam 06.15
WIB periksa ke Puskesmas karena usia kehamilan telah memasuki 42-43
minggu, maka dirujuk oleh Puskesmas. Setelah diperiksa di IGD,
direncanakan operasi sectio caesaria tanggal 15 Oktober 2018.
3) Keluhan utama saat ini
Klien mengeluhkan nyeri pada luka bekas operasi, takut untuk melakukan
mobilisasi.
4) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit masa lalu
Klien mengatakan tidak pernah memiliki keluhan sakit yang berhubungan
dengan hipertensi, diabetes mellitus, asma, dan alergi. Klien tidak pernah
rawat inap di rumah sakit.
b) Riwayat penyakit saat ini
Klien tidak ada keluhan. Ketika periksa di puskesmas ternyata usia
kehamilan sudah memasuki 42-43 minggu, maka diputuskan untuk
dilakukan tindakan operasi sectio caesaria tanggal 15 oktober 2018 jam
09.45 WIB
c) Riwayat penyakit keluarga
Menurut pernyataan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang
berhubungan dengan asma, diabetes mellitus, penyakit jantung.
b. Riwayat obstetri dan gynekologi
1) Riwayat menstruasi
Menarche ketika 13 tahun, siklus 28 hari sekali, lamanya 7 hari,
dysminorhea, HPHT 27-12-2017, hari perkiraan lahir 09-10-2018
2) Riwayat obstetri
P1A0, riwayat ANC sebelumnya di posyandu rutin.
3) Riwayat perkawinan
Menikah 1 kali dengan Tn. I, saat usia Ny. N 21 tahun dan Tn. M 27 tahun.
4) Riwayat gynekologi
Klien mengatakan tidak pernah sakit yang berhubungan dengan kandungan.
5) Riwayat kontrasepsi
Sebelum hamil klien menggunakan KB suntik 1 bulan ± selama 14 bulan,
dan berhenti karena berencana hamil.
c. Riwayat psikososial
Saat ini orang yang sangat dekat dengan klien adalah suami dan ibunya.
Terbukti ketika rawat inap di ruang syukur yang menunggu adalah suami dan
ibunya secara bergantian. Hubungan klien dengan suami dan anggota keluarga
adalah baik.
d. Pengkajian budaya
Klien mengenal budaya penggunaan stagen pada orang setelah melahirkan dan
operasi dengan tujuan mengembalikan ukuran perut ke bentuk semula sebelum
hamil dan melahirkan.
2. Pengkajian terhadap : (Tanggal 15 Oktober 2018)
a. Universal self care requisite
1) Udara/oksigen
Klien tidak mengalami gangguan oksigenasi. Pernapasan 20x/menit, nadi
78x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, konjungtiva tidak anemis.
2) Keseimbangan pemasukan air (cairan elektrolit)
Minum belum diberikan karena klien belum flatus, terpasang infus cairan
asering 14 tetes/menit, turgor kulit normal, edema ekstremitas -/-, suhu 36, 4oC,
mukosa bibir lembab.
3) Makanan (nutrisi)
Klien mendapatkan tidak makan mulai tadi malam. TB: 155. BB: 64kg.
4) Ekskresi dan eliminasi
Klien pos operasi hari pertama, belum BAB, BAK terpasang kateter.
5) Aktifitas dan istirahat
Klien mengeluhkan nyeri pada luka bekas operasi, tetapi ketika klien
diinstruksikan untuk mobilisasi miring kanan-miring kiri, klien mengikuti.
6) Interaksi sosial
Suami dan ibunya klien mendampingi, dan keluarga menjenguk pada saat
jam kunjung.
b. Development self care requisite
Klien memasuki keadaan yang baru yaitu dari hamil dan sekarang melahirkan
dengan tindakan sectio caesaria, post operasi hari pertama. Klien kooperatif
dengan instruksi dari bidan ruangan. Setelah ditanyakan ternyata klien
termotivasi ingin segera sembuh agar segera dapat bertemu dengan anaknya.
c. Health deviation
Kemampuan selfcare klien saat ini mengalami penurunan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-harinya. Klien dibantu oleh bidan dan mahasiswa praktikan.
Pada kondisi ini bidan dan mahasiswa praktikan membantu klien untuk kembali
mencapai fungsi selfcare-nya secara optimal.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum cukup, tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 78x
/menit, suhu 36,4oC, pernafasan 20x/menit, BB 64 kg, TB 155 cm, kesadaran
compos mentis, secara umum penampilan klien tidak begitu bersih. Kepala:
rambut hitam, sedikit rontok, konjuntiva tidak anemis, sclera tidak ikterus, tidak
ada gangguan penglihatan. Wajah: tidak sembab, berjerawat di pipi. Telinga :
bersih, tidak ada peradangan, tidak ada gangguan pendengaran. Hidung : bersih,
leher tidak ada pembesaran tiroid. Mulut : terdapat karang gigi, mukosa bibir
lembab. Dada: simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada bunyi tambahan
wheezing/ronchi. Payudara : membesar, tegang, puting susu menonjol, areola
mammae hiperpigmentasi, penekanan terdapat kolostrum. Abdomen: TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi baik, uterus teraba keras, terdapat luka operasi sectio
caesaria horizontal tertutup kassa kering, bersih, terdapat striae. Vulva/vagina:
terpasang kateter, terdapat loche rubra. Rektum: tidak terdapat haemoroid.
Ekstremitas: tidak ada edema, tidak ada varises, pergerakan masih bebas, refleks
patella +/+, homan sign (-)

