Bab Ii
Bab Ii
i
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir
dengan judul “Salam Aktif Sebagai Bentuk Intervensi Keperawatan Komunitas
Pada Kelompok Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan Cisalak Pasar,
Cimanggis, Depok.” Tesis disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
Ners Spesialis Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Penyelesaian tesis yang dibuat oleh penulis tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang tinggi kepada yang terhormat:
1. Dewi Irawaty, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2. Dra. Junaiti Sahar, M. App. Sc., Ph.D selaku Wakil Dekan dan Pembimbing I
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya
ilmiah akhir.
3. Astuti Yuni Nursasi, MN selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
4. Ns. Widyatuti, M.Kep, Sp.Kom, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah akhir.
5. Segenap Tim Dosen Keperawatan Komunitas dan dosen Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
6. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
7. Istriku tersayang Ns. Cornelia Dede Yoshima Nekada, S.Kep dan anakku
tercinta Maria Erlinuary Pradiptaya Amigo yang selalu memberikan doa dan
dukungan kepada penulis selama proses penyusunan karya ilmiah akhir.
8. Anakku juga yang tersayang Carolus Borromeus Solaiduoneim Remses
Amigo (Alm) yang juga pasti mendoakan penulis dalam menyelesaikan karya
ilmiah akhir.
iv
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
9. Bapak Peter Rekok dan mama Margaretha Dasut, adik Enin, Rein, Ensri, dan
Vejin serta ibu mertua mama Titi yang juga ikut mendoakan dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir.
10. Rekan-rekan Residen “Sama Hati (Sani, Asti, Muin, Aspihan, Hasbi, Taufik,
Erjin)” Angkatan 2012 yaitu Program Spesialis Keperawatan Komunitas yang
selalu kompak dan saling memberi dukungan dalam mencapai kesuksesan
praktik residen keperawatan komunitas.
11. Rekan-rekan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta yang selalu memberikan dukungan dalam
penyelesaian Praktik Residen Keperawatan Komunitas dan karya ilmiah
akhir.
Penulis
v
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Kata kunci:
Salam aktif, intervensi keperawatan komunitas, lansia, hipertensi
vii
Key words:
Salam Aktif, community nursing intervention, elderly, hypertension
viii
Hal.
HALAMAN JUDUL........................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... iii
KATA PENGANTAR...................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK.................................................................. vii
DAFTAR ISI.................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................. xi
DAFTAR SKEMA ........................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 8
1.3 Manfaat .................................................................................... 9
ix
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
3.2 Profil Wilayah Cisalak Pasar................................................ 67
3.3 Pelaksanaan Modifikasi Salam Aktif.................................... 69
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pencapaian Kesenjangan........................................... 124
5.2 Keterbatasan .......................................................................... 132
5.3 Implikasi Keperawatan............................................................. 132
LAMPIRAN
x
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL
xi
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
DAFTAR SKEMA
4.1 Diagram fish bone tentang hasil analisis terhadap manajemen pelayanan
kesehatan pada kelompok lansia dengan hipertensi ............................... 88
xii
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Dampak dari kemajuan pada berbagai bidang kesehatan salah satunya adalah
peningkatan UHH yang mempunyai konsekuensi terhadap peningkatan jumlah
lansia. Kondisi tersebut dapat tergambar dari fenomena yang terjadi di dunia
seperti UHH penduduk Amerika pada tahun 2005 mencapai 77,9 tahun dan di
Canada mencapai 80,5 tahun (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010),
sedangkan Indonesia mempunyai UHH yang mengalami peningkatan dari tahun
tahun yang ditandai dengan usia 65,5 tahun pada tahun 1990, 68 tahun pada tahun
2000, 68,5 tahun pada tahun 2004, dan 70,6 tahun pada tahun 2009 (Komisi
Nasional Lanjut Usia, 2010a; World Health Organization, 2011). Hasil Susenas
juga menunjukkan UHH Jawa Barat mencapai 63,8 sampai 68 tahun pada tahun
2004 dan menurut BPPS UHH Kota Depok adalah 73,1 tahun pada tahun 2009
(Bappeda Kota Depok & Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2009; Redaksi,
2012), sedangkan UHH Kecamatan Cimanggis sebagai salah satu kecamatan yang
terdapat di Kota Depok adalah 73,66 tahun pada tahun 2009 (Bappeda Kota
Depok & Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2009). UHH yang terus meningkat
1 Universitas Indonesia
dari tahun ke tahun tentu memberikan dampak pada peningkatan jumlah lansia di
Indonesia secara khusus dan dunia pada umumnya.
Peningkatan jumlah lansia tergambar dari fenomena yang terjadi seperti lansia
yang berusia 65 tahun atau lebih pada tahun 2000 sebesar 12% (35 juta) dari total
populasi, pada tahun 2006 jumlah populasi lansia meningkat menjadi 12,4% (37,3
juta) dari total penduduk di Amerika (Anderson & McFarlane, 2011), sedangkan
jumlah lansia di Indonesia (hasil Susenas BPS-RI 2009) mencapai 8,37% (19,32
juta) dari total seluruh penduduk. Jumlah lansia pada tahun 2005 sebanyak 16,80
juta, tahun 2007 sebanyak 17.166.700, tahun 2008 sebanyak 17.512.100, tahun
2009 sebanyak 17.985.400, dan tahun 2010 sebanyak 18.575.000 (Badan Pusat
Statistik, 2010). Berdasarkan data tersebut, dapat diprediksi jumlah lansia menjadi
13% dari total penduduk tahun 2025 dan menjadi 25% dari total penduduk tahun
2050 (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010a, 2010b). Jawa Barat sebagai salah satu
kota wilayah di Indonesia dari hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) 2006
mencatat bahwa jumlah lansia yang berusia lebih atau sama dengan 60 tahun
sebanyak 13% dari 40.737.594 penduduk (Badan Perencanaan Daerah Provinsi
Jawa Barat, 2007). Hasil laporan PKK menunjukkan jumlah lansia (usia lebih atau
sama dengan 60 tahun) di Kelurahan Cisalak Pasar sebanyak 5,27% (941) lansia
dari total penduduk (Kelurahan Cisalak Pasar, 2011).
Universitas Indonesia
Karakteristik lainnya yaitu risiko relatif yang merupakan faktor risiko munculnya
masalah kesehatan mencakup gaya hidup, perilaku, dan berbagai pilihan dalam
hidup (seperti diet yang buruk, kurang latihan/olahraga, merokok, minum alkohol
yang berlebihan), kegemukan atau berat badan berlebih, kurang menggunakan
pelayanan kesehatan (promosi kesehatan tentang hipertensi), peristiwa yang
membuat stres seperti kekerasan atau penganiayaan pada lansia (Allender, Rector,
& Warner, 2010; Maurer & Smith, 2005; Miller, 2012; Tabloski, 2006; Wallace,
2008). Kondisi tersebut tampak pada fenomena yang terjadi secara nasional di
Indonesia seperti hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan berat badan berlebih
sebanyak 18,8%; makan makanan asin 24,5%; sering makan-makanan berlemak
(tinggi lemak) 12,8%; kurang konsumsi sayur dan buah 93,6%; kurang melakukan
aktivitas fisik atau latihan 48,2%; merokok setiap hari 23,7%; konsumsi alkohol
sebanyak 4,6% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008; Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, 2010).
Universitas Indonesia
Morbiditas atau angka kesakitan tampak pada fenomena hipertensi yang terjadi di
Amerika pada tahun 1990-1992 mempunyai prevalensi terbanyak yang dialami
oleh populasi yang berusia lebih dari 65 tahun dan tahun 2004 - 2005 sebanyak
48% lansia mengalami hipertensi (Anderson & McFarlane, 2011; Hitchcock,
Schubert, & Thomas, 1999). Indonesia mempunyai kasus hipertensi primer yang
melakukan rawat inap sebanyak 19874 dan meninggal sebanyak 955 dan kasus
baru tahun 2010 yang melakukan rawat jalan sebanyak 80615 (Kementrian
Kesehatan Indonesia Republik Indonesia, 2011) dan prevalensi hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk Indonesia adalah
sebesar 31,7% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008) dan prevalensi lansia yang mengalami
hipertensi yaitu sebesar 40% (Suhadi, Sahar, & Rekawati, 2012). Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa kasus hipertensi pada lansia yang terjadi di Indonesia cukup
tinggi.
Hipertensi sebagai salah satu masalah yang terjadi pada sistem kardiovaskular
merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang dapat terjadi pada
semua kelompok usia termasuk lansia (Mauk, 2006). Kondisi tersebut tergambar
dari 35 juta individu meninggal pada tahun 2004 menjadi kurang lebih 36 juta
individu meninggal karena PTM tahun 2008 di tingkat dunia (World Health
Organization, 2011), sedangkan di Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun 2007
angka kematian penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995
menjadi 59,5% pada tahun 2007 (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Universitas Indonesia
Menular, 2010) dan angka kematian akibat hipertensi di Indonesia sekitar 50%
(Suhadi, Sahar, & Rekawati, 2012).
Universitas Indonesia
yang telah dipaparkan. Petugas kesehatan salah satunya adalah perawat. Perawat
perlu menyediakan asuhan keperawatan secara holistik dan komprehensif
terhadap masalah kerentanan yang terjadi pada kelompok lansia (Rogers dalam
Ruof, 2004). Perkembangan keperawatan saat ini membuat perawat mempunyai
berbagai bidang spesialisasi, salah satunya adalah spesialisasi keperawatan
komunitas. Perawat komunitas mempunyai berbagai peran di antaranya adalah
sebagai manajer dan pemberi asuhan keperawatan (Allender, Rector, & Warner,
2010).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1.3.1.2 Puskesmas
Pihak puskesmas dapat mengembangkan program inovasi tambahan pada
pelayanan posbindu di meja keempat dengan melaksanakan “Salam Aktif” baik
secara individu atau pun berkelompok pada lansia dengan hipertensi yang dapat
dilakukan terpisah dari jadwal posbindu agar lebih efektif dalam pelaksanaannya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bagian tinjauan pustaka akan memaparkan teori yang menjadi sumber referensi
atau landasan dalam menulis karya ilmiah akhir. Tinjauan pustaka yang akan
digunakan dalam penelitian mencakup lanjut usia sebagai populasi rentan
(vulnerable population), keperawatan komunitas yang mencakup manajamen
pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang teridiri dari asuhan
keperawatan komunitas dan keluarga.
11 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kondisi lain yang berkaitan dengan ekonomi seperti penghasilan menurun pada
lansia, pensiun dari pekerjaan, penurunan produktivitas dalam bekerja, tingkat
pendidikan yang rendah berdampak pada pengetahuan, penyediaan makanan, dan
menjangkau pelayanan kesehatan yang tidak adekuat (Allender, Rector, &
Warner, 2010; Mechanic & Tanner, 2007).
Ketersediaan sumber yang berkaitan jaringan dan dukungan sosial yang tidak
memadai seperti tidak adanya bantuan emosional dan praktis dalam menangani
stressor yang dialami dan sering membuat perbedaan antara koping yang adekuat
dan tidak adekuat (Mechanic & Tanner, 2007). Kondisi lain yang juga sering
terjadi yaitu isolasi sosial terhadap lansia, tidak mempunyai jaringan sosial karena
kehilangan atau kematian pasangan hidup, kehilangan atau kematian saudara
kandung atau teman, kecemasan dan depresi (Allender, Rector, & Warner, 2010;
Mechanic & Tanner, 2007).
Universitas Indonesia
Faktor risiko munculnya masalah hipertensi mencakup gaya hidup, perilaku, dan
berbagai pilihan (diet yang buruk, kurang latihan/olahraga, merokok, minum
alkohol yang berlebihan), kegemukan atau obesitas, aterosklerosis, penggunaan
pelayanan kesehatan (promosi kesehatan tentang hipertensi), peristiwa yang
membuat stres (kejahatan pada lansia, kekerasan pada lansia), dan proses penuaan
yang mencakup perubahan pada miokardial, kekakuan pada pembuluh darah,
peningkatan tekanan perifer, dan gangguan mekanisme barorefleks dan faktor
risiko menimbulkan konsekuensi fungsional negatif yang mencakup penurunan
respon terhadap latihan, meningkatnya kerentanan terhadap aritmia, penurunan
aliran darah ke otak, serta meningkatnya kerentanan terhadap hipotensi dan
hipertensi pada lansia (Allender, Rector, & Warner, 2010; Mauk, 2006; Maurer &
Smith, 2005; Miller, 2012; Stanhope & Lancaster, 2004; Tabloski, 2006; Wallace,
2008). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kebiasaan merokok, kurang
melakukan aktivitas fisik, konsumsi alkohol yang berlebihan, berat badan yang
berlebihan merupakan risiko gaya hidup yang mempunyai hubungan dengan
masalah sistem kardiovaskular salah satunya adalah hipertensi (Bornao, Engstram,
Essaon, & Hedblad, 2012).
Penyakit kronis yang terjadi pada lansia juga karena proses penuaan yang
diperkuat dengan faktor risiko mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem
kardiovakular salah satunya adalah hipertensi (Miller, 1995).
Universitas Indonesia
Status kesehatan individu seperti lansia yaitu situasi atau kondisi kesehatan
seseorang pada waktu atau periode tertentu yang bergantung pada perilaku
kesehatan lansia seperti kemampuan memahami status kesehatan sendiri,
kemampuan mempertahankan status kesehatan yang optimal, mencegah faktor
risiko penyakit atau cedera, dan kemampuan mencapai potensi fisik dan mental
secara optimal (Blois, Hayes, Kozier, & Erb, 2006). Status kesehatan lansia
sebagai individu dan salah satu anggota keluarga dengan keluarga saling
mempengaruhi, apalagi ditunjangi oleh penurunan fungsi fisik (kardiovaskular)
membuat status kesehatan lansia mengalami penurunan sehingga memerlukan
asuhan keperawatan komunitas sebagai pemberi asuhan agar lansia mengalami
penuaan yang sehat (healthy ageing) (Friedman, Bowden, & Jones, 2003; Miller,
2012).
Status kesehatan sebagai dampak lebih lanjut terkait ketersediaan sumber yang
mencakup aspek psikososial dan risiko relatif memberikan kontribusi
meningkatnya masalah hipertensi dan bahkan mengakibatkan kematian pada
lansia (Swanson & Nies, 1995). Status kesehatan juga berkaitan dengan
penurunan fisik sebagai akibat proses penuaan. Proses penuaan yang terjadi pada
lansia berkaitan dengan usia lansia yang tergambar pada umur menurut kronologis
Universitas Indonesia
meliputi young old yaitu kelompok lansia yang berusia 65 sampai 74 tahun;
middle old yaitu kelompok lansia yang berusia 75 sampai 84 tahun; dan old old
atau very old atau frail elderly yaitu kelompok lansia yang berusia lebih atau
samadengan 85 tahun (Mauk, 2006; Miller, 2012). Lansia yang disebut old atau
older adults ialah kelompok usia yang berumur lebih dari 65 tahun (Anderson &
McFarlane, 2011; Carmody & Forster, 2003; Mauk, 2006). Menurut UU No. 13
tahun 1998 dan PP RI No. 43 tahun 2004, lansia ialah individu yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Biro Hukum dan Humas BPKP, 1998, 2004).
Banyak lansia yang berusia lebih dari 60 tahun mengalami penyakit kronis seperti
hipertensi (Swanson & Nies, 1995).
Universitas Indonesia
(Aronow, 2008 dan Kokubo et al., dalam Miller 2012). Jadi, hipertensi merupakan
penyakit pada sistem kardiovaskular dan juga merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit sistem kardiovaskular lainnya (Mauk, 2006; Miller, 2012).
Menurut Hunt dan William (1999 dalam Tabloski, 2006) individu yang secara
genetik mengalami peningkatan tekanan darah maka akan berisiko mengalami
hipertensi. Hipertensi dianggap sebagai silent killer karena sebagian tanpa tanda
dan gejala, namun beberapa lansia mengalami sakit kepala karena hipertensi
(Wallace, 2008). Kondisi lain yang terjadi seperti sumber daya lingkungan yang
tidak memadai berdampak kurangnya pelayanan terhadap populasi sehingga
mengakibatkan tingginya morbiditas hipertensi pada lansia (Allender, Rector, &
Warner, 2010).
Tabel 2.1 Kategori tekanan darah menurut The Joint National Committee of the
National High Blood Pressure Education Program VII
Kategori Klasifikasi
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi tingkat I 140-159 atau 90-99
Hipertensi tingkat II ≥160 atau ≥100
Sumber: Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment
of High Blood Pressure (2003 dalam Essential Gerontological Nursing Tabloski, 2006;
Wallace, 2008 dan Nursing for Wellness in Older Adults Miller, 2012)
Universitas Indonesia
Lansia perlu melakukan pegontrolan terhadap tekanan darah karena tekanan darah
dapat menjadi faktor risiko dan juga mengakibatkan masalah kesehatan yang
serius seperti penyakit jantung dan stroke sehingga perlu dilakukan pengelolaan
dan perawatan terhadap masalah hipertensi pada lansia baik individu, keluarga,
kelompok, maupun masyarakat (Allender, Rector, & Warner, 2010; Miller, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang terperinci
dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang membutuhkan solusi melalui
intervensi yang terstruktur (Ervin, 2002). Perencanaan dapat didefinisikan
juga sebagai upaya untuk membuat keputusan tentang apa yang akan
dilakukan; siapa yang melakukan; dan bagaimana, kapan dan di mana hal
tersebut dilakukan (Marquis & Huston, 2012). Perencanaan sebuah organisasi
juga merupakan bentuk pembuatan keputusan manajerial yang meliputi
penelitian lingkungan, gambaran sistem organisasi secara menyeluruh serta
seluruh bagian-bagian sistem, memberikan kejelasan filosofi dan misi
organisasi, prediksi sumber-sumber dan kemampuan organisasi, identifikasi
langkah-langkah yang dapat dilakukan, prediksi efektifitas dari berbagai
alternatif tindakan yang ditentukan, pilihan tindakan yang akan dilakukan,
dan menyiapkan staf atau karyawan untuk melaksanakan berbagai tindakan
yang perlu dilakukan (Gillies, 1994).
Teori yang disampaikan oleh para ahli tentang perencanaan bervariasi, maka
dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang menggambarkan ciri khas sebuah organisasi dalam melakukan berbagai
aktivitas untuk menyelesaikan berbagai masalah atau untuk mencapai tujuan
yang diinginkan secara terstruktur atau menggunakan langkah-langkah yang
sistematis. Organisasi pun dalam melakukan perencanaan mempunyai
beberapa tahap mencakup memformulasikan perencanaan organisasi,
menentukan visi, menentukan misi, menggali berbagai sumber dan kendala,
mengidentifikasi metode dan aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan
(Ervin, 2002). Perencanaan merupakan hal yang penting dan merupakan
proses yang pertama dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan
yang adekuat maka proses manajemen menjadi gagal dan koordinasi serta
tujuan tidak akan tercapai (Marquis & Huston, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tiga jenis anggaran yaitu anggaran utama yaitu staf, operasional, dan kapital
(Marquis & Huston, 2012). Anggaran staf atau ketenagaan berupa
perencanaan anggaran untuk pemenuhan ketenagaan dalam pelayanan
kesehatan. Anggaran operasional berupa pengeluaran harian seperti
pengadaan alat-alat kesehatan atau perbaikan atau pemeliharaan terhadap
fasilitas, sedangkan anggaran kapital berupa pembelian gedung atau peralatan
berat yang mempunyai masa penggunaan dalam jangka waktu yang panjang
(biasanya lebih dari 5 sampai 7 tahun).
b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fase yang kedua setelah perencanaan dalam
proses manajemen dan dalam tahap pengorganisasian menjelaskan tentang
hubungan, prosedur pelaksanaan, perlengkapan, dan pembagian tugas
(Marquis & Huston, 2012). Pengorganisasian dalam pelaksanaan pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko masalah hipertensi bertujuan agar program
yang dilaksanakan lebih efektif, efisien, dan berkualitas serta dapat
memanfaatkan segala sumber daya atau potensi yang terdapat di wilayah
kerja (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2006) sehingga
kondisi tersebut memerlukan struktur organisasi (Marquis & Huston, 2012).
Struktur organisasi sebagai bentuk upaya kesehatan diperlukan untuk
menunjang pelaksanaan program pengendalian faktor risiko masalah
hipertensi yang berbasis komunitas (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, 2006).
Setiap organisasi juga mempunyai struktur yang formal maupun yang tidak
formal (informal) (Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2012). Struktur
organisasi formal direncanakan dan disebarluaskan serta merupakan peraturan
jabatan yang resmi dalam suatu pola hubungan kerja yang mengatur
pembagian divisi kerja, menyediakan prosedur kerja sebagai garis komando,
mengatur tanggung jawab dan tanggung gugat, mengatur peran dan fungsi
secara jelas dan sistematis, setiap orang mempunyai perannya masing-
masing, serta mempunyai pangkat atau jabatan dan hirarki dan garis
Universitas Indonesia
Struktur organisasi menentukan tingkah laku staf pegawai sebagai akibat dari
peran, kekuatan, tanggung jawab, kekuasaan, pemusatan, dan komunikasi
(Gillies, 1994). Struktur organisasi atau bagan organisasi menentukan
hubungan formal, hubungan komunikasi, dan kewenangan yang digambarkan
dalam bagan dengan garis yang utuh. Garis yang digunakan adalah garis yang
utuh vertikal dan horizontal. Garis utuh horizontal menunjukkan hubungan
komunikasi antara orang dengan lingkup tanggung jawab dan kekuasaan yang
sama tetapi memiliki fungsi yang berbeda. Garis utuh vertikal antara posisi
menunjukkan rantai komando resmi, jalur formal komunikasi dan
kewenangan. Orang yang mempunyai kewenangan terbesar dalam
pengambilan keputusan berada pada posisi atas sedangkan orang yang
memiliki kewenangan terkecil dalam pengambilan keputusan berada pada
posisi bawah. Tingkat posisi pada bagan juga menunjukkan status dan
kekuasaan. Garis putus-putus atau titik-titik pada bagan organisasi
menujukkan posisi staf karena posisi tersebut berfungsi sebagai penasihat
yang memberikan informasi dan bantuan kepada manajer tatapi memilki
kewenangan organisasi yang terbatas (Marquis & Huston, 2003, 2012).
Rentang kendali juga dapat ditentukan dari bagan organisasi. Jumlah orang
yang bertanggungjawab kepada salah satu manajer menggambarkan rentang
kendali manajer tersebut dan menentukan jumlah interaksi yang diharapkan
dari manajer. Rentang kendali manajer yang optimal berkisar 3 sampai 50
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
jantung dan pembuluh darah perlu dilaksanakan secara efisien dan efektif
dengan adanya peran dan tanggung jawab setiap jenjang administrasi yang
jelas (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2007). Peran dan
tanggung jawab setiap jenjang administrasi terlampir (lampiran 1).
c. Ketenagaan (Staffing)
Ketenagaan merupakan fase ketiga proses manajemen yang berkaitan dengan
perekrutan, pemilihan, pemberian orientasi, dan peningkatan perkembangan
individu untuk mencapai tujuan organisasi khususnya pelayanan kesehatan
(Marquis & Huston, 2012). Proses perekrutan yang paling mudah adalah
dengan menyebarkan informasi dari mulut ke mulut dan rekomendasi oleh
staf. Perekrutan merupakan proses mencari atau menarik tenaga atau staf
secara aktif untuk menempati posisi yang tersedia di dalam sebuah organisasi
atau pelayanan kesehatan dengan cara wawancara; setelah dilakukan
perekrutan maka selanjutnyan melakukan pemilihan atau seleksi yang
merupakan proses pemilihan individu atau tenaga kesehatan untuk pekerjaan
atau menempati posisi tertentu dari banyak pelamar (Marquis & Huston,
2012). Proses pemilihan staf memerlukan perhatian yang penuh untuk
mendapatkan karyawan yang mempunyai kemampuan yang berkompeten
dalam bidang pelayanan kesehatan (Gillies, 1994). Tahap selanjutnya setelah
staf melewati proses seleksi yaitu orientasi (Marquis & Huston, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
jelas, sederhana, dan pasti; manajer sebaiknya mencari umpan balik mengenai
komunikasi yang diberikan dapat diterima dengan benar; dan tidak
membebani pegawai dengan informasi yang tidak perlu (Marquis & Huston,
2003, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Strategi yang kedua adalah berkompetisi yang digunakan ketika salah satu
pihak memaksakan kehendaknya walaupun mengorbankan pihak lain.
Strategi tersebut tentu akan menghasilkan salah satu pihak yang menang
tanpa mempedulikan akibat bagi pihak lain sehingga dapat menimbulkan
pihak yang kalah menjadi marah, frustrasi, dan ingin membalas dendam pada
waktu yang akan datang. Strategi yang ketiga adalah
bekerjasama/mengakomodasi merupakan lawan dari kompetisi. Strategi
tersebut dilakukan dengan cara salah satu pihak mengorbankan keyakinan dan
keinginan agar pihak lain dapat menang. Kondisi tersebut biasanya digunakan
dalam strategi politik karena konflik terlalu bernilai tinggi bagi orang yang
mengakomodasi (Marquis & Huston, 2003, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Elemen lain yang terdapat pada pengendalian yaitu penilaian kinerja atau
performance evaluation (Marquis & Huston, 2003, 2012). Penilaian kinerja
berarti penilaian seberapa baik pegawai atau anggota dalam melakukan
pekerjaan yang diuraikan dalam deskripsi pekerjaan. Penilaian kinerja juga
memberikan informasi untuk penyesuaian gaji, promosi, transfer, tindakan
disiplin, dan terminasi. Penilaian kinerja merupakan salah satu alat terbaik
yang dimiliki organisasi untuk mengembangkan dan memotivasi staf dan jika
digunakan secara benar penilaian kinerja dapat memotivasi dan meningkatkan
retensi dan kinerja staf.
Penilaian kinerja pegawai menggunakan alat ukur. Alat ukur yang biasa
digunakan dalam organisasi pelayanan kesehatan yaitu skala peringkat, skala
Universitas Indonesia
Jenis daftar tilik lainnya yaitu daftar tilik paksaan yang mensyaratkan
penyelia agar memilih perilaku yang tidak diinginkan dan diinginkan untuk
setiap pegawai yang memiliki nilai kuantitatif dan pegawai memiliki nilai
total pada keputusan pekerjaan tertentu yang dibuat. Jenis daftar tilik lainnya
lagi adalah daftar tilik sederhana yang terdiri atas berbagai kata atau frase
yang menjelaskan beragam perilaku atau sifat pegawai. Kelemahan utama
semua daftar tilik adalah bahwa tidak ada seperangkat standar kinerja dan
komponen perilaku tertensu tidak dibahas, namun daftar tilik berfokus pada
beragam perilaku terkait pekerjaan dan menghindari bias yang ada pada skala
peringkat sifat (Marquis & Huston, 2003, 2012).
Universitas Indonesia
Alat penilaian yang keempat yaitu esai. Model penilaian esai seringkali
disebut sebagai peninjauan ulang bentuk bebas. Penilai menjelaskan dalam
bentuk narasi terkait kekuatan pegawai dan area yang membutuhkan
perkembangan dan pertumbuhan. Metode tersebut tidak terstruktur namun
memiliki point tertentu yang dibahas. Teknik tersebut memiliki beberap
kekuatan karena memaksa penilai untuk berfokus pada aspek positif kinerja
pegawai, namun mempunyai peluang lebih besar untuk terjadi bias personal.
Banyak organisasi mengkombinasikan berbagai jenis penilaian untuk
meningkatkan mutu proses peninjauan ulang pegawai. Metode tersebut juga
dapat diadaptasikan sebagai tambahan setiap jenis format terstruktur karena
tidak membutuhkan perkembangan yang mendalam, hal tersebut memberikan
kemampuan kepada organisasi untuk mengurangi bias dan berfokus pada
kekuatan pegawai (Marquis & Huston, 2003, 2012).
Alat penilaian yang kelima yaitu penilaian diri. Metode tersebut meminta
pegawai untuk menyerahkan ringkasan tertulis atau portfolio mengenai
pencapaian yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan dan produktivitas
sebagai bagian proses penilaian diri. Portfolio sering memberikan contoh
yang berkaitan dengan pegawai mengimplementasikan standar operasional
prosedur. Portfolio secara umum juga mencakup tujuan pegawai dan rencana
kerja untuk mencapai tujuan. Beberapa keuntungan dalam menggunakan
metode tersebut yaitu pegawai dapat melakukan introspeksi diri yang tumbuh
dari kesadaran diri dan dapat menjadi peninjauan kembali kinerja tahunannya
sebagai kesempatan untuk mendapatkan umpan balik positif dari penyelia
terutama jika pegawai tidak sering mendapatkan pujian. Kerugian metode
tersebut membuat pegawai lebih memandang ke arah yang negatif dan juga
beberapa pegawai memandang rendah pencapaiannya atau dapat merasa tidak
nyaman dalam memberikan nilai tinggi pada banyak area (Marquis & Huston,
2003, 2012).
Alat penilaian yang keenam yaitu MBO adalah alat yang sangat baik sekali
untuk menentukan kemajuan individual pegawai karena menggabungkan
Universitas Indonesia
Langkah ketiga yaitu kedua pihak menyetujui kriteria yang dapat digunakan
untuk mengukur dan mengevaluasi pencapaian tujuan dan kerangka kerja
adalah perangkat untuk menyelesaikan tujuan khusus yang bergantung pada
sifat pekerjaan yang direncanakan. Kerangka waktu yang umum digunakan
dalam organisasi pelayanan kesehatan bervariasi dari satu bulan sampai satu
tahun. Langkah keempat yaitu pegawai dan penyelia lebih dari setahun sekali
bertemu untuk membahas kemajuan yang dilakukan secara teratur. Pertemuan
tersebut dapat berisi tentang modifikasi yang dapat dibuat dari tujuan semula
jika kedua pihak setuju. Tahap tersebut juga dapat mengidentifikasi tantangan
yang menghambat penyelesaian tujuan khusus serta sumber dan dukungan
yang dibutuhkan dari orang lain (Marquis & Huston, 2003, 2012).
Universitas Indonesia
Salah satu keuntungan MBO yaitu metode tersebut menciptakan minat yang
tetap bagi pegawai untuk mencapai tujuannya karena pegawai dapat
menyusun tujuannya sendiri tetapi tidak bertentangan dengan tujuan
organisasi, selain itu juga perasaan defensif diminimalkan dan semangat kerja
tim akan berlaku. Fokus MBO adalah pengendalian masa depan dan masa
kini dari pada masa lalu yang tidak dikendalikan (Marquis & Huston, 2003,
2012).
MBO juga mempunyai kerugian seperti kalau manajer yang sangat direktif
dan otoriter akan mengalami kesulitan dalam mengarahkan pegawai. Pegawai
yang kurang serius atau tidak sungguh-sunggu juga sering kali berusaha
menyusun tujuan yang mudah dicapai saja, namun hasil penelitian
menunjukkan bahwa jika metode MBO dilakukan dengan benar maka metode
tersebut merupakan metode penilaian kinerja yang paling efektif (Marquis &
Huston, 2003, 2012)..
Alat penilaian yang ketujuh yaitu tinjauan rekan sejawat adalah suatu metode
pemantauan dan pengkajian performa kerja yang dilakukan oleh rekan
sejawat dan bukan oleh penyelia. Kondisi tersebut biasanya dilakukan
pimpinan karena merasa tinjauan yang dilakukan belum optimal sehingga
membutuhkan tinjauan rekan sejawat untuk lebih sempurna. Metode
penilaian tersebut akan memberikan umpan balik yang berharga terhadap
pegawai yang dapat meningkatkan pertumbuhannya jika diimplementasikan
secara tepat, selain itu juga dapat dijadikan sebagai kesempatan pembelajaran
untuk para rekan peninjau. Metode tersebut juga memiliki kekurangan seperti
adanya ketidakadilan penilaian kinerja oleh teman sejawat atau kegagalan
mempertahankan pengendalian mutu, melibatkan banyak risiko,
menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Keuntungan metode tersebut yaitu
berpotensi meningkatkan keakuratan penilaian kinerja, memberikan
kesempatan yang luas untuk meningkatkan profesionalisme dan pembelajaran
(Marquis & Huston, 2003, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
intervensi yang dilakukan oleh keluarga dan perawat dan intervensi yang
diberikan telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Friedman, Bowden, &
Jones, 2003). Apabila tujuan tidak tercapai maka perlu dilakukan analisa
alasan yang dapat diidentifikasi seperti keadekuatan hasil pengkajian, tujuan
umum dan tujuan khusus yang tidak realistik, sumber yang dimiliki keluarga
tidak fokus pada kebutuhan yang menjadi prioritas; atau keluarga kehilangan
dukungan baik internal maupun eksternal (Maglaya et al., 2009), sehingga
evaluasi keperawatan keluarga dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan hingga dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di dalam
keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Universitas Indonesia
Pengkajian individu
Pengkajian keluarga:
anggota keluarga:
- Mengidentifikasi data sosial budaya
- Mental
- Data lingkungan
- Fisik
- Struktur
- Emosi
- Fungsi
- Sosial
- Stres dan strategi koping keluarga
- Spiritual
Rencana Keperawatan:
- Kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan pada lansia dengan hipertensi
- Kemampuan keluarga membuat keputusan untuk
mengatasi masalah pada lansia dengan hipertensi
- Kemampuan keluarga melakukan tindakan
perawatan pada lansia dengan hipertensi
- Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
terhadap lansia dengan hipertensi
- Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan terhadap lansia dengan hipertensi
Implementasi:
Implementasi rencana
Evaluasi keperawatan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Inti Komunitas
Inti komunitas mencakup demografi, angka-angka statistik, nilai dan
kepercayaan kelompok lansia dengan hipertensi. Demogafi mencakup
Universitas Indonesia
2. Sub Sistem
a) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik yang dimaksudkan adalah lingkungan rumah yang
dihuni oleh lansia dan lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal
berupa situasi tempat tinggal lansia yang dapat mempengaruhi
masalah hipertensi seperti tingkat kebisingan di sekitar rumah dan
suasana rumah yang kondusif.
b) Pelayanan Kesehatan dan Sosial:
Ketersedian posbindu bagi lansia, adanya kelompok pendukung bagi
lansia yang mengalami hipertensi serta sarana dan prasarana yang
menunjang kegiatan posbindu dan kelompok pendukung hipertensi
pada lansia. Penyediaan pelayanan kesehatan seperti pendidikan
kesehatan terkait hipertensi termasuk pola makan, akitivitas dan
manajemen stres, pemeriksaan tekanan darah pada lansia, selain itu
juga pelayanan kesehatan seperti puskesma dan rumah sakit.
c) Ekonomi:
Ekonomi terkait alokasi dana dan pemanfaatannya untuk pemenuhan
kesehatan lansia dengan hipertensi, dan pekerjaan lansia.
d) Komunikasi:
Media yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang masalah
hipertensi.
e) Pendidikan:
Pendidikan formal atau pun informal yang terdapat di masyarakat.
f) Rekreasi:
Fasilitas rekreasi yang terdapat di wilayah setempat yang dapat
digunakan oleh lansia dan kegiatan rekreasi bagi lansia untuk
meningkatkan kesehatan lansia dengan hipertensi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Strategi yang ketiga yaitu kolaborasi didefinisikan sebagai suatu proses berbagi
perencanaan dan tindakan secara berkelanjutan yang disertai tanggung jawab
bersama terhadap hasil (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Kolaborasi juga
adalah interaksi yang terarah antara perawat, klien, atau profesional lainnya dan
anggota masyarakat berdasarkan nilai-nilai bersama, saling pastisipasi dan usaha
bersama (Allender, Rector, & Warner, 2010). Teknik yang digunakan dalam
kolaborasi adalah penyelesaian masalah (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Strategi yang keempat yaitu kemitraan (partnership) adalah perjanjian antara
orang-orang (dan lembaga) yang mendukung tujuan bersama (Zahner, Kaiser, &
Universitas Indonesia
Kapelke-Dale, 2005 dalam Allender, Rector, & Warner, 2010). Pendapat lain
terkait partnership adalah suatu strategi negosiasi membagi kekuasaan antara
tenaga kesehatan profesional dengan individu, keluarga, dan/atau rekan komunitas
yang mempunyai tujuan saling menguntungkan untuk meningkatkan kemampuan
individu, keluarga dan mitra masyarakat untuk melakukan kepentingan sendiri
secara efektif (Helvie, 1998).
Strategi yang kelima yaitu proses kelompok (group process). Aspek penting dari
komunikasi dalam keperawatan komunitas termasuk kerja dengan kelompok
masyarakat dan perawat komunitas juga berkerja dengan kelompok dengan sering
mengajar, mengumpulkan pengkajian masyarakat, evaluasi data, dan
memfasilitasi kelompok pendukung. Penerapan atau aplikasi dari keterampilan
proses kelompok akan memudahkan tugas dari kelompok pendukung atau support
group (Helvie, 1998). Strategi yang keenam yaitu negosiasi adalah suatu upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat tentang isu-isu atau
masalah yang spesifik (Helvie, 1998). Kemampuan berkomunikasi dengan baik
dan jelas serta bernegosiasi secara efektif merupakan keterampilan interpersonal
untuk keberhasilan suatu kolaborasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pelaksanaan nafas dalam dilakukan dengan meminta klien untuk menarik nafas
melalui hidung sedalam mungkin dan tahan selama 3 detik atau 3 hitungan dan
keluarkan melalui mulut dengan bentuk bibir mengerut seperti akan bersiul (Lynn,
2011a, 2011b; Lynn & LeBon, 2011). Hasil penelitian menunjukan bahwa nafas
dalam dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi yang disertai
dengan musik (Schein et al., 2001). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
nafas dalam secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah sistolik (p <
0,001) dan diastolik (p < 0,05) (Kaushik, Kaushik, Mahajan, & Rajesh, 2006).
Universitas Indonesia
Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa pelaksanaan nafas dalam yang
dilakukan dalam waktu 10 – 15 menit setiap hari selama 8 minggu dapat
menurunkan tekanan darah pasien yang mengalami hipertensi (Viskoper et al.,
2003; Grossmasn, 2001 dalam Kaushik, Kaushik, Mahajan, & Rajesh, 2006;
Shein et al., 2001).
2.5.2. Musik
Musik adalah seni mengatur suara dalam waktu yang berkelanjutan, terpadu dan
menggugah komposisi melalui melodi, harmoni, ritme, dan timbre atau warna
nada (Snyder & Lindquist, 2010). Musik juga didefinisikan sebagai kompleksitas
aktivitas, ide, dan obyek berpola menjadi suara yang bermakna pada tingkat yang
berbeda dari komunikasi duniawi (Merriam dalam Hurley, 2008). Musik
merupakan sesuatu yang kompleks dan dapat mempengaruhi dimensi kehidupan
manusia mencakup fisiologikal, psikologikal, dan spiritual (Snyder & Lindquist,
2010). Terapi musik menggunakan unsur-unsur musik dan/atau musikal yang
mencakup suara (sound), ritme, melodi, dan harmoni kepada klien atau kelompok
(Wigram, Pedersen, & Bonde, 2002).
Universitas Indonesia
c. Itensitas
Intensitas menciptakan volume suara, terkait dengan amplitudo getaran.
Seperti seseorang atau tidak suka musik tertentu secara parsial tergantung
pada intensitas, yang dapat digunakan untuk menghasilkan keintiman (musik
lembut) atau kekuasaan (musik keras).
e. Interval
Interval adalah jarak antara nada yang satu dengan nada yang lain yang
menciptakan melodi dan harmoni. Melodi menghasilkan pitch musik dengan
rangkaian yang teratur dan interval di antaranya. Harmoni menghasilkan nada
yang berbunyi secara bersama, tergambar oleh pendengar sebagai konsonan
(menyampaikan perasaan yang penuh ketenangan) atau disonan
(menyampaikan perasaan tegang). Norma budaya menentukan apa pendengar
menganggap musik tersebut nikmat dan menyenangkan.
f. Durasi
Durasi menciptakan irama dan tempo. Durasi menunjukkan lamanya bunyi,
dan irama adalah pola waktu yang mempunyai kecepatan tertentu. Irama
mempengaruhi seseorang untuk bergerak dengan musik dengan cara tertentu
dan dapat membuat seseorang merasa damai dan nyaman, sedangkan irama
berulang dapat menimbulkan perasaan depresi. Bunyi atau suara yang terus
menerus dan diulang-ulang dengan lambat dan secara bertahap lebih lambat
menghasilkan penurunan tingkat responsif. Ritme yang kuat dapat
membangkitkan perasaan kekuasaan atau lebih kuat dan kontrol.
Musik yang digunakan untuk intervensi merupakan musik yang mempunyai efek
terapeutik seperti musik yang dapat memberikan relaksasi mempunyai irama yang
Universitas Indonesia
teratur (kurang dari 80 beat per menit), getarannya tidak ekstrim atau dinamis, dan
bunyi melodi yang mengalir dan lembut (Snyder & Lindquist, 2010). Lansia lebih
senang dengan lagu-lagu jaman dahulu atau seperti himne dengan tempo yang
lambat. Musik religius atau keagamaan juga dapat diterima oleh orang-orang yang
tidak dapat menghadiri acara keagamaan (Snyder & Lindquist, 2010).
Musik klasik juga dapat membuat pikiran terasa senang jika didengarkan secara
berulang. Pemberian terapi musik dapat dievaluasi tingkat efektifitasnya
mencakup fisiologi atau psikologi dan mengurangi kecemasan atau stres,
relaksasi, peningkatan interaksi sosial, mengurangi pengobatan, dan meningkatkan
kesejahteraan (Snyder & Lindquist, 2010; Wigram, Pedersen, & Bonde, 2002)
sehingga dapat menjadi pertimbangan perawat dalam melakukan evaluasi setelah
pelaksanaan terapi (Snyder & Lindquist, 2010).
Hasil penelitian menunjukan bahwa nafas dalam yang disertai musik secara
signifikan dapat menurunkan tekanan darah tinggi baik sistolik maupun diastolik
(Schein et al., 2001). Hasil studi lain dan penelitian juga menunjukkan bahwa
terapi musik digunakan dalam pengelolaan hipertensi dan mempunyai pengaruh
yang besar terhadap tekanan darah seperti menstabilkan tekanan darah dan
menurunkan tekanan darah tinggi (Mahale, 2008).
Universitas Indonesia
Relaksasi otot progresif disediakan bagi terapist berbagai disiplin ilmu seperti
psikologi, psikiatri, pekerja sosial, pastoral counseling, perawat, dan pelayanan
rehabilitasi (Bernstein, Borkovec, & Hazlett-Stevens, 2000). Relaksasi otot
progresif melibatkan 16 kelompok otot mencakup otot wajah, leher dan pundak,
dada, abdomen, seluruh bagian tangan kiri dan kanan, lengan bawah dan tangan
kiri dan kanan, tangan kiri dan kanan, seluruh kaki kiri dan kanan, kaki dan
tungkai kaki kiri dan kanan, dan kaki kiri dan kanan (Bernstein, Borkovec, &
Hazlett-Stevens, 2000).
Universitas Indonesia
Pelaksanaan teknik relaksasi otot progresif harus pada tempat yang tenang dan
menarik atau ruangan yang kedap suara. Sebaiknya ruangannya tertutup untuk
mengurangi kebisingan dan terganggunya perhatian atau pandangan, telepon
dimatikan atau tidak diaktifkan. Perhatikan juga pencahayaan. Pakaian yang
digunakan sebaiknya pakaian yang lebih longgar atau tidak ketat, lepaskan lensa
kontak jika ada yang menggunakan atau kacamata. Hasil penelitian yang berkaitan
dengan teknik relaksasi otot progresif juga menunjukan bahwa teknik tersebut
memberikan dampak perubahan tekanan darah tinggi ke arah menurun (Hamarno,
Nurachmah, & Widyatuti, 2010).
Universitas Indonesia
64 Universitas Indonesia
Kondisi hipertensi yang terjadi pada lansia membutuhkan intervensi dari perawat
komunitas. Perawat komunitas memberikan intervensi yang paling utama adalah
terapi “Salam Aktif” yang telah dimodifikasi untuk menurunkan tekanan darah
tinggi pada individu, keluarga, dan kelompok lansia dengan hipertensi. Perawat
juga membentuk kelompok pendukung hipertensi (Kepung Tensi) membantu
perawat komunitas dalam melanjutkan pelaksanaan Salam Aktif di wilayah
Kelurahan Cisalak Pasar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap kader Posbindu diperoleh data bahwa
penyuluhan kesehatan tentang pencegahan lansia hipertensi secara komprehensif
belum pernah dilakukan, belum adanya penyuluhan kesehatan mengenai
hipertensi dalam kegiatan Posbindu sehingga berdampak pada kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan, penanganan hipertensi di rumah,
serta waktu yang tepat untuk memperoleh pengobatan; kegiatan pembinaan kader
untuk pencegahan lansia dengan masalah hipertensi belum pernah dilakukan,
kader yang kurang terlatih menyulitkan pelaksanaan program tentang pencegahan
hipertensi pada lansia. Kendala-kendala yang terjadi memerlukan bentuk
intervensi dan strategi keperawatan yang tepat dan efektif untuk mengendalikan
masalah kesehatan pada lansia khususnya dengan masalah hipertensi.
Universitas Indonesia
Nafas dalam
Musik
Sumber: Bernstein, Borkovec, & Hazlett-Stevens, 2000; Snyder & Lindquist, 2010
Universitas Indonesia
Pelaksanaan salam aktif dilakukan melalui tiga tahap yaitu persiapan, kerja, dan
terminasi. Tahap persiapan berupa menyiapkan lingkungan yang nyaman dan
tidak ada kebisingan. Gunakan pakaian yang longgar, lepaskan ikat pinggang,
kaca mata atau benda lain yang mengganggu serta menyediakan musik dan alat
pengeras suara dan melakukan pengukuran tekanan darah sebelum terapi
dilakukan (pre). Kondisi lain yang perlu diperhatikan berupa waktu pelaksanaan
dapat dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pukul 09.00 (pagi hari) dan 16.00
(sore hari), dapat dilakukan di kamar atau ruangan yang bebas dari gangguan
orang lain atau kebisingan, dapat dilakukan sambil berbaring, duduk menyadarkan
punggung di kursi atau sofa, dan lansia harus merasa bahwa posisi yang dilakukan
merupakan posisi yang sangat nyaman, mata dapat dipejamkan.
Tahap berikutnya yaitu tahap kerja yaitu dimulai dengan musik intrumental dan
disertai dengan melakukan pernapasan biasa selama tujuh sampai delapan kali
(dilakukan 7-8 kali), kemudian tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan
dan keluarkan melalui mulut juga perlahan-lahan (dilakukan 7-8 kali), dilanjutkan
dengan tarik nafas melalui hidung perlahan-lahan kemudian ditahan di dada
selama 3 detik dan keluarkan melalui mulut perlahan-lahan (dilakukan 7-8 kali).
Selama proses terapi, musik intrumen tetap dibunyikan atau sampai terapi selesai
dilaksanakan. Tahap selanjutnya yaitu melakukan gerakan pada otot-otot pada
wajah mencakup dahi, mata, rahang, dan bibir; punggung dan dada; bahu, siku,
lengan atas (kiri dan kanan); pergelangan dan telapak tangan (kiri dan kanan)
yang disertai dengan nafas dalam dan mendengarkan alunan musik instrumen.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
71 Universitas Indonesia
Pemerintah Kota Depok dengan visi yang dimiliki untuk periode 2011-2016 yaitu
“Terwujudnya Kota Depok yang maju dan sejahtera” sedangkan misi Pemerintah
Kota Depok “Mewujudkan pelayanan publik yang profesional, berbasis teknologi
informasi; Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal;
Mewujudkan infrastruktur dan lingkungan yang nyaman; Mewujudkan sumber
daya manusia yang unggul, kreatif dan religius” dan dalam misi ini tertuang
tujuan “Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat”
dengan sasaran “Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat dan kesejahteraan
sosial masyarakat” (Pemerintah Kota Depok, 2012).
Visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Depok sejalan dengan visi dan misi
Pemerintah Kota Depok yaitu “Terwujudnya kota depok sehat dengan layanan
kesehatan merata dan berkualitas” dengan misinya mencakup meningkatkan
pemerataan layanan kesehatan; meningkatkan kualitas layanan kesehatan untuk
semua puskesmas; Meningkatkan kualitas sumber daya termasuk sumber daya
manusia dan pembiayaan kesehatan; meningkatkan promosi kesehatan dan
kualitas lingkungan untuk mendukung pencegahan penyakit (Dinas Kesehatan
Kota Depok, 2012b), namun kegiatan pembinaan terhadap lansia yang mengalami
hipertensi belum menjadi prioritas arah kebijakan bidang kesehatan dalam rencana
strategi tahun 2011 – 2016 (Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia
Dinkes Kota Depok, September 2012).
Universitas Indonesia
Kota Depok sebagai salah satu wilayah di Propinsi Jawa Barat mempunyai
Komisi Daerah Lanjut Usia sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan Propinsi
Jawa Barat untuk membentuk Komisi Daerah Lanjut Usia yang mempunyai visi
yaitu “Tercapainya lansia Jawa Barat yang mandiri, produktif, dan menjadi
tauladan generasi penerus” (Komisi Daerah Lanjut Usia Propinsi Jawa Barat,
2010). Keberadaan Komda Lansia di Kota Depok mempunyai tugas menyusun,
merumuskan, dan mengkoordinasikan kebijakan, strategi, program, kegiatan, dan
langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan lanjut usia di Kota Depok
(Wali Kota Depok, 2011).
Visi yang terdapat pada Pemerintah, Dinkes, dan Puskesmas Cimanggis Kota
Depok mempunyai kesinergisan yaitu mulai dari tingkat pemerintah daerah
sampai di tingkat kecamatan yaitu tingkat Puskesmas mempunyai visi yang saling
mendukung untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dengan cara meningkatkan
status kesehatan melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.
Visi yang dibuat oleh Pemerintah, Dinkes, dan Puskesmas Cimanggis Kota Depok
juga bersifat terbuka dan menjadi stimulasi dan motivasi bagi ketiga instansi
tersebut dalam menjalankan pelayanan kepada masyarakat. Visi dan misi yang
dikembangkan oleh Puskesmas Cimanggis mengacu pada visi Dinkes Kota Depok
tentu mengacu kepada visi Pemerintah Kota Depok sebagai bentuk dukungan
terhadap program pemerintah yang mencakup seluruh warga di Kota Depok.
Visi yang dituangkan oleh Pemerintah, Dinkes, dan Puskesmas Cimanggis Kota
Depok menggambarkan suatu harapan situasi dan kondisi masyarakat di masa
yang akan datang yang maju dan sejahtera pada seluruh aspek kehidupan
termasuk kesehatan baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Visi
Puskesmas Cimanggis juga diturunkan dari visi Dinkes Kota Depok, begitu juga
visi Dinkes Kota Depok diturunkan dari visi Pemerintah Kota Depok.
Universitas Indonesia
Misi yang dibuat oleh Puskesmas Cimanggis, Dinkes, dan Pemerintahan Kota
Depok menunjukkan strategi untuk mencapai visi dari masing-masing instansi.
Misi dari masing-masing instansi terdapat posisi etik, prinsip, dan standar
pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Misi yang telah tercantum juga
memberikan kejelasan kepada staf dari masing-masing instansi untuk
menjalankan aktivitas sesuai dengan yang telah ditetapkan pada misi tersebut.
Anggaran yang disusun oleh pemegang program lansia di tingkat Dinkes Kota
Depok menunjukkan bahwa dalam pembuatan atau penyusunan tersebut telah
Universitas Indonesia
memperhatikan visi yang terdapat pada instansi Dinkes Kota Depok yaitu agar
terwujudnya Kota Depok sehat dengan layanan kesehatan merata dan berkualitas
bagi kelompok lansia yang termasuk di dalamnya yaitu lansia dengan masalah
hipertensi. Kondisi lain juga menunjukkan bahwa anggaran yang disusun sesuai
dengan kreativitas program lansia dengan merencanakan berbagai kegiatan seperti
yang menunjang kesehatan pada kelompok lansia dengan salah satu masalah yaitu
hipertensi seperti pemberdayaan kader dengan melakukan pelatihan bagi kader
dan lomba senam jantung sehat bagi lansia, namun tetap saja anggaran yang
diberikan tidak adekuat sehingga berdampak pada penurunan berbagai kegiatan
atau pelayanan yang dapat menunjang kesehatan masyarakat khususnya kelompok
lansia dengan masalah hipertensi. Kondisi tersebut menunjukkan kurang adanya
dukungan yang optimal dari pemerintah terhadap kesejahteraan lansia.
Rencana program kegiatan dari Dinkes Kota Depok untuk lansia hanya pelatihan
kader, pengadaan sarana cetak, dan kit lansia yang dilaksanakan setiap tahun serta
lomba senam jantung sehat bagi lansia yang dilaksanakan tiap dua tahun sekali,
selain itu lansia bukan merupakan program prioritas (Interview dengan
Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2012).
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa rencana kegiatan yang ditetapkan oleh
pemegang program lansia masih bersifat umum dan belum ada program atau
kegiatan khusus untuk lansia dengan hipertensi. Kondisi tersebut pun terjadi
karena anggaran yang dikeluarkan juga masih terbatas dan tidak
mempertimbangkan kegiatan yang spesifik bagi kelompok lansia dengan masalah
tertentu seperti masalah hipertensi. Kegiatan pun belum terfokus pada masalah
yang dialami lansia sehingga berdampak pada kurang optimalnya penyelesaian
masalah kesehatan yang terjadi pada kelompok lansia dan salah satunya adalah
lansia dengan hipertensi.
Rencana kegiatan yang menunjang kesehatan lansia lainnya yaitu pelatihan bagi
kader lansia. Rencana pelatihan pun berbentuk pelatihan secara umum dan tidak
fokus terhadap masalah yang terjadi pada lansia seperti masalah hipertensi.
Universitas Indonesia
Pembagian struktur serta fungsi staf pada program lansia di tingkat Dinkes Kota
Depok mempunyai fungsi yang jelas sesuai dengan kualifikasi dan jabatan yang
diembankan sehingga setiap staf mempunyai tanggung jawab dan tanggung
gugatnya masing-masing sesuai dengan fungsi dan jabatan yang dimiliki. Staf
pada program lansia juga berperilaku sesuai dengan jabatannya di dalam struktur
organisasi sehingga pekerjaan dapat dijalankan dengan baik dan jelas.
Program kegiatan untuk kesehatan lansia yang dari Dinkes Kota Depok langsung
kepada masyarakat sedangkan dengan pihak Puskesmas Cimanggis hanya bersifat
koordinasi saja dalam hal mengundang peserta (Interview dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pelatihan yang diadakan oleh Dinkes bersifat langsung. Pihak Puskesmas hanya
bersifat koordinasi untuk mengumpulkan peserta baik lansia maupun kader lansia
atau mengundang peserta.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
program kesehatan lansia; melaksanakan entri data laporan data bulanan dari
seluruh puskesmas; melaksanakan evaluasi laporan kegiatan program lanjut usia;
pelaksana tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya yang diberikan oleh Kepala
Bidang dan Kepala Seksi (Pelaksana Harian Kepala Seksi Kesehatan Keluarga
dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2012).
Penempatan SDM sebagai penanggungjawab program lansia yang terdiri dari dua
staf tersebut tidak menjadi kendala bagi kedua staf karena tidak merasa kelebihan
beban kerja. Staf dari penanggungjawab program lansia akan melakukan
koordinasi dengan program lain jika memerlukan bantuan tenaga dalam
menjalankan program kesehatan lansia, namun dalam proses selama beberapa staf
tersebut tidak mengalami masalah terkait dengan ketenagaan yang ada, namun
hasil wawancara dengan Bidang Yandasus bahkan hingga Kepala Dinkes Kota
Depok menyatakan bahwa jumlah tenaga atau staf pegawai masih kurang
sehingga pihak Dinkes telah mengajukan usulan penambahan atau perekrutan
kembali tenaga kesehatan kepada Pemerintah Kota Depok akan tetapi masih
belum direalisasikan.
Universitas Indonesia
Pembina kelurahan Cisalak Pasar hanya seorang bidan saja yang telah
menjalankan tugasnya sejak tahun 1995 (17 tahun). Selama bidan tersebut
ditugaskan menjadi Pembina Kelurahan Cisalak Pasar belum pernah ada perawat
yang terlibat dalam pelaksanaan Posbindu di masing-masing RW di Kelurahan
Cisalak Pasar, sedangkan dokter biasanya hanya sekali dalam setahun melakukan
kunjungan ke Posbindu namun tidak rutin (Hasil interview dengan Pembina
Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012). Kondisi tersebut
menunjukkan kurangnya sumber daya manusia yang terdapat di tingkat
puskesmas yang memberikan dampak kurang optimalnya pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada kelompok lansia lebih khususnya lansia dengan hipertensi.
Jumlah pengelola program lansia di Puskesmas Cimanggis hanya dua orang yang
memberikan pelayanan kesehatan khusus untuk lansia sedangkan pembina untuk
satu kelurahan khususnya Kelurahan Cisalak Pasar yang berjumlah delapan RW
yaitu seorang bidan. Bidan tersebutlah yang selalu hadir dalam pelaksanaan
Posbindu di setiap RW di Kelurahan Cisalak Pasar dan juga setiap Posyandu
(Hasil interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis,
Oktober 2012). Perawat tidak terlibat secara langsung dalam pembinaan terhadap
lansia yang terdapat di Posbindu. Kondisi tersebut pun berdampak pada kurang
optimalnya pelayanan kesehatan terhadap kelompok lansia khususnya aggreate
lansia dengan hipertensi. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa
pemberdayaan perawat di tingkat puskesmas terutama di masyarakat kurang
optimal karena kurangnya sumber daya manusia (tenaga perawat).
Universitas Indonesia
Hasil wawancara pun menujukkan bahwa yang menerima delagasi pun adalah
lintas program dalam satu seksi (Interview dengan Penanggungjawab Program
Lansia Dinkes Kota Depok, September 2012). Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa penerima delegasi pun mempunyai kompetensi dalam malakukan
kewajiban, tugas-tugas, dan tanggung jawab yang diberikan oleh Program Lansia
yang berada dalam satu seksi sehingga program lain pun dapat melakukan
kewajiban, tugas-tugas, dan tanggung jawab dengan baik.
Kegiatan motivasi yang dilakukan oleh pihak Dinkes Kota Depok untuk menarik
minat lansia dalam mengikuti Posbindu dengan melakukan lomba seperti lomba
senam jantung sehat (Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes
Kota Depok, September 2012). Kegiatan motivasi juga sering dilakukan terhadap
petugas di Dinkes Kota Depok saat upacara yang dilakukan setiap hari sebelum
memulai aktivitas, sedangkan pelaksanaan motivasi bagi petugas di Puskemas
jarang dilakukan. Motivasi tidak hanya dilakukan oleh Kepala Dinas tetapi juga
Universitas Indonesia
Kepala Bidang. Motivasi yang diberikan di Dinkes Kota Depok berupa anjuran
untuk melaksanakan program kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan,
jika ijin untuk tidak masuk harus mempunyai alasan yang jelas, dan kurangi absen
atau tanpa keterangan tidak masuk kerja. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
motivasi yang diberikan kepada lansia untuk dapat meningkatkan status
kesehatannya dengan cara mengadakan berbagai kegiatan yang dapat
mengundang minat masyarakat khususnya lansia dalam melakukan berbagai
aktivitas khususnya senam jantung sehat, kondisi yang sama juga dilakukan oleh
Kepala Dinkes Kota Depok yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja staf
pegawai Dinkes Kota Depok agar dapat bekerja secara efektif dan efisien demi
meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan secara umum terhadap masyarakat dan
terhadap secara khusus lansia.
Pelatihan bagi petugas di Dinkes Kota Depok yang berkaitan dengan kesehatan
lansia jarang dilakukan apalagi pelatihan yang ditujukan untuk masalah hipertensi
pada lansia belum pernah dilakukan (Interview dengan Penanggungjawab
Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2012). Kondisi kurang adanya
pelatihan bagi staf pegawai Dinkes Kota Depok khususnya staf Program Lansia
terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan lansia dapat berdampak pada
kurang optimalnya kinerja staf pegawai Dinkes Kota Depok untuk meningkatkan
status kesehatan bagi lansia.
Kondisi yang sama pun terjadi pada kader posbindu yang terdapat di Kelurahan
Cisalak Pasar. Pelatihan bagi petugas Puskesmas Cimanggis sudah jarang
dilakukan dan terakhir dilaksanakan kurang lebih tiga tahun yang lalu (Interview
dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012).
Kondisi tersebut juga dapat berdampak pada kinerja staf pegawai menjadi tidak
efektif akibat kurangnya pelatihan yang diberikan bagi petugas yang terdapat di
puskesmas sehingga petugas puskesmas kurang mendapat isu-isu terbaru dalam
pelayanan terhadap kesehatan lansia.
Universitas Indonesia
Jumlah kader posbindu yang kurang disertai juga dengan kurangnya pemahaman
kader tentang penatalaksanaan masalah hipertensi pada lansia di rumah sehingga
dapat berdampak pada kurang optimalnya pelaksanaan posbindu dalam membina
kesehatan lansia terutama masalah hipertensi di posbindu maupun keluarga.
Universitas Indonesia
Materi hasil kegiatan berupa target kegiatan yang telah ditetapkan mencakup
pembinaan kesehatan lansia yang meliputi pelatihan program pembinaan
kesehatan lansia yang telah diikuti oleh petugas kesehatan, frekuensi pembinaan
kesehatan lansia mencakup posbindu dan kader; dan partisipasi masyarakat yang
meliputi rata-rata cakupan kunjungan lansia di posbindu dan pembentukan
posbindu baru.
Materi pencatatan dan pelaporan mencakup waktu atau jadwal laporan yang
diterima dari kader/pembina kelurahan, distribusi atau pengolahan terhadap data
yang diperoleh dari kader/pembina kelurahan.
Universitas Indonesia
kegiatan program kesehatan lansia (APBD kota, APBD propinsi, atau Operasional
Puskesmas) dan kesesuaian realisasi penyerapan anggaran dengan rencana (APBD
kota, APBD propinsi, atau Operasional Puskesmas). Materi sarana mencakup
perencanaan kebutuhan KIT yang meliputi jumlah sasaran serta usulan kebutuhan
puskesmas dan posbindu; proses distribusi yang dilakukan berdasarkan usulan
kebutuhan puskesmas atau kebutuhan posbindu atau jumlah sasaran menurut
puskesmas; dan jumlah sarana lain yang sesuai dengan kebutuhan puskesmas.
Materi lain yang terkait sarana juga mencakup ada atau tidak puskesmas
menyelenggarakan pengadaan KMS dan KIT secara swadaya atau dari pihak
donatur; ada atau tidak puskesmas menerima surat pemberitahuan dari Dinkes
Kota apabila mau mendapat kiriman sarana program; dan ada atau tidak rencana
distribusi sarana ke posbindu.
Materi jenis dan jumlah sarana mencakup jumlah posbindu, jumlah posbindu
PTM, posbindu yang memilikiKIT layak pakai, jumlah semua lansia, jumlah yang
memiliki KMS lansia; dan kecukupan formulir R/R Posbindu. Hasil supervisi tiap
materi selanjutnya ditabulasi dan datanya ditampilkan berdasarkan distribusi
frekuensi serta dianalisis. Hasil analisis kemudian dijadikan hasil temuan yang
dilanjutkan dengan tindak lanjut baik secara langsung maupun tidak langsung.
Universitas Indonesia
Hasil interview menunjukkan bahwa belum ada penilaian kinerja kader dalam
kegiatan posbindu termasuk pengelolaan hipertensi pada lansia, selain itu juga
belum adanya sistem pemantauan kasus hipertensi pada lansia, belum ada evalusi
dari kepala puskesmas terhadap penanggujawab program tingkat puskesmas
tentang program lansia termasuk lansia hipertensi. Kondisi lain yang terjadi yaitu
belum efektifnya supervisi kegiatan pembinaan lansia, belum efektifnya
perencanaan program rutin tahunan lansia karena hanya memperhatikan lansia
secara umum yaitu dengan mengadakan lomba senam lansia yang diadakan dua
atau tiga tahun sekali. Program tahunan dari Penanggungjawab Program Lansia di
tingkat Dinkes Kota Depok hanya mencakup pelatihan kader, pengadaan sarana
cetak, dan kit lansia (Interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012; Interview dengan Penanggungjawab
Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2012). Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa berbagai program yang dicanangkan dan dilakukan ternyata
belum optimal apalagi yang berkaitan dengan masalah yang spesifik pada lansia
seperti masalah hipertensi. Kegiatan yang dilakukan hanya bersifat umum tidak
terfokus pada masalah kesehatan yang dialami lansia sehingga meskipun program
kegiatan terus dijalankan tetapi karena tidak spesifik berdampak pada kurang
efektif penyelesaian masalah kesehatan pada lansia sehingga lansia masih banyak
yang mengalami berbagai masalah kesehatan salah satunya adalah masalah
hipertensi.
Universitas Indonesia
Kelompok lansia Pendelegasian hanya Dapat terjadi Jumlah SDM di Kurang optimal
Belum ada Belum optimalnya
dengan hipertensi disampaikan secara mispersepsi Dinkes kurang kinerja dari staf
perencanaan perencanaan terhadap
tidak terfasilitasi linsan (tidak ada format terhadap materi
untuk program masalah kesehatan pada
secara optimal tertulis) pendelegasian
penatalaksanaan Jumlah SDM Jarang melakukan kelompok lansia dengan
dalam pelayanan
hipertensi secara perkesmas pelayanan hipertensi
kesehatan Tidak ada pelatihan bagi Petugas puskesmas
berkelompok terbatas keperawatan di rumah
petugas Dinkes dan belum mempuyai
pada lansia
Puskesmas khusus untuk petunjuk khusus dalam Performa Wadah pembinaan
Angka kejadian
penatalaksanaan lansia penatalaksanaan lansia Pendidikan lansia dengam hipertensi
Lansia bukan hipertensi pada pelayanan
dengan hipertensi dengan hipertensi formal SDM di Kelurahan Cisalak
merupakan kesehatan lansia
lansia meningkat terbatas Pasar belum memadai
program prioritas menurun
Kader Posbindu yang baru Sedikit kader yang
mempunyai kemampuan Kurangnya jumlah
Pembinaan mengikuti pelatihan hanya 3
Anggaran APBD Jumlah kader Pelayanan di SDM pada
terhadap kesehatan orang dari 54 kader Posbindu yang optimal dari hasil
untuk kegiatan posbindu kurang posbindu berbagai tatanan
lansia kurang dan jarang melakukan pelatihan sehingga
program lansia masih & terlibat di kurang pelayanan
optimal sosialisasi hasil pelatihan pelayanan kurang
dalam kondisi kurang posyandu optimal
optimal di Posbindu
Supervisi
Pelaksanaan Posbindu pada meja ke-4 Pelayanan kesehatan pada Belum ada penilaian kinerja kader Kurang optimal dalam pengelolaan
lebih banyak menggunakan bidan lansia kurang optimal dalam kegiatan posbindu termasuk mengevaluasi kader hipertensi pada
pengelolaan hipertensi pada lansia kelompok lansia
Kegiatan lansia dari Dinkes langsung Kondisi lansia tidak terpantau secara belum optimal
Pihak puskesmas tidak Belum adanya sistem pemantauan
dijalankan oleh Dinkes, puskesmas efektif terkait perubahan tekanan darah
mengetahui materi pelaksanaan kasus hipertensi pada lansia
tidak dilibatkan secara langsung dan tindakan yang perlu dilakukan
kegiatan yang dilakukan
sehingga mengalami hambatan Belum ada evalusi dari kepala Penanggungjawab program kurang
dalam melakukan follow up puskesmas terhadap Belum optimalnya
mengetahui kelemahan dan kelebihan
penanggujawab program tingkat pengawasan terhadap
Terdapat salah satu RW di pelayanan yang telah dilakukan
puskesmas tentang program lansia masalah kesehatan
Kelurahan Cisalak Pasar belum Tidak adanya screening terhadap terhadap lansia dengan hipertensi
termasuk lansia hipertensi pada kelompok lansia
mempunyai wadah Posbindu tekanan darah pada lansia dengan hipertensi:
Belum ada supervisi dan
Kader belum optimal dalam melakukan penilaian kinerja
kesempatan bagi kader dalam
pendidikan kesehatan bagi keluarga kader
terhadap kader dalam
melakukan kunjungan rumah
PENGORGANISASIAN PENGAWASAN
Skema 4.1 Diagram fish bone tentang hasil analisis terhadap manajemen pelayanan kesehatan pada kelompok lansia dengan hipertensi
Universitas Indonesia
b. Tujuan Khusus:
1. Terbentuknya Kepung Tensi lansia
2. Terbentuknya struktur organisasi kepengurusan Kepung Tensi di
Kelurahan Cisalak Pasar
3. Peningkatan pengetahuan anggota Kepung Tensi minimal 2SD
4. Peningkatan sikap anggota Kepung Tensi minimal 2SD
Universitas Indonesia
c. Rencana Intervensi.
Rencana intervensi berupa 1) Rekrut masyarakat menjadi anggota Kepung
Tensi; 2) Bentuk Kepung Tensi; 3) Bentuk struktur pengurus Kepung Tensi;
4) Terlaksana pelatihan anggota Kepung Tensi; 5) Demonstrasi Salam Aktif
oleh Kepung Tensi.
d. Pembenaran
Kelompok pendukung merupakan pemberi perawatan bagi anggota keluarga
atau kelompok di dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anggota
keluarga atau masyarakat (Neufeld & Harrison, 2010). Kelompok pendukung
tersebut merupakan anggota masyarakat atau kader yang bersedia membantu
keluarga atau kelompok lansia dengan hipertensi dengan melakukan berbagai
kegiatan untuk mengedalikan masalah hipertensi pada lansia. Kelompok
pendukung berperan dalam memfasilitasi keluarga atau masyarakat dalam
meningkatkan kesehatan anggota keluarga atau masyarakat khususnya lansia
dengan hipertensi.
e. Implementasi
1. Melakukan perekrutan dan membentuk struktur organisasi Kepung Tensi:
a. RW 05 tanggal 5 Maret 2013 pukul 08.30 – 10.00 WIB dihadiri oleh
10 orang kader
b. RW 06 tanggal 8 Maret 2013 jam 13.00 – 14.00 WIB dihadiri oleh 7
orang kader
c. RW 03 tanggal 11 April 2013 jam 09.30 – 10.30 dihadiri oleh 2 orang
kader
Proses pelaksanaan perekrutan dilakukan dengan mendiskusikan terlebih
dahulu tentang kelompok pendukung hipertensi, tujuan kelompok
pendukung hipertensi, dan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok
pendukung hipertensi. Langkah selanjutnya yaitu menentukan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pertemuan ketiga yaitu mengulang kembali gerakan mulai dari otot wajah
hingga otot kaki kemudian memberikan kesempatan kepada kader untuk
melakukan kembali seluruh gerakan mulai dari otot wajah sampai otot
kaki.
f. Evaluasi
1. Adanya struktur kepengurusan Kepung Tensi
2. Pengetahuan anggota Kepung Tensi mengalami peningkatan menjadi
rata-rata 82,89 (> standar minimal 82,87; 2SD)
3. Sikap anggota Kepung Tensi mengalami peningkatan menjadi rata-rata
82,46 (> standar minimal 81,03; 2SD)
4. 47,4% anggota kepung tensi termasuk kategori sangat baik dalam
melakukan Salam Aktif yang telah dimodifikasi secara mandiri.
5. 52,6% anggota kepung tensi termasuk kategori baik dalam melakukan
Salam Aktif yang telah dimodifikasi secara mandiri.
Universitas Indonesia
b. Tujuan Khusus
1. Teridentifikasi persiapan sebelum melakukan supervisi pelaksanaan
salam aktif pada lansia dengan hipertensi
2. Anggota kepung tensi mampu melakukan supervisi salam aktif pada
keluarga dan kelompok lansia dengan hipertensi
Universitas Indonesia
c. Rencana
Rencana keperawatan berupa 1) Lakukan persiapan sebelum melaksanakan
supervisi pelaksanaan salam aktif terhadap anggota kepung tensi; 2) Lakukan
supervisi terhadap anggota kepung tensi dalam melaksanakan salam aktif; 3)
Anggota kepung tensi melakukan supervisi salam aktif pada keluarga atau
kelompok lansia dengan hipertensi; 4) Anggota kepung tensi berikan umpan
balik kepada keluarga atau kelompok lansia dengan hipertensi terkait
pelaksanaan salam aktif; 5) Evaluasi secara langsung pelaksanaan salam aktif
terhadap anggota kepung tensi; 6) Berikan masukan kepada anggota kepung
tensi terhadap pelaksanaan salam aktif; 7) Berikan motivasi kepada anggota
kepung tensi setelah melaksanakan salam aktif kepada lansia dengan
hipertensi
d. Pembenaran
Pelaksanaan supervisi sebagai salah satu elemen dari fungsi manajemen
pengarahan merupakan bentuk pengawasan terhadap kinerja anggota kepung
tensi (Whitehead, Weiss, & Tappen, 2010). Pelakasanaan supervisi juga
membantu untuk memberikan masukan dan dan evaluasi terhadap anggota
kepung tensi dalam melaksanakan salam aktif yang telah dimodifikasi pada
lansia dengan hipertensi (Whitehead, Weiss, & Tappen, 2010) sehingga dapat
meningkatkan kinerja dari anggota kepung tensi dalam melakukan salam aktif
yang telah dimodifikasi.
Universitas Indonesia
e. Implementasi
1. Melakukan persiapan pada tanggal 8 Mei 2013 sebelum melaksanakan
supervisi keluarga dan 16 April 2013 pada kelompok lansia dengan
hipertensi terkait pelaksanaan salam aktif terhadap anggota kepung tensi
seperti lembar observasi pelaksanaan salam aktif yang telah dimodifikasi,
media petunjuk pelaksanaan salam aktif. Kader atau anggota kepung
tensi yang akan dilakukan supervisi di keluarga tampak ragu melakukan
kunjungan karena untuk pertama kalinya melakukan kunjungan rumah
dan mengajarkan keluarga lansia dengan hipertensi tentang pelaksanaan
salam aktif yang telah dimodifikasi, namun karena motivasi yang kuat
dari mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas maka anggota tersebut
siap dan berani melakukan pendidikan kesehatan yaitu terapi salam aktif
yang telah dimodifikasi, begitu juga yang terjadi pada anggota kepung
tensi yang melakukan pendidikan kesehatan dalam bentuk salam aktif
pada kelompok lansia dengan hipertensi merasakan hal yang sama.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
f. Evaluasi
Evaluasi keperawatan berupa 1) Kader atau anggota kepung tensi dapat
mempersiapkan diri dengan baik untuk melakukan kunjungan keluarga dan
melakukan salam aktif pada kelompok lansia hipertensi dengan bantuan
Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas berupa lembar observasi
pelaksanaan salam aktif terhadap kader dan media yang digunakan saat
pelaksanaan salam aktif serta tensi digital; 2) Kader atau anggota kepung
tensi mampu memberikan masukan kepada keluarga atau kelompok lansia
dengan hipertensi pada gerakan yang masih salah dilakukan oleh keluarga
lansia maupun kelompok lansia dengan hipertensi; 3) Anggota kepung tensi
juga mampu menjelaskan atau memberikan umpan balik yang cukup baik
kepada keluarga terkait masalah hipertensi dan pelaksanaan salam aktif; 4)
Menurut anggota kepung tensi hambatan dalam melakukan salam aktif yaitu
belum menguasai secara mendalam pelaksanaan salam aktif yang telah
dimodifikasi sehingga memerlukan banyak waktu untuk belajar dan latihan
secara terus-menerus; 5) Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas dapat
memberikan masukan atau umpan balik kepada anggota kepung tensi terkait
pelaksanaan salam aktif yang telah dilakukan pada keluarga atau kelompok
lansia dengan hipertensi dan anggota kepung tensi menerima secara positif
evaluasi dari Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas.
Universitas Indonesia
4. Kader Kesehatan
Kader khususnya anggota kepung tensi tetap meningkatkan keterampilan
dalam melakukan salam aktif agar mempunyai percaya diri yang kuat
dalam memberikan perawatan pada keluarga dan/atau kelompok lansia
dengan hipertensi melalui pelaksanaan salam aktif.
Universitas Indonesia
Tigabelas tahun yang lalu tiba-tiba bapak mengamuk dan tidak sadarkan diri lalu
dibawa ke rumah sakit dan dirawat di ruangan ICU. Bp S dan Ibu M tidak
mengerti cara merawat masalah tekanan darah tinggi sehingga beliau langsung
pergi ke tenaga kesehatan. Hasil pemeriksaan tiga tahun yang lalu yaitu tekanan
darahnya tinggi kira-kira 160 mmHg. Empat bulan yang lalu bapak merasakan
pusing dan tengkuk lehernya kembali tegang, dan jika berjalan sempoyongan. Bp
dan Ibu S sulit menjelaskan tentang tekanan darah tinggi, penyebab, serta tanda
dan gejala penyakit darah tinggi. Keluarga juga bingung dalam menentukan cara
untuk mengatasi masalah yang sedang dialami Bp S sehingga keluarga langsung
Universitas Indonesia
Hasil pengkajian lain juga menunjukkan bahwa Bapak S kalau berjalan harus
perlahan-lahan karena otot-otot serasa mulai kaku. Bapak juga mengalami sedikit
kesulitan untuk bangun dari posisi duduk lalu berdiri dan terkadang di dalam
rumah kalau berjalan memerlukan rambatan atau menopang pada benda-benda
yang terdapat di sekitarnya. Bapak kadang mengeluh pusing. Hasil observasi juga
menunjukkan bahwa Bapak S tampak mengalami kesulitan untuk berdiri dari
Universitas Indonesia
tempat duduk dan gaya jalan bapak S tampak perlahan-lahan. Bapak tampak
hampir jatuh saat bangun dari kursi untuk berdiri dan kalau bapak berdiri dari
posisi duduk di kursi memerlukan topangan pada benda di sekitarnya agar dapat
berdiri. Tes romberg positif dan tidak dapat berdiri dengan satu kaki selama lima
detik (ketika akan diangkat kaki satu langsung mau terjatuh).
Universitas Indonesia
Kurang
pengetahuan
keluarga tentang Resiko cedera
hipertensi
Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan: hipertensi
Universitas Indonesia
yang berarti kondisi yang terjadi menuju ke arah pencapaian tingkat fungsi yang
lebih tinggi; risiko berarti masalah yang akan terjadi; sedangkan aktual berarti
masalah sudah terjadi saat pengkajian. Penapisan menggunakan kriteria
kemungkinan masalah dapat diubah mencakup mudah, sebagian, dan tidak dapat
dengan pembenaran pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat
dilakukan untuk menagani masalah, sumber daya yang dimiliki keluarga (fisik,
keuangan, dan tenaga), sumber daya perawat atau tenaga kesehatan (pengetahuan,
keterampilan, dan waktu), serta sumber daya masyarakat (fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat, dukungan sosial masyarakat).
Hasil proses panapisan menggunakan kriteria tersebut maka dapat ditentukan skor
yang paling tertinggi dari ketiga diagnosa yang muncul. Skor yang tertinggi dari
ketiga diagnosis akan menjadi prioritas yang berarti harus diselesaikan terlebih
dahulu atau pertama. Skor yang tertinggi dari ketiga diagnosa tersebut tergambar
dari urutan penulisan diagnosa berikut yaitu:
a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp S khususnya Bp S
dan Ibu M
b. Cemas pada keluarga Bp S khususnya Ibu M
c. Risiko cedera pada keluarga Bp S khususnya Bp S
Penentuan atau perhitungan prioritas masalah keperawatan keluarga terlampir .
Universitas Indonesia
b. Tujuan khusus:
Tujuan khusus keperawatan keluarga mencakup 1) Keluarga dapat mengenal
masalah hipertensi dengan menjelaskan pengertian, menyebutkan faktor
risiko, tanda dan gejala hipertensi; 2) Keluarga mampu mengambil keputusan
untuk melakukan pencegahan terjadinya hipertensi pada anggota keluarga
dengan menjelaskan akibat yang terjadi bila keluarga tidak mencegah
terjadinya hipertensi dan mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
hipertensi; 3) Keluarga dapat merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi di rumah dengan menjelaskan cara mencegah dan merawat
hipertensi lebih lanjut di rumah dan mendemonstrasikan cara melakukan
salam aktif; 4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang kondusif
untuk mencegah hipertensi dengan cara menyebutkan lingkungan yang
kondusif untuk hipertensi, mau menyediakan lingkungan yang aman bagi
keluarga, dan melakukan modifikasi lingkungan yang aman bagi keluarga
dengan hipertensi; 5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada untuk mencegah hipertensi dengan menyebutkan fasilitas
kesehatan yang tersedia, menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan, mau
menggunakan dan akhirnya menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Universitas Indonesia
dengan keluarga tentang akibat hipertensi bila tidak segera ditangani; 3) Latih
cara melakukan salam aktif yang meliputi persiapan dan pelaksanaan; 4)
Demonstrasikan cara melakukan salam aktif; 5) Minta keluarga untuk
melakukan salam aktif; 6) Berikan penjelasan tentang cara memelihara
lingkungan yang kondusif untuk mencegah hipertensi; 7) Beri penjelasan dan
motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan; 8) Diskusikan
manfaat fasilitas kesehatan
d. Pembenaran
Pendidikan kesehatan bagi keluarga tentang masalah hipertensi mulai dari
pengertian sampai dengan penggunaan fasilitas kesehatan dapat mengurangi
masalah kesehatan terutama hipertensi (Allender, Rector, & Warner, 2010;
Maglaya et al., 2009). Salam aktif sebagai salah satu intervensi untuk
menurunkan tekanan darah lansia yang mengalami hipertensi (Snyder &
Lindquist, 2010).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus keperawatan keluarga mencakup 1) Mengenal tentang
kecemasan dengan cara menjelaskan pengertian tentang kecemasan,
penyebab kecemasan, serta tanda dan gejala kecemasan; 2) Mampu
mengambil keputusan dengan cara menjelaskan akibat dari kecemasan dan
mengambil keputusan untuk mengatasi kecemasan; 3) Merawat anggota
keluarga yang mengalami kecemasan dengan cara menjelaskan cara
mengurangi kecemasan, mau melakukan cara mengurangi kecemasan,
melakukan cara mengurangi kecemasan dengan melakukan taknik “Salam
Aktif”; 4) Memodifikasi lingkungan untuk mengurangi kecemasan dengan
cara menyebutkan lingkungan yang kondusif untuk mengurangi kecemasan,
mau menyediakan lingkungan yang kondusif untuk mengurangi kecemasan,
dan menyediakan lingkungan yang kondusif untuk mengurangi kecemasan; 5)
Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengurangi masalah
kecemasan dengan cara menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan untuk mengurangi kecemasan, menyebutkan manfaat fasilitas
kesehatan, mau menggunakan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengurangi kecemasan, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan untuk mengurangi kecemasan.
c. Rencana keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup 1) Identifikasi pengetahuan
keluarga tentang kecemasan; 2) Jelaskan kepada keluarga tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, dan akibat lanjut dari kecemasan secara
sederhana dan mudah dimengerti keluarga; 3) Mengajarkan cara melakukan
salam aktif yang meliputi persiapan dan pelaksanaan; 4) Demonstrasikan cara
melakukan salam aktif; 5) Minta keluarga untuk melakukan salam aktif; 6)
Universitas Indonesia
d. Pembenaran
Pendidikan kesehatan bagi keluarga tentang kecemasan mulai dari pengertian
sampai dengan penggunaan fasilitas kesehatan dapat mengurangi masalah
kesehatan terutama kecemasan (Allender, Rector, & Warner, 2010; Maglaya
et al., 2009). Salam aktif sebagai salah satu intervensi untuk memberikan
suasana yang rileks atau nyaman sehingga dapat juga mengatasi maslah
kecemasan di dalam keluarga (Snyder & Lindquist, 2010).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tingkat Kemandirian
No Kriteria
IV IV IV IV IV IV IV IV III III
1. Menerima petugas
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(Perkesmas)
2. Menerima pelayanan
kesehatan sesuai rencana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan keluarga
3. Keluarga tahu dan dapat
mengungkapkan masalahan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kesehatannya secara benar
4. Memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
anjuran
5. Melakukan tindakan
keperawatan sederhana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sesuai anjuran
6. Melakukan tindakan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pencegahan secara aktif
7. Melakukan tindakan
√ √ √ √ √ √ √ √ - -
promotif secara aktif
Keluarga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pengetahuan, sikap, dan perilaku. Variabel subsistem yang dikaji hanya empat
variabel yaitu komunikasi, pelayanan kesehatan dan sosial, pendidikan, dan
rekreasi.
n=
= (1,65*1,65)*(0,4*0,6) /0,01
= 65,34
Keterangan :
n : Besar sampel
α : Derajat kepercayaan (0,05)
: 1,652 = 2,7225
p : proporsi kejadian lansia mengalami sakit (40% atau 0,4)
q : 1-p (proporsi lansia yang sehat) adalah 1-0,4 = 0,6
d : Limit dari error atau presisi absolut = 0,1
Hasil sampel terebut kemudian dikoreksi untuk menghindari terjadinya droupout
maka:
n* = n/(1-f)
= 65,34 / (1-0,1)
= 72,6
= 73
Universitas Indonesia
Keterangan:
f = perkiraan proporsi drop out = 10%
n* = besar sampel setelah koreksi
Jadi, besar sampel yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu 73 responden
lansia dengan hipertensi.
Universitas Indonesia
Berdasarkan tabel 4.3 sistol tertinggi 220 mmHg; sistol terendah 140 mmHg;
diastol tertinggi 130 mmHg; dan diastol terendah 70 mmHg. Tekanan darah sitol
yang berkisar antara 140 – 159 mmHg sebanyak 50,7%; dan yang lebih dari atau
sama dengan 160 mmHg (≥ 160 mmHg) sebanyak 49,3%. Tekanan darah diastol
yang kurang 80 mmHg (< 80 mmHg) sebanyak 21,9%; 90 – 99 mmHg dan lebih
atau sama dengan 100 mmHg (≥100 mmHg) masing-masing sebanyak 41,1% dan
31,5%.
Hasil wawancara pada lansia juga menunjukkan bahwa rata-rata yang menjadi
kepala keluarga adalah di dalam rumah tangga adalah lansia. Dua orang lansia
mengatakan bahwa awalnya tidak tahu kalau mengalami tekanan darah tinggi,
karena lansia-lansia tersebut tidak mengalami tanda-tanda orang mengalami
Universitas Indonesia
tekanan darah tinggi seperti pusing, tengkuk terasa tegang, dan sebagainya. Tetapi
setelah ikut Posbindu dan diukur tekanan darahnya, akhirnya mengetahui kalau
mengalami tekanan darah tinggi. Kelima lansia meyakini bahwa darah tinggi
disebabkan hanya karena banyak makan garam. Ada dua lansia juga mengatakan
bahwa selain karena banyak makan garam, tekanan darah menjadi naik atau tinggi
karena terlalu banyak pikiran. Tiga orang lansia mengatakan jarang sekali
bercerita dengan pasangan atau anggota keluarga lain kalau ada masalah. Masalah
yang ada dipikirkan sendiri. Kelima lansia tersebut mengatakan bahwa ingin sakit
darah tingginya sembuh, sehingga tidak perlu berobat terus dan merasakan pusing
dan terkadang tengkuk terasa tegang. Tiga orang lansia mengatakan bahwa kalau
merasa pusing atau tengkuk terasa tegang maka minum banyak makan mentimun
dan mengurangi makan makanan yang asin. Perilaku tersebut dilakukan lansia
karena takut terjadi stroke.
Data lain juga menujukkan bahwa sebanyak 27,4% (73) lansia kurang mengetahui
batasan normal tekanan darah pada lansia; sebanyak 21,9% lansia kurang
mengetahui kalau pandangan kabur merupakan salah satu tanda dan gejala
hipertensi; sebanyak 57,5% (73) lansia kurang mengetahui kalau untuk
menurunkan tekanan darah dengan mengurangi stress; sebanyak 68,5% (73)
kurang mengetahui kalau akibat lanjut dari hipertensi adalah mengalami penyakit
ginjal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Tujuan khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama delapan bulan diharapkan:
1. Peningkatan pengetahuan kelompok lansia dengan hipertensi sebesar
2SD dari 66,44 menjadi 80,04 (SD = 6,8).
2. Peningkatan keterampilan kelompok lansia dengan hipertensi sebesar
2SD dari 43,38 menjadi 53,9 (SD = 10,52).
3. Peningkatan sikap kelompok lansia dengan hipertensi sebesar 2SD dari
66,32 menjadi 79,77 (SD = 6,72).
4. Penurunan tekanan darah tinggi pada kelompok lansia dengan hipertensi
setelah melakukan “Salam Aktif”
5. Kelompok lansia secara mandiri melakukan “Salam Aktif” setiap bulan
c. Rencana keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup 1) Pendidikan kesehatan tentang
hipertensi pada kelompok lansia yang meliputi pengertian, faktor resiko
penyebab, tanda dan gejala, serta komplikasi hipertensi; 2) Pendidikan
kesehatan tentang perawatan hipertensi pada kelompok lansia; 3) Evaluasi
perilaku kelompok lansia terhadap perawatan hipertensi; 4) Pelaksanaan
terapi “Salam Aktif” pada kelompok lansia dengan hipertensi; 5) Pemeriksaan
tekanan darah sebelum dan setelah pelaksanaan terapi ”Salam Aktif”; 6)
Pemberian tugas kepada kelompok lansia dengan hipertensi untuk melakukan
”Salam Aktif” di rumah sesuai dengan kemampuan masing-masing; 7)
Pemberian tugas kepada kelompok lansia dengan hipertensi untuk makan
makanan yang rendah garam dan rendah lemak.
d. Pembenaran
Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah yang tidak normal yang dapat
memberikan dampak lebih buruk terhadap penderita seperti stroke, masalah
pada jantung, dan ginjal (Miller, 2012) sehingga perlu dilakukan intervensi.
Intervensi yang dapat diberikan berupa pendidikan kesehatan dan perawatan
pada lansia dengan hipertensi seperti latihan nafas dalam, mendengarkan
musik, dan relaksasi otot progresif (Salam Aktif). Salam aktif mempunyai
Universitas Indonesia
2. Evaluasi
a) Terjadi peningkatan pengetahuan kelompok lansia dengan hipertensi
sebesar 81,62
b) Terjadi peningkatan keterampilan kelompok lansia dengan hipertensi
sebesar 57,8
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Rencana keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup 1) Pengadaan program kegiatan
“Salam Aktif” pada kelompok lansia dengan hipertensi; 2) Pengadaan
program kegiatan posbindu; 3) Pemeriksaan tekanan darah pada kelompok
lansia dengan hipertensi di posbindu; 4) Identifikasi lansia yang mengalami
tekanan darah tinggi pada saat pelaksanaan posbindu
d. Pembenaran
Rencana keperawatan yang telah ditentukan dibutuhkan agar kelompok lansia
dengan hipertensi mempunyai wadah untuk melakukan diskusi atau sharing
terkait masalah hipertensi yang dialami, melakukan skreening kasus hipertensi
serta ikut membantu dalam meningkatkan kondisi kesehatan kelompok lansia
dengan hipertensi.
2. Evaluasi
Evaluasi keperawatan mencakup a) Pelaksanaan program kegiatan
“Salam Aktif” di tiga RW dihadiri oleh kader dan kelompok lansia
dengan hipertensi; b) Program posbindu setiap bulan dilakukan pada
masing-masing RW dan salah satu RW telah terbentuk Posbindu; c)
Kelompok lansia dengan hipertensi dapat dilakukan pemeriksaan tekanan
Universitas Indonesia
darah secara rutin di posbindu yang dilakukan setiap bulan oleh kader
dan juga tenaga perawat atau pun bidan; d) Teridentifikasi kelompok
lansia dengan hipertensi pada salah satu RW yang baru terbentuk
posbindu; e) Kelompok lansia sangat senang karena telah tersedia
posbindu dan terlaksana posbindu pada salah satu RW yang belum
mempunyai posbindu; f) Kelompok lansia sangat senang dengan adanya
program terapi “Salam Aktif” yang membuat tekanan darah lansia yang
sebelumnya tinggi telah mengalami penurunan.
Universitas Indonesia
yang dijalankan (Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2012) dan pembagian tugas
dalam sebuah organisasi sangat perlu dilakukan sehingga dalam pelaksanaan
kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah
dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif (Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular, 2007).
Pemberdayaan masyarakat pun tidak terlepas dari kemampuan yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut yaitu anggota kepung tensi dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Pembekalan yang diberikan oleh Mahasiswa Residen
Program Spesialis Keperawatan Komunitas kepada anggota kepung tensi terkait
masalah hipertensi dan penanganannya terutama “Salam Aktif” yang telah
dimodifikasi tampak terjadi perubahan yang cukup baik yaitu perubahan ke arah
yang positif terkait pengetahuan, keterampilan, dan sikap anggota kepung tensi
terhadap masalah hipertensi dengan melakukan penanganan yang utama adalah
“Salam Aktif.” Kemampuan anggota kepung tensi yang meningkat tersebut dapat
memberikan pengaruh terhadap penanganan masalah hipertensi pada lansia di
Kelurahan Cisalak Pasar karena kemampuan yang dimiliki anggota kepung tensi
tersebut dapat digunakan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyakat khususnya lansia yang mengalami hipertensi, memberikan perawatan,
Universitas Indonesia
dan melakukan salam aktif baik di keluarga maupun di kelompok lansia dengan
hipertensi sehingga dapat membantu masyarakat lansia agar tetap sehat.
Hasil penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap RSUD Indramayu terhadap
perawat pelaksana menunjukkan bahwa setelah dilakukan pelatihan dan kemudian
perawat pelaksana disupervisi oleh kepala ruang mengalami peningkatan secara
bermakna motivasi dari perawat pelaksana (Saefulloh, Keliat, & Haryati, 2009).
Teori juga menunjukkan bahwa supervisi merupakan salah satu elemen dari
fungsi manajemen pengarahan yang ditujukan untuk melakukan pengawasan
Universitas Indonesia
pekerjaan atau kinerja orang lain secara langsung yang disertai adanya hubugan
kolaborasi termasuk konsultasi dan memberikan masukan jika diperlukan yang
dapat dilakukan secara lansung maupun maupun tidak langsung (Whitehead,
Weiss, & Tappen, 2010).
Menurut analisis penulis juga bahwa kendala yang dialami oleh anggota kepung
tensi dalam melakukan supervisi merupakan bahan evaluasi bagi anggota kepung
tensi tersebut untuk tetap mengembangkan kemampuannya tentang masalah
hipertensi dan perawatannya. Pengembangan kemampuan tersebut dapat
dilakukan dengan cara terus mempelajari tentang hipertensi dari berbagai media
dan mengikuti pelatihan jika memiliki kesempatan dan terus melakukan
keterampilan salam aktif sehingga kemampuan kader dalam melakukan supervisi
di keluarga dan/atau kelompok lansia dengan hipertensi mengalami peningkatan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hasil juga menujukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah pada keluarga
lansia dengan hipertensi setelah melakukan salam aktif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nafas dalam
secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah sistolik (p < 0,001) dan
diastolik (p < 0,05) (Kaushik, Kaushik, Mahajan, & Rajesh, 2006). Hasil
penelitian lain juga menunjukkan bahwa pelaksanaan nafas dalam yang dilakukan
dalam waktu 10 – 15 menit setiap hari selama 8 minggu dapat menurunkan
tekanan darah pasien yang mengalami hipertensi (Viskoper et al., 2003;
Grossmasn, 2001 dalam Kaushik, Kaushik, Mahajan, & Rajesh, 2006; Shein et al.,
2001). Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa nafas dalam yang disertai
musik secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah tinggi baik sistolik
maupun diastolik (Schein et al., 2001). Hasil studi lain dan penelitian juga
menunjukkan bahwa terapi musik digunakan dalam pengelolaan hipertensi dan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap tekanan darah seperti menstabilkan
tekanan darah dan menurunkan tekanan darah tinggi (Mahale, 2008). Hasil
penelitian yang berkaitan dengan teknik relaksasi otot progresif juga menunjukan
bahwa teknik tersebut memberikan dampak perubahan tekanan darah tinggi ke
arah menurun (Hamarno, Nurachmah, & Widyatuti, 2010).
Universitas Indonesia
Menurut analisis penulis menunjukkan bahwa integrasi dari nafas dalam, musik,
dan relaksasi otot progresif yang terintegrasi menjadi “Salam Aktif” memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada
lansia yang mengalami hipertensi. Kondisi tersebut terjadi karena selain secara
langsung Salam Aktif dapat menurunkan tekanan darah tinggi, juga dapat
mengurangi faktor risiko hipertensi seperti cemas, stress atau banyak pikiran,
sehingga salam aktif memberikan kontribusi yang besar dalam menurunkan
tekanan darah tinggi pada lansia.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa teknik relaksasi otot progresif juga
menunjukan bahwa teknik tersebut memberikan dampak perubahan tekanan darah
tinggi ke arah menurun (Hamarno, Nurachmah, & Widyatuti, 2010). Penelitian
lain juga menunjukan bahwa nafas dalam yang disertai musik secara signifikan
dapat menurunkan tekanan darah tinggi baik sistolik maupun diastolik (Schein et
al., 2001). Hasil studi lain dan penelitian juga menunjukkan bahwa terapi musik
digunakan dalam pengelolaan hipertensi dan mempunyai pengaruh yang besar
Universitas Indonesia
Teori juga menunjukkan bahwa intervensi atau terapi musik dapat digunakan pada
individu yang mengalami hipertensi (Mandel, Hanser, Secic, & Davis, 2007).
Teori juga menunjukkan bahwa relaksasi otot progresif secara fisiologi dapat
menurunkan konsumsi oksigen, metabolisme (metabolic rate), pernapasan
(RR/respiratory rate), ketegangan otot, kontraksi ventrikular yang prematur, dan
tekanan darah sistol dan diastolik, dan meningkatkan gelombang alfa otak
(Jacobson dalam Snyder & Lindquist, 2010).
Menurut analisis penulis bahwa terapi salam aktif yang merupakan integrasi dari
nafas dalam musik, dan relaksasi otot progresif secara efektif dapat menurunkan
tekanan darha tinggi pada lansia, meskipun pada pertemuan kedua tekanan darah
sistolik lansia rata-rata meningkat dari pertemuan pertama, namun pertemuan
ketiga sampai kesembilan mulai stabil dan mengalami penurunan secara perlahan-
lahan. Kondisi tersebut dapat terjadi karena lansia mengikuti kegiatan atau
pelaksanaan salam aktif yang telah dimodifikasi untuk yang pertama kali sehingga
tubuh perlu melakukan adapatasi terhadap kegiatan yang dilakukan dalam terapi
salam aktif, namun secara bertahap dan berkelanjutan kondisi tekanan darah lansia
semakin menglami penurunan.
Menurut analisis penulis juga bahwa perubahan tekanan darah tinggi pada lansia
yang menurun dapat tejadi karena dengan melakukan nafas dalam maka oksigen
yang masuk ke seluruh tubuh lansia akan lebih optimal, begitu pun dengan musik
dengan tempo atau alunan yang lambat dapat memberikan suasana yang rileks
pada lansia dan juga disertai dengan relaksasi otot progresif dapat merilekskan
otot-otot pada lansia. Nafas dalam, musik, dan relaksasi otot progresif yang
dikenal dengan sebutan “Salam Aktif” tersebut dapat memberikan suasana yang
rileks pada lansia dan lebih lanjut berdapak pada menurunnya tekanan darah
tinggi pada lansia.
Universitas Indonesia
Pelaksanaan Salam Aktif juga membuat kelompok lansia sangat senang karena
dengan program terapi “Salam Aktif” yang telah dimodifikasi membuat tekanan
darah lansia yang sebelumnya tinggi telah mengalami penurunan.
5.2. Keterbatasan
Keterbatasan pelaksanaan kegiatan Salam Aktif terkait dengan sumber daya
manusia yang terdapat di masyarakat hanya para kader yang memberikan atau
melaksanakan kegiatan salam aktif terhadap lansia, bukan tenaga profesional.
Kondisi lain juga yang terjadi di masyarakat yaitu kader kesehatan mempunyai
tugas yang banyak seperti terlibat juga dalam mengurus posyandu balita dan juga
kegiatan lainnya seperti telah terbentuk juga kelompok pendukung lainnya yang
membuat jumlah kader kesehatan menajdi terbatas sehingga pelayanan terhadap
kesehatan lansia menjadi kurang optimal. Tenaga dari puskesmas juga merupakan
seorang bidan yang bukan menjadi kompetensinya dalam melakukan salam aktif.
Perawat juga jarang melakukan supervisi ke masyarakat karena perawat
mempunyai tugas lain di Puskesmas yaitu banyak melakukan tugas yang non
keperawatan
Universitas Indonesia
Bagi dinas kesehatan bahwa hasil kegiatan “Salam Aktif” ternyata memberikan
kontribusi untuk penanganan masalah hipertensi pada lansia. Pemberian terapi
salam aktif jika dilakukan oleh perawat secara langsung tentu lebih memberikan
perubahan yang cukup signifikan dalam penanaganan hipertensi karena langsung
dilakukan oleh tenaga perawat yang profesional sehingga perlu melibatkan
perawat dalam melakukan kunjungan ke masyarakat agar dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara optimal.
Universitas Indonesia
Bagian kesimpulan dan saran menguraikan tentang hasil dan pembahasan secara
singkat terkait pengelolaan manajemen keperawatan komunitas, asuhan
keperawatan keluarga, dan keperawatan komunitas
6.1. Simpulan
6.1.1. Peningkatan perilaku anggota kepung tensi yang mencakup pengetahuan
keterampilan, sikap anggota kepung tensi termasuk kategori sangat baik
dalam melakukan Salam Aktif yang telah dimodifikasi secara mandiri di
Kelurahan Cisalak Pasar.
6.1.2. Anggota kepung tensi terampil dalam melakukan supervisi dan umpan
terhadap pelaksanaan salam aktif yang telah dimodifikasi pada lansia di
Kelurahan Cisalak Pasar.
6.1.3. Peningkatan perilaku kelompok lansia yang mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terhadap perawatan hipertensi di Kelurahan
Cisalak Pasar
6.1.4. Terjadi penurunan tekanan darah sistol dan diastol setelah dilakukan terapi
“Salam Aktif” pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar.
6.1.5. Peningkatan perilaku keluarga yang meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap dalam perawatan lansia dengan hipertensi di Kelurahan Cisalak
Pasar.
6.1.6. Peningkatan kemandirian keluarga dalam melakukan perawatan lansia
dengan hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar.
6.2. Saran
1.1.1. Bagi Pelayanan Kesehatan
1.1.1.1. Dinas Kesehatan dapat menetapkan kebijakan perencanaan mengatasi
masalah hipertensi dengan melakukan terapi “Salam Aktif” yang
terintegrasi dalam Program Penyakit Tidak Menular (PTM).
Universitas Indonesia
Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2010). Community Health Nursing:
Promoting & Protecting the Public's Health (7 ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Amigo, T. A. E., Sahar, J., & Sukihananto. (2012). Hubungan Karakteristik dan
Pelaksanaan Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Status
Kesehatan Pada Aggregate Lansia Dengan Hipertensi Di Kecamatan Jetis
Yogyakarta. Universitas Indonesia, Depok -- Indonesia.
Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat. (2007). Profil Daerah Provinsi
Jawa Barat. Bandung: Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat.
Bappeda Kota Depok, & Badan Pusat Statistik Kota Depok. (2009). Indeks
Pembangunan Kota Depok 2009. Depok: Bappeda Kota Depok dan Badan
Pusat Statistik Kota Depok.
Bornao, Y., Engstram, G., Essaon, B., & Hedblad, B. (2012). Immigrant status
and increased risk of heart failure: the role of hypertension and life-style
risk factors. BMC Cardiovascular Disorders, 12(1), n/a-20.
Carmody, S., & Forster, S. (2003). Aged Care Nursing: A Guide to Practice. San
Francisco: Ausmed Publications.
Carr, S., Unwin, N., & Pless-Mulloli, T. (2007). An Introduction to Public Health
and Epidemiology. New York: Mc Graw Hill.
Dinas Kesehatan Kota Depok. (2012b). Visi Misi Dinas Kesehatan Kota Depok
Tahun 2011 - 2016. Retrieved. from
http://dinkes.depok.go.id/index.php?option=com_content&view=article&i
d=92&Itemid=90.
Universitas Indonesia
Hamarno, R., Nurachmah, E., & Widyatuti. (2010). Pengaruh Latihan Relaksasi
Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Klien Hipertensi
Primer Di Kota Malang. Universitas Indonesia, Depok -- Indonesia.
Universitas Indonesia
Kaushik, R. M., Kaushik, R., Mahajan, S. K., & Rajesh, V. (2006). Effects of
mental relaxation and slow breathing in essential hypertension.
Complementary Therapies in Medicine, 14(2), 120-126.
Kelurahan Cisalak Pasar. (2011). Laporan Tahunan TP. PKK Kelurahan Cisalak
Pasar Thun 2011. Retrieved. from.
Komisi Daerah Lanjut Usia Propinsi Jawa Barat. (2010). Rencana Strategis:
Komisi Daerah Lanjut Usia Propinsi Jawa Barat. Retrieved. from.
Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010b). Profil Penduduk Lanjut Usia 2009.
Jakarta: Komisi Nasional Lanjut Usia.
Universitas Indonesia
Lynn, P., & LeBon, M. (2011). Skill Checklists for Taylor’s Clinical Nursing
Skills: A Nursing Process Approach. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
| Lippincott Williams & Wilkins.
Mahale, S. (2008). Music, the best medicine. McClatchy - Tribune Business News,
from http://search.proquest.com/docview/464769966?accountid=17242
Mandel, S. E., Hanser, S. B., Secic, M., & Davis, B. A. (2007). Effects of Music
Therapy on Health-Related Outcomes in Cardiac Rehabilitation: A
Randomized Controlled Trial. Journal of Music Therapy, 44(3), 176-197.
Mariam, S., Widyastuti, R., Bakar, H. A., Iskandar, A., & Akhmadi. (2010). Buku
Panduan Bagi Kader Posbindu Lansia. Jakarta: TIM.
Mechanic, D., & Tanner, J. (2007). Vulnerable People, Groups, And Populations:
Societal View. Health Affairs, 26(5), 1220-1230.
Universitas Indonesia
Neufeld, V., & Harrison, M. J. (2010). Nursing and Family Caregiving: Social
Support and Nonsupport. New York: Springer Publishing Company.
Pelaksana Harian Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan
Kota Depok. (2012). Tugas Pokok dan Fungsi Pelaksana Seksi Kesehatan
Keluarga Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Kota Depok: Program Kesehatan Lanjut Usia. Retrieved. from.
Pemerintah Kota Depok. (2012). Visi Dan Misi Kota Depok 2011 - 2016.
Retrieved. from http://www.depok.go.id/profil-kota/peta.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Puskesmas Cimanggis. (2011). Data Posbindu Kota Depok 2011. Retrieved. from.
Universitas Indonesia
Rose, M. H., & Killien, M. (1983). Risk and vulnerability: A case for
differentiation. Advances in Nursing Science, 5(3), 60-73.
Schein, M. H., Gavish, B., Herz, M., Rosner-Kahana, D., Naveh, P., Knishkowy,
B., et al. (2001). Treating hypertension with a device that slows and
regularises breathing: a randomised, double-blind controlled study.
Journal of Human Hypertension, 15(4), 271-278.
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community and Public Health Nursing. St.
Louis Missouri: Mosby.
Universitas Indonesia
Swanson, J. M., & Nies, M. A. (1995). Coomunity Health Nursing: Promoting the
Health of Aggregates. Philadelphia: W.B. Saunder Commpany.
World Health Organization. (2011). World Health Statistics 2011: World Health
Organization.
Universitas Indonesia
PROPOSAL TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat ujian proposal tesis
i Universitas Indonesia
Proposal tesis ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan di hadapan Tim
Penguji Proposal Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
Pembimbing I
Pembimbing II
ii Universitas Indonesia
Proposal tesis ini adalah hasil karya sendiri dan semua sumber baik yang dikutp
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
anugerah-Nya peneliti dapat menyelesaikan dan menyelenggarakan ujian proposal
tesis dengan judul “Hubungan Karakteristik Dan Pelaksanaan Tugas Perawatan
Kesehatan Keluarga Dengan Status Kesehatan Pada Aggregate Lansia Dengan
Hipertensi Di Kecamatan Jetis Yogyakarta.” Proposal penelitian dibuat sebagai
persyaratan melakukan penelitian pada Program Pascasarjana Ilmu Keperawatan
Kekhususan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Penyelesaian proposal penelitian yang dibuat oleh peneliti tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada yang terhormat:
1. Dewi Irawaty, MA, PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2. Junaiti Sahar, M. App. Sc., PhD selaku Wakil Dekan dan Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan proposal tesis.
3. Astuti Yuni Nursasi, MN selaku Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
4. Ns. Sukihananto, M.Kep selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan proposal tesis.
5. Dinas Perijinan, Puskesmas Jetis, Kecamatan Jetis, Kelurahan Bumijo Kota
Yogyakarta yang memberikan data awal dalam studi pendahuluan.
6. Segenap dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
7. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
8. Istri dan anak tercinta serta keluarga besar yang telah membantu baik tenaga,
pikiran, mental, dan spiritual untuk kelancaran penyusunan proposal tesis.
9. Teman-teman Angkatan 2010 Program Magister Ilmu Keperawatan
Kekhususan Keperawatan Komunitas yang selalu kompak dan saling
memberi dukungan dalam mencapai kesuksesan studi.
iv Universitas Indonesia
Peneliti
v Universitas Indonesia
vi Universitas Indonesia
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Lampiran 1
1. Pusat
a. Membuat perumusan kebijakan umum maupun teknis.
b. Menyusun peraturan dan perundang-undangn dalam deteksi dini berbagai
penyakit jantung dan pembuluh darah.
c. Penyusunan standar, pedoman dan standar prosedur.
d. Advokasi dan sosialisasi lintas program/lintas sektoral di pusat.
e. Membentuk dan fasilitasi jejaring kerja dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah di tingkat propinsi
f. Melakukan TOT (Training of Trainers)
g. Mengadakan dan mendistribusikan bahan/alat deteksi dini/diagnostik dan
tata laksana penyakit jantung dan pembuluh darah.
h. Memfasilitasi propinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan masyarakat atau peningkatan peran serta masyarakat dalam
pengendalian penyakji jantung dan pembuluh darah.
i. Menyusun Materi Penyuluhan KIE melalui berbagai metode dan
medianya.
j. Melakukan pembinaan teknis/supervisi.
k. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan.
l. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Universitas Indonesia
3. Propinsi
a. Melaksanakan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan.
b. Mensosialisasiksan standar, pedoman, standar prosedur.
c. Menyusun peraturan daerah yang berkaitan dengan pencegahan dan
penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi.
e. Advokasi dan sosialisasi lintas program/lintas sektoral di propinsi.
f. Membentuk dan memfasilitasi jejaring kerja dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah di tingkat propinsi.
g. Melakukan pembinaan teknis.
Universitas Indonesia
4. Kabupaten/Kota
a. Melaksanakan kebijakan, peraturan dan perundangan-undangan.
b. Melaksanakan/sosialisasi standar, pedoman, juklak/juknis.
c. Melakukan advokasi dan sosialisasi lintas program/lintas sektoral di
Kabupaten/Kota.
d. Membentukan memfasilitasi serta membina jejaring kerja dalam
pencegahan dan penanggulang penyakit jantung dan pembuluh darah.
e. Melakuka TOT(Training of Trainers).
f. Melaksanakan bimbingan teknis.
g. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
h. Memfasilitasi pembentukan Kelompok Masyaraka Peduli Jantung Sehat di
Tingkat Desa/Kelurahan yang dilaksanakan oleh Puskesmas.
i. Melaksanakan kajian terhadap faktor risiko pada masyarakat.
j. Melakukan pencatatan dan pelaporan
5. Puskesmas
a. Melaksanakan Surveilans faktor risiko dan penyakit serta kematian.
b. Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat termasuk kelompok
potensial seperti TOMA (tokoh masyarakat), tokoh agama, tokoh pemuda
dan sektor swasta.
c. Melaksanakan deteksi dini terhadap kasus dan faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
d. Melaksanakan pembentukan Kelompok Masyarakat Peduli Jantung Sehat
di Desa/Kelurahan
Universitas Indonesia
Lampiran 2
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
Universitas Indonesia
Perhitungan skoring:
1. Menentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot:
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria. Skor tertinggi adalah 5 = seluruh bobot
Universitas Indonesia
NO GERAKAN
PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PERSIAPAN:
1. Teknik salam aktif sebaiknya dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi hari pukul 09.00 WIB dan sore
hari pukul 16.00 WIB
2. Teknik salam aktif sebaiknya dilakukan pada 10 kelompok otot tubuh sesuai petunjuk secara
berurutan. Jika ada yang terlupa maka boleh melakukan kembali latihan pada kelompok otot
yang terlupakan
3. Teknik salam aktif sebaiknya dilakukan minimal 1 jam setelah makan.
4. Teknik salam aktif dapat dilakukan sambil berbaring, duduk menyandarkan punggung di sofa,
atau kursi keras dengan bantuan bantal pada punggung yang dapat memberikan rasa nyaman
5. Katakan pada seluruh anggota keluarga untuk tidak mengganggu anda pada saat melakukan
teknik salam aktif
6. Selama dalam melakukan gerakan disertai dengan tarik nafas sedalam-dalamnya dan tahan
selama 3 hitungan, dan keluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan
7. Lakukan salam aktif di kamar atau ruangan yang bebas dari gangguan orang lain atau keributan
8. Pakailah baju yang longgar, lepaskan ikat pinggang, kaca mata atau benda lain yang
mengganggu kegiatan anda
9. Yakinkan anda duduk atau berbaring dengan posisi yang nyaman dan tutuplah mata anda
PEMBUKAAN
1. Lakukan pernapasan biasa (7 - 8 kali)
2. Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan – keluarkan melalui mulut secara perlahan-
lahan (7 - 8 kali)
3. Tarik nafas melalui hidung secara perlaha-lahan – tahan di dada (1..2..3) – keluarkan melalui
mulut secara perlahan-lahan (7 - 8 kali)
KEGIATAN INTI
A. KELOMPOK OTOT WAJAH (7 - 8 kali)
4. Kerutkan dahi anda ke atas sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN
Lemaskan otot dahi sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan
5. Tutup mata sekuat-kuatnya sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN
Lemaskan otot mata sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan
Universitas Indonesia
NO GERAKAN
6. Katupkan rahang dan gigi sekuat kuatnya sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN
1..2..3) DAN Lemaskan otot rahang dan gigitan sambil keluarkan nafas melalui mulut secara
perlahan-lahan
7. Kuncupkan bibir kedepan sekuat kuatnya sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN
1..2..3) DAN Lemaskan otot bibir sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan
8. Lengkungkan punggung anda ke belakang sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN
1..2..3) DAN luruskan dan lemaskan punggung anda sambil keluarkan nafas melalui mulut
secara perlahan-lahan
9. Dorong dada anda ke depan sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN
lemaskan otot dada anda sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan
10. Angkat kedua bahu ke atas seolah olah akan menyentuh telinga sambil tarik nafas dalam
melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan bahu sambil keluarkan nafas melalui mulut
secara perlahan-lahan
11. Kepalkan tangan dan tekuk situ ke atas sehingga otot lengan atas terasa kencang dan tegang
sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan dan luruskan siku
dan jari jari, rasakan lengan atas anda menjadi lemas sambil keluarkan nafas melalui mulut
secara perlahan-lahan
Universitas Indonesia
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
3
NO GERAKAN
12. Kepalkan dan kencangkan kedua pergelangan tangan sekuat-kuatnya sambil tarik nafas dalam
melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lepaskan kepalan tangan dan rasakan jari jari tangan
dan telapak tangan menjadi lemas sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan
13. Tekuk telapak tangan ke atas dengan jari jari terbuka sekuat-kuatnya sambil tarik nafas dalam
melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan dan luruskan telapak tangan, rasakan lengan
bawah dan telapak tangan menjadi lemas sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-
lahan
PENUTUP
14. Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan – tahan di dada (1..2..3) – keluarkan melalui
mulut secara perlahan-lahan (7 - 8 kali)
15. Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan – keluarkan melalui mulut secara perlahan-
lahan (7 - 8 kali)
16. Kembali ke nafas biasa atau secara normal
Sumber
Bernstein, D. A., Borkovec, T. D., & Hazlett-Stevens, H. (2000). New Directions in Progressive
Relaxation Training. London: Praeger.
Mariam, S., Widyastuti, R., Bakar, H. A., Iskandar, A., & Akhmadi. (2010). Buku Panduan Bagi Kader
Posbindu Lansia. Jakarta: TIM.
Snyder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary & Alternative Therapies in Nursing (6 ed.). New
York: Springer Publishing Company.
Universitas Indonesia
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Lampiran 4
Keterangan:
Skor pada rentang 0 – 3
0 = Kurang Tidak dilakukan sama sekali
1 = Cukup Ada salah satu atau lebih bagian tidak dilakukan
2 = Baik Dilakukan semua item tetapi tidak sesuai dengan pedoman
3 = Sangat baik Dilakukan semua dan sesuai dengan pedoman
(...............................................)
Keterangan:
(...............................................)
Universitas Indonesia
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Cemas pada keluarga Bp S khususnya Ibu M
Kriteria Perhitungan Hasil Pembenaran
Sifat Masalah: 1/3 x 1 0,3 Masalah sudah terjadi, cemas ke pelayanan
Aktual kesehatan seperti rumah sakit atau
puskesmas karena takut ketahuan penyakit
lain yang terjadi pada tubuhnya
Kemungkinan 1/2 x 2 1 Ibu sendiri tidak mau ke pelayanan
masalah dapat kesehatan, tetapi mau menerima perawat
diubah: atau tenaga kesehatan yang datang ke rumah
sebagian
Potensial masalah 3/3 x 1 1 Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
dapat dicegah: mengatasi masalah tersebut
cukup
Menonjolnya 2/2 x 1 1 Perlu ditangani segera agar merasa nyaman
masalah: masalah atau tidak perlu cemas
berat perlu segera
ditangani
Total 3,3
Universitas Indonesia
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
BELIMBING MANIS BAWANG PUTIH MENTIMUN
Bahan: Daun alpokat Cara Menggunakan: Tiga buah belimbing diparut, peras
Diminum 3 kali sehari 2 sendok airnya, diminum sekali sehari
Cara Membuat dan Menggunakan
makan, dan dilakukan secara teratur
3 lembar daun alpokat dicuci bersih
Hati-hati:
lalu diseduh dengan 1 gelas air Catatan:
Jika mengalami sakit maag atau sakit
panas. Setelah dingin diminum Penggunaan yang berlebihan dapat
sekaligus lambung
berbahaya !
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
OLAHRAGA
HIPERTENSI
Gerakan Yang
Tidak Boleh
Dilakukan: angkat
beban terlalu berat
dan melebihi bahu
PENYAKIT
JANTUNG
Olahraga Teratur
BANYAK PIKIRAN
KEGEMUKAN
atau STRESS
Lakukan Relaksasi
SERANGAN
PADA
KURANG OTAK Hindari makanan yang
OLAHRAGA (STROKE) tinggi lemak (gajih,
jeroan, kulit ayam)
MEROKOK
Gunakan garam sesuai dengan kondisi
Minum minuman keras, bersoda, mi- tekanan darah:
Tekanan darah 140-159/90-99 mmHg
num kopi dan teh yang berlebihan
(1 sendok teh perhari)
KERUSAKAN PA- Tekanan darah 160-179/100-109
Makan makanan asin dan berlemak mmHg (1/2 sendok teh perhari)
DA GINJAL
yang berlebihan Tekanan darah 180/110 mmHg
(1/4 sendok teh perhari)
Hindari
K E M A T I A N
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Stress
Apa Gejala
HIPERTENSI atau
APA ITU HIPERTENSI Tekanan Darah Tinggi ???
TEKANAN DARAH TINGGI adalah
ATAU PUSING SULIT TIDUR
PANDANGAN
KABUR
Lemak Jenuh
Gajih, daging berlemak, mentega,
margarin, santan kental, gulai, gorengan
dari minyak bekas,makanan yang digoreng
berulang kali, dan makanan yang digoreng
dengan suhu tinggi
MARI KITA TINGKATKAN
Kalsium
Tempe, tahu, sardin, bandeng presto, ikan
teri, kacang-kacangan, susu, yogurt dan keju
rendah lemak
Protein
Tempe, tahu, kacang-kacangan, ikan,
daging ayam tanpa kulit, susu dan keju
rendah lemak
Lainnya
Magnesium Bawang putih,
Beras (terutama beras merah), kentang, Bawang Merah,
tomat, wortel, sayuran berwarna hijau tua, Seledri, Lalapan
jeruk, lemon, ikan (selain udang, kerang, hijau
MAHASISWA PROGRAM SPESIALIS cumi, kepiting dan sejenisnya) dan daging
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ayam tanpa kulit
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
2012
UNIVERSITAS INDONESIA
OLEH:
THOMAS AQUINO ERJINYUARE AMIGO
1006801090
2 Perumusan diagnosis Menyusun masalah Adanyabukti fisik masalah 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
keperawayan keperawatan komunitas Kader Diskusi VI Studi literatur
Lansia
3 Penyusunan rencana - Tersusun rencana Adanya bukti fisik rencana asuhan 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
tindakan keperawatan keperawatan yang terkait keperawatan komunitas hasil Kader Diskusi V Studi literatur
dengan masalah hipertensi konsultasi dan revisi Lansia
pada aggregate lansia
- Tersusun program kegiatan
untuk mengatasi masalah
4 Pelaksanaan rencana Terlaksananya berbagai Program kegiatan dilaksanakan 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
tindakan keperawatan program yang berkaitan sesuai dengan jadwal yang telah Kader Diskusi VI
dengan masalah hipertensi ditentukan Lansia
pada aggregate lansia
5 Intervensi kelompok Peningkatan kemampuan Peningkatan 10% pelaksanaan 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
dengan melibatkan kader: kader dalam meningkatkan kegiatan di masyarakat Kader Diskusi VII Studi literatur
- Pendidikan Hipertensi status kesehatan lansia Lansia
- Pemeriksaan tekanan
darah
- Olahraga untuk
hipertensi
- SHG
6 Lanjutkan pembinaan Melaksanakan pembinaan Adanya bukti fisik pelaksanaan 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
kelompok: kelompok asuhan keperawatan komunitas Kader Diskusi VIII Studi literatur
- Pendidikan Hipertensi hasil konsultasi dan revisi Lansia
C. KEPERAWATAN KELUARGA
5 Melakukan evaluasi Menilai pencapaian status Pencapaian status kesehatan 2 Keluarga dengan Lembar evaluasi Minggu VI Studi literatur
terhadap pelaksanaan kesehatan keluarga dengan lansia dengan hipertensi anggota keluarga Evaluasi diri - VIII Keluarga
asuhan keperawatan pada lansia lansia yang
keluarga lansia dengan menderita
hipertensi mencakup: hipertensi
- Konseling koping adaptif
- Latihan relaksasi nafas
dalam dan akupresur
- Penyuluhan
- Pembentukan support
system keluarga
- Sistem rujukan keluarga
ke puskesmas
6 Penyerahan laporan Mengevaluasi kegiatan yang Adanya dokumen laporan Residen Konsultasi Minggu VI Studi literatur
keluarga binaan telah dilaksanakan keluarga kelolaan dan resume Diskusi Keluarga
Ujian ketrampilan di Mengevaluasi ketrampilan Adanya kemampuan Residen Demonstrasi Minggu Studi literatur
Keluarga terkait masalah yang telah dikuasai spesialistik peserta residensi Coaching VII s/d Keluarga
hipertensi pada lansia dalam mengatasi masalah Pendidikan VIII
lansia hipertensi kesehatan
Kunjungan rumah
(Dra. Junaiti Sahar, S.Kp, M.App.Sc, Ph.D) (Etty Rekawati, SKp, M.Kes) (Thomas Aquino Erjinyuare Amigo)
3 Pelaksanaan kegiatan 3.1 Terlaksananya program 3.1.1 75% tersusunnya 4.4 Kader Diskusi Minggu Kepala
Kelompok Pendukung pelayanan keperawatan kegiatan Kelompok Pengurus RW KIE IV Puskesmas
Hipertensi di RW 03, 05, komunitas yang akan Pendukung Hipertensi PSM Februari PJ Lansia
dan 06 sebagai salah satu dilakukan melalui di RW 03, 05, dan 06 Kader kesehatan
kegiatan posbindu untuk kegiatan Kelompok Kelurahan Cisalak Pengurus RW
meningkatkan koping Pendukung Hipertensi Pasar.
adaptif lansia terhadap di RW 03, 05, dan 06
stressor sebagai faktor
resiko hipertensi
B. KEPERAWATAN KOMUNITAS
3 Evaluasi hasil kegiatan Evalusia tingkat 3.1.1 80% program pelayanan 1.6 Kepala Diskusi Minggu I Supervisor
pembinaan kesehatan keberhasilan asuhan kesehatan lansia Puskesmas Wawancara s/d II Mei Studi literatur
lansia hipertensi keperawatan komunitas dilakukan melalui Pengurus RW Lembar evaluasi
pada aggregat lansia posbindu Kader kesehatan
hipertensi 3.1.2 Terjadi perubahan tingkat
pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan lansia tentang
penggunaan koping
adaptif
C. KEPERAWATAN KELUARGA
8. Penyerahan laporan Mengevaluasi kegiatan yang Adanya dokumen laporan Residen Konsultasi Minggu I Studi literatur
keluarga binaan telah dilaksanakan keluarga kelolaan dan resume Diskusi Juni Keluarga
9. Penyerahan laporan Mendokumentasikan hasil Tersusunnya laporan semester Residen Studi literatur Minggu I Studi Literatur
praktek semester II kepada kegiatan praktek residensi II praktek manajemen, Supervisor Konsultasi Juni
supervisor semester II komunitas, dan keluarga
10. Penyerahan laporan akhir Mendokumentasikan hasil Tersusunnya laporan semester Residen Studi literatur Minggu I Studi Literatur
kegiatan praktek residensi II praktek manajemen, Supervisor Konsultasi Juni
semester II komunitas, dan keluarga
setelah dikonsultasikan
11. Sidang terbuka Mendesiminasikan hasil Tersosialisasikannya kegiatan Residen Seminar Minggu Studi Literatur
praktek residensi keperawatan praktek dengan masukan dari Supervisor II Juni
komunitas tim perkesmas di luar FIK UI Tim Perkesmas
12. Sidang tertutup Mempertanggungjawabkan Hasil kegiatan praktek Residen Studi literatur Minggu Studi Literatur
hasil kegiatan praktek residensi residensi selama 2 semester Supervisor Konsultasi III Juni
dapat dipertanggungjawabkan Tim penguji
di hadapan tim penguji
13. Penyerahan laporan KIA Mendokumentasikan dan Dokumentasi dan publikasi Residen Studi literatur Minggu Studi Literatur
mempublikasikan hasil praktek hasil praktek residensi Supervisor Konsultasi IV Juni
residensi keperawatan komunitas
(Dra. Junaiti Sahar, S.Kp, M.App.Sc, Ph.D) (Widyatuti, S.Kp, M.Kep, Sp.Kep.Kom) (Thomas Aquino Erjinyuare Amigo)
Petunjuk Pengisian:
1. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu pilih atau tanda checklist (√) pada kotak yang
tersedia.
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan singkat.
3. Bacalah setiap pertanyaan dan pernyataan dengan teliti.
Perilaku Kesehatan
1. Pengetahuan Tentang Tekanan Darah Tinggi
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist (√) pada jawaban yang Bapak/ Ibu
pilih!
3. Tindakan Kesehatan
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist (√) pada jawaban yang Bapak/ Ibu
pilih!
Tidak
Jarang/
Sering/ Pernah/ pernah
sebagian
No Pertanyaan setiap sedikit /tidak
besar
waktu waktu sama
waktu
sekali
1) Lansia kontrol tekanan darah
2) Lansia merokok
3) Lansia makan sayur-sayuran
4) Lansia makan buah-buahan