4. LANGKAH PERTAMA
Dari hasil pengkajian pada Ny.N dapat dirumuskan masalah keperawatan, yaitu:
a. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera fisik (post sectio caesaria)
b. Resiko perlambatan pemulihan pasca bedah yang berhubungan dengan obesitas
c. Resiko infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif (sectio caesaria)
d. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan nyeri luka post sectio caesaria
e. Kesiapan meningkatkan koping keluarga
f. Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua
g. Perilaku positif untuk beradaptasi dalam keterbatasan fisik
h. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan imobilitas
5. LANGKAH KEDUA
Pada langkah ini kegiatannya adalah menetapkan tujuan dan intervensi
keperawatan. Tujuan dibuat sebagai dasar dalam pembuatan perencanaan tindakan,
dan hal ini disesuaikan dengan tingkat ketergantungan klien. Ny. N masuk dalam
partially compensatory nursing system.
a. Diagnosa keperawatan ke-3
1) Tujuan
Mencegah terjadinya infeksi pada bekas luka operasi sectio caesaria
2) Kriteria hasil
Klien kooperatif untuk dilaksanakan perawatan luka post sectio caesaria
3) Rencana tindakan
a) Bina hubungan saling percaya antara perawat-klien
b) Beri penjelasan tentang resiko infeksi terhadap luka bekas operasi sectio
caesaria
c) Lakukan perawatan luka post sectio caesaria setiap pagi
b. Diagnosa keperawatan ke-4
1) Tujuan
Klien dapat mengoptimalkan perawatan dirinya meskipun dalam
keterbatasan mobilisasi
2) Kriteria hasil
Penampilan umum terlihat bersih
3) Rencana tindakan
a) Terapi ambulasi
b) Bantuan perawatan diri (mandi, berpakaian, berhias, makan)
c. Diagnosa keperawatan ke-7
Perilaku positif untuk beradaptasi dalam keterbatasan fisik
1) Tujuan
Klien mampu beradaptasi dalam keterbatasan fisik dengan bantuan sebagian
2) Kriteria hasil
Klien dapat melakukan mobilisasi post sectio caesaria, klien kooperatif
dalam melakukan mobilisasi secara bertahap
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan tentang tahapan mobilisasi pada kondisi post sectio
caesaria
b) Anjurkan klien mobilisasi secara bertahap : miring kanan-kiri, duduk
c) Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi

6. LANGKAH KETIGA
a. Implementasi
Diagnosa ke 3
1) Membina hubungan saling percaya antara perawat-klien dengan cara
mengenalkan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan
2) Memberikan penjelasan pada klien tentang resiko infeksi terhadap luka bekas
operasi sectio caesaria. Faktor resiko dan akibatnya jika terjadi infeksi pada
luka
3) Melakukan perawatan luka post sectio caesaria setiap pagi, mengganti
balutan kassa kering.
Diagnosa ke 4
1) Melakukan ambulasi, membantu klien untuk miring kanan dan miring kiri,
selanjutnya membantu klien agar bisa duduk.
2) Membantu perawatan diri klien (mandi, berpakaian, berhias, makan) sesuai
tingkat mobilisasi klien. Mobilisasi klien tergantung sebagian. Klien diseka
oleh perawat, berpakaian, dan disisir oleh perawat. Sedangkan untuk makan,
klien dapat makan sendiri dengan posisi duduk
Diagnosa ke 7
1) Memberi penjelasan tentang tahapan mobilisasi pada kondisi post sectio
caesaria. Dimulai dari miring kanan-kiri,duduk, dan berjalan.
2) Menganjurkan klien mobilisasi secara bertahap. Klien mampu mengikuti
instruksi perawat.
3) Mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi. Klien mampu
miring kanan-kiri, akan tetapi untuk duduk klien masih membutuhkan
bantuan.

b. Evaluasi (Tanggal 16 oktober 2018)


Diagnosa 3
Subyektif : “saya tidak khawatir infeksi kalau luka saya rutin dirawat”
Obyektif : rawat luka tiap pagi hari, luka bersih
Analysa : resiko infeksi dapat dicegah.
Planning : rencana tindakan dilanjutkan sampai klien pulang
Diagnosa 4
Subyektif :”saya merasa lebih nyaman, rasanya badan bersih meskipun
hanya diseka”
Obyektif : klien terlihat lebih rapi, rambut tidak acak-acakan, badan klien
tidak bau
Analysa : defisit perawatan diri klien terpenuhi
Planning : rencana tindakan dihentikan, kecuali keluarga belum mampu
merawat klien
Diagnosa 7
Subyektif : “saya sudah bisa duduk dan turun dari kasur meskipun masih
takut untuk berjalan”
Obyektif : klien sudah mobilisasi, bisa turun dari tempat tidur
Analysa : perilaku adaptasi dalam keterbatasan aktifitas sudah mandiri
Planning : rencana tindakan dihentikan, kecuali untuk mengevaluasi
kemampuan melakukan aktifitas masih dapat dilanjutkan

C. PEMBAHASAN
Kondisi post partum dengan sectio caesaria merupakan kondisi post partum
dengan 2 tantangan yaitu memasuki fase pemulihan dari post partum dan fase
pemulihan dari pembedahan. Post partum yang dialami Ny.N pada nifas hari pertama
memiliki masalah keperawatan antara lain nyeri, resiko perlambatan pemulihan pasca
bedah, resiko infeksi, defisit perawatan diri, kesiapan meningkatkan koping keluarga,
kesiapan meningkatkan menjadi orang tua, perilaku positif untuk beradaptasi,
intolenransi aktifitas. Dari 8 diagnosa keperawatan tersebut 3 diantaranya merupakan
diagnosa keperawatan sejahtera.
Klien Ny. N berada dalam kategori the partially compensatory system. Melalui
evaluasi dapat diidentifikasi bahwa semua diagnosa keperawatan yang muncul pada
Ny. N dapat diselesaikan dengan optimal, dan klien dapat kembali mencapai fungsi
self care-nya.
D. PENUTUP
Menurut pengkajian pada ibu post partum dengan sectio caesaria pada klien
Ny.N dihasilkan bahwa masalah keperawatan yang dominan yaitu tentang tingkat
ketergantungan klien. Pendekatan model konsep yang cocok yaitu self care Orem.
Selain itu dapat dkombinasikan dengan model konsep yang lain untuk mencapai
asuhan yang lebih komprehensif terhadap klien.
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji & Indriyani. (2016). Model Family Centered Maternity Care Sebagai Strategi
Optimalisasi Competent Mothering. Jember: Jurnal Ners Vol.11
Indriyani, Diyan. (2013). Aplikasi Konsep dan Teori Keperawatan Maternitas Post Partum
dengan Kematian Janin. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Mulyawati, Azam, Ningrum. (2011). Faktor Tindakan Persalinan Operasi Sectio Caesarea.
Semarang: Kemas
Prawiroharjo. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sofian, Amru. (2011). Sinopsis Obstetri Edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai