Anda di halaman 1dari 211

UNIVERSITAS INDONESIA

SALAM AKTIF SEBAGAI BENTUK INTERVENSI KEPERAWATAN


KOMUNITAS PADA KELOMPOK LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI KELURAHAN CISALAK PASAR, CIMANGGIS, DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR

THOMAS AQUINO ERJINYUARE AMIGO


1006801090

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEPOK
JULI 2013

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

SALAM AKTIF SEBAGAI BENTUK INTERVENSI KEPERAWATAN


KOMUNITAS PADA KELOMPOK LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI KELURAHAN CISALAK PASAR, CIMANGGIS, DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners Spesialis Keperawatan Komunitas

THOMAS AQUINO ERJINYUARE AMIGO


1006801090

Pembimbing I : Dra. Junaiti Sahar, SKp, M. App. Sc, PhD


Pembimbing II : Widyatuti, SKp, M.Kes, Sp.Kom

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEPOK
JULI 2012

i
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir
dengan judul “Salam Aktif Sebagai Bentuk Intervensi Keperawatan Komunitas
Pada Kelompok Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan Cisalak Pasar,
Cimanggis, Depok.” Tesis disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
Ners Spesialis Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.

Penyelesaian tesis yang dibuat oleh penulis tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang tinggi kepada yang terhormat:
1. Dewi Irawaty, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2. Dra. Junaiti Sahar, M. App. Sc., Ph.D selaku Wakil Dekan dan Pembimbing I
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya
ilmiah akhir.
3. Astuti Yuni Nursasi, MN selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
4. Ns. Widyatuti, M.Kep, Sp.Kom, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah akhir.
5. Segenap Tim Dosen Keperawatan Komunitas dan dosen Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
6. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
7. Istriku tersayang Ns. Cornelia Dede Yoshima Nekada, S.Kep dan anakku
tercinta Maria Erlinuary Pradiptaya Amigo yang selalu memberikan doa dan
dukungan kepada penulis selama proses penyusunan karya ilmiah akhir.
8. Anakku juga yang tersayang Carolus Borromeus Solaiduoneim Remses
Amigo (Alm) yang juga pasti mendoakan penulis dalam menyelesaikan karya
ilmiah akhir.

iv
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
9. Bapak Peter Rekok dan mama Margaretha Dasut, adik Enin, Rein, Ensri, dan
Vejin serta ibu mertua mama Titi yang juga ikut mendoakan dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir.
10. Rekan-rekan Residen “Sama Hati (Sani, Asti, Muin, Aspihan, Hasbi, Taufik,
Erjin)” Angkatan 2012 yaitu Program Spesialis Keperawatan Komunitas yang
selalu kompak dan saling memberi dukungan dalam mencapai kesuksesan
praktik residen keperawatan komunitas.
11. Rekan-rekan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta yang selalu memberikan dukungan dalam
penyelesaian Praktik Residen Keperawatan Komunitas dan karya ilmiah
akhir.

Semoga seluruh kebaikan, bimbingan, serta dukungan yang diberikan mendapat


berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya


ilmiah akhir, maka kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi karya
ilmiah akhir sangat penulis hargai.

Depok, Juli 2013

Penulis

v
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Thomas Aquino Erjinyuare Amigo


Program Studi : Spesialis Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia
Judul : Salam Aktif Sebagai Bentuk Intervensi Keperawatan
Komunitas Pada Kelompok Lansia Dengan Hipertensi Di
Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok

Salam aktif yang dimodifikasi merupakan bentuk intervensi keperawatan


komunitas untuk menurunkan hipertensi lansia yang dapat dilanjutkan keluarga
dan masyarakat melalui kepung tensi. Penulisan bertujuan memberikan gambaran
pelaksanaan salam aktif dalam pelayanan dan asuhan keperawatan komunitas
melalui integrasi CAP, FCN, konsekuensi fungsional, dan manajemen pada lansia
dengan hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar. Hasil peningkatan perilaku pada 19
kader yaitu pengetahuan 82,89; sikap 82,46; 47,4% sangat baik dan 52,6% baik
melakukan salam aktif; dari 10 keluarga 80% mandiri tingkat IV dan 20% tingkat
III; 73 lansia pengetahuan 80,04; keterampilan 53,9; sikap 79,77; penurunan
tekanan darah tinggi dan melakukan salam aktif secara mandiri.

Kata kunci:
Salam aktif, intervensi keperawatan komunitas, lansia, hipertensi

vii

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


ABSTRACT

Name : Thomas Aquino Erjinyuare Amigo


Study Program : Community Health Nursing Specialisation, Faculty of
Nursing, Universitas Indonesia
Title : Salam Aktif as community nursing intervention on the
aggregate of elderly with Hypertension in Cisalak Pasar,
Cimanggis, Depok

The modified “Salam Aktif” is a community nursing intervention to reduce


hypertension elderly which can be continued by families and communities
through the “kepung tensi”. This study aimed to provide an overview of the
implementation of the “Salam Aktif” in management and community health care
nursing through the integration of the CAP, FCN, functional consequences, and
management theory of hypertension in the elderly with Cisalak Pasar Village. It
resulted 19 cadres have increased the behavior of knowledge (82.89); attitude
(82.46); and very good (47.4%) and good (52.6%) conduct “Salam Aktif”; than 10
families independent level IV (80%) and level I (20%); 73 elderly knowledge
(80.04); skills (53.9); attitude (79.77); lowering high blood pressure and perform
independently “Salam Aktif”.

Key words:
Salam Aktif, community nursing intervention, elderly, hypertension

viii

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL........................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... iii
KATA PENGANTAR...................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK.................................................................. vii
DAFTAR ISI.................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................. xi
DAFTAR SKEMA ........................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 8
1.3 Manfaat .................................................................................... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kelompok Lanjut Usia sebagai Populasi Rentan ..................... 11
2.2 Keperawatan Komunitas.......................................................... 18
2.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas............................ 53
2.4 Peran Perawat Komunitas Pada Kelompok Lansia Dengan
Hipertensi.................................................................................. 55
2.5 Inovasi Terapi Salam Aktif sebagai Bentuk Intervensi
Keperawatan Komunitas........................................................... 58

BAB 3 KERANGKA KONSEP KIA


3.1 Kerangka Konsep Praktik Keperawatan Komunitas............ 64

ix
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
3.2 Profil Wilayah Cisalak Pasar................................................ 67
3.3 Pelaksanaan Modifikasi Salam Aktif.................................... 69

BAB 4 PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


PADA KELOMPOK LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI
KELUARAHAN CISALAK PASAR
4.1 Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas. 71
4.2 Asuhan Keperawatan Keluarga................................................ 99
4.3 Asuhan Keperawatan Komunitas............................................ 112

BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pencapaian Kesenjangan........................................... 124
5.2 Keterbatasan .......................................................................... 132
5.3 Implikasi Keperawatan............................................................. 132

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN


6.1 Simpulan.................................................................................. 134
6.2 Saran......................................................................................... 134

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 136

LAMPIRAN

x
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tingkat kemandirian keluarga lansia dengan hipertensi di


Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Kota Depok, Juni 2013.. 112

Tabel 4.2 Rata-rata dan Standar Deviasi Perilaku Kelompok Lansia


Terhadap Perawatan Hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar,
Cimanggis, Kota Depok Februari 2013 (n=73) ........................ 114

Tabel 4.3 Distribusi berdasarkan kondisi tekanan darah lansia yang


mengalami hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis,
Kota Depok Februari 2013 (n=73) ........................................... 115

Tabel 4.4 Distribusi Perubahan Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik dan


Diastolik Lansia Hipertensi Pre dan Post Salam Aktif Selama
Pertemuan Pertama sampai Kesembilan di Kelurahan Cisalak
Pasar, Cimanggis, Kota Depok, 2013 (n=73) ........................ 120

xi
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
DAFTAR SKEMA

3.1 Skema Kerangka Konsep Residensi ....................................................... 64

3.2 Kerangka Modifikasi Pelaksanaan Salam Aktif ..................................... 69

4.1 Diagram fish bone tentang hasil analisis terhadap manajemen pelayanan
kesehatan pada kelompok lansia dengan hipertensi ............................... 88

4.2 WOC hasil analisis terhadap pengkajian keperawatan keluarga pada


keluarga lansia dengan hipertensi ......................................................... 103

4.3 WOC (Web of Causation) Keperawatan Komunitas ............................ 117

xii
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peran Dan Tanggung Jawab Setiap Jenjang Administrasi

Lampiran 2 Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

Lampiran 3 SOP Salam Aktif Pada Penderita Hipertensi

Lampiran 4 Format Supervisi Kader Melaksanakan “Salam Aktif”

Lampiran 5 Lembar Observasi Pelaksanaan “Salam Aktif” Pada Kader

Lampiran 6 Prioritas Masalah

Lampiran 7 Kontrak Belajar Residen Semester 1

Lampiran 8 Kontrak Belajar Residen Semester 2

Lampiran 9 Kuesioner Pengkajian Pada Aggregate Lansia Dengan Hipertensi

Lampiran 10 Media-media Perawatan Hipertensi

xiii
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
BAB I

PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan akan menjelaskan tentang latar belakang penulisan, tujuan


penulisan mencakup tujuan umum dan khusus, dan manfaat penulisan karya
ilmiah akhir.

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke tahun terus meningkat
dengan pasti. Pertumbuhan tersebut tidak terlepas dari adanya peningkatan Usia
Harapan Hidup (UHH) yang mencapai 70,6 tahun pada tahun 2009 di Indonesia
(Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010a). Usia harapan hidup meningkat terjadi
karena keberhasilan pembangunan yaitu kemajuan dalam bidang kesehatan,
pendidikan, pengetahuan, dan tingkat pendapatan penduduk yang semakin
meningkat.

Dampak dari kemajuan pada berbagai bidang kesehatan salah satunya adalah
peningkatan UHH yang mempunyai konsekuensi terhadap peningkatan jumlah
lansia. Kondisi tersebut dapat tergambar dari fenomena yang terjadi di dunia
seperti UHH penduduk Amerika pada tahun 2005 mencapai 77,9 tahun dan di
Canada mencapai 80,5 tahun (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010),
sedangkan Indonesia mempunyai UHH yang mengalami peningkatan dari tahun
tahun yang ditandai dengan usia 65,5 tahun pada tahun 1990, 68 tahun pada tahun
2000, 68,5 tahun pada tahun 2004, dan 70,6 tahun pada tahun 2009 (Komisi
Nasional Lanjut Usia, 2010a; World Health Organization, 2011). Hasil Susenas
juga menunjukkan UHH Jawa Barat mencapai 63,8 sampai 68 tahun pada tahun
2004 dan menurut BPPS UHH Kota Depok adalah 73,1 tahun pada tahun 2009
(Bappeda Kota Depok & Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2009; Redaksi,
2012), sedangkan UHH Kecamatan Cimanggis sebagai salah satu kecamatan yang
terdapat di Kota Depok adalah 73,66 tahun pada tahun 2009 (Bappeda Kota
Depok & Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2009). UHH yang terus meningkat

1 Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


2

dari tahun ke tahun tentu memberikan dampak pada peningkatan jumlah lansia di
Indonesia secara khusus dan dunia pada umumnya.

Peningkatan jumlah lansia tergambar dari fenomena yang terjadi seperti lansia
yang berusia 65 tahun atau lebih pada tahun 2000 sebesar 12% (35 juta) dari total
populasi, pada tahun 2006 jumlah populasi lansia meningkat menjadi 12,4% (37,3
juta) dari total penduduk di Amerika (Anderson & McFarlane, 2011), sedangkan
jumlah lansia di Indonesia (hasil Susenas BPS-RI 2009) mencapai 8,37% (19,32
juta) dari total seluruh penduduk. Jumlah lansia pada tahun 2005 sebanyak 16,80
juta, tahun 2007 sebanyak 17.166.700, tahun 2008 sebanyak 17.512.100, tahun
2009 sebanyak 17.985.400, dan tahun 2010 sebanyak 18.575.000 (Badan Pusat
Statistik, 2010). Berdasarkan data tersebut, dapat diprediksi jumlah lansia menjadi
13% dari total penduduk tahun 2025 dan menjadi 25% dari total penduduk tahun
2050 (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010a, 2010b). Jawa Barat sebagai salah satu
kota wilayah di Indonesia dari hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) 2006
mencatat bahwa jumlah lansia yang berusia lebih atau sama dengan 60 tahun
sebanyak 13% dari 40.737.594 penduduk (Badan Perencanaan Daerah Provinsi
Jawa Barat, 2007). Hasil laporan PKK menunjukkan jumlah lansia (usia lebih atau
sama dengan 60 tahun) di Kelurahan Cisalak Pasar sebanyak 5,27% (941) lansia
dari total penduduk (Kelurahan Cisalak Pasar, 2011).

Jumlah lansia yang banyak mempunyai dampak terhadap meningkatnya masalah


kesehatan atau mempuyai risiko tinggi mengalami gangguan kesehatan.
Kelompok yang mempunyai risiko tinggi terhadap masalah kesehatan disebut
sebagai kelompok rentan/vulnerable population (Allender, Rector, & Warner,
2010; Maurer & Smith, 2005). Konsep tentang kelompok rentan mencakup
ketersediaan sumber, risiko relatif, dan status kesehatan (Flaskerud & Winslow,
1998 dalam Allender, Rector, & Warner, 2010). Kondisi yang berkaitan dengan
ketersedian sumber mencakup sosioekonomi (penghasilan menurun pada lansia;
pensiun dari pekerjaan; peran yang berubah menjadi nenek dan kakek; tidak
adanya dukungan keluarga; stres yang dialami lansia; cemas; depresi;
karakteristik personal seperti mudah marah suka bermusuhan pada lansia),

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


3

lingkungan (kesulitan menjangkau pelayanan kesehatan; kualitas pelayanan


kesehatan yang tidak memadai; dan tidak mempunyai jaminan pelayanan
kesehatan), dan keterbatasan pelayanan kesehatan (Allender, Rector, & Warner,
2010; Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999; Miller, 2012) seperti posbindu atau
pos pembinaan terpadu untuk pelayanan kesehatan bagi lansia di masyarakat
(Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010a).

Karakteristik lainnya yaitu risiko relatif yang merupakan faktor risiko munculnya
masalah kesehatan mencakup gaya hidup, perilaku, dan berbagai pilihan dalam
hidup (seperti diet yang buruk, kurang latihan/olahraga, merokok, minum alkohol
yang berlebihan), kegemukan atau berat badan berlebih, kurang menggunakan
pelayanan kesehatan (promosi kesehatan tentang hipertensi), peristiwa yang
membuat stres seperti kekerasan atau penganiayaan pada lansia (Allender, Rector,
& Warner, 2010; Maurer & Smith, 2005; Miller, 2012; Tabloski, 2006; Wallace,
2008). Kondisi tersebut tampak pada fenomena yang terjadi secara nasional di
Indonesia seperti hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan berat badan berlebih
sebanyak 18,8%; makan makanan asin 24,5%; sering makan-makanan berlemak
(tinggi lemak) 12,8%; kurang konsumsi sayur dan buah 93,6%; kurang melakukan
aktivitas fisik atau latihan 48,2%; merokok setiap hari 23,7%; konsumsi alkohol
sebanyak 4,6% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008; Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, 2010).

Karakteristik kelompok rentan lainnya berupa status kesehatan (Allender, Rector,


& Warner, 2010). Status kesehatan merupakan kondisi kesehatan seorang individu
(Blois, Hayes, Kozier, & Erb, 2006). Status kesehatan individu mencakup
aktivitas fisik, kelebihan berat badan atau obesitas, merokok atau menggunakan
tembakau, kesehatan mental, cedera dan kekerasan, kualitas lingkungan, dan akses
atau jangkauan pelayanan kesehatan (Allender, Rector, & Warner, 2010). Status
kesehatan juga berkaitan dengan perubahan fisik berupa proses penuaan yang
terjadi pada berbagai sistem salah satunya adalah sistem kardiovaskular (Miller,
2012; Tabloski, 2006; Wallace, 2008). Perubahan pada sistem kardiovaskular

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


4

meliputi perubahan pada miokardial, kekakuan pada pembuluh darah, peningkatan


tekanan perifer, dan gangguan mekanisme barorefleks (Miller, 2012; Tabloski,
2006; Wallace, 2008). Perubahan tersebut menimbulkan konsekuensi fungsional
negatif yang mencakup penurunan respon terhadap latihan, meningkatnya
kerentanan terhadap aritmia, penurunan aliran darah ke otak, serta meningkatnya
kerentanan terhadap hipertensi pada lansia (Miller, 2012; Tabloski, 2006;
Wallace, 2008). Jadi, proses penuaan juga membuat lansia termasuk dalam
kelompok rentan (Miller, 2012).

Morbiditas atau angka kesakitan tampak pada fenomena hipertensi yang terjadi di
Amerika pada tahun 1990-1992 mempunyai prevalensi terbanyak yang dialami
oleh populasi yang berusia lebih dari 65 tahun dan tahun 2004 - 2005 sebanyak
48% lansia mengalami hipertensi (Anderson & McFarlane, 2011; Hitchcock,
Schubert, & Thomas, 1999). Indonesia mempunyai kasus hipertensi primer yang
melakukan rawat inap sebanyak 19874 dan meninggal sebanyak 955 dan kasus
baru tahun 2010 yang melakukan rawat jalan sebanyak 80615 (Kementrian
Kesehatan Indonesia Republik Indonesia, 2011) dan prevalensi hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk Indonesia adalah
sebesar 31,7% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008) dan prevalensi lansia yang mengalami
hipertensi yaitu sebesar 40% (Suhadi, Sahar, & Rekawati, 2012). Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa kasus hipertensi pada lansia yang terjadi di Indonesia cukup
tinggi.

Hipertensi sebagai salah satu masalah yang terjadi pada sistem kardiovaskular
merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang dapat terjadi pada
semua kelompok usia termasuk lansia (Mauk, 2006). Kondisi tersebut tergambar
dari 35 juta individu meninggal pada tahun 2004 menjadi kurang lebih 36 juta
individu meninggal karena PTM tahun 2008 di tingkat dunia (World Health
Organization, 2011), sedangkan di Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun 2007
angka kematian penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995
menjadi 59,5% pada tahun 2007 (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


5

Menular, 2010) dan angka kematian akibat hipertensi di Indonesia sekitar 50%
(Suhadi, Sahar, & Rekawati, 2012).

Masalah hipertensi yang terjadi di masyarakat khususnya kelompok lansia dapat


dipengaruhi berbagai faktor risiko (Allender, Rector, & Warner, 2010; Miller,
2012). Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada berbagai elemen yang
terdapat di masyarakat Kelurahan Cisalak Pasar menunjukkan bahwa faktor risiko
yang terjadi berupa pemukiman yang cukup padat yang tampak dari jarak dari
rumah ke rumah yang lainnya hanya berbatasan dengan tembok atau sekitar satu
meter, tingkat kebisingan yang cukup tinggi yang ditandai dengan adanya area
pasar pada wilayah tersebut, banyak terdapat industri kecil seperti bengkel motor,
bengkel besi atau perangkai besi, lansia yang berperan sebagai kakek atau nenek
yang banyak mengurus cucu, lansia yang masih bekerja di pasar, belum adanya
pelayanan kesehatan terutama kelompok pendukung bagi kesehatan lansia seperti
pada lansia hipertensi, dan kepadatan lalulintas. Kondisi tersebut dapat menjadi
faktor risiko terjadinya masalah hipertensi pada kelompok lansia di Kelurahan
Cisalak Pasar sehingga diperlukan perhatian dari berbagai lapisan masyarakat.

Fenomena pada lansia juga menimbulkan permasalahan global yang disebabkan


oleh keterbatasan lansia terutama karena faktor usia dan biologis sebagai proses
penuaan serta faktor risiko pada lansia (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010b;
Miller, 2004, 2012). Bantuan dan perlindungan bagi lansia diperlukan pada
berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan dan pelatihan, kemudahan dalam
penggunaan fasilitas dan sarana serta prasarana umum, kemudahan dalam layanan
dan sebagainya. Kondisi lain yang perlu diperhatikan yaitu kemauan lansia dalam
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang terdapat di masyarakat (Komisi
Nasional Lanjut Usia, 2010b).

Perhatian seluruh masyarakat mencakup berbagai kalangan seperti pemerintah,


masyarakat, keluarga, dan petugas atau pelayanan kesehatan karena jika tidak
dilakukan penanganan dapat berdampak pada peningkatan kejadian masalah
hipertensi dan lebih lanjut terjadi peningkatan angka kematian seperti fenomena

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


6

yang telah dipaparkan. Petugas kesehatan salah satunya adalah perawat. Perawat
perlu menyediakan asuhan keperawatan secara holistik dan komprehensif
terhadap masalah kerentanan yang terjadi pada kelompok lansia (Rogers dalam
Ruof, 2004). Perkembangan keperawatan saat ini membuat perawat mempunyai
berbagai bidang spesialisasi, salah satunya adalah spesialisasi keperawatan
komunitas. Perawat komunitas mempunyai berbagai peran di antaranya adalah
sebagai manajer dan pemberi asuhan keperawatan (Allender, Rector, & Warner,
2010).

Perawat sebagai manajer berperan dalam mengelola pelayanan kesehatan secara


langsung untuk kebutuhan masyarakat dengan menjalankan fungsi manajemen
yaitu perencanaan dan pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan evaluasi
kemajuan dari tujuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan kesehatan lansia
dengan hipertensi (Allender, Rector, & Warner, 2010; Marquis & Huston, 2012)
dan sebagai pemberi asuhan perawat memberikan asuhan keperawatan tidak
hanya individu dan keluarga tetapi juga kelompok dan populasi lansia yang
mengalami hipertensi (Allender, Rector, & Warner, 2010). Perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan tidak terlepas dari peran lainnya seperti
edukator, advokasi, kolaborator, leader/pemimpin, dan peneliti (Allender, Rector,
& Warner, 2010).

Perawat komunitas dalam mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan


menggunakan berbagai teori dan model sebagai landasan praktik. Teori dan model
yang digunakan dalam karya ilmiah akhir (KIA) yaitu integrasi teori dan model
manajemen keperawatan, community as partner, family center nursing, dan
konsekuensi fungsional (Anderson & McFarlane, 2011; Friedman, Bowden, &
Jones, 2003; Marquis & Huston, 2012; Miller, 2012). Integrasi keempat teori dan
model tersebut digunakan dalam melakukan asuhan keperawatan melalui proses
keperawatan yang meliputi pengkajian faktor risiko dan manajemen keperawatan,
mengidentifikasi diagnosis keperawatan, membuat rencana untuk mencapai hasil
yang diharapkan, implementasi intervensi keperawatan, dan melakukan evaluasi
terhadap efektifitas dari intervensi yang diberikan (Miller, 2012).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


7

Pemberian asuhan keperawatan komunitas pada kelompok lansia dengan


hipertensi, penulis lebih menitikberatkan pada intervensi keperawatan komunitas.
Intervensi keperawatan komunitas yang berfokus pada pada promosi kesehatan
dan intervensi segera yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat (Allender, Rector, & Warner, 2010). Berbagai intervensi yang dapat
diberikan kepada kelompok lansia dengan hipertensi seperti terapi komplementer,
pemberian informasi tentang masalah kesehatan, pengaturan pola makan, latihan
atau olahraga (Miller, 2012; Snyder & Lindquist, 2010). Terapi komplementer
yang diberikan pada kelompok lansia dengan hipertensi yaitu nafas dalam, musik,
dan modifikasi relaksasi otot progresif (Snyder & Lindquist, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nafas dalam dapat digunakan untuk


menurunkan tekanan darah tinggi yang disertai dengan musik (Schein et al.,
2001), penelitian lain juga menunjukkan bahwa nafas dalam yang disertai musik
secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah tinggi baik sistolik maupun
diastolik (Kaushik, Kaushik, Mahajan, & Rajesh, 2006). Hasil penelitian yang
berkaitan dengan teknik relaksasi otot progresif juga menunjukkan bahwa teknik
tersebut memberikan dampak perubahan tekanan darah tinggi ke arah menurun
(Hamarno, Nurachmah, & Widyatuti, 2010). Berdasarkan intervensi yang
diberikan tersebut dalam berbagai penelitian yang dilakukan, maka penulis
mengitegrasikan ketiga terapi tersebut dengan nama terapi “SALAM AKTIF
(nafaS dALAm – Musik – relAKsasi otoT progresIF)” sebagai bentuk inovasi
penulis. Penulis berharap dengan memberikan terapi Salam Aktif dengan
modifikasi terhadap relaksasi otot progresif dapat lebih cepat menurunkan tekanan
darah tinggi pada kelompok lansia dengan hipertensi.

Pelaksanaan terapi Salam Aktif pada kelompok lansia dengan hipertensi


membutuhkan peran serta dari elemen masyarakat sebagai bentuk pemberdayaan
dan kerja sama dengan masyarakat (Allender, Rector, & Warner, 2010; Helvie,
1998; Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999). Bentuk pemberdayaan dan kerja
sama dengan masyarakat berupa proses kelompok melalui pembentukan
kelompok pendukung atau social support (Pander, Murdaugh, & Parsons, 2002)

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


8

khusus masalah hipertensi yang dapat membantu tenaga perawat dalam


memberikan perawatan pada kelompok lansia hipertensi dengan melakukan Salam
Aktif yang telah dimodifikasi. Kelompok pendukung tersebut dinamakan
“KEPUNG TENSI (KElompok PendukUNG hiperTENSI)” yang berperan
sebagai wadah untuk melaksanakan Salam Aktif yang telah dimodifikasi pada
kelompok lansia dengan hipertensi.

Berdasarkan fenomena tersebut yang menunjukkan belum ada integrasi antara


intervensi teknik nafas dalam, musik, dan modifikasi relaksasi otot progresif maka
penulis tertarik mengembangkan dan menerapkan integrasi nafas dalam, musik,
dan relaksasi otot progresif dengan nama terapi Salam Aktif yang diterapkan pada
kelompok lansia dengan hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis,
Depok.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran pelaksanaan terapi salam aktif dalam pelayanan dan
asuhan keperawatan komunitas melalui integrasi teori Community as Partner,
Family Center Nursing, konsekuensi fugsional, dan manajemen pada kelompok
lansia dengan hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus mencakup:
a. Peningkatan perilaku anggota kepung tensi yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terhadap perawatan hipertensi melalui pelaksanaan
salam aktif pada kelompok lansia di Kelurahan Cisalak Pasar.
b. Peningkatan keterampilan anggota kepung tensi dalam melakukan supervisi
dan umpan balik pelaksanaan salam aktif pada kelompok lansia dengan
hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar
c. Tergambar peningkatan perilaku kelompok lansia dengan hipertensi
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap perawatan
hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


9

d. Penurunan tekanan darah tinggi setelah pelaksanaan salam aktif pada


kelompok lansia dengan hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar.
e. Peningkatan perilaku keluarga yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam perawatan lansia dengan hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar.
f. Peningkatan kemandirian keluarga dalam melakukan perawatan lansia dengan
hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan mencakup:
1.3.1 Pengelola Program
1.3.1.1 Dinas Kesehatan
Dasar bagi dinas kesehatan untuk menyertakan kegiatan “Salam Aktif” pada
berbagai kegiatan dalam menangani masalah hipertensi pada kelompok lansia
serta melibatkan secara khusus tenaga perawat agar dapat dievaluasi pelaksanaan
Salam Aktif secara komprehensif dan melibatkan kader melalui kelompok
pendukung hipertensi pada lansia (Kepung Tensi) agar keterampilan kepung tensi
tetap optimal.

1.3.1.2 Puskesmas
Pihak puskesmas dapat mengembangkan program inovasi tambahan pada
pelayanan posbindu di meja keempat dengan melaksanakan “Salam Aktif” baik
secara individu atau pun berkelompok pada lansia dengan hipertensi yang dapat
dilakukan terpisah dari jadwal posbindu agar lebih efektif dalam pelaksanaannya.

1.3.1.3 Perawat Kesehatan Masyarakat (Perawat Komunitas)


Tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas/Dinas Kesehatan sebagai Perawat
Kesehatan Masyarakat (Perawat Komunitas) dapat melaksanakan “Salam Aktif”
secara langsung pada kelompok lansia dengan hipertensi atau keluarga, atau
dengan melibatkan kader atau kepung tensi sehingga dapat dievaluasi secara
langsung oleh perawat karena perawat yang lebih berkompetensi dalam
melakukan dan mengevaluasi pelaksanaan “Salam Aktif.”

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


10

1.3.2 Kader Kesehatan


Kader atau kelompok pendukung hipertensi yang telah terbentuk dapat
melanjutkan tugas dalam melakukan perawatan hipertensi pada kelompok lansia
dengan melaksanakan “Salam Aktif” yang telah dimodifikasi secara berkelanjutan
pada kelompok lansia atau keluarga serta mampu memberikan umpan balik
kepada lansia atau keluarga terkait pelaksanaan “Salam Aktif” serta tidak
mengesampingkan perawatan hipertensi lainnya seperti pemeriksaan tekanan
darah, pendidikan kesehatan, pengaturan pola makan rendah garam dan rendah
lemak, latihan atau exercise ringan pada kelompok atau keluarga lansia.

1.3.3 Lansia, Keluarga, dan Masyarakat


Peningkatan perilaku lansia, keluarga, dan masyarakat dalam perawatan hipertensi
melalui pelaksanaan “Salam Akitf” yang telah dimodifikasi serta perawatan
hipertensi lainnya seperti mau melakukan pemeriksaan tekanan darah secara
berkelanjutan, mengikuti pendidikan kesehatan, mengatur pola makan rendah
garam dan rendah lemak, melakukan latihan atau exercise ringan, dan
meningkatkan kemandirian keluarga.

1.3.4 Perkembangan Ilmu Keperawatan


Penulisan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengembangkan intervensi
keperawatan dengan mengintegrasikan terapi nafas dalam, musik, dan relaksasi
otot progresif untuk perawatan pada kelompok lansia dengan hipertensi.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Bagian tinjauan pustaka akan memaparkan teori yang menjadi sumber referensi
atau landasan dalam menulis karya ilmiah akhir. Tinjauan pustaka yang akan
digunakan dalam penelitian mencakup lanjut usia sebagai populasi rentan
(vulnerable population), keperawatan komunitas yang mencakup manajamen
pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang teridiri dari asuhan
keperawatan komunitas dan keluarga.

2.1. Kelompok Lanjut Usia Sebagai Populasi Rentan (Vulnerable


Population)
2.1.1. Definisi Populasi Rentan
Populasi adalah sekumpulan individu atau kelompok yang bertempat tinggal di
suatu wilayah (Maurer & Smith, 2005). Definisi lain terkait populasi adalah
semua orang yang menduduki suatu wilayah atau semua orang yang berbagi satu
atau lebih karakteristik (Allender, Rector, & Warner, 2010), sedangkan
vulnerability menurut New Collins Dictionary dan Webster’s Distionary berarti
mudah mengalami gangguan fisik atau cedera atau luka (Mechanic & Tanner,
2007; Polit & Beck, 2012; Rose & Killien, 1983). Pendapat lain tentang
vulnerability adalah masalah derajat atau tingkatan sehingga perawat dalam
menentukan kerentanan dengan melihat berbagai faktor yaitu usia, jenis kelamin,
ras, etnik, dukungan sosial, pendidikan, pendapatan, dan perubahan hidup (Rogers
dalam Ruof, 2004).

Populasi rentan atau vulnerable population adalah kelompok sosial yang


mengalami keterbatasan sumber dan berakibat resiko relatif tinggi terhadap
kesakitan atau morbiditas dan kematian atau mortalitas (Flaskerud, Jacquelyn dan
Winslow dalam Allender, Rector, & Warner, 2010; Ruof 2004). Populasi rentan
juga merupakan kelompok yang mempunyai kumpulan dari berbagai risiko,
mengalami berbagai masalah, terutama sangat sensitif terhadap berbagai risiko
(Stanhope & Lancaster, 2004). Populasi rentan ialah kelompok yang mempunyai

11 Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


12

karakteristik lebih memungkinkan berkembangnya masalah kesehatan, lebih


mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan, kemungkinan besar
penghasilannya kurang atau masa hidup lebih singkat akibat kondisi kesehatan
(Maurer & Smith, 2005). Populasi rentan juga merupakan kelompok yang
mempunyai resiko tinggi terhadap terganggu atau munculnya masalah kesehatan
(Allender, Rector, & Warner, 2010). Kelompok rentan juga berarti kelompok
yang mempunyai kondisi kesehatan yang buruk (Blacksher, Erika, Stone, & John,
2002 dalam Ruof, 2004). Berdasarkan pendapat para ahli maka populasi rentan
adalah kelompok yang mempunyai resiko tinggi terhadap masalah kesehatan,
keterbatasan berbagai sumber yang dapat berdampak pada kematian.

Lansia sebagai kelompok vulnerable karena mengalami perubahan fisiologis yang


berkaitan dengan usia atau proses penuaan disertai juga dengan berbagai penyakit
kronis yang mengakibatkan keterbatasan fungsional (Miller, 2012; Stanhope &
Lancaster, 2004). Status sosioekonomi yang lemah, gaya hidup yang buruk,
masalah psikis akibat kemiskinan atau pensiun, keturunan dapat membuat lansia
termasuk kelompok rentan (Maurer & Smith, 2005). Kondisi tersebut ditambah
dengan proses penuaan dan mengalami penyakit kronis seperti hipertensi
membuat lansia termasuk dalam populasi rentan (U.S Department of Health and
Human Services, 2000 dalam Maurer & Smith, 2005).

2.1.2. Karakteristik Populasi Rentan


Karakteristik populasi rentan mencakup sumber yang dapat dicapai, risiko relatif,
dan status kesehatan (Flaskerud & Winslow, 1998 dalam Allender, Rector, &
Warner, 2010).

2.1.1.1. Ketersediaan Sumber


Kondisi yang berkaitan dengan ketersediaan sumber mencakup sosioekonomi
serta jaringan dan dukungan sosial, keterbatasan diri, dan lingkungan (Allender,
Rector, & Warner, 2010; Mechanic & Tanner, 2007). Ketersediaan sosioekonomi
mencakup sosial yaitu kebisingan, kepadatan lalulintas, polusi, kejahatan dan
korban penipuan, berperan menjadi kakek atau nenek (Mechanic & Tanner, 2007).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


13

Kondisi lain yang berkaitan dengan ekonomi seperti penghasilan menurun pada
lansia, pensiun dari pekerjaan, penurunan produktivitas dalam bekerja, tingkat
pendidikan yang rendah berdampak pada pengetahuan, penyediaan makanan, dan
menjangkau pelayanan kesehatan yang tidak adekuat (Allender, Rector, &
Warner, 2010; Mechanic & Tanner, 2007).

Ketersediaan sumber yang berkaitan jaringan dan dukungan sosial yang tidak
memadai seperti tidak adanya bantuan emosional dan praktis dalam menangani
stressor yang dialami dan sering membuat perbedaan antara koping yang adekuat
dan tidak adekuat (Mechanic & Tanner, 2007). Kondisi lain yang juga sering
terjadi yaitu isolasi sosial terhadap lansia, tidak mempunyai jaringan sosial karena
kehilangan atau kematian pasangan hidup, kehilangan atau kematian saudara
kandung atau teman, kecemasan dan depresi (Allender, Rector, & Warner, 2010;
Mechanic & Tanner, 2007).

Ketersediaan sumber yang berkaitan dengan lingkungan ditandai dengan kesulitan


mengakses pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan yang tidak
memadai, dan tidak mempunyai jaminan pelayanan kesehatan serta keterbatasan
individu yang mencakup cemas; depresi; karakteristik personal seperti mudah
marah (Allender, Rector, & Warner, 2010; Friedman, Bowden, & Jones, 2003;
Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999; Miller, 2012), padahal lansia lebih banyak
mengalami masalah kesehatan seperti pada sistem kardiovaskular terutama
hipertensi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003; Miller, 2012). Kondisi lain yang
terjadi pada lansia yaitu keterbatasan diri seperti kesulitan dalam belajar atau
memahami masalah kesehatan yang berkaitan dengan hipertensi dan mudah marah
(Allender, Rector, & Warner, 2010; Mechanic & Tanner, 2007).

Ketersedian sumber yang berkaitan dengan kondisi sosioekonomi sesuai dengan


hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tersebut menjadi salah satu faktor
yang memberikan kontribusi terhadap masalah pada sistem kardiovaskular seperti
hipertensi (Bornao, Engstram, Essaon, & Hedblad, 2012).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


14

2.1.1.2. Risiko Relatif


Karakteristik kelompok vulnerable lainnya yaitu risiko relatif (Allender, Rector,
& Warner, 2010). Risiko relatif adalah suatu ukuran kekuatan hubungan antara
suatu paparan dengan kejadian penyakit sehingga lebih lanjut dalam epidemiologi
modern risiko relatif menyebutnya sebagai konsep faktor risiko (Carr, Unwin, &
Pless-Mulloli, 2007). Faktor risiko adalah kondisi yang berkaitan dengan
peningkatan probabilitas (risiko) terjadinya penyakit tetapi tidak berarti faktor
tersebut merupakan penyebab penyakit (Carr, Unwin, & Pless-Mulloli, 2007).

Faktor risiko munculnya masalah hipertensi mencakup gaya hidup, perilaku, dan
berbagai pilihan (diet yang buruk, kurang latihan/olahraga, merokok, minum
alkohol yang berlebihan), kegemukan atau obesitas, aterosklerosis, penggunaan
pelayanan kesehatan (promosi kesehatan tentang hipertensi), peristiwa yang
membuat stres (kejahatan pada lansia, kekerasan pada lansia), dan proses penuaan
yang mencakup perubahan pada miokardial, kekakuan pada pembuluh darah,
peningkatan tekanan perifer, dan gangguan mekanisme barorefleks dan faktor
risiko menimbulkan konsekuensi fungsional negatif yang mencakup penurunan
respon terhadap latihan, meningkatnya kerentanan terhadap aritmia, penurunan
aliran darah ke otak, serta meningkatnya kerentanan terhadap hipotensi dan
hipertensi pada lansia (Allender, Rector, & Warner, 2010; Mauk, 2006; Maurer &
Smith, 2005; Miller, 2012; Stanhope & Lancaster, 2004; Tabloski, 2006; Wallace,
2008). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kebiasaan merokok, kurang
melakukan aktivitas fisik, konsumsi alkohol yang berlebihan, berat badan yang
berlebihan merupakan risiko gaya hidup yang mempunyai hubungan dengan
masalah sistem kardiovaskular salah satunya adalah hipertensi (Bornao, Engstram,
Essaon, & Hedblad, 2012).

Penyakit kronis yang terjadi pada lansia juga karena proses penuaan yang
diperkuat dengan faktor risiko mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem
kardiovakular salah satunya adalah hipertensi (Miller, 1995).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


15

2.1.1.3. Status Kesehatan


Kesehatan menurut teori konsekuensi fungsional adalah kemampuan lansia untuk
berfungsi secara optimal meskipun mengalami perubahan yang berkaitan dengan
penuaan dan faktor risiko (Miller, 2012). Menurut Williams (1979 dalam
Anderson & McFarlane, 2011) kesehatan lansia adalah kemampuan untuk hidup
dan berfungsi secara efektif di masyarakat, melakukan latihan secara mandiri, dan
memiliki otonomi secara optimal tetapi tidak harus bebas atau terlepas dari
penyakit. Menurut Messecar (2002 dalam Anderson & McFarlane, 2011)
kesehatan lansia adalah ketika lansia dapat pergi dan melakukan sesuatu yang
bermakna, dapat berguna dan diharapkan dapat melakukan sesuatu, adanya
keseimbangan antara kemampuan dan tantangan, sesuai dengan sumber daya yang
dimiliki, dan memiliki kepribadian yang berkarakter.

Status kesehatan individu seperti lansia yaitu situasi atau kondisi kesehatan
seseorang pada waktu atau periode tertentu yang bergantung pada perilaku
kesehatan lansia seperti kemampuan memahami status kesehatan sendiri,
kemampuan mempertahankan status kesehatan yang optimal, mencegah faktor
risiko penyakit atau cedera, dan kemampuan mencapai potensi fisik dan mental
secara optimal (Blois, Hayes, Kozier, & Erb, 2006). Status kesehatan lansia
sebagai individu dan salah satu anggota keluarga dengan keluarga saling
mempengaruhi, apalagi ditunjangi oleh penurunan fungsi fisik (kardiovaskular)
membuat status kesehatan lansia mengalami penurunan sehingga memerlukan
asuhan keperawatan komunitas sebagai pemberi asuhan agar lansia mengalami
penuaan yang sehat (healthy ageing) (Friedman, Bowden, & Jones, 2003; Miller,
2012).

Status kesehatan sebagai dampak lebih lanjut terkait ketersediaan sumber yang
mencakup aspek psikososial dan risiko relatif memberikan kontribusi
meningkatnya masalah hipertensi dan bahkan mengakibatkan kematian pada
lansia (Swanson & Nies, 1995). Status kesehatan juga berkaitan dengan
penurunan fisik sebagai akibat proses penuaan. Proses penuaan yang terjadi pada
lansia berkaitan dengan usia lansia yang tergambar pada umur menurut kronologis

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


16

meliputi young old yaitu kelompok lansia yang berusia 65 sampai 74 tahun;
middle old yaitu kelompok lansia yang berusia 75 sampai 84 tahun; dan old old
atau very old atau frail elderly yaitu kelompok lansia yang berusia lebih atau
samadengan 85 tahun (Mauk, 2006; Miller, 2012). Lansia yang disebut old atau
older adults ialah kelompok usia yang berumur lebih dari 65 tahun (Anderson &
McFarlane, 2011; Carmody & Forster, 2003; Mauk, 2006). Menurut UU No. 13
tahun 1998 dan PP RI No. 43 tahun 2004, lansia ialah individu yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Biro Hukum dan Humas BPKP, 1998, 2004).
Banyak lansia yang berusia lebih dari 60 tahun mengalami penyakit kronis seperti
hipertensi (Swanson & Nies, 1995).

Kondisi yang terjadi seperti masalah psikososial, sosioekonomi, dan penurunan


fisik berdampak pada konsekuensi negatif yaitu masalah hipertensi pada lansia
(Allender, Rector, & Warner, 2010; Miller, 2012). Hipertensi ialah kondisi
tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau tekanan darah yang membutuhkan
pengobatan antihipertensi (Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure 2003 dalam Tabloski, 2006;
Wallace, 2008; & Miller, 2012). Perubahan tekanan darah yang berkaitan dengan
usia yaitu meningkatnya secara bertahap tekanan darah diastolik sampai usia 60
tahun pada laki-laki dan 80 tahun wanita, tekanan darah sistolik meningkat juga
secara bertahap sampai usia 80 tahun dan lebih tinggi wanita daripada pria,
tekanan darah sistolik meningkat lebih tinggi daripada tekanan darah diastolik,
dan setelah usia 70 atau 75 tahun tekanan darah diastolik dan sistolik sedikit
menurun pada laki-laki dan wanita (Miller, 2012).

Hipertensi merupakan penyakit pada sistem kardiovaskular, dan pada lansia


kondisi tersebut merupakan faktor risko utama terjadinya penyakit pada
cardiovaskular mencakup penyakit arteri koroner, stroke, penyakit arteri perifer,
dan gagal jantung kongestif dan sejak tahun 2000-an ditemukan bahwa kondisi
tekanan darah 130 sampai 139/85 sampai 89 mmHg menjadi faktor risiko
penyakit stroke, infark miokard, sudden cardiac death, penyakit jantung koroner,
gagal jantungm penyakit ginjal, dan semuanya dapat mengakibatkan kematian

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


17

(Aronow, 2008 dan Kokubo et al., dalam Miller 2012). Jadi, hipertensi merupakan
penyakit pada sistem kardiovaskular dan juga merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit sistem kardiovaskular lainnya (Mauk, 2006; Miller, 2012).

Menurut Hunt dan William (1999 dalam Tabloski, 2006) individu yang secara
genetik mengalami peningkatan tekanan darah maka akan berisiko mengalami
hipertensi. Hipertensi dianggap sebagai silent killer karena sebagian tanpa tanda
dan gejala, namun beberapa lansia mengalami sakit kepala karena hipertensi
(Wallace, 2008). Kondisi lain yang terjadi seperti sumber daya lingkungan yang
tidak memadai berdampak kurangnya pelayanan terhadap populasi sehingga
mengakibatkan tingginya morbiditas hipertensi pada lansia (Allender, Rector, &
Warner, 2010).

Tabel 2.1 Kategori tekanan darah menurut The Joint National Committee of the
National High Blood Pressure Education Program VII
Kategori Klasifikasi
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi tingkat I 140-159 atau 90-99
Hipertensi tingkat II ≥160 atau ≥100
Sumber: Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment
of High Blood Pressure (2003 dalam Essential Gerontological Nursing Tabloski, 2006;
Wallace, 2008 dan Nursing for Wellness in Older Adults Miller, 2012)

Kondisi yang perlu diperhatikan berkaitan dengan laporan JNC VII:


a. Individu dengan tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg atau tekanan darah
diastolik 80 – 89 mmHg sudah termasuk prehipertensi dan perlu promosi
kesehatan yang berkaitan dengan modifikasi gaya hidup untuk mencegah
penyakit kardiovaskular.
b. Pasien dengan hipertensi dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai
tekanan darah yang diinginkan (kurang dari 140/90 mmHg atau kurang dari
130/80 mmHg).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


18

c. Tenaga kesehatan membina hubungan saling percaya dan sebagai pemberi


motivasi yang kuat kepada klien (Joint National Committee, 2003 dalam
Tabloski 2006).

Lansia perlu melakukan pegontrolan terhadap tekanan darah karena tekanan darah
dapat menjadi faktor risiko dan juga mengakibatkan masalah kesehatan yang
serius seperti penyakit jantung dan stroke sehingga perlu dilakukan pengelolaan
dan perawatan terhadap masalah hipertensi pada lansia baik individu, keluarga,
kelompok, maupun masyarakat (Allender, Rector, & Warner, 2010; Miller, 2012).

2.2. Keperawatan Komunitas


Praktik keperawatan komunitas (community health nursing practice) adalah
sintesis teori keperawatan dan teori kesehatan masyarakat untuk promosi,
pemeliharaan, dan perawatan kesehatan populasi melalui pemberian pelayanan
keperawatan pada individu, keluarga, dan kelompok yang mempunyai pengaruh
terhadap kesehatan komunitas (Stanhope & Lancaster, 2004).

2.2.1. Unsur-Unsur Penting Dalam Kesehatan Masyarakat


Keperawatan komunitas perlu mengetahui unsur-unsur penting dalam kesehatan
masyarakat mencakup (Allender, Rector, & Warner, 2010):
a. Prioritasnya adalah pencegahan, proteksi, dan promosi kesehatan (hipertensi)
tanpa mengesampingkan kuratif sebagai bentuk praktik profesional.
b. Mengukur dan menganalisis masalah kesehatan komunitas dengan konsep
epidemiologi dan biostatistik
c. Mempengaruhi faktor lingkungan untuk kesehatan aggregate atau kelompok.
d. Prinsip yang mendasari adalah manajemen dan pengorganisasian kesehatan
komunitas karena tujuannya adalah kesehatan masyarakat yang dicapai
melalui pengorganisasian masyarakat.
e. Analisis kebijakan dan pengembangan publik beserta advokasi terhadap
kesehatan dan pemahaman terhadap proses politik

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


19

2.2.2. Karakteristik Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas mempunyai karakteristik mencakup (Clark, 2008 dalam
Maglaya et al., 2009):
a. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit (hipertensi) sebagai bentuk
praktik profesional.
b. Praktik keperawatan komunitas dilakukan secara komprehensif, general, dan
berkelanjutan.
c. Tiga level atau tingkatan klien yaitu individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat (populasi) lansia yang mengalami hipertensi
d. Perawat dan klien berkolaborasi secara setara dalam melakukan pengawasan
dan membuat keputusan yang berkaitan dengan perawatan kesehatan lansia
dengan hipertensi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003; Maglaya et al., 2009).
e. Perawat mengenal dampak dari faktor yang berbeda pada kesehatan dan
mempunyai kesadaran yang lebih besar terhadap situasi dan kehidupan klien.

Pendapat lain terkait karakteristik keperawatan komunitas mencakup (Allender,


Rector, & Warner, 2010; Anderson & McFarlane, 2011):
a. Klien atau unit perawatannya adalah populasi
b. Kewajiban utama adalah mencapai kebaikan terbesar dan jumlah terbesar
penduduk atau populasi secara keseluruhan.
c. Bekerja di dalam kemitraan dengan komunitas
d. Pemilihan kegiatan yang paling tepat dan menjadi prioritas adalah
pencegahan primer.
e. Melakukan seleksi strategi untuk membuat kondisi lingkungan, sosial, dan
ekonomi yang sehat menjadi fokus populasi
f. Mempunyai kewajiban untuk secara aktif menjangkau semua orang yang
mungkin mendapat manfaat dari kegiatan atau pelayanan tertentu
g. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia untuk menjamin
peningkatan kesehatan penduduk
h. Bekerjasama dengan profesi, organisasi, dan berbagai pihak sebagai cara
yang paling efektif untuk melakukan promosi dan perlindungan bagi
kesehatan penduduk

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


20

2.2.3. Manajemen Pelayanan Kesehatan


2.2.3.1. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan proses pelaksanaan kerja yang dilakukan melalui oleh
orang lain (Gillies, 1994). Manajemen juga merupakan suatu proses memimpin
dan mengarahkan semua atau bagian dari sebuah organisasi melalui penyebaran
dan manipulasi sumber daya yang tersedia (Marquis & Huston, 2012). Esensial
dari manajemen adalah menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Whitehead,
Weiss, & Tappen, 2010). Berdasarkan definisi yang disampaikan para ahli maka
dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses bekerja dengan
mengarahkan sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes)


melakukan pengelolaan terhadap masalah pada sistem kardiovaskuler yaitu
penyakit jantung dan pembuluh darah dengan melibatkan seluruh potensi yang
terdapat di masyarakat (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2006,
2007, 2010, 2011). Pemerintah RI juga melalui Departemen Kesehatan (Depkes)
telah menyusun kebijakan dan strategi nasional pencegahan dan penanggulangan
penyakit tidak menular (PTM) yang meliputi tiga komponen utama yaitu
surveilans PTM, promosi dan pencegahan PTM serta manajemen dan pelayanan
PTM (Pusat Promosi Kesehatan, 2007).

2.2.3.2. Fungsi Manajemen


Fungsi manajemen pelayanan mencakup perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), pengarahan (directing),
dan pengawasan (controlling) (Gillies, 1994; Jones, 2007; Marquis & Huston,
2012). Setiap fungsi manajemen memiliki fase perencanaan dan pengarahan
(Allender, Rector, & Warner, 2010; Marquis & Huston, 2012). Manajemen atau
pengelolaan akan optimal apabila fungsi-fungsi manajemen dilaksanakan dengan
baik (Marquis & Huston, 2012).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


21

a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang terperinci
dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang membutuhkan solusi melalui
intervensi yang terstruktur (Ervin, 2002). Perencanaan dapat didefinisikan
juga sebagai upaya untuk membuat keputusan tentang apa yang akan
dilakukan; siapa yang melakukan; dan bagaimana, kapan dan di mana hal
tersebut dilakukan (Marquis & Huston, 2012). Perencanaan sebuah organisasi
juga merupakan bentuk pembuatan keputusan manajerial yang meliputi
penelitian lingkungan, gambaran sistem organisasi secara menyeluruh serta
seluruh bagian-bagian sistem, memberikan kejelasan filosofi dan misi
organisasi, prediksi sumber-sumber dan kemampuan organisasi, identifikasi
langkah-langkah yang dapat dilakukan, prediksi efektifitas dari berbagai
alternatif tindakan yang ditentukan, pilihan tindakan yang akan dilakukan,
dan menyiapkan staf atau karyawan untuk melaksanakan berbagai tindakan
yang perlu dilakukan (Gillies, 1994).

Teori yang disampaikan oleh para ahli tentang perencanaan bervariasi, maka
dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang menggambarkan ciri khas sebuah organisasi dalam melakukan berbagai
aktivitas untuk menyelesaikan berbagai masalah atau untuk mencapai tujuan
yang diinginkan secara terstruktur atau menggunakan langkah-langkah yang
sistematis. Organisasi pun dalam melakukan perencanaan mempunyai
beberapa tahap mencakup memformulasikan perencanaan organisasi,
menentukan visi, menentukan misi, menggali berbagai sumber dan kendala,
mengidentifikasi metode dan aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan
(Ervin, 2002). Perencanaan merupakan hal yang penting dan merupakan
proses yang pertama dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan
yang adekuat maka proses manajemen menjadi gagal dan koordinasi serta
tujuan tidak akan tercapai (Marquis & Huston, 2012).

Visi merupakan pernyataan yang digunakan untuk menggambarkan tujuan


atau sasaran organisasi, sedangkan tujuan atau misi adalah penyataan singkat

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


22

untuk mengidentifikasi alasan keberadaan sebuah organisasi (Marquis &


Huston, 2012). Pernyataan pada misi mengidentifikasi konstituen dan arah
organisasi pada posisi yang sesuai dengan etika, prinsip, dan standar praktik
(Marquis & Huston, 2012). Pernyataan misi merupakan prioritas tertinggi
pada hirarki perencanaan karena dapat mempengaruhi perkembangan filosofi,
tujuan umum, tujuan khusus, kebijakan, prosedur, dan peran organisasi
(Marquis & Huston, 2012). Visi dan misi harus diketahui oleh seluruh staf
atau anngota yang terdapat di dalam sebuah organisasi (Swanburg, 2000).

Filosofi dibuat berdasarkan pernyataan tujuan atau misi dan menggambarkan


perangkat nilai dan keyakinan yang mengarahkan semua tindakan organisasi
dan menjadi dasar yang mengarahkan semua perencanaan sesuai dengan misi
yang telah ditetapkan (Marquis & Huston, 2012). Tujuan umum dan khusus
merupakan bentuk operasional dari filosofi. Tujuan umum merupakan hasil
yang diharapkan yang dilakukan secara terarah dan merupakan tujuan dari
filosofi begitu juga dengan tujuan khusus sama dengan tujuan umum yang
memberikan motivasi kepada orang untuk mencapai hasil akhir yang lebih
spesifik dan jelas, dapat diukur, dapat dilihat/diobservasi atau diulang, dan
dapat dicapai, akan tetapi tujuan khusus lebih spesifik dan dapat diukur
dibandingkan tujuan umum karena tujuan khusus melakukan identifikasi
terhadap bagaimana dan kapan tujuan umum dapat dicapai (Marquis &
Huston, 2012).

Tujuan umum biasanya mempunyai banyak tujuan khusus yang dilengkapi


dengan waktu pencapaian yang ditetapkan. Semakin spesifik tujuan khusus
maka semakin mudah bagi orang yang terlibat dalam pencapaian tujuan
umum untuk memahami dan melaksanakan perilaku peran yang spesifik
sehingga tujuan khusus harus memiliki kerangka waktu pencapaian yang
spesifik yang dinyatakan dalam istilah perilaku, dapat dievaluasi secara
objektif, dan mengidentifikasi hasil yang positif, bukan negatif (Marquis &
Huston, 2012).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


23

Perencanaan strategis (strategic planning) adalah formasi suatu skema untuk


mencapai sasaran-sasaran sambil menghemat sumber-sumber yang masih
jarang digunakan (Gillies, 1994). Pendapat lain tentang perencanaan strategis
yaitu sebuah proses sistematis yang menekankan pada pengkajian lingkungan
(ekonomi, politik, sosial, dan teknologi) baik internal maupun eksternal
(Jones, 2007). Pendapat lain lagi terkait rencana strategis adalah rencana
jangka panjang yang mengkaji visi, misi, filosofi, dan tujuan umum
organisasi dalam konteks lingkungan eksternalnya (Marquis & Huston,
2003). Rencana strategis merupakan proses manajemen yang memadukan
empat komponen yaitu pernyataan misi organisasi yang jelas; identifikasi
konstituen eksternal atau stakeholder organisasi tersebut dan determinasi
telaah tujuan dan operasional organisasi; penjelasan tujuan umum dan khusus
strategi organisasi khususnya dalam rencana 3-5 tahunan; dan penyusunan
strategi untuk mencapai tujuan (Marquis & Huston, 2003). Perencanaan
strategis menuntut keahlian manajerial dalam ekonomi pelayanan kesehatan,
manajemen sumber daya manusia, isu politik dan legislatif yang
mempengaruhi pelayanan kesehatan serta teori perencanaan (Marquis &
Huston, 2003).

Anggaran adalah rencana keuangan yang mencakup perkiraan biaya yang


dikeluarkan sekaligus yang diterima aktivitas suatu program dalam periode
tertentu (Marquis & Huston, 2012). Hasil penganggaran yang diinginkan
adalah penggunaan sumber daya yang maksimal untuk memenuhi kebutuhan
program dalam jangka pendek dan panjang, oleh karena itu penganggaran
merupakan mekanisme untuk perencanaan dan pengendalian selain untuk
meningkatkan kebutuhan dan kontribusi setiap program (Marquis & Huston,
2003).

Kesejahteraan suatu instansi tergantung pada pengelolaan keuangan yang


efektif (Gillies, 1994). Pengelolaan keuangan yang efektif tersebut dapat
memberikan pengaruh yang positif bagi pengembangan suatu instansi apalagi
didukung oleh pelaksanaan prosedur anggaran yang memadai. Prosedur

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


24

dalam anggaran mencakup fungsi perencanaan dan pengawasan anggaran


(Gillies, 1994). Fungsi perencanaan dan pengawasan pengeluaran keuangan
merupakan suatu kegiatan yang tidak kalah pentingnya untuk mengurangi
penggunaan keuangan yang tidak adekuat. Cara mengurangi penggunaan
keuangan yang tidak adekuat maka diperlukan penyusunan anggaran secara
terstruktur dan penyusunan anggaran merupakan suatu kegiatan yang
kompleks karena berkaitan juga dengan fungsi perencanaan dan pengawasan
(Gillies, 1994).

Langkah-langkah dalam proses pembuatan anggaran mencakup lima tahap


(Marquis & Huston, 2012). Tahap pertama adalah melakukan pengkajian
terhadap kebutuhan yang harus dipenuhi dalam membuat anggaran, oleh
karena itu pembuatan anggaran sangat efektif jika melibatkan semua level
pada hirarki organisasi karena melibatkan semua sumber daya yang terlibat
dalam proses penggunaan anggaran. Tahap yang kedua adalah melakukan
diagnosis yaitu menentukan tujuan atau kegiatan yang perlu dilakukan agar
dapat membuat anggara biaya yang efektif untuk memaksimalkan
penggunaan sumber daya atau anggaran yang tersedia. Tahap yang ketiga
adalah mengembangkan perencanaan dengan cara menetapkan anggaran
selama satu tahun atau dibagi tiap empat bulan atau perbulan atau juga dapat
dilakukan dengan cara sebagian besar anggaran dibuat untuk jangka waktu
satu tahun, tetapi anggaran yang berkelanjutan dapat dilakukan secara terus-
menerus setiap bulan sampai 12 bulan anggaran masih tersedia. Tahap
keempat yaitu implementasi adalah tahap untuk melakukan pemantauan dan
analisis kajian untuk menghindari dana yang tidak adekuat atau berlebihan
pada akhir tahun atau saat pembukuan. Tahap yang kelima yaitu evaluasi
adalah peninjauan dan dimodifikasi secara periodik sesuai dengan kebutuhan
keuangan tahunan. Setiap program bertanggungjawab terhadap
penyimpangan anggaran sehingga dapat diidentifikasi penyebab
penyimpangan tersebut dan yang perlu dilakukan perbaikan jika diperlukan.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


25

Tiga jenis anggaran yaitu anggaran utama yaitu staf, operasional, dan kapital
(Marquis & Huston, 2012). Anggaran staf atau ketenagaan berupa
perencanaan anggaran untuk pemenuhan ketenagaan dalam pelayanan
kesehatan. Anggaran operasional berupa pengeluaran harian seperti
pengadaan alat-alat kesehatan atau perbaikan atau pemeliharaan terhadap
fasilitas, sedangkan anggaran kapital berupa pembelian gedung atau peralatan
berat yang mempunyai masa penggunaan dalam jangka waktu yang panjang
(biasanya lebih dari 5 sampai 7 tahun).

b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fase yang kedua setelah perencanaan dalam
proses manajemen dan dalam tahap pengorganisasian menjelaskan tentang
hubungan, prosedur pelaksanaan, perlengkapan, dan pembagian tugas
(Marquis & Huston, 2012). Pengorganisasian dalam pelaksanaan pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko masalah hipertensi bertujuan agar program
yang dilaksanakan lebih efektif, efisien, dan berkualitas serta dapat
memanfaatkan segala sumber daya atau potensi yang terdapat di wilayah
kerja (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2006) sehingga
kondisi tersebut memerlukan struktur organisasi (Marquis & Huston, 2012).
Struktur organisasi sebagai bentuk upaya kesehatan diperlukan untuk
menunjang pelaksanaan program pengendalian faktor risiko masalah
hipertensi yang berbasis komunitas (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, 2006).

Setiap organisasi juga mempunyai struktur yang formal maupun yang tidak
formal (informal) (Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2012). Struktur
organisasi formal direncanakan dan disebarluaskan serta merupakan peraturan
jabatan yang resmi dalam suatu pola hubungan kerja yang mengatur
pembagian divisi kerja, menyediakan prosedur kerja sebagai garis komando,
mengatur tanggung jawab dan tanggung gugat, mengatur peran dan fungsi
secara jelas dan sistematis, setiap orang mempunyai perannya masing-
masing, serta mempunyai pangkat atau jabatan dan hirarki dan garis

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


26

komunikasi yang jelas, sedangkan struktur organisasi informal umumnya


sosial yang terdiri dari hubungan perseorangan yang tidak resmi di antara staf
karyawan, tidak harus memiliki garis komando yang jelas, tidak terlalu
dituntut tanggung jawab dan tanggung gugatnya, serta tidak secara resmi
diakui namun hubungan tersebut memberikan dampak positif atau
mempengaruhi efektifitas pekerjaan (Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2012).
Struktur organisasi yang formal dan informal saling melengkapi satu sama
lain sebagai suatu cara untuk memberikan dukungan terhadap kekurangan
yang terdapat pada struktur formal oleh struktur informal (Gillies, 1994).

Struktur organisasi menentukan tingkah laku staf pegawai sebagai akibat dari
peran, kekuatan, tanggung jawab, kekuasaan, pemusatan, dan komunikasi
(Gillies, 1994). Struktur organisasi atau bagan organisasi menentukan
hubungan formal, hubungan komunikasi, dan kewenangan yang digambarkan
dalam bagan dengan garis yang utuh. Garis yang digunakan adalah garis yang
utuh vertikal dan horizontal. Garis utuh horizontal menunjukkan hubungan
komunikasi antara orang dengan lingkup tanggung jawab dan kekuasaan yang
sama tetapi memiliki fungsi yang berbeda. Garis utuh vertikal antara posisi
menunjukkan rantai komando resmi, jalur formal komunikasi dan
kewenangan. Orang yang mempunyai kewenangan terbesar dalam
pengambilan keputusan berada pada posisi atas sedangkan orang yang
memiliki kewenangan terkecil dalam pengambilan keputusan berada pada
posisi bawah. Tingkat posisi pada bagan juga menunjukkan status dan
kekuasaan. Garis putus-putus atau titik-titik pada bagan organisasi
menujukkan posisi staf karena posisi tersebut berfungsi sebagai penasihat
yang memberikan informasi dan bantuan kepada manajer tatapi memilki
kewenangan organisasi yang terbatas (Marquis & Huston, 2003, 2012).

Rentang kendali juga dapat ditentukan dari bagan organisasi. Jumlah orang
yang bertanggungjawab kepada salah satu manajer menggambarkan rentang
kendali manajer tersebut dan menentukan jumlah interaksi yang diharapkan
dari manajer. Rentang kendali manajer yang optimal berkisar 3 sampai 50

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


27

pegawai tetapi tetap memperhatikan kemampuan manajer (Marquis &


Huston, 2003, 2012).

Organisasi yang besar sering terdapat beberapa tingkat manajer. Beberapa


tingkat manajer yaitu manajer tingkat atas, menengah, dan pertama. Manajer
tingkat atas melihat organisasi sebagai satu kesatuan, mengkoordinasikan
pengaruh internal dan eksternal, dan membuat keputusan dengan sedikit
panduan. Contoh manajer tingkat atas mencakup direktur operasional (chief
operating officer/COO) atau direktur eksekutif (chief executive officer/CEO).
Tanggung jawab lain manajer tingkat atas yaitu menentukan filosofi
organisasi, menetapkan kebijakan, dan menetapkan tujuan dan prioritas untuk
alokasi sumber. Manajer tingkat atas menjalankan keterampilan
kepemimpinan yang lebih besar dan tidak terlibat dalam rutinitas kerja harian
seperti manajer tingkat bawah (Marquis & Huston, 2003, 2012).

Manajer tingkat menengah mengatur kerja manajer tingkat bawah dalam


hirarki dan menjadi penghubung antara manajer tingkat bawah dan tingkat
atas. Manajer tersebut melaksanakan tugas harian operasional tetapi masih
terlibat dalam menyusun rencana jangka panjang dan dalam menetapkan
kebijakan program. Kondisi tersebut membuat sering menyebabkan manajer
tingkat menengah mendapatkan tambahan tanggung jawab dan peran.
Manajer tingkat pertama memperhatikan alur kerja yang spesifik terhadap
posisi yang diemban. Manajer tersebut menyelesaikan masalah yang terjadi
dalam aktivitas harian yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
organisasional dan kebutuhan pegawai atau staf. Keefektifan manajer tingkat
pertama sangat mempengaruhi organisasi sehingga membutuhkan
keterampilan manajemen yang baik karena manajer tersebut sangat dekat
dengan pegawai atau staf dan penerima pelayanan (Marquis & Huston, 2003,
2012).

Pembagian tugas dalam sebuah organisasi sangat perlu dilakukan sehingga


dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


28

jantung dan pembuluh darah perlu dilaksanakan secara efisien dan efektif
dengan adanya peran dan tanggung jawab setiap jenjang administrasi yang
jelas (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2007). Peran dan
tanggung jawab setiap jenjang administrasi terlampir (lampiran 1).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi yang berkaitan


pengorganisasian terutama pengorganisasia sumber daya manusia (SDM)
perkesmas di Puskesmas Wilayah Jakarta Barat sebanyak 50,7% termasuk
dalam kategori baik (Ratnasari, Setyowati, & Kuntarti, 2012).

c. Ketenagaan (Staffing)
Ketenagaan merupakan fase ketiga proses manajemen yang berkaitan dengan
perekrutan, pemilihan, pemberian orientasi, dan peningkatan perkembangan
individu untuk mencapai tujuan organisasi khususnya pelayanan kesehatan
(Marquis & Huston, 2012). Proses perekrutan yang paling mudah adalah
dengan menyebarkan informasi dari mulut ke mulut dan rekomendasi oleh
staf. Perekrutan merupakan proses mencari atau menarik tenaga atau staf
secara aktif untuk menempati posisi yang tersedia di dalam sebuah organisasi
atau pelayanan kesehatan dengan cara wawancara; setelah dilakukan
perekrutan maka selanjutnyan melakukan pemilihan atau seleksi yang
merupakan proses pemilihan individu atau tenaga kesehatan untuk pekerjaan
atau menempati posisi tertentu dari banyak pelamar (Marquis & Huston,
2012). Proses pemilihan staf memerlukan perhatian yang penuh untuk
mendapatkan karyawan yang mempunyai kemampuan yang berkompeten
dalam bidang pelayanan kesehatan (Gillies, 1994). Tahap selanjutnya setelah
staf melewati proses seleksi yaitu orientasi (Marquis & Huston, 2012).

Orientasi merupakan proses penyesuaian seorang karyawan baru dengan


lingkungan pekerjaan sehingga karyawan tersebut dapat berinteraksi dengan
cepat dan efektif dengan lingkungan baru tepat bekerja atau memberikan
pelayanan kesehatan (Gillies, 1994). Proses orientasi yang adekuat akan
meminimalkan kecenderungan pelanggaran peraturan, keluhan, dan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


29

kesalahpahaman; serta lebih menumbuhkan perasaan memiliki dan menerima


serta meningkatkan antusiasme dalam bekerja pada institusi dan memberikan
pelayanan kesehatan kepada klien atau masyarakat (Marquis & Huston,
2012). Proses orientasi pada staf baru juga dilakukan melalui induksi
(mendidik staf baru tentang organisasi dan pekerjaan serta kebijakan dan
prosedur pekerjaan) sehingga staf tersebut mempunyai kompeten pada tugas
yang diberikan (Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2003, 2012).

Tahap selanjutnya setelah staf melalui proses orientasi maka dilanjutkan


dengan melakukan pembinaan atau pengembangan staf. Pembinaan atau
pengembangan staf merupakan metode yang metode yang efektif dalam
meningkatkan produktivitas. Pembinaan atau pengembangan staf dapat
dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan. Proses pendidikan dan pelatihan
bagi staf dapat meningkatkan produktifitas yang lebih baik dalam
menjalankan suatu organisasi atau program (Marquis & Huston, 2003, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanan dan pengaturan sumber


daya manusia (SDM) perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) di
Puskesmas Wilayah Jakarta Barat secara berurutan sebanyak 54% dan 52,1%
baik dan juga ada hubungan perencanaan, pengorganisasian SDM dengan
pelaksanaan perkesmas (Ratnasari, Setyowati, & Kuntarti, 2012).

d. Fungsi Pengarahan (directing)


Pengarahan adalah tindakan fisik dari mamanjemen keperawatan yaitu proses
interpersonal yang ditunjukan dengan staf pegawai atau karyawan mencapai
objektifitas dan merupakan proses penerapan rencana manajemen untuk
mencapai visi dan misi (Swanburg, 2000). Komponen atau elemen fungsi
pengarahan meliputi menciptakan suasana yang memberikan motivasi,
membina komunikasi organisasi, supervisi, pendelegasian, dan manajemen
konflik (Marquis & Huston, 2012).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


30

Elemen yang pertama dalam fungsi pengarahan yaitu motivasi. Motivasi


merupakan tenaga dalam diri individu yang mempengaruhi kekuatan atau
mengarahkan perilaku (Marquis & Huston, 2003, 2012). Motivasi juga
merupakan proses emosional yang lebih cenderung psikologis daripada logika
yang terfokus pada kebutuhan di dalam diri individu yang kuat, langsung,
terus-menerus, dan menghentikan perilaku (Swanburg, 2000). Salah satu
motivator terkuat yang dapat digunakan oleh manajer untuk menciptakan
suasana memotivasi adalah penguatan atau reinforcement positif (Marquis &
Huston, 2003, 2012). Penghargaan umpan balik yang efektif yang
menggunakan penguatan positif harus spesifik untuk performa tertentu,
diberikan setelah peristiwa jika memungkinkan, diberikan pada pencapaian
atau prestasi yang kecil maupun yang besar, dan diberikan sewaktu-waktu
atau tidak terduga agar penghargaan tersebut mempunyai nilai (Marquis &
Huston, 2003, 2012).

Elemen yang kedua dalam fungsi pengarahan yaitu komunikasi. Komunikasi


membentuk inti kegiatan manajemen dan masuk di dalam semua proses
manajemen (Marquis & Huston, 2003, 2012). Komunikasi merupakan proses
transmisi pikiran, perasaan, kebenaran, dan informasi lain termasuk perilaku
verbal dan non verbal (DeLaune & Ladner, 2011). Komunikasi adalah
pertukaran pikiran, pesan, gagasan, atau informasi melalui pembicaraan,
tanda, tulisan, dan perilaku (Marquis & Huston, 2003, 2012). Komunikasi
juga merupakan pertukaran informasi antara dua atau lebih orang dalam
bentuk kata-kata dan pertukaran ide atau pikiran (Berman, Snyder, Kozier, &
Erb, 2008). Jadi, komunikasi adalah pertukaran informasi baik pikiran,
perasaan, dan kebenaran yang dilakukan oleh dua atau lebih orang dalam
bentuk verbal maupun nonverbal dalam suatu organisasi atau program.

Komunikasi dalam organisasi dapat jelas dan lengkap dengan strategi


komunikasi yang meliputi manajer harus memahami struktur organisasi dan
mengenali siapa yang akan terpengaruh oleh keputusan yang dibuat;
komunikasi dilakukan dua arah atau tidak hanya satu arah; komunikasi harus

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


31

jelas, sederhana, dan pasti; manajer sebaiknya mencari umpan balik mengenai
komunikasi yang diberikan dapat diterima dengan benar; dan tidak
membebani pegawai dengan informasi yang tidak perlu (Marquis & Huston,
2003, 2012).

Elemen yang ketiga dalam fungsi pengarahan yaitu pendelegasian.


Pendelegasian adalah proses penyelesaian tugas melalui orang lain atau
mengarahkan tugas kepada satu orang tau lebih untuk mencapai tujuan
organisasi atau program (Marquis & Huston, 2003, 2012). Pendelegasian
merupakan elemen esensial fungsi pengarahan yang ditandai dengan
pemberian kewajiban, tugas-tugas, dan tanggung jawab dari atasan kepada
bawahan (Swanburg, 2000) dan sebagian besar tugas yang diselesaikan oleh
manajer (tingkat atas, menengah, dan bawah) bukan hanya hasil usaha
manajer tersebut tetapi juga hasil usaha pegawai atau staf pada level bawah
(Marquis & Huston, 2003, 2012). Pendelegasian juga merupakan pemberian
tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dari satu orang ke orang yang
lain (Whitehead, Weiss, & Tappen, 2010). Pendelegasian pun mengandung
makna bahwa seseorang memberikan kepercayaan kepada orang lain untuk
melakukan tugas yang sangat penting (Marquis & Huston, 2012).

Pimpinan dalam melakukan pendelegasian bukan merupakan pilihan tetapi


sebuah tugas yang harus dilakukan karena pendelegasian merupakan sarana
pembelajaran atau pemberian kesempatan kepada pegawai atau bawahan
(Marquis & Huston, 2003, 2012). Kondisi tersebut dilakukan agar pimpinan
lebih dapat menyelesaikan tugas atau masalah yang lebih kompleks atau
membutuhkan keahlian yang lebih tinggi (Marquis & Huston, 2003, 2012).
Pimpinan pun perlu menyiapkan pegawai dengan lebih baik untuk menerima
tugas pendelegasian dan pimpinan pun dalam menentukan wewenang yang
didelegasikan melalui komunikasi dengan bawahan dan penerima delegasi
harus mampu menerima pendelegasian yang diberikan berupa kewajiban,
tugas-tugas, dan tanggung jawab (Marquis & Huston, 2003, 2012; Swanburg,
2000).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


32

Pendelegasian juga dapat menimbulkan kesalahan. Kesalahan pimpinan


dalam yang berkaitan dengan pendelegasian yaitu pertama kurangnya
pendelegasian karena pimpinan memiliki asumsi yang salah seperti
pendelegasian merupakan kondisi kurangnya kemampuan pimpinan dalam
melakukan tugas dengan benar. Kesalahan kedua yaitu terlalu banyak
mendelegasikan sehingga membebani tugas pegawai. Kesalahan yang ketiga
adalah pendelegasian yang tidak tepat antara lain pimpinan mendelegasikan
pada waktu yang tidak tepat, kepada orang yang tidak tepat, atau untuk alasan
yang tidak tepat (Marquis & Huston, 2003, 2012), sehingga untuk
menghindari kesalahan dalam pendelegasian maka perlu diperhatikan “the
five rights of delegation” yaitu tugas yang benar (right task) berarti satu
delegasi untuk tugas yang spesifik; situasi yang tepat (right circumstances)
berarti pengaturan delegasi yang sesuai, sumber daya yang tersedia, dan
pertimbangkan faktor yang terkait; orang yang tepat (right person) berarti
orang yang tepat mendelegasikan tugas yang tepat pada orang yang tepat
untuk melakukan pada orang yang tepat; perintah atau komunikasi yang tepat
(right direction/communication) berarti pendelegasian yang jelas, deskripsi
yang singkat dari tugas yang mencakup tujuan, batasan, dan harapan;
supervisi yang tepat (right supervision) berarti melakukan pemantauan,
evaluasi, intervensi, sesuai dengan kebutuhan, dan umpan balik dengan tepat
(Marquis & Huston, 2012; Whitehead, Weiss, & Tappen, 2010).

Elemen keempat dalam fungsi pengarahan adalah supervisi. Supervisi


merupakan suatu bentuk pengawasan pekerjaan atau kinerja orang lain secara
langsung (Whitehead, Weiss, & Tappen, 2010). Supervisi juga merupakan
hubungan kolaborasi dan termasuk konsultasi dan memberikan masukan bila
diperlukan. Supervisi mencakup pemeriksaan individu sepanjang hari untuk
melihat sejauhmana kegiatan telah diselesaikan dan yang masih perlu
diselesaikan. Supervisi juga terkadang memerlukan evaluasi secara langsung
terhadap kinerja seperti evaluasi kinerja dan diskusi tentang interaksi individu
dengan klien atau dengan anggota staf lain. Individu yang melakukan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


33

supervisi terhadap orang lain juga mendelegasikan tugas dan kegiatan


(Whitehead, Weiss, & Tappen, 2010).

Elemen berikutnya dalam fungsi pengarahan adalah manajemen konflik.


Konflik adalah perselisihan internal dan eksternal yang disebabkan oleh
perbedaan nilai, pendapat, atau perasaan antara dua orang atau lebih (Marquis
& Huston, 2003, 2012). Kategori konflik yang utama yaitu intrapersonal,
interpersonal, dan interkelompok. Konflik intrapersonal terjadi di dalam diri
individu sendiri meliputi upaya internal untuk mengklarifikasi nilai atau
keinginan yang berlawanan, oleh karena itu sadar diri dan secara sadar
bekerja untuk menyelesaikan konflik segera setelah pertama kali dirasakan
adalah hal yang sangat penting bagi kesehatan mental dan fisik seorang
individu. Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih yang
memiliki nilai, tujuan, dan keyakinan yang berbeda. Seorang individu yang
memiliki konflik tersebut dapat mengalami pertentangan dalam
berkomunikasi ke atasan, bawahan, dan horizontal atau diagonal. Konflik
interkelompok terjadi antara dua atau lebih kelompok orang, departemen, atau
organisasi (Marquis & Huston, 2003, 2012).

Berbagai konflik yang terjadi baik intrapersonal, interpersonal, maupaun


interkelompok perlu melakukan penanganan. Penaganan yang baik dalam
menyelesaikan konflik adalah menciptakan penyelesaian menang-menang
(win-win solution) untuk semua pihak yang terkait. Seorang pemimpin
memerlukan strategi yang baik dalam menangani konflik. Strategi
penanganan konflik melalui berkompromi, berkompetisi,
bekerjasama/mengakomodasi, smoothing/melancarkan, menghindari, dan
berkolaborasi (Marquis & Huston, 2003, 2012). Strategi yang pertama adalah
berkompromi yang dilakukan dengan menganjurkan setiap pihak untuk
melepaskan tuntutannya dan bersedia melepaskan sesuatu yang sama
berharganya. Pihak yang terlibat dalam konflik tidak perlu melakukan
kompromi jika kolaborasi masih dapat dilakukan (Marquis & Huston, 2003,
2012).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


34

Strategi yang kedua adalah berkompetisi yang digunakan ketika salah satu
pihak memaksakan kehendaknya walaupun mengorbankan pihak lain.
Strategi tersebut tentu akan menghasilkan salah satu pihak yang menang
tanpa mempedulikan akibat bagi pihak lain sehingga dapat menimbulkan
pihak yang kalah menjadi marah, frustrasi, dan ingin membalas dendam pada
waktu yang akan datang. Strategi yang ketiga adalah
bekerjasama/mengakomodasi merupakan lawan dari kompetisi. Strategi
tersebut dilakukan dengan cara salah satu pihak mengorbankan keyakinan dan
keinginan agar pihak lain dapat menang. Kondisi tersebut biasanya digunakan
dalam strategi politik karena konflik terlalu bernilai tinggi bagi orang yang
mengakomodasi (Marquis & Huston, 2003, 2012).

Strategi yang keempat adalah smoothing digunakan untuk mengatur situasi


konflik dengan cara salah satu pihak menarik hati orang laing yang terlibat
dalam konflik untuk mengurangi komponen emosional dalam konflik
tersebut. Smoothing terjadi ketika salah satu pihak dalam konflik berupaya
untuk memuji pihak lain atau berfokus pada hal yang disetujui bersama.
Pendekatan tersebut dapat tepat digunakan pada konflik yang kecil, namun
jarang menyelesaikan masalah pada konflik yang sebenarnya. Strategi yang
kelima adalah menghindari ditandai dengan pihak yang terlibat menyadari
adanya konflik tetapi memilih untuk tidak mengakuinya atau berupaya
menyelesaikannya. Masalah terbesar dalam strategi tersebut adalah konflik
tetap ada dan sering akan muncul kembali di lain waktu dengan cara yang
bahkan lebih besar. Strategi yang keenam adalah berkolaborasi yaitu cara
peneyelesaian konflik yang asertif dan kooperatif yang menghasilkan
penyelesaian menang-menang. Strategi tersebut mengindikasikan semua
pihak mengesampingkan tujuan awal dan bekerja bersama untuk menentukan
tujuan umum yang menjadi prioritas sehingga semua pihak menerima
tanggung jawab untuk mencapai tujuan walaupun sangat sulit bagi semua
pihak untuk mengesampingkan tujuan awal (Marquis & Huston, 2003, 2012).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


35

e. Fungsi Pengawasan atau Pengendalian (controlling)


Pengawasan atau pengendalian mempunyai fungsi yang sangat besar dalam
manajemen keperawatan. Pengawasan atau pengendalian merupakan suatu
bentuk koordinasi dalam mengidentifikasi berbagai kegiatan organisasi mulai
dari perencanaan sampai dengan pengarahan berupa catatan, pelaporan,
penggunaan berbagai sumber-sumber yang digunakan untuk mengamati
tercapainya visi atau misi sebuah instansi (Swanburg, 2000). Fungsi
pengendalian manajemen mencakup evaluasi secara periodik filosofi, misi,
tujuan umum, tujuan khusus organisasi atau program tersebut; pengukuran
kinerja secara individu dan kelompok menggunakan standar yang telah
ditentukan sebelumnya; pemantauan biaya yang dikeluarkan dan penggunaan
persediaan; dan memeriksa tujuan serta hasil akhir (Marquis & Huston, 2003,
2012).

Pengukuran kualitas pelayanan merupakan hal yang kompleks sehingga


diperlukan penggunaan proses secara spesifik dan sistematis yang dapat
dilihat secara sederhana menjadi tiga langkah dasar yaitu kriteria atau standar
telah ditentukan, informasi dikumpulkan untuk menentukan apakah standar
telah tercapai, dan tindakan edukasi atau korektif dilakukan jika kriteria tidak
tercapai (Marquis & Huston, 2003, 2012). Langkah pertama yaitu pembuatan
kriteria atau standar. Pengukuran kinerja tidak dapat dilakukan jika standar
belum disusun dengan jelas dan semua pegawai atau anggota harus
mengetahui dan memahami standar tersebut, oleh karena itu pegawai atau
anggota harus mengetahui standar yang diharapkan pada instistusi atau
program yang ada. Pegawai pun harus sadar bahwa kinerjanya akan diukur
untuk mengetahui kemampuan anggota atau pegawai dalam mencapai standar
yang telah ditetapkan. Banyak organisasi telah menggunakan standar
penilaian sebagai alat untuk mengukur standar kinerja organisasi yang
mencakup produk, praktik, dan pelayanan terhadap organisasi yang memiliki
kinerja yang sangat baik (Marquis & Huston, 2003, 2012).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


36

Langkah kedua yaitu mengidentifikasi informasi yang relevan terhadap


kriteria. Langkah ketiga adalah menentukan cara mengumpulkan informasi.
Langkah keempat dalam mengaudit kendali mutu adalah mengumpulkan dan
menganalisis informasi. Langkah tersebut dilakukan dengan membandingkan
hasil atau informasi dengan kriteria atau standar yang telah ditetapkan.
Perbedaan atau persamaan hasil dengan standar yang telah ditetapkan dapat
menjadi informasi bagi pimpinan sehingga pimpinan dapat memutuskan
tentang mutu atau kualitas pelayanan atau kinerja yang dilaksanakan, namun
kalau ditemukan hasil tidak sesuai dengan kriteria atau standar maka pegawai
atau staf atau anggota dimintai informasi terkait kondisi tidak ada keseuaian
kinerja yang dilaksanakan dengan kriteria atau standar dan memberikan
masukan jika diperlukan, sebaliknya pimpinan harus memberikan hadiah
kepada pegawai atau anggota yang memberikan pelayanan yang sesuai atau
melebihi standar yang telah ditetapkan. Langkah terakhir adalah melakukan
evaluasi ulang. Langkah tersebut dilakukan untuk menilai atau mengevaluasi
kembali terkait hasil yang dicapai telah memenuhi standar yang telah
ditetapkan atau tidak, dan jika terus-menerus standar tidak terpenuhi atau
hanya sebagian saja yang memenuhi standar maka perlu dilakukan evaluasi
dengan frekuensi yang sering (Marquis & Huston, 2003, 2012).

Elemen lain yang terdapat pada pengendalian yaitu penilaian kinerja atau
performance evaluation (Marquis & Huston, 2003, 2012). Penilaian kinerja
berarti penilaian seberapa baik pegawai atau anggota dalam melakukan
pekerjaan yang diuraikan dalam deskripsi pekerjaan. Penilaian kinerja juga
memberikan informasi untuk penyesuaian gaji, promosi, transfer, tindakan
disiplin, dan terminasi. Penilaian kinerja merupakan salah satu alat terbaik
yang dimiliki organisasi untuk mengembangkan dan memotivasi staf dan jika
digunakan secara benar penilaian kinerja dapat memotivasi dan meningkatkan
retensi dan kinerja staf.

Penilaian kinerja pegawai menggunakan alat ukur. Alat ukur yang biasa
digunakan dalam organisasi pelayanan kesehatan yaitu skala peringkat, skala

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


37

dimensi pekerjaan, skala peringkat berdasarkan perilaku, daftar tilik, esai,


penilaian diri, management by Objectives (MBO), dan tinjauan rekan sejawat.
Skala peringkat adalah metode mengurutkan peringkat seseorang berdasarkan
standar yang telah disusun, yang dapat terdiri atas deskripsi pekerjaan,
perilaku yang diinginkan, atau sifat personal. Alat penilaian yang pertama
yaitu skala dimensi pekerjaan mengharuskan skala peringkat disusun untuk
setiap klasifikasi pekerjaan. Faktor peringkat diambil dari konteks deskripsi
pekerjaan yang tertulis. Skala tersebut lebih berfokus pada syarat kerja
(Marquis & Huston, 2003, 2012).

Alat penilaian yang kedua Skala peringkat berdasarkan perilaku (Behavioral


Anchored Rating Scales, BARS) yang sering juga disebut sebagai skala
perilaku yang diharapkan. BARS dapat diterapkan pada keterampilan yang
dapat diobservasi secara fisik, bukan pada keterampilan konseptual. Alat
tersebut efektif karena berfokus pada perilaku khusus, memungkinkan
pegawai untuk mengetahui apa yang diharapkan dan mengurangi kesalahan
peringkat. Alat penilaian yang ketiga Daftar tilik mempunyai beberapa jenis
alat penilaian dan yang paling sering digunakan adalah skala berat yang
terdiri atas berbagai pernyataan perilaku yang mewakili perilaku kerja yang
diinginkan dan setiap perilaku kerja memiliki skor berat yang menyertainya
(Marquis & Huston, 2003, 2012).

Jenis daftar tilik lainnya yaitu daftar tilik paksaan yang mensyaratkan
penyelia agar memilih perilaku yang tidak diinginkan dan diinginkan untuk
setiap pegawai yang memiliki nilai kuantitatif dan pegawai memiliki nilai
total pada keputusan pekerjaan tertentu yang dibuat. Jenis daftar tilik lainnya
lagi adalah daftar tilik sederhana yang terdiri atas berbagai kata atau frase
yang menjelaskan beragam perilaku atau sifat pegawai. Kelemahan utama
semua daftar tilik adalah bahwa tidak ada seperangkat standar kinerja dan
komponen perilaku tertensu tidak dibahas, namun daftar tilik berfokus pada
beragam perilaku terkait pekerjaan dan menghindari bias yang ada pada skala
peringkat sifat (Marquis & Huston, 2003, 2012).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


38

Alat penilaian yang keempat yaitu esai. Model penilaian esai seringkali
disebut sebagai peninjauan ulang bentuk bebas. Penilai menjelaskan dalam
bentuk narasi terkait kekuatan pegawai dan area yang membutuhkan
perkembangan dan pertumbuhan. Metode tersebut tidak terstruktur namun
memiliki point tertentu yang dibahas. Teknik tersebut memiliki beberap
kekuatan karena memaksa penilai untuk berfokus pada aspek positif kinerja
pegawai, namun mempunyai peluang lebih besar untuk terjadi bias personal.
Banyak organisasi mengkombinasikan berbagai jenis penilaian untuk
meningkatkan mutu proses peninjauan ulang pegawai. Metode tersebut juga
dapat diadaptasikan sebagai tambahan setiap jenis format terstruktur karena
tidak membutuhkan perkembangan yang mendalam, hal tersebut memberikan
kemampuan kepada organisasi untuk mengurangi bias dan berfokus pada
kekuatan pegawai (Marquis & Huston, 2003, 2012).

Alat penilaian yang kelima yaitu penilaian diri. Metode tersebut meminta
pegawai untuk menyerahkan ringkasan tertulis atau portfolio mengenai
pencapaian yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan dan produktivitas
sebagai bagian proses penilaian diri. Portfolio sering memberikan contoh
yang berkaitan dengan pegawai mengimplementasikan standar operasional
prosedur. Portfolio secara umum juga mencakup tujuan pegawai dan rencana
kerja untuk mencapai tujuan. Beberapa keuntungan dalam menggunakan
metode tersebut yaitu pegawai dapat melakukan introspeksi diri yang tumbuh
dari kesadaran diri dan dapat menjadi peninjauan kembali kinerja tahunannya
sebagai kesempatan untuk mendapatkan umpan balik positif dari penyelia
terutama jika pegawai tidak sering mendapatkan pujian. Kerugian metode
tersebut membuat pegawai lebih memandang ke arah yang negatif dan juga
beberapa pegawai memandang rendah pencapaiannya atau dapat merasa tidak
nyaman dalam memberikan nilai tinggi pada banyak area (Marquis & Huston,
2003, 2012).

Alat penilaian yang keenam yaitu MBO adalah alat yang sangat baik sekali
untuk menentukan kemajuan individual pegawai karena menggabungkan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


39

pengkajian pegawai dan organisasi. Meskipun MBO jarang digunakan namun


metode tersebut sangat baik untuk menilai kinerja pegawai dengan cara
meningkatkan pertumbuhan individual dan keunggulan dalam kinerja.
Langkah-langkah berikut menggambarkan MBO dapat digunakan secara
efektif dalam penilaian kinerja yaitu langkah pertama pegawai dan penyelia
bertemu dan menyetujui pekerjaan serta tanggung jawab utama pegawai hal
tersebut dilakukan segera mungkin setelah pegawai mulai dipekerjakan.
Langkah kedua yaitu pegawai menyusun jangka pendek dan tanggal target
dalam bekerja sama dengan penyelia atau manajer serta manajer memandu
proses sehingga proses tersebut terkait dengan tanggung jawab posisi yang
diemban pegawai. Pegawai dalam menyusun tujuan tidak boleh bertentangan
dengan tujuan organisasi (Marquis & Huston, 2003, 2012).

Langkah ketiga yaitu kedua pihak menyetujui kriteria yang dapat digunakan
untuk mengukur dan mengevaluasi pencapaian tujuan dan kerangka kerja
adalah perangkat untuk menyelesaikan tujuan khusus yang bergantung pada
sifat pekerjaan yang direncanakan. Kerangka waktu yang umum digunakan
dalam organisasi pelayanan kesehatan bervariasi dari satu bulan sampai satu
tahun. Langkah keempat yaitu pegawai dan penyelia lebih dari setahun sekali
bertemu untuk membahas kemajuan yang dilakukan secara teratur. Pertemuan
tersebut dapat berisi tentang modifikasi yang dapat dibuat dari tujuan semula
jika kedua pihak setuju. Tahap tersebut juga dapat mengidentifikasi tantangan
yang menghambat penyelesaian tujuan khusus serta sumber dan dukungan
yang dibutuhkan dari orang lain (Marquis & Huston, 2003, 2012).

Langkah kelima yaitu peran manajer atau pimpinan bersifat mendukung,


membantu pegawai untuk mencapai tujuan dengan memandu dan
memberikan konseling. Langkah keenam yaitu manajer atau pimpinan
menentukan apakah pegawai telah mencapai tujuan saat proses penilaian.
Langkah yang terakhir adalah keseluruhan proses berfokus pada hasil bukan
pada sifat personal (Marquis & Huston, 2003, 2012)..

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


40

Salah satu keuntungan MBO yaitu metode tersebut menciptakan minat yang
tetap bagi pegawai untuk mencapai tujuannya karena pegawai dapat
menyusun tujuannya sendiri tetapi tidak bertentangan dengan tujuan
organisasi, selain itu juga perasaan defensif diminimalkan dan semangat kerja
tim akan berlaku. Fokus MBO adalah pengendalian masa depan dan masa
kini dari pada masa lalu yang tidak dikendalikan (Marquis & Huston, 2003,
2012).

MBO juga mempunyai kerugian seperti kalau manajer yang sangat direktif
dan otoriter akan mengalami kesulitan dalam mengarahkan pegawai. Pegawai
yang kurang serius atau tidak sungguh-sunggu juga sering kali berusaha
menyusun tujuan yang mudah dicapai saja, namun hasil penelitian
menunjukkan bahwa jika metode MBO dilakukan dengan benar maka metode
tersebut merupakan metode penilaian kinerja yang paling efektif (Marquis &
Huston, 2003, 2012)..

Alat penilaian yang ketujuh yaitu tinjauan rekan sejawat adalah suatu metode
pemantauan dan pengkajian performa kerja yang dilakukan oleh rekan
sejawat dan bukan oleh penyelia. Kondisi tersebut biasanya dilakukan
pimpinan karena merasa tinjauan yang dilakukan belum optimal sehingga
membutuhkan tinjauan rekan sejawat untuk lebih sempurna. Metode
penilaian tersebut akan memberikan umpan balik yang berharga terhadap
pegawai yang dapat meningkatkan pertumbuhannya jika diimplementasikan
secara tepat, selain itu juga dapat dijadikan sebagai kesempatan pembelajaran
untuk para rekan peninjau. Metode tersebut juga memiliki kekurangan seperti
adanya ketidakadilan penilaian kinerja oleh teman sejawat atau kegagalan
mempertahankan pengendalian mutu, melibatkan banyak risiko,
menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Keuntungan metode tersebut yaitu
berpotensi meningkatkan keakuratan penilaian kinerja, memberikan
kesempatan yang luas untuk meningkatkan profesionalisme dan pembelajaran
(Marquis & Huston, 2003, 2012).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


41

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian atau pengawasan sumber


daya manusia (SDM) perkesmas di Puskesmas Wilayah Jakarta Barat
sebanyak 52,1% baik dan juga menunjukkan ada hubungan pengendalian atau
pengawasan SDM dengan pelaksanaan perkesmas (Ratnasari, Setyowati, &
Kuntarti, 2012).

2.2.4. Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan yang efektif adalah suatu rangkaian langkah terpadu yang
seksama dengan melakukan persiapan dan perencanaan sebelum pelaksanaan
(Gillies, 1994). Asuhan keperawatan komunitas menggunakan keluarga sebagai
titik masuk. Keluarga sebagai sub sistem komunitas. Teori dan model yang
digunakan adalah family center nursing (FCN) dan community as partner (CAP).

2.2.4.1. Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
kedekatan emosional satu sama lain (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Pendapat lain juga menunjukkan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu
yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan
atau adopsi yang saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peranan
masing-masing, menciptakan serta mempertahankan kebudayaannya (Maglaya et
al., 2009). Pendapat lain juga menyatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau
lebih individu yang saling ketergantungan emosional, fisik, dan dukungan secara
ekonomi antara yang satu dengan yang lainnya (Hanson, Gedaly-Duff, &
Kaakinen, 2005; Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010). Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
kumpulan individu dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan secara biologis,
sosialekonomi, dan psikososial.

Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga lansia dengan hipertensi


menggunakan family center nursing sebagai berikut:
a. Pengkajian

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


42

Model pengkajian keluarga menggunakan Friedman yang merupakan


pendekatan terpadu dengan teori sistem secara umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga (tipe keluarga, riwayat perkembangan keluarga,
tahap perkembangan keluarga, tugas perkembangan keluarga), lingkungan
tempat tinggal, struktur keluarga, fungsi keluarga, serta stres dan mekanisme
koping keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
1. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Meliputi tahap perkembangan keluarga saat ini yang ditentukan
berdasarkan usia anak tertua, tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi yang dapat menjadi sumber stres bagi lansia dan keluarga,
riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan sebelumnya termasuk
riwayat kesehatan masing masing anggota keluarga.
2. Lingkungan
Ditujukan pada lingkungan rumah dan lingkungan sekitar. Dilakukan
untuk mengidentifikasi keadaan lingkungan yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan baik fisik maupun emosional yang dapat
mempengaruhi masalah hipertensi antara lain meliputi kebisingan,
keamanan dan lain lain.
3. Struktur Keluarga
Meliputi pola komunikasi keluarga yaitu bagaimana cara berkomunikasi
antar anggota keluarga, peran dari masing masing anggota keluarga,
struktur kekuatan keluarga yang dapat mempengaruhi anggota keluarga
untuk merubah perilaku yang berhubungan dengan pencegahan hipertensi
4. Fungsi Keluarga
Meliputi fungsi afektif yang memberikan gambaran hubungan
psikososial dalam keluarga dan dukungan anggota keluarga pada lansia
dengan hipertensi; dan fungsi perawatan kesehatan keluarga praktik diet
keluarga, kebiasaan tidur dan istirahat keluarga, praktik aktivitas fisik
dan rekreasi, praktik penggunaan obat, penggunaan terapi komplementer.
5. Stres dan mekanisme koping
Meliputi stresor jangka pendek dan jangka panjang yang dialami lansia
dengan hipertensi dan keluarga, kemampuan lansia dan keluarga

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


43

berespon terhadap stresor, strategi koping yang digunakan ketika


menghadapi masalah. Koping yang dilakukan lansia dan keluarga
merupakan upaya untuk beradaptasi terhadap stimulus yang
mengharuskan sistem keluarga merubah perilakunya. Pelaksanaan
adaptasi, keluarga dan unsur-unsur didalamnya akan menerapkan koping
individu dan koping keluarga yang saling mempengaruhi satu sama lain
untuk mencapai keseimbangan keluarga.

b. Diagnosis Keperawatan Keluarga


Diagnosis keperawatan keluarga merupakan pengembangan dari diagnosis
keperawatan ke sistem dan subsistem keluarga serta merupakan hasil
pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga mencakup masalah
kesehatan aktual, risiko atau ancaman kesehatan, dan sejahtera (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003; Maglaya et al., 2009). Diagnosis keperawatan yang
telah didapat dilanjutkan dengan membuat prioritas dan proses pembuatan
prioritas menggunakan perhitungan tertentu yang dapat dilihat pada lampiran
(lampiran 2).

c. Rencana Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga merupakan bentuk asuhan keperawatan yang
dirancang secara sistematis untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk
memelihara kesehatan dan atau mengelola masalah kesehatan melalui tujuan
umum dan khusus keperawatan, kriteria evaluasi, dan standar (Maglaya et al.,
2009). Penentuan rencana keperawatan keluarga dilakukan dengan
melibatkan keluarga lansia dengan hipertensi (Friedman, Bowden, & Jones,
2003).

Pembuatan rencana dengan menetapkan tujuan bersama dengan keluarga.


Penyusunan tujuan yang jelas, spesifik dan dapat diterima oleh keluarga
dalam mengatasi masalah hipertensi. Pembuatan tujua mencakup jangka
panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek diperlukan agar lebih
spesifik, langsung dan terukur. Tujuan jangka pendek dibuat untuk

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


44

memotivasi dan memberikan keyakinan kepada keluarga dan individu lansia


dengan hipertensi telah membuat kemajuan dan untuk menuntun keluarga ke
tujuan yang lebih luas dan lebih komprehensif (Friedman, Bowden, & Jones,
2003; Maglaya et al., 2009).

Tujuan jangka pendek mencakup peningkatan kemampuan keluarga dalam


mengenal masalah hipertensi, membuat keputusan untuk mengatasi masalah
hipertensi, melakukan tindakan perawatan pada lansia dengan hipertensi,
memodifikasi lingkungan terhadap lansia dengan hipertensi, dan
menggunakan fasilitas kesehatan pada lansia dengan hipertensi. Penentuan
evaluasi terhadap rencana keperawatan dengan kriteria atau indikator yang
pengetahuan (kognitif), psikomotor (keterampilan), dan afektif atau sikap
yang terdiri dari emosi, perasaan, dan nilai (Maglaya et al., 2009).

d. Implementasi Keperawatan Keluarga


Implementasi keperawatan didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan
perawat untuk pasien dan keluarga dengan tujuan membantu pasien dan
keluarga meningkatkan, mengoreksi, dan menyesuaikan kondisi fisik, emosi,
psikososial, spiritual, dan lingkungan sebagai alasan mencari bantuan
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Implementasi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan hasil pengkajian,


diagnosis keperawatan, dan perencanaan keluarga dengan memperhatikan
prioritas. Implementasi yang diberikan kepada keluarga mencakup tiga
domain yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif (Friedman, Bowden, &
Jones, 2003). Strategi intervensi dalam keperawatan keluarga mencakup
pendidikan kesehatan, konseling, melakukan kontrak, manajemen kasus,
kolaborasi, dan konsultasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

e. Evaluasi Keperawatan Keluarga


Evaluasi merupakan proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan dari
proses lainnya. Evaluasi keperawatan berdasarkan seberapa besar efektifitas

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


45

intervensi yang dilakukan oleh keluarga dan perawat dan intervensi yang
diberikan telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Friedman, Bowden, &
Jones, 2003). Apabila tujuan tidak tercapai maka perlu dilakukan analisa
alasan yang dapat diidentifikasi seperti keadekuatan hasil pengkajian, tujuan
umum dan tujuan khusus yang tidak realistik, sumber yang dimiliki keluarga
tidak fokus pada kebutuhan yang menjadi prioritas; atau keluarga kehilangan
dukungan baik internal maupun eksternal (Maglaya et al., 2009), sehingga
evaluasi keperawatan keluarga dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan hingga dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di dalam
keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


46

Pengkajian individu
Pengkajian keluarga:
anggota keluarga:
- Mengidentifikasi data sosial budaya
- Mental
- Data lingkungan
- Fisik
- Struktur
- Emosi
- Fungsi
- Sosial
- Stres dan strategi koping keluarga
- Spiritual

Identifikasi keluarga, subsistem


keluarga, masalah kesehatan individu:
(Diagnosa Keperawatan)

Rencana Keperawatan:
- Kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan pada lansia dengan hipertensi
- Kemampuan keluarga membuat keputusan untuk
mengatasi masalah pada lansia dengan hipertensi
- Kemampuan keluarga melakukan tindakan
perawatan pada lansia dengan hipertensi
- Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
terhadap lansia dengan hipertensi
- Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan terhadap lansia dengan hipertensi

Implementasi:
Implementasi rencana

Evaluasi keperawatan

Gambar 2.1 Modifikasi lngkah-langkah dalam proses keperawatan individu


dan keluarga lansia dengan hipertensi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003;
Maglaya et al., 2009)

f. Tingkat Kemandirian Keluarga


Kemandirian keluarga dalam program perawatan kesehatan masyarakat
dibagi dalam empat tingkatan yaitu:
1. Keluarga mandiri tingkat pertama (KM – I) mempunyai kriteria:
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


47

b) Menerima pelayanan keperawatan ysng diberikan sesuai dengan


rencana keperawatan

2. Keluarga mandiri tingkat kedua (KM – II) mempunyai kriteria:


a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
e) Melakukan tindakan keperawatan sederhanan sesuai anjuran

3. Keluarga mandiri tingkat ketiga (KM – III) mempunyai kriteria:


a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan ysng diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapka masalah kesehatannya secara benar
d) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
f) Melakukan tindakan keperawatan sederhanan sesuai anjuran

4. Keluarga mandiri tingkat keempat (KM – IV) mempunyai kriteria:


a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan ysng diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapka masalah kesehatannya secara benar
d) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
f) Melakukan tindakan keperawatan sederhanan sesuai anjuran
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


48

g. Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga


Tugas perawatan kesehatan keluarga meliputi (Friedman, Bowden, & Jones,
2003; Maglaya et al., 2009; Miller, 2012):
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan pada lansia dengan
hipertensi
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan untuk mengatasi masalah
pada lansia dengan hipertensi
3) Kemampuan keluarga melakukan tindakan perawatan pada lansia dengan
hipertensi
4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan terhadap lansia dengan
hipertensi
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan terhadap lansia
dengan hipertensi

2.2.4.2. Asuhan Keperawatan Komunitas


Asuhan keperawatan komunitas menggunakan pengkajian model Community as
Partner yang dikembangkan oleh Anderson dan McFarlane (Anderson &
McFarlane, 2011). Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu praktik
keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional yang telah memperoleh
pendidikan proses keperawatan berdasarkan populasi dan klien sebagai kelompok
salah satunya ialah lansia dengan hipertensi (Anderson & McFarlane, 2011).
Kelompok adalah suatu massa atau kelompok individu yang berbeda dan
dianggap sebagai satu kesatuan dan saling terkait secara bebas antara satu sama
lain seperti halnya kelompok lansia dengan hipertensi (Allender, Rector, &
Warner, 2010). Fokus kelompok yang menjadi perhatian atau ciri khas praktik
keperawatan komunitas (Allender, Rector, & Warner, 2010; Allender & Spradley,
2004).

Asuhan keperawatan komunitas mencakup pengkajian, analisis dan diagnosa,


rencana, implementasi, dan evaluasi (Anderson & McFarlane, 2011).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


49

f. Pengkajian Keperawatan Komunitas


Pengkajian keperawatan komunitas menggunakan model Community as
Partner mempunyai dua komponen utama yaitu core (inti komunitas) dan
delapan sub sistem dari masyarakat atau komunitas (Anderson & McFarlane,
2011). Pengkajian model Community as Partner dapat terlihat dari gambar
berikut:

Gambar 2.2 Model Community As Partner


Sumber: Community As Partner: Theory and Practice in Nursing.
Anderson, Elizabeth T and McFarlane, Judith, 2011, Lippincott

1. Inti Komunitas
Inti komunitas mencakup demografi, angka-angka statistik, nilai dan
kepercayaan kelompok lansia dengan hipertensi. Demogafi mencakup

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


50

pengetahuanumur, jenis kelamin, dan suku dari lansia yang mengalami


hipertensi; angka statistik mencakup angka kematian akibat kasus
hipertensi (Ervin, 2002); nilai dan kepercayaan terkait praktik keagamaan
yang berkaitan dengan perawatan lansia dengan hipertensi.

2. Sub Sistem
a) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik yang dimaksudkan adalah lingkungan rumah yang
dihuni oleh lansia dan lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal
berupa situasi tempat tinggal lansia yang dapat mempengaruhi
masalah hipertensi seperti tingkat kebisingan di sekitar rumah dan
suasana rumah yang kondusif.
b) Pelayanan Kesehatan dan Sosial:
Ketersedian posbindu bagi lansia, adanya kelompok pendukung bagi
lansia yang mengalami hipertensi serta sarana dan prasarana yang
menunjang kegiatan posbindu dan kelompok pendukung hipertensi
pada lansia. Penyediaan pelayanan kesehatan seperti pendidikan
kesehatan terkait hipertensi termasuk pola makan, akitivitas dan
manajemen stres, pemeriksaan tekanan darah pada lansia, selain itu
juga pelayanan kesehatan seperti puskesma dan rumah sakit.
c) Ekonomi:
Ekonomi terkait alokasi dana dan pemanfaatannya untuk pemenuhan
kesehatan lansia dengan hipertensi, dan pekerjaan lansia.
d) Komunikasi:
Media yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang masalah
hipertensi.
e) Pendidikan:
Pendidikan formal atau pun informal yang terdapat di masyarakat.
f) Rekreasi:
Fasilitas rekreasi yang terdapat di wilayah setempat yang dapat
digunakan oleh lansia dan kegiatan rekreasi bagi lansia untuk
meningkatkan kesehatan lansia dengan hipertensi.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


51

g. Diagnosis Keperawatan Komunitas


Diagnosa keperawatan dibuat setelah dilakukan pengkajian dan analisis data
yang mengancam masyarakat dan reaksi yang timbul pada masyarakat. Hasil
analisis tersebut kemudian disusun diagnosa keperawatan yang mengandung
tiga komponen yaitu yang pertama menggambarkan masalah kesehatan,
respon, atau situasi yang terdapat di dalam masyarakat, kedua
mengidentifikasi etiologi yang berkaitan dengan masalah, dan ketiga ialah
sign atau symptom yang merupakan karakteristik masalah (Anderson &
McFarlane, 2000).

h. Rencana Keperawatan Komunitas


Tahap ketiga dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan
rencana tindakan untuk membantu masyarakat dalam upaya promotif,
preventif, primer, sekunder, dan tersier. Langkah pertama dalam tahap
perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi
masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosa keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada
dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun
rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti
dana, sarana, tenaga yang tersedia.

Strategi yang digunakan mencakup proses kelompok, pendidikan kesehatan


dan kerjasama serta mendemontrasikan keterlibatan dalam asuhan
keperawatan untuk meningktakan peran serta masyarakat dalam memecahkan
masalah kesehatan yang dihadapi diperlukan pengorganisasian komunitas
yang dirancang untuk mengembangkan mayarakat berdasarkan sumber daya
dan sumber dana yang dimiliki serta mampu mengurangi hambatan yang ada.
Selain itu untuk menumbuhkan kondisi, kemajuan sosial dan ekonomi
masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat dan dengan penuh percaya
diri dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


52

i. Implementasi Keperawatan Komunitas


Implementasi merupakan fase melakukan tindakan dalam proses keperawatan
dan implementasi adalah menempatkan rencana pada tindakan (Allender,
Rector, & Warner, 2010). Implementasi keperawatan dilakukan dengan
mempersiapkan waktu untuk menyelesaikan setiap kegiatan, menyiapkan
dana yang diperlukan, bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar
komunitas yang diperlukan, merekrut relawan masyarakat tambahan yang
diperlukan untuk implementasi rencana kegiatan, dan benar-benar
menempatkan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat pada tahap perencanaan (Allender, Rector, & Warner, 2010).

Praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan yaitu


(Allender, Rector, & Warner, 2010; Anderson & McFarlane, 2011):
1) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh penyuluhan kesehatan
tentang hipertensi, diet rendah garam dan lemak, dan penyluhan
kesehatan tentang hipertensi di dalam keluarga.
2) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan pada kelompok lansia dan ditemukan
masalah kesehatan seperti masalah hipertensi. Pencegahan sekunder
menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk menghambat proses
penyakit hipertensi, seperti mengkaji tekanan darah lansia,
mengidentifikasi faktor risiko yang dapat menimbulkan hipertensi,
memotivasi lansia untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah,
memotivasi keluarga untuk menganjurkan lansia untuk melakukan
pemeriksaan ke tenaga kesehatan.
3) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan
keluarga, seperti membantu keluarga yang mempunyai lansia dengan
hipertensi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke posbindu.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


53

j. Evaluasi Keperawatan Komunitas


Evaluasi merupakan peralatan terhadap program yang telah dilaksanakan
dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi
rencana berikutnya. Evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan konsep
evaluasi struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari
evaluasi hasil sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas adalah (Anderson & McFarlane, 2011):
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksanaan.
2) Perkembangan atau kemajuan proses kesesuaian dengan perencanaan,
peran staf atau pelaksanaan, peran alat atau pelaksana tindakan, fasilitas
dan jumlah peserta.
3) Efesiensi biaya: Melakukan evaluasi terhadap biaya yang dikeluarkan
untuk melaksanakan terapi salam aktif (Marquis & Huston, 2012; Snyder
& Lindquist, 2010).
4) Efektifitas kerja: Melakukan evaluasi pelaksanaan salam aktif terhadap
terjadi penurunan tekanan darah dan kepuasan kelompok lansia dengan
hipertensi (Snyder & Lindquist, 2010).
5) Dampak: Mengevaluasi status kesehatan kelompok lansia dengan
hipertensi meningkat setelah dilaksanakan tindakan terapi Salam Aktif,
perubahan yang terjadi dalam 6 bulan seperti tekanan darah menjadi
stabil dan dalam kondisi yang normal bagi lansia (Snyder & Lindquist,
2010).

2.3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Keperawatan kesehatan komunitas dapat menggunakan strategi intervensi berupa
pendidikan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kolaborasi, kemitraan, dan
proses kelompok, dan negosiasi (Allender, Rector, & Warner, 2010; Anderson &
McFarlane, 2011; Friedman, Bowden, & Jones, 2003; Helvie, 1998; Hitchcock,
Schubert, & Thomas, 1999). Keperawatan kesehatan komunitas juga dapat
memberikan keuntungan dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit;
bekerja, belajar dan penyediaan pelayanan pada sepanjang rentang kehidupan;

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


54

mengembangkan kapasitas masyarakat (capacity building) untuk kesehatan;


bekerja dengan bermitra, pemberdayaan masyarakat, berkoalisi (bergabung), dan
pembuat kebijakan untuk mempromosikan lingkungan yang lebih sehat (Allender,
Rector, & Warner, 2010; Anderson & McFarlane, 2011).

Strategi intervensi yang pertama adalah pendidikan kesehatan atau promosi


kesehatan. Promosi kesehatan adalah perilaku yang dimotivasi oleh keinginan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan potensi kesehatan manusia
(Pander, Murdaugh, & Parsons, 2006 dalam Allender, Rector, & Warner, 2010;
Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999). Strategi pendidikan kesehatan merupakan
suatu proses yang memfasilitasi pembelajaran yang mendukung perilaku sehat
dan mengubah perilaku tidak sehat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Strategi
yang kedua yaitu pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah proses membantu
masyarakat untuk bersama-sama mengekspresikan nilai dan ide untuk orang lain
di komunitas (Bernstein, et al.; Weis, Schank, & Matheus dalam Allender, Rector,
& Warner, 2010). Pendapat lain tentang pemberdayaan adalah proses
pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang meningkatkan kemampuan
seseorang atas keputusan-keputusan mempengaruhi orang lain khususnya lansia
dengan hipertensi (Helvie, 1998). Pemberdayaan juga merupakan proses yang
memungkinkan orang untuk memilih, mengendalikan, dan membuat keputusan
tentang kehidupannya dengan rasa saling menghargai terhadap semua yang
terlibat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Strategi yang ketiga yaitu kolaborasi didefinisikan sebagai suatu proses berbagi
perencanaan dan tindakan secara berkelanjutan yang disertai tanggung jawab
bersama terhadap hasil (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Kolaborasi juga
adalah interaksi yang terarah antara perawat, klien, atau profesional lainnya dan
anggota masyarakat berdasarkan nilai-nilai bersama, saling pastisipasi dan usaha
bersama (Allender, Rector, & Warner, 2010). Teknik yang digunakan dalam
kolaborasi adalah penyelesaian masalah (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Strategi yang keempat yaitu kemitraan (partnership) adalah perjanjian antara
orang-orang (dan lembaga) yang mendukung tujuan bersama (Zahner, Kaiser, &

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


55

Kapelke-Dale, 2005 dalam Allender, Rector, & Warner, 2010). Pendapat lain
terkait partnership adalah suatu strategi negosiasi membagi kekuasaan antara
tenaga kesehatan profesional dengan individu, keluarga, dan/atau rekan komunitas
yang mempunyai tujuan saling menguntungkan untuk meningkatkan kemampuan
individu, keluarga dan mitra masyarakat untuk melakukan kepentingan sendiri
secara efektif (Helvie, 1998).

Strategi yang kelima yaitu proses kelompok (group process). Aspek penting dari
komunikasi dalam keperawatan komunitas termasuk kerja dengan kelompok
masyarakat dan perawat komunitas juga berkerja dengan kelompok dengan sering
mengajar, mengumpulkan pengkajian masyarakat, evaluasi data, dan
memfasilitasi kelompok pendukung. Penerapan atau aplikasi dari keterampilan
proses kelompok akan memudahkan tugas dari kelompok pendukung atau support
group (Helvie, 1998). Strategi yang keenam yaitu negosiasi adalah suatu upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat tentang isu-isu atau
masalah yang spesifik (Helvie, 1998). Kemampuan berkomunikasi dengan baik
dan jelas serta bernegosiasi secara efektif merupakan keterampilan interpersonal
untuk keberhasilan suatu kolaborasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

2.4. Peran Perawat Komunitas Pada Kelompok Lansia Dengan Hipertensi


Peran perawat komunitas terdiri dari klinik, edukator, advokasi, manajer,
kolaborator, leader/pemimpin, dan peneliti (Allender, Rector, & Warner, 2010;
Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Peran perawat komunitas secara klinis adalah
memberikan pelayanan keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan tidak
hanya individu dan keluarga tetapi juga kelompok dan populasi lansia yang
mengalami hipertensi (Allender, Rector, & Warner, 2010). Perawat melakukan
pengkajian secara kolektif dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan kelompok lansia dengan hipertensi (Allender, Rector, & Warner,
2010). Perawat juga melakukan kunjungan terhadap kelompok lansia dengan
hipertensi di wilayah masing-masing serta memberikan pelayanan keperawatan di
puskesmas dan posbindu yang terdapat pada wilayah setempat (Allender, Rector,
& Warner, 2010).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


56

Peran perawat komunitas sebagai edukator yaitu memberikan pendidikan


kesehatan kepada individu, keluarga maupun kelompok atau masyarakat
(kelompok pendukung hipertensi) tentang masalah hipertensi, pencegahan dan
penangan hipertensi mencakup diet rendah garam dan kolesterol, olahraga teratur
sesuai dengan kemampuan lansia, dan manajemen stres dengan melakukan
“Salam Akitf”, selain itu perawat bertindak sebagai konsultan masalah hipertensi
dan penanganannya bagi individu, keluarga, maupun kelompok atau masyarakat
(Allender, Rector, & Warner, 2010).

Peran perawat komunitas sebagai advocator memfasilitasi lansia dengan


hipertensi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia seperti mengikutsertakan lansia dalam kegiatan posbindu, mengikutsertakan
lansia dalam kegiatan kelompok lansia seperti penyuluhan kesehatan tentang
hipertensi dan pelaksanaan “Salam akitf” serta menganjurkan atau merunjuk
lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas atau rumah sakit
yang tersedia serta memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan sumber-sumber
komunitas yang sesuai yang dapat memberikan keluarga informasi kesehatan
yang sesuai (Allender, Rector, & Warner, 2010; Friedman, Bowden, & Jones,
2003). Perawat juga mengoptimalkan kemandirian lansia dalam mengatasi
masalah hipertensi dan kelompok pendukung hipertensi untuk memberikan
dukungan bagi lansia dengan hipertensi untuk mengatasi masalah hipertensi
dengan melakukan kegiatan “Salam Akitf” (Maglaya et al., 2009).

Peran perawat komunitas sebagai manajer menilai secara langsung kebutuhan


masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal dengan menjalankan fungsi
manajemen yaitu perencanaan dan pengorganisasian, pengarahan, pengawasan
dan evaluasi kemajuan dari tujuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan
kesehatan kelompok lansia dengan hipertensi (Allender, Rector, & Warner, 2010;
Marquis & Huston, 2012).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


57

Peran perawat komunitas sebagai kolaborator adalah melakukan kerja sama


dengan berbagai pihak termasuk klien, perawat lain, tenaga kesehatan lain, aparat
setempat mencakup ketua RW dan RT, kader (Allender, Rector, & Warner, 2010).
Kerja sama yang terjalin dalam tim sebagai kerja sama yang bersifat kemitraan.
Perawat dalam menjalankan peran sebagai kolaborator perlu menyiapkan
kemampuan diri dalam berkomunikasi, melakukan interpretasi, dan bertindak
secara asertif dengan mitra kerja untuk bersama-sama melakukan penanganan
masalah hipertensi pada lansia (Allender, Rector, & Warner, 2010).

Peran perawat komunitas sebagai leader berfokus pada kemampuan


mempengaruhi masyarakat untuk berubah dan menjadi agen pembawa perubahan
bagi lansia dengan hipertensi ke arah hidup yang lebih sehat (Allender, Rector, &
Warner, 2010). Perawat mengamati hal positif yang dapat mempengaruhi dan
berkontribusi terhadap kesehatan lansia dengan hipertensi, seperti melakukan
relaksasi (Salam aktif), membentuk kelompok terapi (kelompok terapi salam
aktif), membentuk kelompok pendukung (kelompok pendukung hipertensi).
Perawat komunitas juga mempengaruhi anggota dan keluarga dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada lansia dengan hipertensi dengan menciptakan
lingkungan yang kondusif di dalam keluarga agar tercapai rasa nyaman bagi
lansia dengan hipertensi (Allender, Rector, & Warner, 2010).

Peran perawat komunitas sebagai peneliti adalah melakukan identifikasi,


mengumpulkan dan menganalisis data masalah hipertensi secara sistematis unutk
mencari solusi dan meningkatkan praktik keperawatan komunitas dalam
penanganan masalah pada kelompok lansia dengan hipertensi (Allender, Rector,
& Warner, 2010). Perawat komunitas melakukan praktik keperawatan
berdasarkan evidence dari literature dan hasil penelitian keperawatan komunitas
yang sesuai untuk mengatasi masalah hipertensi pada lansia (Allender, Rector, &
Warner, 2010).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


58

2.5. Inovasi Terapi Salam Aktif Sebagai Bentuk Intervensi Keperawatan


Komunitas
2.5.1. Nafas Dalam
Pernapasan merupakan teknik meditasi yang umum tetapi pengunaan pernapasan
sangat bervariasi pelaksanaannya (Snyder & Lindquist, 2010). Pernapasan
diafragma atau nafas dalam adalah penggunaan difragma ketika bernapas dan
merupakan suatu teknik relaksasi dengan mengembangkan difragma semaksimal
mungkin agar oksigen dapat masuk ke seluruh tubuh (Snyder & Lindquist, 2010).
Tujuan dari nafas dalam yaitu bernapas secara perlahan-lahan dan menurunkan
pundak, leher, dan otot dada bagian atas, sehingga dapat bernapas lebih efisien
(Snyder & Lindquist, 2010).

Petunjuk pelaksanaan nafas dalam:


a. Anjurkan klien atau lansia duduk dengan kaki sejajar dengan lantai, namun
dapat juga dilakukan dengan meminta lansia duduk di lantai atau berbaring.
b. Longgarkan pakaian yang sempit terutama pada area perut dan pinggang.
c. Klien atau lansia dapat menempatkan tangannya pada pangkuan atau di
samping tubuh.
d. Bernafas secara perlahan (melalui hidung), biarkan perut mengembang saat
manarik napas.
e. Hembuskan nafas secara normal.
f. Mengeluarkan udara melalui mulut dengan bentuk bibir mengerut seperti
akan bersiul.

Pelaksanaan nafas dalam dilakukan dengan meminta klien untuk menarik nafas
melalui hidung sedalam mungkin dan tahan selama 3 detik atau 3 hitungan dan
keluarkan melalui mulut dengan bentuk bibir mengerut seperti akan bersiul (Lynn,
2011a, 2011b; Lynn & LeBon, 2011). Hasil penelitian menunjukan bahwa nafas
dalam dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi yang disertai
dengan musik (Schein et al., 2001). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
nafas dalam secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah sistolik (p <
0,001) dan diastolik (p < 0,05) (Kaushik, Kaushik, Mahajan, & Rajesh, 2006).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


59

Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa pelaksanaan nafas dalam yang
dilakukan dalam waktu 10 – 15 menit setiap hari selama 8 minggu dapat
menurunkan tekanan darah pasien yang mengalami hipertensi (Viskoper et al.,
2003; Grossmasn, 2001 dalam Kaushik, Kaushik, Mahajan, & Rajesh, 2006;
Shein et al., 2001).

2.5.2. Musik
Musik adalah seni mengatur suara dalam waktu yang berkelanjutan, terpadu dan
menggugah komposisi melalui melodi, harmoni, ritme, dan timbre atau warna
nada (Snyder & Lindquist, 2010). Musik juga didefinisikan sebagai kompleksitas
aktivitas, ide, dan obyek berpola menjadi suara yang bermakna pada tingkat yang
berbeda dari komunikasi duniawi (Merriam dalam Hurley, 2008). Musik
merupakan sesuatu yang kompleks dan dapat mempengaruhi dimensi kehidupan
manusia mencakup fisiologikal, psikologikal, dan spiritual (Snyder & Lindquist,
2010). Terapi musik menggunakan unsur-unsur musik dan/atau musikal yang
mencakup suara (sound), ritme, melodi, dan harmoni kepada klien atau kelompok
(Wigram, Pedersen, & Bonde, 2002).

Terapi musik bertujuan untuk mengembangkan potensi dan/atau mengembalikan


fungsi individu sehingga dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik dengan
melakukan pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi dengan musik karena musik
dianggap mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan (Wigram, Pedersen, &
Bonde, 2002). Terapi musik dapat dilakukan pada infant, anak-anak, remaja,
orang dewasa, dan bahkan lansia (Hurley, 2008). Intervensi atau terapi musik
dapat digunakan pada individu yang mengalami hipertensi (Mandel, Hanser,
Secic, & Davis, 2007).

Elemen atau unsur-unsur musik mencakup (Snyder & Lindquist, 2010):


b. Frekuensi atau picth
Frekuensi dihasilkan oleh jumlah getaran suara bisa keras dan bisa lembut.
Getaranyang cepatcenderung untuk bertindak sebagai stimulan sedangkan
getaran lambat membawa relaksasi.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


60

c. Itensitas
Intensitas menciptakan volume suara, terkait dengan amplitudo getaran.
Seperti seseorang atau tidak suka musik tertentu secara parsial tergantung
pada intensitas, yang dapat digunakan untuk menghasilkan keintiman (musik
lembut) atau kekuasaan (musik keras).

d. Warna nada atau timbre


Warna nada atau timbre bukan ritme, properti subyektif yang hasil dari
harmoni. Secara signifikan akan berdampak pada psikologis akibat warna
nada musik karena berhubungan dengan peristiwa atau perasaan masa lalu.

e. Interval
Interval adalah jarak antara nada yang satu dengan nada yang lain yang
menciptakan melodi dan harmoni. Melodi menghasilkan pitch musik dengan
rangkaian yang teratur dan interval di antaranya. Harmoni menghasilkan nada
yang berbunyi secara bersama, tergambar oleh pendengar sebagai konsonan
(menyampaikan perasaan yang penuh ketenangan) atau disonan
(menyampaikan perasaan tegang). Norma budaya menentukan apa pendengar
menganggap musik tersebut nikmat dan menyenangkan.

f. Durasi
Durasi menciptakan irama dan tempo. Durasi menunjukkan lamanya bunyi,
dan irama adalah pola waktu yang mempunyai kecepatan tertentu. Irama
mempengaruhi seseorang untuk bergerak dengan musik dengan cara tertentu
dan dapat membuat seseorang merasa damai dan nyaman, sedangkan irama
berulang dapat menimbulkan perasaan depresi. Bunyi atau suara yang terus
menerus dan diulang-ulang dengan lambat dan secara bertahap lebih lambat
menghasilkan penurunan tingkat responsif. Ritme yang kuat dapat
membangkitkan perasaan kekuasaan atau lebih kuat dan kontrol.

Musik yang digunakan untuk intervensi merupakan musik yang mempunyai efek
terapeutik seperti musik yang dapat memberikan relaksasi mempunyai irama yang

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


61

teratur (kurang dari 80 beat per menit), getarannya tidak ekstrim atau dinamis, dan
bunyi melodi yang mengalir dan lembut (Snyder & Lindquist, 2010). Lansia lebih
senang dengan lagu-lagu jaman dahulu atau seperti himne dengan tempo yang
lambat. Musik religius atau keagamaan juga dapat diterima oleh orang-orang yang
tidak dapat menghadiri acara keagamaan (Snyder & Lindquist, 2010).

Musik klasik juga dapat membuat pikiran terasa senang jika didengarkan secara
berulang. Pemberian terapi musik dapat dievaluasi tingkat efektifitasnya
mencakup fisiologi atau psikologi dan mengurangi kecemasan atau stres,
relaksasi, peningkatan interaksi sosial, mengurangi pengobatan, dan meningkatkan
kesejahteraan (Snyder & Lindquist, 2010; Wigram, Pedersen, & Bonde, 2002)
sehingga dapat menjadi pertimbangan perawat dalam melakukan evaluasi setelah
pelaksanaan terapi (Snyder & Lindquist, 2010).

Hasil penelitian menunjukan bahwa nafas dalam yang disertai musik secara
signifikan dapat menurunkan tekanan darah tinggi baik sistolik maupun diastolik
(Schein et al., 2001). Hasil studi lain dan penelitian juga menunjukkan bahwa
terapi musik digunakan dalam pengelolaan hipertensi dan mempunyai pengaruh
yang besar terhadap tekanan darah seperti menstabilkan tekanan darah dan
menurunkan tekanan darah tinggi (Mahale, 2008).

Petunjuk dalam melakukan terapi musik mencakup:


a. Memastikan pendengaran lansia daam kondisi yang baik
b. Memastikan lansia suka dengan musik yang digunakan
c. Mengidentifikasi musik yang digunakan untuk memberikan relaksasi pada
lansia
d. Membuat kesepakatan akan melakukan intervensi menggunakan musik
e. Menyiapkan lingkungan yang kondusif untuk pelaksanaan terapi
f. Persiapkan perlengkapan seperti speaker atau sound system, musik yang
digunakan, dan memastikan semua perlengkapan dalam kondisi baik
g. Bantu klien atau lansia dalam posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


62

h. Memotivasi dan memberikan kesempatan kepada klien atau lansia untuk


melakukan relaksasi dengan musik.
i. Mendokumentasikan respon lansia saat intervensi terapi musik

2.5.3. Relaksasi Otot Progresif (Progressive Muscle Relaxation)


Relaksasi otot progresif dikembangkan oleh Bernstein, Borkovec tahun 1973
(Snyder & Lindquist, 2010). Relaksasi otot progresif merupakan suatu kegiatan
menegangkan dan merelakskan kelompok otot secara bertahap (Snyder &
Lindquist, 2010). Relaksasi otot progresif secara fisiologi dapat menurunkan
konsumsi oksigen, metabolisme (metabolic rate), pernapasan (RR/respiratory
rate), ketegangan otot, kontraksi ventrikular yang prematur, dan tekanan darah
sistol dan diastolik, dan meningkatkan gelombang alfa otak (Jacobson dalam
Snyder & Lindquist, 2010). Relaksasi otot progresif dilakukan dengan cara
menegangkan dan merilekskan kelompok otot dalam siklus relaksasinya
(Bernstein, Borkovec, & Hazlett-Stevens, 2000).

Relaksasi otot progresif disediakan bagi terapist berbagai disiplin ilmu seperti
psikologi, psikiatri, pekerja sosial, pastoral counseling, perawat, dan pelayanan
rehabilitasi (Bernstein, Borkovec, & Hazlett-Stevens, 2000). Relaksasi otot
progresif melibatkan 16 kelompok otot mencakup otot wajah, leher dan pundak,
dada, abdomen, seluruh bagian tangan kiri dan kanan, lengan bawah dan tangan
kiri dan kanan, tangan kiri dan kanan, seluruh kaki kiri dan kanan, kaki dan
tungkai kaki kiri dan kanan, dan kaki kiri dan kanan (Bernstein, Borkovec, &
Hazlett-Stevens, 2000).

Kesuksesan pelaksanaan teknik relaksasi otot progresif dapat terjadi jika


dilakukan secara berkelanjutan, fokus pada otot yang digerakan dan
mendengarkan terapist dengan serius, menegangkan dan melemaskan kelompok
otot secara sistematis, mengikuti kegiatann latihan secara teratur. Individu yang
mengalami keterbatasan fisik seperti kelumpuhan secara parsial kemungkinan
akan mengalami kesulitan dam melakukan latihan.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


63

Pelaksanaan teknik relaksasi otot progresif harus pada tempat yang tenang dan
menarik atau ruangan yang kedap suara. Sebaiknya ruangannya tertutup untuk
mengurangi kebisingan dan terganggunya perhatian atau pandangan, telepon
dimatikan atau tidak diaktifkan. Perhatikan juga pencahayaan. Pakaian yang
digunakan sebaiknya pakaian yang lebih longgar atau tidak ketat, lepaskan lensa
kontak jika ada yang menggunakan atau kacamata. Hasil penelitian yang berkaitan
dengan teknik relaksasi otot progresif juga menunjukan bahwa teknik tersebut
memberikan dampak perubahan tekanan darah tinggi ke arah menurun (Hamarno,
Nurachmah, & Widyatuti, 2010).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


BAB III
KERANGKA KONSEP KIA

Kerangka konsep menguraikan dan menjelaskan keterkaitan antar konsep yang


mendasari praktek keperawatan komunitas pada aggregat lansia dengan
hipertensi. Kerangka konsep residensi dalam pengelolaan aggregat lansia
menggunakan integrasi teori manajemen keperawatan, Community As Partner
Model, Family Center Nursing Model (FCN), dan Functional Consequences
Theory.

3.1 Kerangka Konsep Praktik Keperawatan Komunitas


Praktik keperawatan komunitas yang dilakukan di Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat berfokus pada aggregate dan keluarga
lansia dengan hipertensi. Praktik tersebut merupakan integrasi dari praktik
manajemen pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan komunitas dan keluarga
pada aggregate lansia dengan hipertensi.

Model pengkajian yang akan dikembangkan pada aggregate lansia dengan


hipertensi adalah aplikasi dari bentuk community as partner yang dikembangkan
dari teori Betty Neuman oleh Anderson dan McFarlane (Anderson & McFarlane,
2011). Fokus dari praktik keperawatan komunitas adalah populasi dengan
melibatkan elemen-elemen yang terdapat di dalam masyarakat.

Variabel yang diidentifikasi dalam penulisan yang dilakukan mencakup


manajemen pelayanan, community as partner, family center nursing, teori
konsekuensi fungsional. Manajemen pelayanan mencakup pengorganisasian
(belum adanya kelompok pendukung hipertensi) dan pengarahan meliputi
motivasi, pelatihan, dan pendelegasian (Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2012).
Family Center Nursing mencakup tugas perawatan kesehatan dan tingkat
kemandirian keluarga, teori konsekuensi fungsional yang terkait faktor risiko
yaitu hipertensi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003; Miller, 2012).

64 Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


65

Kondisi hipertensi yang terjadi pada lansia membutuhkan intervensi dari perawat
komunitas. Perawat komunitas memberikan intervensi yang paling utama adalah
terapi “Salam Aktif” yang telah dimodifikasi untuk menurunkan tekanan darah
tinggi pada individu, keluarga, dan kelompok lansia dengan hipertensi. Perawat
juga membentuk kelompok pendukung hipertensi (Kepung Tensi) membantu
perawat komunitas dalam melanjutkan pelaksanaan Salam Aktif di wilayah
Kelurahan Cisalak Pasar.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


3.1 Skema Kerangka Konsep Residensi
Input Proses Output

Manajemen Manajemen: Manajemen:


Pelayanan Kesehatan - Pembentukan KP - Terbentuknya KP
Pengorganisasian: Hipertensi Hipertensi
pembentukan kepung - Pelatihan KP - Peningkatan perilaku
tensi Hipertensi anggota kepung tensi
Pengarahan: - Supervisi dan - Peningkatan
Supervisi salam aktif - Pendidikan bimbingan pada keterampilan anggota
kesehatan tentang kader kepung tensi dalam
hipertensi - melakukan supervisi
Community as Partner: - Pendidikan Komunitas: dan umpan balik
- Yankes: terapi salam kesehatan tentang - Pendidikan
aktif diet hipertensi kesehatan Komunitas:
Masalah SALAM
- Pendidikan: Penkes - Pendidikan hipertensi pada - Peningkatan perilaku
Keperawatan: AKTIF
hipertensi termasuk perawatan kelompok lansia lansia dalam
Manajemen
salam aktif hipertensi pada - Terapi Salam perawatan hipertensi
Komunitas
- Rekreasi: relaksasi lansia Aktif pada - Penurunan tekanan
Keluarga
- Pelaksanaan kelompok lansia darah tinggi
- Pembentukan - Pengukuran kelompok lansia
Family Center tekanan darah
kelompok
Nursing: pada kelompok
pendukung
Perilaku sehat lansia
hipertensi pada
terhadap hipertensi
lansia Keluarga:
Tingkat kemandirian - Peningkatan perilaku
keluarga Keluarga:
- Pendidikan keluarga dalam
kesehatan pada perawatan lansia
Teori konsekuensi anggota keluarga hipertensi
fungsional: - Terapi Salam - Penurunan tekanan
Faktor resiko terjadi Aktif pada darah lansia di dalam
masalah pada fungsi anggota keluarga keluarga
kardiovaskuler: - Pengukuran - Peningkatan
hipertensi tekanan darah kemandirian
(Miller, 2012) pada lansia keluarga

64Aquino, FIK UI, 2013


Salam aktif...., Thomas Universitas Indonesia
67

3.2 Profil Wilayah Cisalak Pasar


Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan yang berada pada
wilayah kerja Puskesmas Cimanggis Kota Depok yang memiliki luas wilayah 165
km2. Kelurahan Cisalak pasar memiliki batas wilayah sebelah utara adalah
Kelurahan Mekarsari, sebelah selatan adalah Kelurahan Curug, sebelah barat
adalah Kelurahan Cisalak dan sebelah Timur adalah Kelurahan Harjamukti
(Kelurahan Cisalak Pasar, 2011).

Kelurahan Cisalak Pasar memiliki 9 RW, RW 1-7 merupakan pemukiman yang


sebagian besar dihuni oleh penduduk asli dan RW 8-9 merupakan daerah
perumahan. Jumlah penduduk pria 1047 orang, dan jumlah penduduk wanita 8297
orang (Kelurahan Cisalak Pasar, 2011). Dari data laporan kegiatan Lansia di
Posbindu dari Puskesmas Cimanggis didapatkan jumlah lansia berusia lebih atau
sama dengan 60 tahun yang terdapat di Kelurahan Cisalak Pasar adalah 941
orang. Jumlah lansia laki-laki adalah 517 orang dan jumlah lansia wanita adalah
424 orang (Kelurahan Cisalak Pasar, 2011).

Hasil observasi terhadap lingkungan diwilayah Cisalak Pasar diperoleh data


bahwa kondisi iklim cukup panas. Keadaan jalan utama yang masuk ke wilayah
Cisalak Pasar kurang baik mulai dari jalan sebelah barat Kantor Kecamatan
Cimanggis sampai dengan perempatan Jalan Raya Gadog yang banyak terdapat
jalan berlubang yang cukup besar dan jika hujan maka air akan tergenang dan
kondisi tersebut dapat menyebabkan kemacetan. Fasilitas umum di Kelurahan
Cisalak Pasar antara lain pasar, fasilitas olah raga, warung kuliner, kawasan
pertokoan, kolam renang, pombensin, dan fasilitas lainnya yang dapat menunjang
kebutuhan masyarakat wilayah Kelurahan Cisalak Pasar. Fasilitas kesehatan yang
membawahi wilayah Kelurahan Cisalak Pasar adalah Puskesmas Cimanggis yang
berjarak kurang lebih 1,5 km dari Kelurahan Cisalak Pasar kearah selatan dan
terletak dipinggir jalan raya Bogor yang merupakan salah satu akses utama
Jakarta – Bogor sehingga dapat memudahkan lansia untuk memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut. Wilayah Kelurahan Cisalak Pasar sendiri terdapat
beberapa klinik dokter swasta yang dapat digunakan masyarakat untuk

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


68

memperoleh layanan kesehatan dan tahun 2013 dalam proses penyelesaian


pembangunan Puskesmas Cisalak Pasar.

Pengkajian menggunakan metode winshield survey yang dilakukan penulis


memperoleh data bahwa akses jalan untuk masuk kedalam wilayah RW Cisalak
Pasar sangat kecil yang hanya bisa dilewati kendaraan roda dua. Kondisi jalan
juga banyak terdapat polisi tidur yang berjarak kurang lebih setiap tiga meter dan
selokan yang ada tidak diberikan pelindung. Kondisi lain terkait wilayah
Kelurahan Cisalak Pasar yang posisinya sangat dekat dengan wilayah pasar,
kondisi rumah yang satu dengan yang lainnya cukup dekat yang ditandai dengan
jarak 3 meter antar rumah dan bahkan tembok rumah yang satu dan yang lainnya
menyatu, kondisi yang sangat ramai menjadikan kondisi tersebut sebagai salah
satu faktor risiko hipertensi pada lansia.

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap kader Posbindu diperoleh data bahwa
penyuluhan kesehatan tentang pencegahan lansia hipertensi secara komprehensif
belum pernah dilakukan, belum adanya penyuluhan kesehatan mengenai
hipertensi dalam kegiatan Posbindu sehingga berdampak pada kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan, penanganan hipertensi di rumah,
serta waktu yang tepat untuk memperoleh pengobatan; kegiatan pembinaan kader
untuk pencegahan lansia dengan masalah hipertensi belum pernah dilakukan,
kader yang kurang terlatih menyulitkan pelaksanaan program tentang pencegahan
hipertensi pada lansia. Kendala-kendala yang terjadi memerlukan bentuk
intervensi dan strategi keperawatan yang tepat dan efektif untuk mengendalikan
masalah kesehatan pada lansia khususnya dengan masalah hipertensi.

Organisasi Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) adalah organisasi kemasyarakatan


non struktural yang berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan sejahtera,
yang diorganisir oleh seorang koordinator atau ketua, dibantu oleh sekretaris,
bendahara, dan beberapa orang kader (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010).
Posbindu yang ada dikelurahan Cisalak Pasar berjumlah 7 buah antara lain RW
01, 02, 03, 04, 05, 07, 08 dan baru terbentuk di RW 06. Hasil wawancara dengan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


69

kader diwilayah masing-masing RW dan pembina kelurahan didapatkan bahwa


RW yang pelaksanaan Posbindu telah berjalan dengan baik adalah di RW 01, 02,
03, 05, 07, 08 dan hasil observasi juga menunjukkan RW 06 juga baik.

3.3 Pelaksanaan Modifikasi Salam Aktif


Salam aktif yang dilakukan oleh kelompok pendukung hipertensi (kepung tensi)
merupakan Salam Aktif yang telah dimodifikasi khususnya pada relaksasi otot
progresif. Modifikasi dilakukan dengan cara mengurangi beberapa gerakan atau
kelompok otot dalam relaksasi otot progresif. Gerakan relaksasi otot progresif
yang boleh dilakukan oleh anggota kepung tensi mencakup gerakan pada otot
wajah yang meliputi mengerutkan kening atau dahi, menggigit, menguncupkan
bibir, otot punggung dan dada, bahu, siku, dan lengan atas, pergelangan tangan
dan telapak tangan. Panduan pelaksanaan terlampir (Lampiran 3). Pelaksanaan
terapi Salam Aktif yang telah dimodifikasi bertujuan untuk menurunkan tekanan
darah pada lansia yang mengalami hipertensi.

3.2 Kerangka Modifikasi Pelaksanaan Salam Aktif

Nafas dalam

Musik

Relaksasi Otot Progresif:


- Otot wajah yang meliputi dahi, mata, Salam Aktif
rahang, bibir
- Otot punggung
- Otot dada,
- Otot bahu
- Otot siku
- Otot lengan atas (kiri dan kanan)
- Otot pergelangan tangan (kiri dan
kanan)
- Otot telapak tangan (kiri dan kanan)

Sumber: Bernstein, Borkovec, & Hazlett-Stevens, 2000; Snyder & Lindquist, 2010

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


70

Pelaksanaan salam aktif dilakukan melalui tiga tahap yaitu persiapan, kerja, dan
terminasi. Tahap persiapan berupa menyiapkan lingkungan yang nyaman dan
tidak ada kebisingan. Gunakan pakaian yang longgar, lepaskan ikat pinggang,
kaca mata atau benda lain yang mengganggu serta menyediakan musik dan alat
pengeras suara dan melakukan pengukuran tekanan darah sebelum terapi
dilakukan (pre). Kondisi lain yang perlu diperhatikan berupa waktu pelaksanaan
dapat dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pukul 09.00 (pagi hari) dan 16.00
(sore hari), dapat dilakukan di kamar atau ruangan yang bebas dari gangguan
orang lain atau kebisingan, dapat dilakukan sambil berbaring, duduk menyadarkan
punggung di kursi atau sofa, dan lansia harus merasa bahwa posisi yang dilakukan
merupakan posisi yang sangat nyaman, mata dapat dipejamkan.

Tahap berikutnya yaitu tahap kerja yaitu dimulai dengan musik intrumental dan
disertai dengan melakukan pernapasan biasa selama tujuh sampai delapan kali
(dilakukan 7-8 kali), kemudian tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan
dan keluarkan melalui mulut juga perlahan-lahan (dilakukan 7-8 kali), dilanjutkan
dengan tarik nafas melalui hidung perlahan-lahan kemudian ditahan di dada
selama 3 detik dan keluarkan melalui mulut perlahan-lahan (dilakukan 7-8 kali).
Selama proses terapi, musik intrumen tetap dibunyikan atau sampai terapi selesai
dilaksanakan. Tahap selanjutnya yaitu melakukan gerakan pada otot-otot pada
wajah mencakup dahi, mata, rahang, dan bibir; punggung dan dada; bahu, siku,
lengan atas (kiri dan kanan); pergelangan dan telapak tangan (kiri dan kanan)
yang disertai dengan nafas dalam dan mendengarkan alunan musik instrumen.

Tahap selanjutnya yaitu tarik nafas melalui hidung perlahan-lahan kemudian


ditahan di dada selama tiga detik (dengan tiga hitungan) lalu dikeluarkan melalui
mulut secara perlahan-lahan (dilakukan 7-8 kali) tanpa melakukan gerakan otot-
otot dalam ROP, kemudian tarik nafas melalui hidung perlahan-lahan dan
keluarkan melalui mulut perlahan-lahan (dilakukan 7 - 8 kali), dan lakukan nafas
biasa atau normal. Tahap berikutnya dalam jangka waktu dua menit setelah
melakukan terapi dilakukan pengukuran kembali tekanan darah lansia (post).
Proses pelaksanaan salam aktif terlampir.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


71

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


BAB 4
PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA KELOMPOK LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI KELURAHAN CISALAK PASAR

4.1. Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


Manajemen pelayanan keperawatan komunitas sebagai salah satu inti dari
program spesialis keperawatan komunitas yang melakukan aplikasi terhadap ilmu
keperawatan komunitas dengan mengintegrasikan fungsi manajemen pelayanan
kesehatan dengan asuhan keperawatan komunitas. Fungsi manajemen mencakup
fungsi perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengawasan
sedangkan asuhan keperawatan mencakup pengkajian, diagnosa, rencana,
implementasi, dan evaluasi keperawatan baik komunitas maupun keluarga.
Analisis situasi yang dilakukan bertujuan menguraikan program kesehatan pada
kelompok lansia dengan hipertensi oleh Dinas Kesehatan Kota Depok dan
operasional kegiatan dari Puskesmas Cimanggis dan wilayah binaan yakni
Kelurahan Cisalak Pasar.

4.1.1. Analisis Situasi


Analisis pengelolaan kesehatan lansia dengan hipertensi dilakukan dengan cara
mengidentifikasi limas fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
ketenagaan, pengarahan, dan pengawasan terhadap kelompok lansia dengan
hipertensi di tatanan pelayanan mulai dari tingkat dinas kesehatan sampai ke
tingkat kelurahan atau desa.

4.1.1.1. Fungsi Perencanaan


Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota
Depok Tahun 2011–2016 selaras dengan arahan Rencana pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kota Depok Tahun 2006–2025 untuk pembangunan
daerah tahap kedua. Perumusan visi dan misi ini dilakukan untuk menjawab
permasalahan umum daerah yang berlaku saat ini, dan prediksi kondisi umum
daerah yang diperkirakan akan berlaku (Pemerintah Kota Depok, 2012).

71 Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


72

Pemerintah Kota Depok dengan visi yang dimiliki untuk periode 2011-2016 yaitu
“Terwujudnya Kota Depok yang maju dan sejahtera” sedangkan misi Pemerintah
Kota Depok “Mewujudkan pelayanan publik yang profesional, berbasis teknologi
informasi; Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal;
Mewujudkan infrastruktur dan lingkungan yang nyaman; Mewujudkan sumber
daya manusia yang unggul, kreatif dan religius” dan dalam misi ini tertuang
tujuan “Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat”
dengan sasaran “Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat dan kesejahteraan
sosial masyarakat” (Pemerintah Kota Depok, 2012).

Visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Depok sejalan dengan visi dan misi
Pemerintah Kota Depok yaitu “Terwujudnya kota depok sehat dengan layanan
kesehatan merata dan berkualitas” dengan misinya mencakup meningkatkan
pemerataan layanan kesehatan; meningkatkan kualitas layanan kesehatan untuk
semua puskesmas; Meningkatkan kualitas sumber daya termasuk sumber daya
manusia dan pembiayaan kesehatan; meningkatkan promosi kesehatan dan
kualitas lingkungan untuk mendukung pencegahan penyakit (Dinas Kesehatan
Kota Depok, 2012b), namun kegiatan pembinaan terhadap lansia yang mengalami
hipertensi belum menjadi prioritas arah kebijakan bidang kesehatan dalam rencana
strategi tahun 2011 – 2016 (Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia
Dinkes Kota Depok, September 2012).

Visi dan misi Puskesmas Cimanggis mempunyai visi yaitu “Mewujudkan


puskesmas yang mampu memberikan layanan prima dan menjadi pilihan utama
bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa melupakan tugas pokoknya sebagai
pembina kesehatan di wilayahnya“, misi Puskesmas Cimanggis mencakup
“Meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan; Meningkatkan dan
mengembangkan sumber daya manusia; Meningkatkan dan mengembangkan
sumber daya umum; Meningkatkan jumlah kunjungan; Meningkatkan dan
mengembangkan jumlah sarana dan prasarana; Meningkatkan dan
mengembangkan sistem pemasaran; Meningkatkan dan mengembangkan sistem

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


73

informasi manajemen; Meningkatkan kemitraan; melaksanakan program pokok;


Menjadi pusat pembangunan kesehatan di wilayahnya.

Kota Depok sebagai salah satu wilayah di Propinsi Jawa Barat mempunyai
Komisi Daerah Lanjut Usia sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan Propinsi
Jawa Barat untuk membentuk Komisi Daerah Lanjut Usia yang mempunyai visi
yaitu “Tercapainya lansia Jawa Barat yang mandiri, produktif, dan menjadi
tauladan generasi penerus” (Komisi Daerah Lanjut Usia Propinsi Jawa Barat,
2010). Keberadaan Komda Lansia di Kota Depok mempunyai tugas menyusun,
merumuskan, dan mengkoordinasikan kebijakan, strategi, program, kegiatan, dan
langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan lanjut usia di Kota Depok
(Wali Kota Depok, 2011).

Visi yang terdapat pada Pemerintah, Dinkes, dan Puskesmas Cimanggis Kota
Depok mempunyai kesinergisan yaitu mulai dari tingkat pemerintah daerah
sampai di tingkat kecamatan yaitu tingkat Puskesmas mempunyai visi yang saling
mendukung untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dengan cara meningkatkan
status kesehatan melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.
Visi yang dibuat oleh Pemerintah, Dinkes, dan Puskesmas Cimanggis Kota Depok
juga bersifat terbuka dan menjadi stimulasi dan motivasi bagi ketiga instansi
tersebut dalam menjalankan pelayanan kepada masyarakat. Visi dan misi yang
dikembangkan oleh Puskesmas Cimanggis mengacu pada visi Dinkes Kota Depok
tentu mengacu kepada visi Pemerintah Kota Depok sebagai bentuk dukungan
terhadap program pemerintah yang mencakup seluruh warga di Kota Depok.

Visi yang dituangkan oleh Pemerintah, Dinkes, dan Puskesmas Cimanggis Kota
Depok menggambarkan suatu harapan situasi dan kondisi masyarakat di masa
yang akan datang yang maju dan sejahtera pada seluruh aspek kehidupan
termasuk kesehatan baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Visi
Puskesmas Cimanggis juga diturunkan dari visi Dinkes Kota Depok, begitu juga
visi Dinkes Kota Depok diturunkan dari visi Pemerintah Kota Depok.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


74

Misi yang dibuat oleh Puskesmas Cimanggis, Dinkes, dan Pemerintahan Kota
Depok menunjukkan strategi untuk mencapai visi dari masing-masing instansi.
Misi dari masing-masing instansi terdapat posisi etik, prinsip, dan standar
pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Misi yang telah tercantum juga
memberikan kejelasan kepada staf dari masing-masing instansi untuk
menjalankan aktivitas sesuai dengan yang telah ditetapkan pada misi tersebut.

Pemegang program lansia menyusun anggaran tahunan untuk seluruh kebutuhan


yang mendukung kegiatan pada kelompok lansia termasuk lansia dengan
hipertensi. Anggaran untuk program lansia yang diperoleh dari APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah) Dinkes Kota Depok pada tahun 2010 sebesar Rp
180.000.000,-; tahun 2011 sebesar Rp 165.000.000,-; dan tahun 2012 sebesar Rp
150.000.000,- yang akan didistribusikan untuk pelatihan kader, pengadaan sarana
cetak, dan kit lansia yang dilaksanakan setiap tahun serta lomba senam jantung
sehat bagi lansia yang dilaksanakan dua tahun sekali (Hasil interview dengan
Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2012). Biaya
yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi Komda Lansia Kota Depok
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan
sumber lain yang sah dan tidak mengikat (Wali Kota Depok, 2011), namun
kondisi anggaran tersebut masih dalam kondisi kurang untuk mengakomodasi
kebutuhan kesehatan masyarakat khususnya kelompok lansia dengan salah satu
masalah yaitu hipertensi. Tiap Posbindu tahun 2010 mendapat anggaran sebanyak
Rp 500.000,- - Rp 700.000,- sedangkan untuk tahun 2011 sedang dalam proses
pengajuan. Dana juga akan diturunkan jika Posbindu yang telah terdaftar melalui
proses pelaporan setiap bulan (Interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak
Pasar Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012). Anggaran yang diajukan program
lansia pun tidak semuanya dapat diterima oleh pengelola anggaran karena dari
pengelola anggaran pun membatasi pengeluaran anggaran karena sesuai dengan
APBD yang tersedia.

Anggaran yang disusun oleh pemegang program lansia di tingkat Dinkes Kota
Depok menunjukkan bahwa dalam pembuatan atau penyusunan tersebut telah

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


75

memperhatikan visi yang terdapat pada instansi Dinkes Kota Depok yaitu agar
terwujudnya Kota Depok sehat dengan layanan kesehatan merata dan berkualitas
bagi kelompok lansia yang termasuk di dalamnya yaitu lansia dengan masalah
hipertensi. Kondisi lain juga menunjukkan bahwa anggaran yang disusun sesuai
dengan kreativitas program lansia dengan merencanakan berbagai kegiatan seperti
yang menunjang kesehatan pada kelompok lansia dengan salah satu masalah yaitu
hipertensi seperti pemberdayaan kader dengan melakukan pelatihan bagi kader
dan lomba senam jantung sehat bagi lansia, namun tetap saja anggaran yang
diberikan tidak adekuat sehingga berdampak pada penurunan berbagai kegiatan
atau pelayanan yang dapat menunjang kesehatan masyarakat khususnya kelompok
lansia dengan masalah hipertensi. Kondisi tersebut menunjukkan kurang adanya
dukungan yang optimal dari pemerintah terhadap kesejahteraan lansia.

Rencana program kegiatan dari Dinkes Kota Depok untuk lansia hanya pelatihan
kader, pengadaan sarana cetak, dan kit lansia yang dilaksanakan setiap tahun serta
lomba senam jantung sehat bagi lansia yang dilaksanakan tiap dua tahun sekali,
selain itu lansia bukan merupakan program prioritas (Interview dengan
Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2012).
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa rencana kegiatan yang ditetapkan oleh
pemegang program lansia masih bersifat umum dan belum ada program atau
kegiatan khusus untuk lansia dengan hipertensi. Kondisi tersebut pun terjadi
karena anggaran yang dikeluarkan juga masih terbatas dan tidak
mempertimbangkan kegiatan yang spesifik bagi kelompok lansia dengan masalah
tertentu seperti masalah hipertensi. Kegiatan pun belum terfokus pada masalah
yang dialami lansia sehingga berdampak pada kurang optimalnya penyelesaian
masalah kesehatan yang terjadi pada kelompok lansia dan salah satunya adalah
lansia dengan hipertensi.

Rencana kegiatan yang menunjang kesehatan lansia lainnya yaitu pelatihan bagi
kader lansia. Rencana pelatihan pun berbentuk pelatihan secara umum dan tidak
fokus terhadap masalah yang terjadi pada lansia seperti masalah hipertensi.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


76

Kondisi tersebut berdampak pada kurangnya pemahaman kader terhadap masalah


hipertensi yang terjadi pada lansia.

4.1.1.2. Fungsi Pengorganisasian


Struktur organisasi yang terdapat di tingkat Dinkes Kota Depok telah
menunjukkan struktur organisasi yang formal sehingga setiap orang atau staf yang
menempati posisi tertentu dalam struktur tersebut mempunyai tanggung jawab
dan tanggung gugat, mempunyai menjalankan peran dan fungsi yang jelas,
mempunyai pangkat dan jabatan yang jelas, serta mempunyai garis komunikasi
yang jelas. Kondisi tersebut dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap
efektifitas kerja dari masing-masing staf pegawai di instansi Dinkes Kota Depok.
Staf pegawai yang terdapat pada struktur organisasi yang formal yang terdapat
pada Dinkes Kota Depok juga mempunyai struktur organisasi informal sebagai
bentuk dukungan antara sesama untuk melengkapi pekerjaan teman lain yang
mempunyai halangan atau mempunyai kepentingan lain yang harus diperhatikan.

Struktur organisasi yang berkaitan dengan program kesehatan lanjut usia di


Dinkes Kota Depok tahun 2012 mencakup Bidang Pelayanan Kesehatan
Masyarakat membawahi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, dan Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi membawahi tiga program dan salah satunya adalah Program
Kesehatan Lanjut Usia (Dinas Kesehatan Kota Depok, 2012a).

Pembagian struktur serta fungsi staf pada program lansia di tingkat Dinkes Kota
Depok mempunyai fungsi yang jelas sesuai dengan kualifikasi dan jabatan yang
diembankan sehingga setiap staf mempunyai tanggung jawab dan tanggung
gugatnya masing-masing sesuai dengan fungsi dan jabatan yang dimiliki. Staf
pada program lansia juga berperilaku sesuai dengan jabatannya di dalam struktur
organisasi sehingga pekerjaan dapat dijalankan dengan baik dan jelas.

Program kegiatan untuk kesehatan lansia yang dari Dinkes Kota Depok langsung
kepada masyarakat sedangkan dengan pihak Puskesmas Cimanggis hanya bersifat
koordinasi saja dalam hal mengundang peserta (Interview dengan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


77

Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2012).


Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Puskesmas sebagai bentuk perpanjangan
tangan dari Dinkes tidak dilibatkan secara langsung dalam melaksanakan program
dari Dinkes Kota Depok. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa pihak
Program Lansia Dinkes Kota Depok kurang melakukan kerja sama yang baik
dengan pihak Puskesmas Cimanggis sehingga cenderung terjadi kurang
optimalnya pelayanan terhadap lansia khususnya pada lansia yang mengalami
hipertensi.

Pelaksanaan Posbindu di Kelurahan Cisalak khususnya pemeriksaan kesehatan


yang dilakukan pada meja 4 (empat) selama ini dilakukan oleh seorang bidan.
Pemeriksaan kesehatan di meja 4 harus dilakukan oleh dokter, namun jika dokter
berhalangan maka hanya didelegasikan secara lisan (tidak tertulis) kepada bidan
karena bidan selaku pembina kelurahan. Pelaksanaan promosi kesehatan juga
dilakukan hanya oleh Bidan karena Bidan bertindak sebagai Pembina Kelurahan
(Hasil interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis,
Oktober 2012). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kader sebagai salah satu
petugas kesehatan yang dekat dengan masyarakat belum optimal menjalankan
fungsinya sebagai seorang kader kesehatan dalam pelayanan lansia di posbindu
sehingga materi pelatihan yang telah didapatkan selama pelatihan tidak
diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Beberapa kader posbindu telah memberikan masukan kepada masyarakat


khususnya lansia yang mengalami masalah kesehatan, tetapi materi yang
diberikan sangat terbatas karena kader tidak menggunakan media memberikan
masukan atau penyuluhan kesehatan kepada lansia (Interview dengan Pembina
Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012). Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa kader lansia tidak mampu memberikan penyuluhan secara
optimal kepada lansia karena keterbatasan media untuk melakukan penyuluhan
sehingga lansia tidak mendapatkan informasi yang adekuat dari kader posbindu.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


78

Pelatihan yang diadakan oleh Dinkes bersifat langsung. Pihak Puskesmas hanya
bersifat koordinasi untuk mengumpulkan peserta baik lansia maupun kader lansia
atau mengundang peserta.

Pelaporan adanya Posbindu di wilayah atau Kelurahan Cisalak Pasar dilakukan


oleh Pembina Kelurahan Cisalak Pasar sehingga Posbindu terkaitpun akan
terfasilitasi untuk memperoleh dana dari pemerintah (Interview dengan Pembina
Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012). Kondisi tersebut
menujukkan bahwa Pembina Kelurahan Cisalak Pasar memfasilitasi kebutuhan
Posbindu untuk mendapatkan bantuan dana dari pihak pemerintah sehingga dapat
memotivasi kader untuk tetap menjalankan posbindu sebagai bentuk pelayanan
terhadap masyarakat khususnya kelompok lansia.

Penanggungjawab Program Perawat Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)


ditugaskan kepada seorang perawat dengan kualifikasi akademik diploma
keperawatan. Peran perkesmas yaitu melakukan kunjungan pada anggota keluarga
yang mengalami masalah terkait status kesehatannya. Pelaksanaan perkesmas di
Puskesmas Cimanggis hanya dilakukan oleh seorang perawat saja yaitu
penanggungjawab perkesmas tersebut. Petugas perkesmas melakukan kunjungan
rumah sebanyak satu sampai kali selama satu bulan dan terkadang tidak dilakukan
secara rutin karena petugas perkesmas juga harus mengelola BOP (Interview
dengan Penanggungjawab Program Perkesmas Puskesmas Cimanggis, Depok,
Jawa Barat, Oktober 2012). Kondisi tersebut menunjukkan kurangnya sumber
daya manusia di tingkat puskesmas dari aspek kuantitas sehingga peran perawat
yang sesungguhnya tidak dapat berjalan secara optimal yang lebih lanjut
berdampak pada kurangnya pelayanan keperawatan kepada masyarakat lebih
khususnya lansia yang mengalami hipertensi.

Petugas perkesmas melakukan kunjungan rumah atau keluarga pada keluarga


yang mempunyai anggota keluarga yang sakit. Petugas memberikan penyuluhan
kesehatan kepada anggota keluarga dan keluarga dengan biaya operasional untuk
satu keluarga selama satu tahun sebesar Rp 50.000,-. (Interview dengan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


79

Penanggungjawab Program Perkesmas Puskesmas Cimanggis, Depok, Jawa


Barat, Oktober 2012). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perawat seolah-olah
lebih melakukan tindakan pencegahan sekunder dan tersier dari pada pencegahan
primer karena perawat mengunjungi keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan, padahal secara teori perawat memulai pelayanan keperawatan dari
tingkat pencegahan primer sampai tersier agar masyarakat tidak mudah
mengalami masalah kesehatan. Kondisi tersebut berdampak pada masyarakat
kurang melakukan tindakan pencegahan atau masyarakat lebih senang melakukan
pengobatan (pencegahan sekunder) daripada pencegahan primer.

4.1.1.3. Fungsi Ketenagaan


Proses perekrutan tenaga kesehatan untuk program kesehatan lansia yang terdapat
di tingkat Dinkes Kota Depok sebagai penanggungjawab program lansia hanya
dua orang yang masing-masing mempunyai kualifikasi akademik sarjana
kedokteran gigi dan ahlimadya keperawatan (D3 Keperawatan). Staf dengan
kualifikasi akademik sarjana kedokteran gigi mempunyai fungsi dalam
mengkoordinir program kesehatan lansia; merencanakan dan menyusun kegiatan
program kesehatan lansia dalam jangka waktu satu bulan, satu tahun, dan lima
tahun; melaksanakan kegiatan serta fasilitasi program kesehatan lansia;
melaksanakan pengawasan (monitoring) dan evaluasi kegiatan program kesehatan
lansia; pencatatan dan pelaporan program kesehatan lansia; melakukan analisa dan
pengembangan kinerja dalam rangka tindak lanjut kegiatan program kesehatan
lansia; melakukan analisa dan pengembangan kinerja dalam rangka tindak lanjut
kegiatan; membantu pelaksanaan lintas program, lintas sektoral dan organisasi
profesi terkait, masyarakat serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); membuat
laporan akhir kegiatan program kesehatan lansia; sebagai pelaksana administrasi
kegiatan seksi kesehatan lansia; sebagai pelaksana pemeriksa barang dan jasa;
pelaksana tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya yang diberikan oleh Kepala
Bidang dan Kepala Seksi, sedangkan yang mempunyai kualifikasi akademik D3
keperawatan berfungsi dalam mengkoordinir pengelolaan kearsipan seksi
kesehatan keluarga dan gizi, daftar kehadiran serta surat-menyurat; melaksanakan
kegiatan serta fasilitasi program kesehatan lansia; pencatatan dan pelaporan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


80

program kesehatan lansia; melaksanakan entri data laporan data bulanan dari
seluruh puskesmas; melaksanakan evaluasi laporan kegiatan program lanjut usia;
pelaksana tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya yang diberikan oleh Kepala
Bidang dan Kepala Seksi (Pelaksana Harian Kepala Seksi Kesehatan Keluarga
dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok, 2012).

Penempatan SDM sebagai penanggungjawab program lansia yang terdiri dari dua
staf tersebut tidak menjadi kendala bagi kedua staf karena tidak merasa kelebihan
beban kerja. Staf dari penanggungjawab program lansia akan melakukan
koordinasi dengan program lain jika memerlukan bantuan tenaga dalam
menjalankan program kesehatan lansia, namun dalam proses selama beberapa staf
tersebut tidak mengalami masalah terkait dengan ketenagaan yang ada, namun
hasil wawancara dengan Bidang Yandasus bahkan hingga Kepala Dinkes Kota
Depok menyatakan bahwa jumlah tenaga atau staf pegawai masih kurang
sehingga pihak Dinkes telah mengajukan usulan penambahan atau perekrutan
kembali tenaga kesehatan kepada Pemerintah Kota Depok akan tetapi masih
belum direalisasikan.

Berdasarkan kondisi yang terjadi bahwa penanggungjawab program kesehatan


lansia yang berjumlah dua staf dengan adanya koordinasi yang baik antar program
sehingga kegiatan program lansia dapat terlaksana atau terselesaikan, namun salah
satu staf yang terdapat pada program kesehatan lansia masih mempunyai
latarbelakang pendidikan diploma keperawatan, sehingga perlu ditingkatkan
jenjang pendidikan staf tersebut dengan memberikan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan agar staf tersebut semakin kompeten dalam melakukan
tugas pelayanan kesehatan.

Petugas di tingkat Dinas Kesehatan Kota Depok yang bertanggungjawab pada


program kesehatan lansia hanya berjumlah dua orang dengan spesifikasi sarjana
kedokteran gigi dan ahlimadya keperawatan sedangkan petugas yang
bertanggungjawab dalam program lansia di tingkat puskesmas ada dua orang
dengan spesifikasi dokter dan seorang perawat ahlimadya keperawatan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


81

Pembina kelurahan Cisalak Pasar hanya seorang bidan saja yang telah
menjalankan tugasnya sejak tahun 1995 (17 tahun). Selama bidan tersebut
ditugaskan menjadi Pembina Kelurahan Cisalak Pasar belum pernah ada perawat
yang terlibat dalam pelaksanaan Posbindu di masing-masing RW di Kelurahan
Cisalak Pasar, sedangkan dokter biasanya hanya sekali dalam setahun melakukan
kunjungan ke Posbindu namun tidak rutin (Hasil interview dengan Pembina
Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012). Kondisi tersebut
menunjukkan kurangnya sumber daya manusia yang terdapat di tingkat
puskesmas yang memberikan dampak kurang optimalnya pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada kelompok lansia lebih khususnya lansia dengan hipertensi.

Jumlah pengelola program lansia di Puskesmas Cimanggis hanya dua orang yang
memberikan pelayanan kesehatan khusus untuk lansia sedangkan pembina untuk
satu kelurahan khususnya Kelurahan Cisalak Pasar yang berjumlah delapan RW
yaitu seorang bidan. Bidan tersebutlah yang selalu hadir dalam pelaksanaan
Posbindu di setiap RW di Kelurahan Cisalak Pasar dan juga setiap Posyandu
(Hasil interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis,
Oktober 2012). Perawat tidak terlibat secara langsung dalam pembinaan terhadap
lansia yang terdapat di Posbindu. Kondisi tersebut pun berdampak pada kurang
optimalnya pelayanan kesehatan terhadap kelompok lansia khususnya aggreate
lansia dengan hipertensi. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa
pemberdayaan perawat di tingkat puskesmas terutama di masyarakat kurang
optimal karena kurangnya sumber daya manusia (tenaga perawat).

Jumlah kader Posbindu untuk masing-masing RW yang terdapat di Kelurahan


Cisalak Pasar bervariasi berkisar antara 4 sampai dengan 15 kader Posbindu.
Kader Posbindu juga ada yang merangkap sebagai kader Posyandu (untuk
kesehatan balita). Jumlah kader Posbindu untuk Kelurahan Cisalak Pasar
sebanyak 54 kader namun yang sudah mengikuti pelatihan Posbindu hanya 3
kader (Puskesmas Cimanggis, 2011)

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


82

4.1.1.4. Fungsi Pengarahan


Pendelegasian di Dinkes Kota Depok pada Program Lansia dilakukan jika
pemegang program berhalangan hadir yaitu dengan berkoordinasi dengan petugas
lain dalam satu seksi seperti dengan program UKS atau program gizi namun
pendelegasian yang dilakukan hanya secara lisan tanpa ada format pendelegasian
secara tertulis (Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota
Depok, September 2012). Kondisi yang sama pun terjadi di tingkat Puskesmas
yaitu dalam melakukan pendelegasian hanya dengan penyampaian lisan tanpa ada
format tertulis yang dilakukan dari pimpinan Puskesmas kepada bawahan dan
sesama rekan kerja (Interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
proses pendelegasian yang dilakukan di tingkat dinas dan puskesmas dapat
berjalan secara adekuat tanpa adanya kendala hanya saja tidak ada pernyataan
tertulis dalam melakukan pendelegasian tugas kepada rekan atau tim dan
pendelegasian yang diberikan kepada program lain menunjukkan adanya saling
percaya antar program dalam satu seksi.

Hasil wawancara pun menujukkan bahwa yang menerima delagasi pun adalah
lintas program dalam satu seksi (Interview dengan Penanggungjawab Program
Lansia Dinkes Kota Depok, September 2012). Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa penerima delegasi pun mempunyai kompetensi dalam malakukan
kewajiban, tugas-tugas, dan tanggung jawab yang diberikan oleh Program Lansia
yang berada dalam satu seksi sehingga program lain pun dapat melakukan
kewajiban, tugas-tugas, dan tanggung jawab dengan baik.

Kegiatan motivasi yang dilakukan oleh pihak Dinkes Kota Depok untuk menarik
minat lansia dalam mengikuti Posbindu dengan melakukan lomba seperti lomba
senam jantung sehat (Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes
Kota Depok, September 2012). Kegiatan motivasi juga sering dilakukan terhadap
petugas di Dinkes Kota Depok saat upacara yang dilakukan setiap hari sebelum
memulai aktivitas, sedangkan pelaksanaan motivasi bagi petugas di Puskemas
jarang dilakukan. Motivasi tidak hanya dilakukan oleh Kepala Dinas tetapi juga

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


83

Kepala Bidang. Motivasi yang diberikan di Dinkes Kota Depok berupa anjuran
untuk melaksanakan program kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan,
jika ijin untuk tidak masuk harus mempunyai alasan yang jelas, dan kurangi absen
atau tanpa keterangan tidak masuk kerja. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
motivasi yang diberikan kepada lansia untuk dapat meningkatkan status
kesehatannya dengan cara mengadakan berbagai kegiatan yang dapat
mengundang minat masyarakat khususnya lansia dalam melakukan berbagai
aktivitas khususnya senam jantung sehat, kondisi yang sama juga dilakukan oleh
Kepala Dinkes Kota Depok yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja staf
pegawai Dinkes Kota Depok agar dapat bekerja secara efektif dan efisien demi
meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan secara umum terhadap masyarakat dan
terhadap secara khusus lansia.

Pelatihan bagi petugas di Dinkes Kota Depok yang berkaitan dengan kesehatan
lansia jarang dilakukan apalagi pelatihan yang ditujukan untuk masalah hipertensi
pada lansia belum pernah dilakukan (Interview dengan Penanggungjawab
Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2012). Kondisi kurang adanya
pelatihan bagi staf pegawai Dinkes Kota Depok khususnya staf Program Lansia
terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan lansia dapat berdampak pada
kurang optimalnya kinerja staf pegawai Dinkes Kota Depok untuk meningkatkan
status kesehatan bagi lansia.

Kondisi yang sama pun terjadi pada kader posbindu yang terdapat di Kelurahan
Cisalak Pasar. Pelatihan bagi petugas Puskesmas Cimanggis sudah jarang
dilakukan dan terakhir dilaksanakan kurang lebih tiga tahun yang lalu (Interview
dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012).
Kondisi tersebut juga dapat berdampak pada kinerja staf pegawai menjadi tidak
efektif akibat kurangnya pelatihan yang diberikan bagi petugas yang terdapat di
puskesmas sehingga petugas puskesmas kurang mendapat isu-isu terbaru dalam
pelayanan terhadap kesehatan lansia.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


84

Jumlah kader posbindu yang kurang disertai juga dengan kurangnya pemahaman
kader tentang penatalaksanaan masalah hipertensi pada lansia di rumah sehingga
dapat berdampak pada kurang optimalnya pelaksanaan posbindu dalam membina
kesehatan lansia terutama masalah hipertensi di posbindu maupun keluarga.

Pengarahan juga dilakukan dengan mengadakan pelatihan bagi kader posbindu.


Pelatih langsung dari Dinkes dan yang hadir hanya perwakilan dari tiap kelurahan
saja (Hasil interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas
Cimanggis, Oktober 2012) bahkan data menunjukkan bahwa kader yang
mengikuti pelatihan terkait posbindu hanya tiga orang kader (Puskesmas
Cimanggis, 2011). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa jumlah kader posbindu
yang dilatih hanya sedikit dari jumlah kader yang terdapat di suatu kelurahan
sehingga kader kurang optimal dalam memberikan pelayanan kepada lansia yang
dapat berdampak pada menurunnya status kesehatan pada kelompok lansia salah
satunya adalah lansia dengan masalah hipertensi.

Pemerintah sekarang juga telah menyediakan dana untuk masing-masing


Posbindu. Dana dari pemerintah kemudian diteruskan ke kecamatan terus ke
kelurahan lalu ke Posbindu. Posbindu yang dapat memperoleh dana dari
pemerintah adalah Posbindu yang telah terdaftar dan juga telah mengajukan
proposal permohonan dana namun dana tersebut kurang memadai untuk
kebutuhan kegiatan posbindu di masyarakat (Interview dengan Pembina
Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012). Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa dukungan pemerintah dalam hal dana pada pelayanan
kesehatan lansia belum memadai sehingga pelayanan terhadap kesehatan lansia
pun kurang optimal yang berdampak lebih lanjut yaitu kesehatan lansia di
masyarakat khususnya di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar yang merupakan area
binaan menjadi kurang optimal atau status kesehatan lansianya kurang.

4.1.1.5. Fungsi Pengawasan


Pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh Dinkes Kota Depok dilakukan oleh
Penanggungjawab Program Lansia di tingkat Puskesmas. Materi yang dievaluasi

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


85

mencakup hasil kegiatan, manajemen program, pencatatan dan pelaporan,


ketenagaan, pendanaan, sarana, jenis dan jumlah sarana (Checklist/Supervisi
Intensif Program Kesehatan Lansia Kota Depok Ke Puskesmas Tahun 2011).

Materi hasil kegiatan berupa target kegiatan yang telah ditetapkan mencakup
pembinaan kesehatan lansia yang meliputi pelatihan program pembinaan
kesehatan lansia yang telah diikuti oleh petugas kesehatan, frekuensi pembinaan
kesehatan lansia mencakup posbindu dan kader; dan partisipasi masyarakat yang
meliputi rata-rata cakupan kunjungan lansia di posbindu dan pembentukan
posbindu baru.

Materi manajemen program mencakup kesesuaian antara kegiatan yang dilakukan


dengan yang diusulkan puskesmas yang meliputi rencana strategi, hasil analisa
situasi masalah lansia di wilayah kerja puskesmas, ada atau belum intervensi dari
program atau sektor lain, keterbatasan sumber dana dari sumber dana yang ada,
selain itu pelaksana yang meliputi rencana program kerja (RPK), petunjuk
pelaksanaan puskesmas, dan planning of action (POA) puskemas; ada atau
tidaknya koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait pelaksanaan program
(sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan); ada atau tidaknya sasaran riil dan
sasaran proyeksi untuk setiap kegiatan; ada atau tidaknya rencana supervisi
kepada kader/pembina kelurahan pada program kesehatan lansia secara rutin (tiap
bulan/triwulan/semester) atau insidentil; pelaksanaan supervisi sesuai dengan
rencana dan menggunakan alat observasi; ada atau tidak pembahasan terhadap
hasil supervisi dalam forum lintas program atau lintas sektor; dan ada atau
tidaknya penyuluhan kesehatan terhadap lansia yang dilakukan oleh puskesmas.

Materi pencatatan dan pelaporan mencakup waktu atau jadwal laporan yang
diterima dari kader/pembina kelurahan, distribusi atau pengolahan terhadap data
yang diperoleh dari kader/pembina kelurahan.

Materi ketenagaan mencakup latar belakang pendidikan tenaga pengelola lansia di


puskesmas, sedangkan materi pendanaan mencakup sumber anggaran untuk

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


86

kegiatan program kesehatan lansia (APBD kota, APBD propinsi, atau Operasional
Puskesmas) dan kesesuaian realisasi penyerapan anggaran dengan rencana (APBD
kota, APBD propinsi, atau Operasional Puskesmas). Materi sarana mencakup
perencanaan kebutuhan KIT yang meliputi jumlah sasaran serta usulan kebutuhan
puskesmas dan posbindu; proses distribusi yang dilakukan berdasarkan usulan
kebutuhan puskesmas atau kebutuhan posbindu atau jumlah sasaran menurut
puskesmas; dan jumlah sarana lain yang sesuai dengan kebutuhan puskesmas.
Materi lain yang terkait sarana juga mencakup ada atau tidak puskesmas
menyelenggarakan pengadaan KMS dan KIT secara swadaya atau dari pihak
donatur; ada atau tidak puskesmas menerima surat pemberitahuan dari Dinkes
Kota apabila mau mendapat kiriman sarana program; dan ada atau tidak rencana
distribusi sarana ke posbindu.

Materi jenis dan jumlah sarana mencakup jumlah posbindu, jumlah posbindu
PTM, posbindu yang memilikiKIT layak pakai, jumlah semua lansia, jumlah yang
memiliki KMS lansia; dan kecukupan formulir R/R Posbindu. Hasil supervisi tiap
materi selanjutnya ditabulasi dan datanya ditampilkan berdasarkan distribusi
frekuensi serta dianalisis. Hasil analisis kemudian dijadikan hasil temuan yang
dilanjutkan dengan tindak lanjut baik secara langsung maupun tidak langsung.

Hasil interview menunjukkan bahwa semua materi evaluasi yang terdapat di


dalam lembar checklist ditemukan bahwa ada beberapa item yang tidak dapat
terlaksana dengan baik karena berbagai kendala terutama kurangnya sumber daya
manusia dari aspek kuantitas dalam melakukan pembinaan terhadap kesehatan
lansia, beberapa kegiatan tidak dapat terlaksana secara optimal karena dana yang
tidak memadai, beberapa sarana dan prasarana yang terdapat di puskesmas sudah
mulai rusak. Kondisi tersebut menujukkan bahwa masih banyak kekurangan
dalam seluruh proses manajemen mulai dari perencanaan sampai tahap
pengarahan sehingga menjadi tampak kekurangannya di tingkat puskesmas dan
masyarakat yang memberikan dampak lebih lanjut pada kurang optimalnya
kinerja dari penyedia pelayanan kesehatan dan pelayanan yang diterima oleh
masyarakat khususnya lansia.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


87

Hasil interview menunjukkan bahwa belum ada penilaian kinerja kader dalam
kegiatan posbindu termasuk pengelolaan hipertensi pada lansia, selain itu juga
belum adanya sistem pemantauan kasus hipertensi pada lansia, belum ada evalusi
dari kepala puskesmas terhadap penanggujawab program tingkat puskesmas
tentang program lansia termasuk lansia hipertensi. Kondisi lain yang terjadi yaitu
belum efektifnya supervisi kegiatan pembinaan lansia, belum efektifnya
perencanaan program rutin tahunan lansia karena hanya memperhatikan lansia
secara umum yaitu dengan mengadakan lomba senam lansia yang diadakan dua
atau tiga tahun sekali. Program tahunan dari Penanggungjawab Program Lansia di
tingkat Dinkes Kota Depok hanya mencakup pelatihan kader, pengadaan sarana
cetak, dan kit lansia (Interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012; Interview dengan Penanggungjawab
Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2012). Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa berbagai program yang dicanangkan dan dilakukan ternyata
belum optimal apalagi yang berkaitan dengan masalah yang spesifik pada lansia
seperti masalah hipertensi. Kegiatan yang dilakukan hanya bersifat umum tidak
terfokus pada masalah kesehatan yang dialami lansia sehingga meskipun program
kegiatan terus dijalankan tetapi karena tidak spesifik berdampak pada kurang
efektif penyelesaian masalah kesehatan pada lansia sehingga lansia masih banyak
yang mengalami berbagai masalah kesehatan salah satunya adalah masalah
hipertensi.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


88

PERENCANAAN PENGARAHAN KETENAGAAN

Kelompok lansia Pendelegasian hanya Dapat terjadi Jumlah SDM di Kurang optimal
Belum ada Belum optimalnya
dengan hipertensi disampaikan secara mispersepsi Dinkes kurang kinerja dari staf
perencanaan perencanaan terhadap
tidak terfasilitasi linsan (tidak ada format terhadap materi
untuk program masalah kesehatan pada
secara optimal tertulis) pendelegasian
penatalaksanaan Jumlah SDM Jarang melakukan kelompok lansia dengan
dalam pelayanan
hipertensi secara perkesmas pelayanan hipertensi
kesehatan Tidak ada pelatihan bagi Petugas puskesmas
berkelompok terbatas keperawatan di rumah
petugas Dinkes dan belum mempuyai
pada lansia
Puskesmas khusus untuk petunjuk khusus dalam Performa Wadah pembinaan
Angka kejadian
penatalaksanaan lansia penatalaksanaan lansia Pendidikan lansia dengam hipertensi
Lansia bukan hipertensi pada pelayanan
dengan hipertensi dengan hipertensi formal SDM di Kelurahan Cisalak
merupakan kesehatan lansia
lansia meningkat terbatas Pasar belum memadai
program prioritas menurun
Kader Posbindu yang baru Sedikit kader yang
mempunyai kemampuan Kurangnya jumlah
Pembinaan mengikuti pelatihan hanya 3
Anggaran APBD Jumlah kader Pelayanan di SDM pada
terhadap kesehatan orang dari 54 kader Posbindu yang optimal dari hasil
untuk kegiatan posbindu kurang posbindu berbagai tatanan
lansia kurang dan jarang melakukan pelatihan sehingga
program lansia masih & terlibat di kurang pelayanan
optimal sosialisasi hasil pelatihan pelayanan kurang
dalam kondisi kurang posyandu optimal
optimal di Posbindu
Supervisi
Pelaksanaan Posbindu pada meja ke-4 Pelayanan kesehatan pada Belum ada penilaian kinerja kader Kurang optimal dalam pengelolaan
lebih banyak menggunakan bidan lansia kurang optimal dalam kegiatan posbindu termasuk mengevaluasi kader hipertensi pada
pengelolaan hipertensi pada lansia kelompok lansia
Kegiatan lansia dari Dinkes langsung Kondisi lansia tidak terpantau secara belum optimal
Pihak puskesmas tidak Belum adanya sistem pemantauan
dijalankan oleh Dinkes, puskesmas efektif terkait perubahan tekanan darah
mengetahui materi pelaksanaan kasus hipertensi pada lansia
tidak dilibatkan secara langsung dan tindakan yang perlu dilakukan
kegiatan yang dilakukan
sehingga mengalami hambatan Belum ada evalusi dari kepala Penanggungjawab program kurang
dalam melakukan follow up puskesmas terhadap Belum optimalnya
mengetahui kelemahan dan kelebihan
penanggujawab program tingkat pengawasan terhadap
Terdapat salah satu RW di pelayanan yang telah dilakukan
puskesmas tentang program lansia masalah kesehatan
Kelurahan Cisalak Pasar belum Tidak adanya screening terhadap terhadap lansia dengan hipertensi
termasuk lansia hipertensi pada kelompok lansia
mempunyai wadah Posbindu tekanan darah pada lansia dengan hipertensi:
Belum ada supervisi dan
Kader belum optimal dalam melakukan penilaian kinerja
kesempatan bagi kader dalam
pendidikan kesehatan bagi keluarga kader
terhadap kader dalam
melakukan kunjungan rumah

PENGORGANISASIAN PENGAWASAN

Skema 4.1 Diagram fish bone tentang hasil analisis terhadap manajemen pelayanan kesehatan pada kelompok lansia dengan hipertensi

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


89

4.1.2. Masalah Manajemen Keperawatan


Perumusan masalah manajemen keperawatan berdasarkan hasil analisis diagram
fishbone. Masalah yang muncul dipilih melalui prioritas

Diagnosa yang muncul ada empat mencakup: Belum optimalnya perencanaan


terhadap masalah kesehatan pada kelompok lansia dengan hipertensi; Wadah
pembinaan lansia dengam hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar belum memadai;
Kurangnya jumlah SDM pada berbagai tatanan pelayanan; Supervisi pengelolaan
hipertensi pada kelompok lansia belum optimal; Belum optimalnya pengawasan
terhadap masalah kesehatan pada kelompok lansia dengan hipertensi: penilaian
kinerja kader. Hasil perumusan masalah manajemen keperawatan dilanjutkan
dengan pembuatan prioritas masalah. Hasil prioritas masalah manajemen
keperawatan:
a. Wadah pembinaan lansia dengam hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar
belum memadai.
b. Supervisi pengelolaan hipertensi pada kelompok lansia belum optimal.

4.1.3. Rencana, Implementasi, dan Evaluasi Manajemen Pelayanan


Kesehatan
4.1.3.1. Wadah pembinaan lansia dengam hipertensi di Kelurahan Cisalak
Pasar belum memadai.
a. Tujuan Umum:
Wadah pembinaan lansia dengam hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar
terlaksana secara optimal

b. Tujuan Khusus:
1. Terbentuknya Kepung Tensi lansia
2. Terbentuknya struktur organisasi kepengurusan Kepung Tensi di
Kelurahan Cisalak Pasar
3. Peningkatan pengetahuan anggota Kepung Tensi minimal 2SD
4. Peningkatan sikap anggota Kepung Tensi minimal 2SD

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


90

5. 70% anggota kepung tensi termasuk kategori baik dalam melakukan


Salam Aktif yang telah dimodifikasi secara mandiri.

c. Rencana Intervensi.
Rencana intervensi berupa 1) Rekrut masyarakat menjadi anggota Kepung
Tensi; 2) Bentuk Kepung Tensi; 3) Bentuk struktur pengurus Kepung Tensi;
4) Terlaksana pelatihan anggota Kepung Tensi; 5) Demonstrasi Salam Aktif
oleh Kepung Tensi.

d. Pembenaran
Kelompok pendukung merupakan pemberi perawatan bagi anggota keluarga
atau kelompok di dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anggota
keluarga atau masyarakat (Neufeld & Harrison, 2010). Kelompok pendukung
tersebut merupakan anggota masyarakat atau kader yang bersedia membantu
keluarga atau kelompok lansia dengan hipertensi dengan melakukan berbagai
kegiatan untuk mengedalikan masalah hipertensi pada lansia. Kelompok
pendukung berperan dalam memfasilitasi keluarga atau masyarakat dalam
meningkatkan kesehatan anggota keluarga atau masyarakat khususnya lansia
dengan hipertensi.

e. Implementasi
1. Melakukan perekrutan dan membentuk struktur organisasi Kepung Tensi:
a. RW 05 tanggal 5 Maret 2013 pukul 08.30 – 10.00 WIB dihadiri oleh
10 orang kader
b. RW 06 tanggal 8 Maret 2013 jam 13.00 – 14.00 WIB dihadiri oleh 7
orang kader
c. RW 03 tanggal 11 April 2013 jam 09.30 – 10.30 dihadiri oleh 2 orang
kader
Proses pelaksanaan perekrutan dilakukan dengan mendiskusikan terlebih
dahulu tentang kelompok pendukung hipertensi, tujuan kelompok
pendukung hipertensi, dan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok
pendukung hipertensi. Langkah selanjutnya yaitu menentukan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


91

keanggotaan kepung tensi, membuat struktur kepung tensi. Struktur


keanggotaan kepung tensi di RW 05 dan 06 mengikuti struktur Posbindu
yang terdapat di masing-masing RW, sedangkan struktur kepung tensi di
RW 03 tidak dibuat struktur khusus karena hanya terdiri dari 2 orang
anggota. Kondisi di RW 03 seperti demikian karena sudah ada dua
kelompok pendukung yang telah terbentuk di RW tersebut yang
melibatkan kader posyandu maupun posbindu, sementara yang bukan
kader atau anggota masyarakat kurang bersedia menjadi anggota kepung
tensi.
2. Melakukan penyegaran dan penyuluhan kembali tentang masalah
hipertensi pada Kepung Tensi:
a. RW 05 tanggal 12 Maret 2013 pukul 09.00 – 10.00 WIB dihadiri oleh
10 orang kader
b. RW 06 tanggal 14 Maret 2013 pukul 09.30 – 10.30 WIB dihadiri oleh
7 orang kader
c. RW 03 tanggal 18 April 2013 jam 09.30 – 10.30 dihadiri oleh 2 orang
kader
Proses pelaksanaan penyegaran dan penyuluhan tentang hipertensi kepada
kepung tensi sangat interaktif karena para kader sebelumnya sudah pernah
mengikuti pelatihan tentang hipertensi pada bulan November 2012 yang
dilakukan oleh Mahasiswa Aplikasi dan Residen Program Spesialis
Keperawatan Komunitas, hanya saja anggota kepung tensi ingin
memvalidasi terkait proses terjadinya hipertensi sampai mengakibatkan
stroke.
3. Melakukan pelatihan dan demonstrasi salam aktif yang telah dimodifikasi
selama 3 kali pertemuan:
a. RW 05:
1) Tanggal 19 Maret 2013 pukul 10.00 – 11.00 WIB dihadiri oleh 10
orang kader
2) Tanggal 26 Maret pukul 10.00 – 11.00 WIB dihadiri oleh 6 orang
kader

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


92

3) Tanggal 2 April 2013 pukul 10.00 – 11.00 WIB dihadiri oleh 10


orang kader
b. RW 06:
1) Tanggal 21 Maret 2013 pukul 10.00 – 11.30 WIB dihadiri oleh 7
orang kader
2) Tanggal 28 Maret 2013 pukul 10.00 – 11.30 WIB dihadiri oleh 5
orang kader
3) Tanggal 4 April 2013 pukul 10.00 – 11.30 WIB dihadiri oleh 7
orang kader
c. RW 03
1) Tanggal 25 April 2013 jam 09.30 – 10.30 dihadiri oleh 2 orang
kader
2) Tanggal 2 Mei 2013 jam 09.30 – 10.30 dihadiri oleh 2 orang
kader
3) Tanggal 16 Mei 2013 jam 09.30 – 10.30 dihadiri oleh 2 orang
kader
Pertemuan pertama dilakukan penjelasan tentang salam aktif sebagai salah
satu cara penanganan masalah hipertensi pada lansia disertai dengan
proses mulai dari persiapan sampai evaluasi. Langkah selanjutnya secara
bersama-sama melakukan salam aktif yang telah dimodifikasi dengan
memberi contoh dua sampai tiga kali setiap satu gerakan kemudian
langsung didemonstrasikan kembali dua kali oleh anggota kepung tensi.
Pertemuan pertama dimulai dengan melakukan teknik pernapasan dan
dilanjutkan dengan kelompok otot wajah.

Pertemuan kedua diawali dengan mengulang kembali teknik pernapasan


dan gerakan pada otot wajah. Langkah selanjutnya yaitu melakukan
gerakan pada otot dada dan punggung, otot bahu, siku, dan lengan atas,
pergelangan tangan, telapak tangan, otot kaki dan paha yang dilakukan dua
sampai tiga kali yang dilanjuti dengan memberikan kesempatan kepada
anggota kepung tensi untuk melakukan dua kali pada masing-masing
gerakan.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


93

Pertemuan ketiga yaitu mengulang kembali gerakan mulai dari otot wajah
hingga otot kaki kemudian memberikan kesempatan kepada kader untuk
melakukan kembali seluruh gerakan mulai dari otot wajah sampai otot
kaki.

f. Evaluasi
1. Adanya struktur kepengurusan Kepung Tensi
2. Pengetahuan anggota Kepung Tensi mengalami peningkatan menjadi
rata-rata 82,89 (> standar minimal 82,87; 2SD)
3. Sikap anggota Kepung Tensi mengalami peningkatan menjadi rata-rata
82,46 (> standar minimal 81,03; 2SD)
4. 47,4% anggota kepung tensi termasuk kategori sangat baik dalam
melakukan Salam Aktif yang telah dimodifikasi secara mandiri.
5. 52,6% anggota kepung tensi termasuk kategori baik dalam melakukan
Salam Aktif yang telah dimodifikasi secara mandiri.

g. Rencana Tindak Lanjut


1. Dinas Kesehatan Kota Depok
Dinas Kesehatan (Dinkes) meningkatkan pelayanan dengan melakukan
koordinasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
mendelegasikan kepada pihak puskesmas terutama perawat untuk
meninjau kepengurusan kepung tensi serta melakukan pengembangan
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui
penyegaran materi tentang hipertensi dan pelaksanaan salam aktif yang
telah dimodifikasi pada anggota kepung tensi.
2. Pihak Puskesmas Cimanggis
Hasil pendelegasian dari Dinkes dapat dilanjutkan oleh pihak Puskesmas
terutama perawat dan secara langsung perawat dari Puskesmas
melakukan koordinasi terkait kelanjutan kepengurusan kepung tensi
terutama dalam hal kemampuan kader melakukan salam aktif sekali
dalam empat bulan. Pihak puskesmas juga memberikan motivasi kepada
anggota kepung tensi untuk terus melakukan dan mengembangkan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


94

kemampuan dalam melaksanakan salam aktif yang telah dimodifikasi


sekali dalam empat bulan serta mengembangkan kepung tensi dengan
kemampuan melakukan salam aktif yang telah dimodifikasi pada wilayah
lain yang belum terbentuk.
3. Kelurahan Cisalak Pasar:
Pihak Kelurahan juga ikut memberikan motivasi bagi anggota kepung
tensi yang merupakan anggota masyarakat Kelurahan Cisalak Pasar agar
tetap eksis kepengurusan setiap pelaksanaan rapat koordinasi di
kelurahan serta memfasilitasi dan memotivasi anggota masyarakat agar
bersedia menjadi anggota kepung tensi sehingga dapat membentuk
kepung tensi di wilayah lain yang belum terbentuk atau menambah
anggota dari kepung tensi yang sudah terbentuk.
4. Kader Kesehatan
Kader kesehatan terutama anggota kepung tensi melakukan kegiatan
secara mandiri setiap bulan dengan melakukan evaluasi kegiatan kepung
tensi, melakukan diskusi terkait hipertensi dan melakukan latihan salam
aktif yang telah dimodifikasi secara terus-menerus, saling mengevaluasi
sesama anggota kepung tensi dalam melakukan salam aktif yang telah
dimodifikasi. Anggota kepung tensi juga melakukan perekrutan anggota
baru dan belajar bersama terkait hipertensi dan pelaksanaan salam aktif
yang telah dimodifikasi.

4.1.3.2. Supervisi pengelolaan hipertensi pada kelompok lansia belum optimal


a. Tujuan Umum
Supervisi pengelolaan hipertensi pada kelompok lansia dengan hipertensi
menjadi optimal.

b. Tujuan Khusus
1. Teridentifikasi persiapan sebelum melakukan supervisi pelaksanaan
salam aktif pada lansia dengan hipertensi
2. Anggota kepung tensi mampu melakukan supervisi salam aktif pada
keluarga dan kelompok lansia dengan hipertensi

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


95

3. Anggota kepung tensi mampu memberikan umpan balik pada keluarga


atau kelompok lansia dengan hipertensi dalam melakukan salam aktif
4. Teridentifikasi hambatan pelaksanaan pelaksanaan salam aktif oleh
anggota kepung tensi
5. Terlaksana evaluasi secara langsung pelaksanaan salam aktif terhadap
anggota kepung tensi

c. Rencana
Rencana keperawatan berupa 1) Lakukan persiapan sebelum melaksanakan
supervisi pelaksanaan salam aktif terhadap anggota kepung tensi; 2) Lakukan
supervisi terhadap anggota kepung tensi dalam melaksanakan salam aktif; 3)
Anggota kepung tensi melakukan supervisi salam aktif pada keluarga atau
kelompok lansia dengan hipertensi; 4) Anggota kepung tensi berikan umpan
balik kepada keluarga atau kelompok lansia dengan hipertensi terkait
pelaksanaan salam aktif; 5) Evaluasi secara langsung pelaksanaan salam aktif
terhadap anggota kepung tensi; 6) Berikan masukan kepada anggota kepung
tensi terhadap pelaksanaan salam aktif; 7) Berikan motivasi kepada anggota
kepung tensi setelah melaksanakan salam aktif kepada lansia dengan
hipertensi

d. Pembenaran
Pelaksanaan supervisi sebagai salah satu elemen dari fungsi manajemen
pengarahan merupakan bentuk pengawasan terhadap kinerja anggota kepung
tensi (Whitehead, Weiss, & Tappen, 2010). Pelakasanaan supervisi juga
membantu untuk memberikan masukan dan dan evaluasi terhadap anggota
kepung tensi dalam melaksanakan salam aktif yang telah dimodifikasi pada
lansia dengan hipertensi (Whitehead, Weiss, & Tappen, 2010) sehingga dapat
meningkatkan kinerja dari anggota kepung tensi dalam melakukan salam aktif
yang telah dimodifikasi.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


96

e. Implementasi
1. Melakukan persiapan pada tanggal 8 Mei 2013 sebelum melaksanakan
supervisi keluarga dan 16 April 2013 pada kelompok lansia dengan
hipertensi terkait pelaksanaan salam aktif terhadap anggota kepung tensi
seperti lembar observasi pelaksanaan salam aktif yang telah dimodifikasi,
media petunjuk pelaksanaan salam aktif. Kader atau anggota kepung
tensi yang akan dilakukan supervisi di keluarga tampak ragu melakukan
kunjungan karena untuk pertama kalinya melakukan kunjungan rumah
dan mengajarkan keluarga lansia dengan hipertensi tentang pelaksanaan
salam aktif yang telah dimodifikasi, namun karena motivasi yang kuat
dari mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas maka anggota tersebut
siap dan berani melakukan pendidikan kesehatan yaitu terapi salam aktif
yang telah dimodifikasi, begitu juga yang terjadi pada anggota kepung
tensi yang melakukan pendidikan kesehatan dalam bentuk salam aktif
pada kelompok lansia dengan hipertensi merasakan hal yang sama.

2. Melaksanakan supervisi pada anggota kepung tensi dalam melakukan


salam aktif pada keluarga tanggal 10 Mei 2013 dan pada kelompok lansia
dengan hipertensi tanggal 23 April 2013. Supervisi terhadap anggota
kepung tensi pada keluarga lansia dengan hipertensi dimulai dengan fase
prainteraksi. Fase prainteraksi anggota kepung tensi menyampaikan
salam pembuka dan keluarga membalas salam yang disampaikan anggota
kepung tensi, selanjutnya anggota kepung tensi mengidentifikasi kondisi
yang dialami keluarga saat dilakukan kunjugan dan keluarga berespon
bahwa kondisi yang dialami saat ini baik. Tahap selanjutnya yaitu
pelaksanaan. Tahap pelaksanaan kader memulai dengan menjelaskan
tujuan kegiatan salam aktif, melakukan pengukuran tekanan darah pada
keluarga lansia dan kelompok lansia dengan hipertensi menggunakan
tensimeter digital. Selanjutnya memulai kegiatan salam aktif dengan
memberikan instruksi mulai dari pernapasan pada awal hingga sampai
penapasan pada penutup atau akhir. Kader atau anggota kepung tensi
melakukan pemeriksaan tekanan darah setelah pelaksanaan salam aktif

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


97

dan melakukan terminasi. Kader memberikan masukan kepada keluarga


atau kelompok lansia dengan hipertensi pada gerakan yang masih salah
dilakukan oleh keluarga lansia maupun kelompok lansia dengan
hipertensi dan anggota kepung tensi mampu menjelaskan cukup baik
kepada keluarga terkait masalah hipertensi dan pelaksanaan salam aktif.

3. Memberikan evaluasi secara langsung pelaksanaan salam aktif terhadap


anggota kepung tensi: Menurut kader yang melakukan salam aktif yang
dimodifikasi pada keluarga bahwa merasa gugup saat melakukan terapi
pada keluarga, kader juga lupa melakukan pernapasan pada bagian
penutup dari pelaksanaan salam aktif, namun kader tetap percaya diri
dalam melakukan salam aktif. Kader juga merasa ternyata mampu
melakukan salam aktif pada keluarga lansia dengan hipertensi. Menurut
kader yang melakukan salam aktif terhadap kelompok lansia dengan
hipertensi juga merasa gugup dan kurang percaya diri, namun ketika
dilaksanakan kader ternyata dapat memimpin pelaksanaan kegiatan salam
aktif meskipun ada yang terlupakan oleh kader atau anggota kepung tensi
tersebut, namun kader anggota kepung tensi juga menyadari kekurang
yang terjadi di dalam diri masing-masing sehingga masih perlu banyak
belajar dan latihan. Evaluasi yang dilakukan Mahasiswa Residen
Keperawatan Komunitas bahwa kader cukup baik melakukan salam aktif
baik pada keluarga maupun pada kelompok lansia dengan hipertensi.

4. Memberikan masukan atau umpan balik kepada anggota kepung tensi


terhadap pelaksanaan salam aktif baik di keluarga maupun di kelompok
lansia dengan hipertensi. Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas
memberikan masukan bahwa perlu dipelajari lagi salam aktif dan
berusaha mengingat proses pelaksanaan dari awal hingga akhir dan
memberikan reinforcement positif bagi anggota keppung tensi yang
bersedia melakukan salam aktif pada keluarga maupun kelompok lansia
dengan hipertensi.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


98

5. Memberikan motivasi kepada anggota kepung tensi setelah


melaksanakan salam aktif kepada lansia dengan hipertensi: Mahasiswa
Residen Keperawatan Komunitas meminta anggota kepung tensi untuk
terus melakukan salam aktif pada keluarga dan kelompok lansia dengan
hipertensi karena kader atau anggota kepung tensi merupakan kelompok
yang ikut membantu pemerintah dalam meningkatkan kesehatan lansia di
masyarakat dan menjadi perpanjangan tangan tenaga kesehatan di
masyarakat.

f. Evaluasi
Evaluasi keperawatan berupa 1) Kader atau anggota kepung tensi dapat
mempersiapkan diri dengan baik untuk melakukan kunjungan keluarga dan
melakukan salam aktif pada kelompok lansia hipertensi dengan bantuan
Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas berupa lembar observasi
pelaksanaan salam aktif terhadap kader dan media yang digunakan saat
pelaksanaan salam aktif serta tensi digital; 2) Kader atau anggota kepung
tensi mampu memberikan masukan kepada keluarga atau kelompok lansia
dengan hipertensi pada gerakan yang masih salah dilakukan oleh keluarga
lansia maupun kelompok lansia dengan hipertensi; 3) Anggota kepung tensi
juga mampu menjelaskan atau memberikan umpan balik yang cukup baik
kepada keluarga terkait masalah hipertensi dan pelaksanaan salam aktif; 4)
Menurut anggota kepung tensi hambatan dalam melakukan salam aktif yaitu
belum menguasai secara mendalam pelaksanaan salam aktif yang telah
dimodifikasi sehingga memerlukan banyak waktu untuk belajar dan latihan
secara terus-menerus; 5) Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas dapat
memberikan masukan atau umpan balik kepada anggota kepung tensi terkait
pelaksanaan salam aktif yang telah dilakukan pada keluarga atau kelompok
lansia dengan hipertensi dan anggota kepung tensi menerima secara positif
evaluasi dari Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


99

g. Rencana Tindak Lanjut


1. Dinas Kesehatan Kota Depok
Dinkes Kota Depok khususnya penanggungjawab program lansia ikut
melakukan supervisi baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui tenaga perawat di Puskesmas pelaksanaan salam aktif yang
dilakukan oleh kader khususnya anggota kepung hipertensi serta
langsung memberikan umpan balik baik kelebihan maupun kekurangan
anggota kepung tensi dalam melakukan salam aktif.

2. Pihak Puskesmas Cimanggis


Pihak puskesmas meneriman delegasi dari Dinkes untuk melakukan
supervisi terhadap pelaksanaan salam aktif yang dilakukan oleh anggota
kepung tensi pada keluarga dan kelompok lansia dengan hipertensi atau
pihak puskesmas khususnya perawat atau penanggungjawab program
lansia untuk melakukan supervisi selama setiap empat bulan sekali.

3. Kelurahan Cisalak Pasar


Pihak kelurahan ikut membantu pelaksanaan supervisi tersebut dengan
menghimbau kepada masyarakat untuk bersedia dikunjungi oleh kader
khususnya anggota kepung tensi untuk melakukan pendidikan kesehatan
atau melaksanakan salam aktif di keluarga dan/atau kelompok lansia
dengan hipertensi.

4. Kader Kesehatan
Kader khususnya anggota kepung tensi tetap meningkatkan keterampilan
dalam melakukan salam aktif agar mempunyai percaya diri yang kuat
dalam memberikan perawatan pada keluarga dan/atau kelompok lansia
dengan hipertensi melalui pelaksanaan salam aktif.

4.2. Asuhan Keperawatan Keluarga


Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga di wilayah Kelurahan Ciasalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok dilakukan terhadap 10 keluarga dengan lansia

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


100

yang mengalami hipertensi. Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dibagi


dalam dua tahap. Tahap pertama dengan melakukan asuhan keperawatan keluarga
lima keluarga yang dilaksanakan mulai bulan Oktober 2012 hingga Januari 2013.
Tahap kedua yaitu lima keluarga lainnya yang dilaksanakan mulai bulan Februari
2013 hingga Mei 2013. Pendekatan asuhan keperawatan keluarga yang digunakan
yaitu model Family Centered Nursing mulai dari pengkajian hingga evaluasi
keperawatan. Asuhan keperawatan keluarga menggunakan proses keperawatan
dengan melibatkan semua elemen dalam keluarga untuk berinteraksi dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi pada lansia yang mengalami hipertensi.

Berikut akan diuraikan ringkasan asuhan keperawatan keluarga Bp S yang dilihat


sebagai keluarga yang sangat berhasil dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

4.2.1. Pengkajian Keperawatan Keluarga


Hasil pengkajian keperawatan keluarga menunjukkan Bp S mengalami tekanan
darah tinggi 16 tahun yang lalu sejak bapak akan pensiun dari pekerjaan dari hasil
pemeriksaan di tempat kerja. Bapak S mengalami pusing, tengkuk leher terasa
berat dan tegang dan sejak saat itu tekanan darah bapak tinggi. Bp S tidak pernah
pergi ke pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan sampai usia kurang dari 56
tahun atau sebelum pensiun dari pekerjaan. Bapak hanya melakukan olahraga
jalan pagi dan sore setiap hari, namun tidak dilakukan pemeriksaan secara rutin
dan teratur ke tenaga kesehatan.

Tigabelas tahun yang lalu tiba-tiba bapak mengamuk dan tidak sadarkan diri lalu
dibawa ke rumah sakit dan dirawat di ruangan ICU. Bp S dan Ibu M tidak
mengerti cara merawat masalah tekanan darah tinggi sehingga beliau langsung
pergi ke tenaga kesehatan. Hasil pemeriksaan tiga tahun yang lalu yaitu tekanan
darahnya tinggi kira-kira 160 mmHg. Empat bulan yang lalu bapak merasakan
pusing dan tengkuk lehernya kembali tegang, dan jika berjalan sempoyongan. Bp
dan Ibu S sulit menjelaskan tentang tekanan darah tinggi, penyebab, serta tanda
dan gejala penyakit darah tinggi. Keluarga juga bingung dalam menentukan cara
untuk mengatasi masalah yang sedang dialami Bp S sehingga keluarga langsung

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


101

memutuskan untuk langsung pergi ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan


solusi.

Keluarga jarang sekali melakukan pencegahan terhadap masalah kesehatan salah


satunya adalah masalah tekanan darah tinggi. Keluarga juga tidak pernah
mengikuti berbagai penyuluhan kesehatan dan belum pernah keluarga menerima
atau mendapatkan kesempatan tenaga kesehatan datang ke rumah. Ibu mudah
lelah ketika melakukan kegiatan di rumah seperti mencuci pakaian, cepat
berkeringat dan juga mengalami kesulitan untuk tidur pada malam hari. Ibu tidak
mau melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, balai pengobatan, atau rumah sakit karena beliau takut kalau diketahui
mempunyai penyakit tertentu. Ibu tidak tahu penyebab mudah lelah, mudah
berkeringat, sulit tidur dan tidak tahu cara mengatasi kondisi tersebut. Menurut
keluarga tekanan darah tinggi hanya disebabkan oleh banyak makan-makanan
yang berlemak dan asin-asin. Keluarga tidak mengetahui kalau makanan seperti
makanan ringan yang dijual di warung mengandung garam seperti chiki atau
crackers. Bapak hanya mengeluh pusing dan cepat lelah namun tidak tahu kalau
tanda tersebut merupakan tanda tekanan darah tinggi. Ibu juga mudah lelah dan
cepat berkeringat namun tidak mengetahui kalau tanda tersebut merupakan tanda
tekanan darah tinggi. Hasil pemeriksaan juga menunjukkan bahwa Bp S tekanan
darah 156/90 mmHg, nadi 80 kali/menit, berat badan 74 kg, tinggi badan 174 cm
maka IMT (Indeks massa tubuh) yaitu 24,4 yang tergolong gemuk; sedangkan Ibu
M mempunyai tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 70 kali/menit, berat badan 57
kg, tinggi badan 158 cm maka IMT (Indeks massa tubuh) yaitu 23,2 yang
tergolong ke dalam kategori ideal.

Hasil pengkajian lain juga menunjukkan bahwa Bapak S kalau berjalan harus
perlahan-lahan karena otot-otot serasa mulai kaku. Bapak juga mengalami sedikit
kesulitan untuk bangun dari posisi duduk lalu berdiri dan terkadang di dalam
rumah kalau berjalan memerlukan rambatan atau menopang pada benda-benda
yang terdapat di sekitarnya. Bapak kadang mengeluh pusing. Hasil observasi juga
menunjukkan bahwa Bapak S tampak mengalami kesulitan untuk berdiri dari

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


102

tempat duduk dan gaya jalan bapak S tampak perlahan-lahan. Bapak tampak
hampir jatuh saat bangun dari kursi untuk berdiri dan kalau bapak berdiri dari
posisi duduk di kursi memerlukan topangan pada benda di sekitarnya agar dapat
berdiri. Tes romberg positif dan tidak dapat berdiri dengan satu kaki selama lima
detik (ketika akan diangkat kaki satu langsung mau terjatuh).

Hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa Ibu M tidak mau melakukan


pemeriksaan lebih lanjut terhadap kondisi kesehatan yang dialami karena takut
atau cemas jika ditemukan masalah kesehatan lain pada tubuh ibu. Ibu tidak mau
kalau diketahui lebih jauh tentang kondisi kesehatan yang dialami. Menurut Ibu
selama kondisinya tidak terlalu berat maka Ibu tidak mau melakukan pemeriksaan
ke puskesmas atau pun rumah sakit. Menurut keluarga cemas merupakan adanya
rasa takut; penyebabnya tidak tahu secara pasti. Menurut keluarga tanda-tanda
cemas yaitu adanya rasa takut dan kalau cemas akibatnya adalah membuat orang
menjadi sakit. Menurut keluarga untuk mengurangi kecemasan berdoa kepada
Tuhan dan bercerita dengan pasangan yaitu bapak. Ibu merasa cukup diperiksa
oleh mahasiswa perawat yang datang ke rumah. Ibu cepat dan banyak berkeringat
dan juga mengalami kesulitan untuk tidur pada malam hari namun tidak ngantuk
pada pagi hari atau siang hari. Ibu juga merasa bingung dengan kondisi kesehatan
yang dialami. Hasil observasi menunjukkan adanya palpitasi, keringat yang
berlebihan, kurang konsentrasi dan terkadang sedih.

Hasil pengkajian dianalisis menggunakan pendekatan web of causation (WOC)


dapat dirumuskan diagnosis keperawatan keluarga sesuai dengan hasil identifikasi
data. WOC keluarga Bapak S tergambar pada skema berikut:

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


103

Kurang ikut serta dalam melakukan


pencegahan terhadap masalah hipertensi seperti
ikut penyuluhan kesehatan tentang hipertensi

Kurang
pengetahuan
keluarga tentang Resiko cedera
hipertensi

Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan: hipertensi

Perubahan pola tidur


Kecemasan
dan istirahat

Skema 4.2 WOC hasil analisis terhadap pengkajian keperawatan keluarga


pada keluarga lansia dengan hipertensi

4.2.2. Diagnosis Keperawatan Keluarga


Berdasarkan WOC hasil analisis terhadap pengkajian keperawatan keluarga maka
teridentifikasi diagnosis keperawatan keluarga meliputi ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan, resiko cedera, dan kecemasan. Diagnosa yang telah
teridentifikasi selanjutnya dilakukan penapisan untuk menentukan prioritas
masalah keperawatan keluarga. Pembuatan prioritas masalah bertujuan untuk
menentukan masalah utama yang harus diatasi terlebih dahulu berdasarkan
kesepakatan dengan keluarga.

Proses penapisan masalah keperawatan keluarga dengan menggunakan empat


kriteria mencakup kriteria pertama adalah sifat masalah, kriteria kedua adalah
kemungkinan masalah dapat diubah, ketiga adalah potensial masalah dapat
dicegah, dan keempat adalah menonjolnya masalah. Penapisan menggunakan
kriteria sifat masalah yaitu dengan menentukan masalah tersebut bersifat potensial

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


104

yang berarti kondisi yang terjadi menuju ke arah pencapaian tingkat fungsi yang
lebih tinggi; risiko berarti masalah yang akan terjadi; sedangkan aktual berarti
masalah sudah terjadi saat pengkajian. Penapisan menggunakan kriteria
kemungkinan masalah dapat diubah mencakup mudah, sebagian, dan tidak dapat
dengan pembenaran pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat
dilakukan untuk menagani masalah, sumber daya yang dimiliki keluarga (fisik,
keuangan, dan tenaga), sumber daya perawat atau tenaga kesehatan (pengetahuan,
keterampilan, dan waktu), serta sumber daya masyarakat (fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat, dukungan sosial masyarakat).

Penapisan menggunakan potensial masalah untuk dicegah bersifat tinggi, cukup,


atau rendah dengan memperhatikan kepelikan masalah yang berhubungan dengan
penyakit, jangka masalah tersebut terjadi serta tindakan yang sedang dijalankan
cukup sesuai untuk menyelesaikan masalah, dan adanya kelompok resiko tinggi
yang sangat peka. Penapisan berdasarkan menonjolnya masalah dengan
menentukan masalah tersebut berat segera ditangani, tidak perlu segera ditangani,
dan tidak dirasakan dengan memperhatikan persepsi keluarga terhadap masalah
yang terjadi, dan jika keluarga menyadari adanya masalah dan merasa perlu untuk
segera ditangani maka harus diberi skor yang tinggi.

Hasil proses panapisan menggunakan kriteria tersebut maka dapat ditentukan skor
yang paling tertinggi dari ketiga diagnosa yang muncul. Skor yang tertinggi dari
ketiga diagnosis akan menjadi prioritas yang berarti harus diselesaikan terlebih
dahulu atau pertama. Skor yang tertinggi dari ketiga diagnosa tersebut tergambar
dari urutan penulisan diagnosa berikut yaitu:
a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp S khususnya Bp S
dan Ibu M
b. Cemas pada keluarga Bp S khususnya Ibu M
c. Risiko cedera pada keluarga Bp S khususnya Bp S
Penentuan atau perhitungan prioritas masalah keperawatan keluarga terlampir .

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


105

4.2.3. Penyelesaian Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Lansia


Dengan Hipertensi
4.2.3.1. Diagnosis Keperawatan pertama: Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan pada keluarga Bp S khususnya Bp S dan Ibu M
a. Tujuan umum:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2 kali setiap minggu, diharapkan
keluarga dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan dengan hipertensi pada
Bp S dan Ibu M.

b. Tujuan khusus:
Tujuan khusus keperawatan keluarga mencakup 1) Keluarga dapat mengenal
masalah hipertensi dengan menjelaskan pengertian, menyebutkan faktor
risiko, tanda dan gejala hipertensi; 2) Keluarga mampu mengambil keputusan
untuk melakukan pencegahan terjadinya hipertensi pada anggota keluarga
dengan menjelaskan akibat yang terjadi bila keluarga tidak mencegah
terjadinya hipertensi dan mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
hipertensi; 3) Keluarga dapat merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi di rumah dengan menjelaskan cara mencegah dan merawat
hipertensi lebih lanjut di rumah dan mendemonstrasikan cara melakukan
salam aktif; 4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang kondusif
untuk mencegah hipertensi dengan cara menyebutkan lingkungan yang
kondusif untuk hipertensi, mau menyediakan lingkungan yang aman bagi
keluarga, dan melakukan modifikasi lingkungan yang aman bagi keluarga
dengan hipertensi; 5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada untuk mencegah hipertensi dengan menyebutkan fasilitas
kesehatan yang tersedia, menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan, mau
menggunakan dan akhirnya menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.

c. Rencana intervensi keperawatan


Rencana intervensi keperawatan mencakup 1) Berikan pendidikan kesehatan
bagi keluarga tentang pengertian, faktor resiko penyebab serta tanda dan
gejala hipertensi secara sederhana dan mudah dimengerti; 2) Diskusikan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


106

dengan keluarga tentang akibat hipertensi bila tidak segera ditangani; 3) Latih
cara melakukan salam aktif yang meliputi persiapan dan pelaksanaan; 4)
Demonstrasikan cara melakukan salam aktif; 5) Minta keluarga untuk
melakukan salam aktif; 6) Berikan penjelasan tentang cara memelihara
lingkungan yang kondusif untuk mencegah hipertensi; 7) Beri penjelasan dan
motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan; 8) Diskusikan
manfaat fasilitas kesehatan

d. Pembenaran
Pendidikan kesehatan bagi keluarga tentang masalah hipertensi mulai dari
pengertian sampai dengan penggunaan fasilitas kesehatan dapat mengurangi
masalah kesehatan terutama hipertensi (Allender, Rector, & Warner, 2010;
Maglaya et al., 2009). Salam aktif sebagai salah satu intervensi untuk
menurunkan tekanan darah lansia yang mengalami hipertensi (Snyder &
Lindquist, 2010).

e. Implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut keperawatan keluarga


1. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup 1) Melakukan
pengukuran tekanan darah lansia dengan hipertensi; 2) Mendiskusikan
hipertensi terkait pengertian, faktor resiko penyebab, tanda dan gejala,
serta komplikasi hipertensi; 3) Memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk mengulang kembali materi yang dijelaskan atau didiskusikan
bersama perawat; 4) Memberikan pujiian atau reinforcement positif bagi
keluarga atas partisipasi keluarga yang aktif dalam mendiskusikan
masalah hipertensi; 5) Mengevaluasi kembali pengetahuan keluarga
tentang pengertian, faktor resiko penyebab, tanda dan gejala, serta
komplikasi hipertensi; 6) Memberikan motivasi bagi keluarga untuk
memutuskan melakukan penanganan terhadap masalah hipertensi pada
lansia; 7) Mendiskusikan tentang cara merawat lansia dengan hipertensi
dan salah satunya adalah dengan melakukan “Salam Aktif”; 8)
Menjelaskan persiapan dan prosedur pelaksanaan “Salam Aktif”,

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


107

mendemonstrasikan pelaksanaan “Salam Aktif”; 9) Meminta keluarga


untuk menuntun lansia dalam melakukan “Salam Aktif”; 10)
Mengidentifikasi juga kemampuan keluarga dalam menyediakan
lingkungan yang nyaman atau kondusif bagi lansia dengan hipertensi; 11)
Mengidentifikasi keluarga terkait pengetahuan tentang pelayanan
kesehatan yang ada dan gambaran penggunaan fasilitas kesehatan yang
tersedia; 12) Mendiskusikan dengan keluarga fasilitas kesehatan yang
tersedia yang dapat dijangkau oleh lansia dengan hipertensi; 13)
Memotivasi keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan tang
tersedia.

2. Evaluasi dan tindak lanjut


Evaluasi keperawatan keluarga mencakup keluarga mampu 1) Mengenal
tentang hipertensi mencakup pengertian, tanda dan gejala hipertensi; 2)
Mengambil keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah
hipertensi; 3) Melakukan perawatan hipertensi dengan menggunakan
“Salam Aktif” selama tujuh kali pertemuan; 4) Memodifikasi lingkungan
seperti menjaga ketenangan saat Bp atau Ibu S beristirahat agar kondusif
sehingga tidak membuat kenaikan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi; 5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia di
masyarakat seperti posbindu di RW setiap bulan.

Rencana tindak lanjut yaitu 1) Keluarga harus membuat keputusan untuk


melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin di posbindu yang
telah tersedia sekali dalam sebulan; 2) Melakukan salam aktif minimal
satu kali dalam sehari; 3) Mendelegasikan kepada kelompok pendukung
hipertensi (kepung tensi) untuk melakukan supervisi atau pemantauan
terhadap pelaksanaan “Salam Aktif” di rumah.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


108

4.2.3.2. Cemas pada keluarga Bp S khususnya Ibu M


a. Tujuan umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2 kali setiap minggu, diharapkan
tingkat kecemasan keluarga berkurang

b. Tujuan khusus
Tujuan khusus keperawatan keluarga mencakup 1) Mengenal tentang
kecemasan dengan cara menjelaskan pengertian tentang kecemasan,
penyebab kecemasan, serta tanda dan gejala kecemasan; 2) Mampu
mengambil keputusan dengan cara menjelaskan akibat dari kecemasan dan
mengambil keputusan untuk mengatasi kecemasan; 3) Merawat anggota
keluarga yang mengalami kecemasan dengan cara menjelaskan cara
mengurangi kecemasan, mau melakukan cara mengurangi kecemasan,
melakukan cara mengurangi kecemasan dengan melakukan taknik “Salam
Aktif”; 4) Memodifikasi lingkungan untuk mengurangi kecemasan dengan
cara menyebutkan lingkungan yang kondusif untuk mengurangi kecemasan,
mau menyediakan lingkungan yang kondusif untuk mengurangi kecemasan,
dan menyediakan lingkungan yang kondusif untuk mengurangi kecemasan; 5)
Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengurangi masalah
kecemasan dengan cara menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan untuk mengurangi kecemasan, menyebutkan manfaat fasilitas
kesehatan, mau menggunakan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengurangi kecemasan, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan untuk mengurangi kecemasan.

c. Rencana keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup 1) Identifikasi pengetahuan
keluarga tentang kecemasan; 2) Jelaskan kepada keluarga tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, dan akibat lanjut dari kecemasan secara
sederhana dan mudah dimengerti keluarga; 3) Mengajarkan cara melakukan
salam aktif yang meliputi persiapan dan pelaksanaan; 4) Demonstrasikan cara
melakukan salam aktif; 5) Minta keluarga untuk melakukan salam aktif; 6)

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


109

Berikan penjelasan cara menyediakan lingkungan yang kondusif untuk


mengurangi kecemasan.

d. Pembenaran
Pendidikan kesehatan bagi keluarga tentang kecemasan mulai dari pengertian
sampai dengan penggunaan fasilitas kesehatan dapat mengurangi masalah
kesehatan terutama kecemasan (Allender, Rector, & Warner, 2010; Maglaya
et al., 2009). Salam aktif sebagai salah satu intervensi untuk memberikan
suasana yang rileks atau nyaman sehingga dapat juga mengatasi maslah
kecemasan di dalam keluarga (Snyder & Lindquist, 2010).

e. Implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut keperawatan keluarga


1. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup 1) Mendiskusikan
tentang kecemasan terkait pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan
akibat lanjut; 2) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
mengulang kembali materi yang dijelaskan atau didiskusikan bersama
perawat. Memberikan pujiian atau reinforcement positif bagi keluarga
atas partisipasi keluarga yang aktif dalam mendiskusikan masalah
kecemasan; 3) Mengevaluasi kembali pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, dan akibat lanjut dari kecemasan. Memberikan motivasi bagi
keluarga untuk memutuskan melakukan penanganan terhadap masalah
kecemasan pada keluarga; 4) Mendiskusikan tentang cara merawat lansia
atau anggota keluarga yang mengalami kecemasan salah satunya adalah
dengan melakukan “Salam Aktif”; 5) Menjelaskan persiapan dan
prosedur pelaksanaan “Salam Aktif”, mendemonstrasikan pelaksanaan
“Salam Aktif”, dan meminta keluarga untuk menuntun lansia dalam
melakukan “Salam Aktif”; 6) Mendiskusikan dengan keluarga
lingkungan yang nyaman atau kondusif bagi lansia atau keluarga yang
mengalami kecemasan; 7) Memotivasi keluarga untuk menyediakan
lingkungan yang kondusif di dalam keluarga; 8) Mendiskusikan dengan
keluarga fasilitas kesehatan yang tersedia yang dapat dijangkau oleh

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


110

lansia atau anggota keluarga yang mengalami kecemasan; 9) Memotivasi


keluarga untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia untuk
mengurangi masalah kecemasan.

2. Evaluasi dan rencana tindak lanjut


Kecemasan keluarga khususnya Ibu M mulai berkurang yang ditandai
dengan kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kecemasan,
mampu mengambil keputusan untuk melakukan perawatan terhadap
masalah kecemasan, melakukan perawatan terhadap kecemasan dengan
menggunakan “Salam Aktif”, mampu memodifikasi lingkungan agar
kondusif sehingga tidak membuat lansia atau anggota keluarga
mengalami kecemasan, serta mampu menggunakan fasilitas kesehatan
yang tersedia di masyarakat.

Rencana tindak lanjut yaitu 1) Keluarga membuat keputusan untuk


melakukan latihan “Salam Aktif” secara terus-menerus minimal satu kali
sehari untuk mengurangi masalah kecemasan; 2) Mendelegasikan kepada
kelompok pendukung hipertensi (kepung tensi) untuk melakukan
supervisi atau pemantauan terhadap pelaksanaan “Salam Aktif” di rumah
serta memotivasi keluarga atau anggota keluarga untuk mau kalau
dirujuk ke pelayanan kesehatan.

Hasil pengkajian yang dilakukan terhadap sepuluh keluarga lansia dengan


hipertensi mempunyai keunikan masing-masing terkait masalah yang dialami,
namun kondisi yang tidak dapat dihindari bahwa lansia rata-rata mengalami
tekanan darah tinggi. Kejadian tekanan darah tinggi yang terjadi pada lansia pun
dapat terjadi karena beberapa faktor risiko seperti kebiasaan makan atau diet
tinggi garam, tinggi lemak, kurang olahraga, stres, dan juga melakukan aktivitas
atau kegiatan di rumah yang berlebihan atau yang tidak sesuai dengan kondisi
fisik lansia, sehingga muncul diagnosis keperawatan keluarga yang paling sering
adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga dengan lansia.
berdasarkan diagnosis keperawatan tersebut maka perawat menentukan tindakan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


111

keperawatan sesuai dengan kebutuhan keluarga dengan lansia yang mengalami


hipertensi.

Tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain yaitu:


a. Pendidikan kesehatan terkait masalah hipertensi yang mencakup pengertian,
faktor resiko penyebab, tanda dan gejala, serta komplikasi.
b. Mengajarkan latihan “Salam Aktif” dan mendemostrasikan di dalam
keluarga.
c. Mendiskusikan dan mengatur kebiasaan makan seperti rendah garam dan
rendah lemak atau kolesterol serta mengurangi makan-makanan yang menjadi
faktor risiko masalah hipertensi seperti makanan siap saji.
d. Melakukan konseling dengan keluarga.
e. Membuat program latihan atau exercise ringan setiap hari.

Hasil yang diperoleh setelah melakukan intervensi keperawatan pada keluarga


lansia dengan hipertensi menunjukkan bahwa pengetahuan, keterampilan dan
sikap keluarga dalam mengelola hipertensi semakin baik yang ditandai dengan
keluarga mampu mengenal masalah hipertensi, memutuskan untuk melakukan
penanganan terhadap masalah hipertensi, merawat lansia dengan hipertensi
khususnya dengan melakukan “Salam Aktif”, memodisikasi lingkungan atau
menciptakan lingkungan yang kondusif, serta menggunakan fasilitas kesehatan
yang tersedia, selain itu juga tingkat kemandirian keluarga mengalami
peningkatan yang sangat baik yang tergambar pada tabel 4.1.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


112

Tabel 4.1 Tingkat kemandirian keluarga lansia dengan hipertensi di Kelurahan


Cisalak Pasar, Cimanggis, Kota Depok, Juni 2013

Tingkat Kemandirian
No Kriteria

IV IV IV IV IV IV IV IV III III
1. Menerima petugas
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(Perkesmas)
2. Menerima pelayanan
kesehatan sesuai rencana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan keluarga
3. Keluarga tahu dan dapat
mengungkapkan masalahan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kesehatannya secara benar
4. Memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
anjuran
5. Melakukan tindakan
keperawatan sederhana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sesuai anjuran
6. Melakukan tindakan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pencegahan secara aktif
7. Melakukan tindakan
√ √ √ √ √ √ √ √ - -
promotif secara aktif
Keluarga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebesar 80% keluarga mampu


mencapai tingkat kemandirian IV dan 20% keluarga hanya mencapai tingkat
kemandirian III. Keluarga yang hanya mencapai tingkat kemandirian III karena
keluarga harus menjaga satu kali 24 jam anggota keluarga lain dalam hal ini
adalah ibu yang juga sedang sakit sedangkan keluarga lainnya karena terbentur
dengan waktu kerja (buruh) sehingga belum dapat melakukan promosi kesehatan
secara aktif.

4.3. Asuhan Keperawatan Komunitas


Asuhan keperawatan komunitas dilakukan melalui pendekatan model community
as partner. Pengkajian komunitas terdapat core dan delapan subsistem. Core pada
pengkajian, mahasiswa hanya mengkaji demografi, suku, penghasilan, pekerjaan,
Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


113

pengetahuan, sikap, dan perilaku. Variabel subsistem yang dikaji hanya empat
variabel yaitu komunikasi, pelayanan kesehatan dan sosial, pendidikan, dan
rekreasi.

4.3.1. Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam asuhan keperawatan komunitas
mencakup winshield survey, studi literatur, wawancara, dan angket/kuesioner.

Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah responden


atau lansia dengan penentuan populasi dan sampel. Populasi adalah kelompok
orang yang diteliti secara statistik yang mempunyai karakteristik yang umum
(Hastono, 2007; Polit & Beck, 2012). Proporsi populasi dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan yaitu sebesar 40% lansia yang mengalami hipertensi,
sehingga sampel yang digunakan berdasarkan formula berikut:

n=
= (1,65*1,65)*(0,4*0,6) /0,01
= 65,34
Keterangan :
n : Besar sampel
α : Derajat kepercayaan (0,05)
: 1,652 = 2,7225
p : proporsi kejadian lansia mengalami sakit (40% atau 0,4)
q : 1-p (proporsi lansia yang sehat) adalah 1-0,4 = 0,6
d : Limit dari error atau presisi absolut = 0,1
Hasil sampel terebut kemudian dikoreksi untuk menghindari terjadinya droupout
maka:
n* = n/(1-f)
= 65,34 / (1-0,1)
= 72,6
= 73

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


114

Keterangan:
f = perkiraan proporsi drop out = 10%
n* = besar sampel setelah koreksi
Jadi, besar sampel yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu 73 responden
lansia dengan hipertensi.

4.3.2. Analisis Situasi


4.3.2.1. Perilaku Kelompok Lansia Terhadap Perawatan Hipertensi
Tabel 4.2 Rata-rata dan Standar Deviasi Perilaku Kelompok Lansia Terhadap
Perawatan Hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Kota Depok
Februari 2013 (n=73)
Perilaku Lansia Rata-rata Standar Deviasi
Pengetahuan 66,44 6,8
Tindakan 53,9 10,52
Sikap 66,32 6,72

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan lansia tentang perawatan


hipertensi adalah 66,44 dengan SD = 6,8; rata-rata tindakan lansia terhadap
perawatan hipertensi adalah 53,9 dengan SD = 10,52; dan rata-rata sikap lansia
terhadap perawatan hipertensi adalah 66,32 dengan SD = 6,72.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


115

4.3.2.2. Kondisi Tekanan Darah Kelompok Lansia Dengan Hipertensi


Tabel 4.3 Distribusi berdasarkan kondisi tekanan darah lansia yang mengalami
hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Kota Depok
Februari 2013 (n=73)
Tekanan Darah
Sistol tertinggi 220
Sistol terendah 140
Diastol tertinggi 130
Diastol terendah 70
Distribusi Tekanan Darah Lansia
%
Sistol 140 - 159 50,7
Sistol ≥ 160 49,3
Total 100
Diastol < 80 21,9
Diastol 80-89 5,5
Diastol 90-99 41,1
Diastol ≥100 31,5
Total 100

Berdasarkan tabel 4.3 sistol tertinggi 220 mmHg; sistol terendah 140 mmHg;
diastol tertinggi 130 mmHg; dan diastol terendah 70 mmHg. Tekanan darah sitol
yang berkisar antara 140 – 159 mmHg sebanyak 50,7%; dan yang lebih dari atau
sama dengan 160 mmHg (≥ 160 mmHg) sebanyak 49,3%. Tekanan darah diastol
yang kurang 80 mmHg (< 80 mmHg) sebanyak 21,9%; 90 – 99 mmHg dan lebih
atau sama dengan 100 mmHg (≥100 mmHg) masing-masing sebanyak 41,1% dan
31,5%.

Hasil wawancara pada lansia juga menunjukkan bahwa rata-rata yang menjadi
kepala keluarga adalah di dalam rumah tangga adalah lansia. Dua orang lansia
mengatakan bahwa awalnya tidak tahu kalau mengalami tekanan darah tinggi,
karena lansia-lansia tersebut tidak mengalami tanda-tanda orang mengalami

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


116

tekanan darah tinggi seperti pusing, tengkuk terasa tegang, dan sebagainya. Tetapi
setelah ikut Posbindu dan diukur tekanan darahnya, akhirnya mengetahui kalau
mengalami tekanan darah tinggi. Kelima lansia meyakini bahwa darah tinggi
disebabkan hanya karena banyak makan garam. Ada dua lansia juga mengatakan
bahwa selain karena banyak makan garam, tekanan darah menjadi naik atau tinggi
karena terlalu banyak pikiran. Tiga orang lansia mengatakan jarang sekali
bercerita dengan pasangan atau anggota keluarga lain kalau ada masalah. Masalah
yang ada dipikirkan sendiri. Kelima lansia tersebut mengatakan bahwa ingin sakit
darah tingginya sembuh, sehingga tidak perlu berobat terus dan merasakan pusing
dan terkadang tengkuk terasa tegang. Tiga orang lansia mengatakan bahwa kalau
merasa pusing atau tengkuk terasa tegang maka minum banyak makan mentimun
dan mengurangi makan makanan yang asin. Perilaku tersebut dilakukan lansia
karena takut terjadi stroke.

Hasil wawancara dan observasi juga menunjukkan belum adanya kelompok


pendukung hipertensi pada lansia sehingga belum adanya penaganan secara
khusus terhadap lansia yang mengalami hipertensi, selain itu juga banyak lansia
yang tidak terlibat dalam posbindu lansia karena alasan mengurus cucu atau
karena jauh dari tempat tinggal.

Data lain juga menujukkan bahwa sebanyak 27,4% (73) lansia kurang mengetahui
batasan normal tekanan darah pada lansia; sebanyak 21,9% lansia kurang
mengetahui kalau pandangan kabur merupakan salah satu tanda dan gejala
hipertensi; sebanyak 57,5% (73) lansia kurang mengetahui kalau untuk
menurunkan tekanan darah dengan mengurangi stress; sebanyak 68,5% (73)
kurang mengetahui kalau akibat lanjut dari hipertensi adalah mengalami penyakit
ginjal.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


117

Ketidakefektifan Risiko koping Defisiensi


pemeliharaan tidak efektif pada kesehatan di
kesehatan kelompok lansia komunitas
dengan hipertensi

Kurangnya optimal Tidak adekuatnya Belum adanya


pemanfaatan fasilitas kemampuan kelompok pendukung
pelayanan kesehatan: mengelola stressor hipertensi di
posbindu. masyarakat

Perilaku lansia yang merupakan


faktor resiko terjadinya hipertensi

Skema 4.3 WOC (Web of Causation) Keperawatan Komunitas

4.3.3. Diagnosis Keperawatan Komunitas


4.3.3.1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok lansia dengan
hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok
4.3.3.2. Defisiensi Kesehatan pada kelompok lansia dengan hipertensi di
Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok.
4.3.3.3. Kurangnya optimal pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan: posbindu
4.3.3.4. Risiko koping tidak efektif pada kelompok lansia dengan hipertensi
4.3.3.5. Tidak adekuatnya kemampuan mengelola stressor
4.3.3.6. Belum adanya kelompok pendukung hipertensi di masyarakat

4.3.4. Penyelesaian Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas


4.3.4.1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok lansia dengan
hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok
a. Tujuan umum
Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan terjadi keefektifan
pemeliharaan kesehatan pada kelompok lansia di Kelurahan Cisalak Pasar.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


118

b. Tujuan khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama delapan bulan diharapkan:
1. Peningkatan pengetahuan kelompok lansia dengan hipertensi sebesar
2SD dari 66,44 menjadi 80,04 (SD = 6,8).
2. Peningkatan keterampilan kelompok lansia dengan hipertensi sebesar
2SD dari 43,38 menjadi 53,9 (SD = 10,52).
3. Peningkatan sikap kelompok lansia dengan hipertensi sebesar 2SD dari
66,32 menjadi 79,77 (SD = 6,72).
4. Penurunan tekanan darah tinggi pada kelompok lansia dengan hipertensi
setelah melakukan “Salam Aktif”
5. Kelompok lansia secara mandiri melakukan “Salam Aktif” setiap bulan

c. Rencana keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup 1) Pendidikan kesehatan tentang
hipertensi pada kelompok lansia yang meliputi pengertian, faktor resiko
penyebab, tanda dan gejala, serta komplikasi hipertensi; 2) Pendidikan
kesehatan tentang perawatan hipertensi pada kelompok lansia; 3) Evaluasi
perilaku kelompok lansia terhadap perawatan hipertensi; 4) Pelaksanaan
terapi “Salam Aktif” pada kelompok lansia dengan hipertensi; 5) Pemeriksaan
tekanan darah sebelum dan setelah pelaksanaan terapi ”Salam Aktif”; 6)
Pemberian tugas kepada kelompok lansia dengan hipertensi untuk melakukan
”Salam Aktif” di rumah sesuai dengan kemampuan masing-masing; 7)
Pemberian tugas kepada kelompok lansia dengan hipertensi untuk makan
makanan yang rendah garam dan rendah lemak.

d. Pembenaran
Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah yang tidak normal yang dapat
memberikan dampak lebih buruk terhadap penderita seperti stroke, masalah
pada jantung, dan ginjal (Miller, 2012) sehingga perlu dilakukan intervensi.
Intervensi yang dapat diberikan berupa pendidikan kesehatan dan perawatan
pada lansia dengan hipertensi seperti latihan nafas dalam, mendengarkan
musik, dan relaksasi otot progresif (Salam Aktif). Salam aktif mempunyai

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


119

peranan penting dalam mengelola tekanan darah baik secara langsung


maupun tidak langsung melalui penurunan tingkat stres atau kecemasan, atau
juga dapat memberikan suasana yang rileks atau tenang, sehingga dampak
lebih lanjut yaitu menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia yang
mengalami hipertensi (Snyder & Lindquist, 2010).

e. Implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut


1. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup:
a) Melakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi pada kelompok
lansia yang meliputi pengertian, faktor resiko penyebab, tanda dan gejala,
serta komplikasi hipertensi di masing-masing RW yang dihadiri oleh
lansia; b) Melakukan pendidikan kesehatan tentang perawatan hipertensi
pada kelompok lansia mencakup diet rendah garam, makanan yang perlu
diperhatikan bagi lansia dengan hipertensi, dan tanaman atau tumbuhan
yang dapat digunakan untuk menurunkan kondisi tekanan darah tinggi
pada lansia; c) Melakukan evaluasi perilaku kelompok lansia terhadap
perawatan hipertensi; d) Melaksanakan terapi “Salam Aktif” pada
kelompok lansia dengan hipertensi pada masing-masing RW satu kali
dalam seminggu; e) Melakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum dan
setelah pelaksanaan terapi ”Salam Aktif” pada masing-masing RW; f)
Memberi tugas kepada kelompok lansia dengan hipertensi untuk
melakukan ”Salam Aktif” di rumah sesuai dengan kemampuan masing-
masing; g) Memberikan tugas kepada kelompok lansia dengan hipertensi
untuk makan makanan yang rendah garam dan rendah lemak

2. Evaluasi
a) Terjadi peningkatan pengetahuan kelompok lansia dengan hipertensi
sebesar 81,62
b) Terjadi peningkatan keterampilan kelompok lansia dengan hipertensi
sebesar 57,8

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


120

c) Terjadi peningkatan sikap kelompok lansia dengan hipertensi sebesar


79,91
d) Terjadi penurunan tekanan darah tinggi pada kelompok lansia
dengan hipertensi setelah melakukan “Salam Aktif”

Tabel 4.4 Distribusi Perubahan Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik dan


Diastolik Lansia Hipertensi Pre dan Post Salam Aktif Selama
Pertemuan Pertama sampai Kesembilan di Kelurahan
Cisalak Pasar, Cimanggis, Kota Depok, 2013 (n=73)
Pert 1 Pert 2 Pert 3 Pert 4 Pert 5 Pert 6 Pert 7 Pert 8 Pert 9
Pre
157 158 157 153 150 150 150 150 150
Sistol
Post
150 150 148 146 144 142 142 141 141
Sistol
Pre
92 89 89 88 88 88 88 89 89
Diastol
Post
87 86 84 84 84 84 84 86 86
Diastol

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pertemuan pertama sampai dengan


kesembilan tekanan darah sistol dan diastolik secara rata-rata
mengalami perubahan yang signifikan meskipun pada pertemuan
yang kedua tekanan darah sistolik meningkat sebelum dilakukan
Salam Aktif.

e) Kelompok lansia secara mandiri melakukan “Salam Aktif” setiap


bulan
f) 80% kelompok lansia melakukan “Salam Aktif” di rumah namun
tidak secara berurutan dan yang paling sering dilakukan adalah otot
bibir, leher, tangan, siku, pundak, dan kaki.
g) 80% kelompok lansia menyatakan sangat nyaman, otot-otot terasa
rileks setelah melakukan latihan tersebut.
h) 75% kelompok lansia mengurangi makan-makanan yang
mengandung tinggi garam dan tinggi lemak, namun lansia

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


121

mengkonsumsi makanan tersebut jika ada acara seperti pesta atau


ada upacara tertentu.
i) 75% lansia mengatakan kalau di rumah masih mengalami kesulitan
dalam memisahkan makanan untuk pengaturan diet hipertensi atau
tekanan darah tinggi karena makanan diolah secara bersama-sama
sehingga makanan kadang-kadang masih tinggi kadar garamnya atau
tidak sesuai dengan kondisi tekanan darah lansia.
j) 75% lansia juga mengatakan masih mengurus keluarga terutama
cucu sehingga kadang dapat menimbulkan stres.

3. Rencana tindak lanjut


a) Lakukan pendidikan kesehatan tentang masalah hipertensi pada lansia
setiap kegaiatan posbindu, kegiatan RT atau RW, atau kegiatan lainnya
di masyarakat; b) Lakukan terapi “Salam Aktif” setiap bulan pada
berbagai kegiatan yang terdapat di masyarakat dengan meminta bantuan
dari kelompok pendukung hipertensi; c) Lakukan diskusi atau sharing
tentang masalah hipertensi dan perawatannya pada berbagai kegiatan
yang terdapat di masyarakat; d) Lakukan diet yang sehat dengan
mengurangi makan-makanan yang tinggi garam dan rendah lemak secara
terus-menerus; e) Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala
bagi kelompok lansia dengan hipertensi.

4.3.4.2. Defisiensi Kesehatan Pada Kelompok Lansia Dengan Hipertensi di


Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok.
a. Tujuan umum
Setelah intervensi keperawatan selama delapan bulan terjadi peningkatan
kesehatan pada kelompok lansia dengan hipertensi
b. Tujuan khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama delapan bulan diharapkan:
1. Terlaksana kegiatan “Salam Aktif” pada kelompok lansia dengan
hipertensi sebulan sekali
2. Terlaksana kegiatan posbindu sebulan sekali

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


122

3. Menurunnya angka kejadian hipertensi pada kelompok lansia di Kelurahan


Cisalak Pasar

c. Rencana keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup 1) Pengadaan program kegiatan
“Salam Aktif” pada kelompok lansia dengan hipertensi; 2) Pengadaan
program kegiatan posbindu; 3) Pemeriksaan tekanan darah pada kelompok
lansia dengan hipertensi di posbindu; 4) Identifikasi lansia yang mengalami
tekanan darah tinggi pada saat pelaksanaan posbindu

d. Pembenaran
Rencana keperawatan yang telah ditentukan dibutuhkan agar kelompok lansia
dengan hipertensi mempunyai wadah untuk melakukan diskusi atau sharing
terkait masalah hipertensi yang dialami, melakukan skreening kasus hipertensi
serta ikut membantu dalam meningkatkan kondisi kesehatan kelompok lansia
dengan hipertensi.

e. Implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut


1. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup 1) Mengadakan
program kegiatan “Salam Aktif” pada kelompok lansia dengan
hipertensi; 2) Mengadakan program kegiatan posbindu; 3) Melakukan
pemeriksaan tekanan darah pada kelompok lansia dengan hipertensi di
posbindu; 4) Mengidentifikasi lansia yang mengalami tekanan darah
tinggi pada saat pelaksanaan posbindu

2. Evaluasi
Evaluasi keperawatan mencakup a) Pelaksanaan program kegiatan
“Salam Aktif” di tiga RW dihadiri oleh kader dan kelompok lansia
dengan hipertensi; b) Program posbindu setiap bulan dilakukan pada
masing-masing RW dan salah satu RW telah terbentuk Posbindu; c)
Kelompok lansia dengan hipertensi dapat dilakukan pemeriksaan tekanan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


123

darah secara rutin di posbindu yang dilakukan setiap bulan oleh kader
dan juga tenaga perawat atau pun bidan; d) Teridentifikasi kelompok
lansia dengan hipertensi pada salah satu RW yang baru terbentuk
posbindu; e) Kelompok lansia sangat senang karena telah tersedia
posbindu dan terlaksana posbindu pada salah satu RW yang belum
mempunyai posbindu; f) Kelompok lansia sangat senang dengan adanya
program terapi “Salam Aktif” yang membuat tekanan darah lansia yang
sebelumnya tinggi telah mengalami penurunan.

3. Rencana tindak lanjut


Rencana tindak lanjut berupa a) Kegiatan “Salam Aktif” dilaksanakan
pada berbagai kegiatan yang terdapat di masyarakat; b) Lakukan
skreening tekanan darah tinggi pada kelompok lansia dengan hipertensi
setiap enam bulan sekali; c) Pelaksanaan kegiatan “Salam Aktif” perlu
didampingi oleh kader atau kelompok pendukung hipertensi.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


BAB 5
PEMBAHASAN

Bagian pembahasan menguraikan analisis pencapaian dan kesenjangan


pengelolaan manajemen keperawatan, asuhan keperawatan keluarga dan
komunitas serta kesenjangan data yang ditemukan selama melakukan praktik
keperawatan komunitas.

5.1. Analisis Pencapaian Kesenjangan


5.1.1. Manajemen Pelayanan
5.1.1.1. Masalah Manajemen Pertama yaitu Wadah pembinaan lansia
dengam hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar belum memadai.
Hasil evaluasi terhadap wadah pembinaan lansia dengan hipertensi menunjukkan
bahwa terbentuknya adanya struktur kepengurusan kepung tensi. Hasil juga
menunjukkan bahwa pengetahuan anggota kepung tensi mengalami peningkatan
menjadi 82,89 (> standar minimal 82,87; 2SD); sikap anggota kepung tensi
mengalami peningkatan menjadi 82,46 (> standar minimal 81,03; 2SD); 47,4%
anggota kepung tensi termasuk kategori sangat baik dalam melakukan salam aktif
yang telah dimodifikasi secara mandiri; 52,6% anggota kepung tensi termasuk
kategori baik dalam melakukan salam aktif yang telah dimodifikasi secara
mandiri. Hasil penelitian lain yang dilakukan di Puskesmas Wilayah Kotamadya
Jakarta Barat menunjukkan bahwa kondisi yang berkaitan dengan
pengorganisasian terutama adanya sumber daya manusia di dalam sebuah
organisasi termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 50,7% dan juga
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengorganisasian
terhadap pelaksanaan perkesmas dengan nilai p = 0,024 (Ratnasari, Setyowati, &
Kuntarti, 2012). Teori juga menunjukkan bahwa terbentuknya struktur sebuah
organisasi yang ditempati oleh masing-masing SDM tentu dengan pembagian
tugas masing-masing setiap SDM yang terdapat di dalam struktur kepengurusan
tersebut (Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2012). Teori juga menunjukkan bahwa
hubungan baik formal maupun informal dalam sebuah organisasi dapat
memberikan dampak yang positif atau mempengaruhi efektifitas dari pekerjaan

124 Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


125

yang dijalankan (Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2012) dan pembagian tugas
dalam sebuah organisasi sangat perlu dilakukan sehingga dalam pelaksanaan
kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah
dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif (Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular, 2007).

Menurut analisis penulis terbentuknya sebuah organisasi atau struktur


kepengurusan dalam hal ini adalah kepung tensi memberikan manfaat yang positif
bagi penanganan masalah hipertensi pada lansia baik di keluarga maupun di
kelompok karena kepung tensi sebagai sebuah wadah organisasi tentu mempunyai
anggota atau kepengurusan dengan tugasnya masing-masing. Kepengurusan
kepung tensi yang telah terbentuk dapat membantu pelayanan kesehatan dalam
menangani lansia dengan hipertensi. Keikutsertaan anggota masyarakat dalam
kepung tensi menunjukkan bahwa masyarakat mau berpartisipasi aktif membantu
pemerintah dalam menangani masalah hipertensi pada lansia. Kondisi demikian
juga menunjukkan bentuk permberdayaan masyarakat dalam penanganan
hipertensi pada lansia.

Pemberdayaan masyarakat pun tidak terlepas dari kemampuan yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut yaitu anggota kepung tensi dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Pembekalan yang diberikan oleh Mahasiswa Residen
Program Spesialis Keperawatan Komunitas kepada anggota kepung tensi terkait
masalah hipertensi dan penanganannya terutama “Salam Aktif” yang telah
dimodifikasi tampak terjadi perubahan yang cukup baik yaitu perubahan ke arah
yang positif terkait pengetahuan, keterampilan, dan sikap anggota kepung tensi
terhadap masalah hipertensi dengan melakukan penanganan yang utama adalah
“Salam Aktif.” Kemampuan anggota kepung tensi yang meningkat tersebut dapat
memberikan pengaruh terhadap penanganan masalah hipertensi pada lansia di
Kelurahan Cisalak Pasar karena kemampuan yang dimiliki anggota kepung tensi
tersebut dapat digunakan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyakat khususnya lansia yang mengalami hipertensi, memberikan perawatan,

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


126

dan melakukan salam aktif baik di keluarga maupun di kelompok lansia dengan
hipertensi sehingga dapat membantu masyarakat lansia agar tetap sehat.

5.1.1.2. Masalah Manajemen Kedua yaitu Supervisi Pengelolaan


Hipertensi Pada Kelompok Lansia Belum Optimal
Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan supervisi pada kader terutama anggota
kepung tensi menunjukkan bahwa kader atau anggota kepung tensi dapat
mempersiapkan diri dengan baik untuk melakukan kunjungan keluarga dan
melakukan salam aktif pada kelompok lansia hipertensi dengan bantuan
Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas berupa lembar observasi
pelaksanaan salam aktif terhadap kader dan media yang digunakan saat
pelaksanaan salam aktif serta tensi digital. Kader atau anggota kepung tensi
mampu memberikan masukan kepada keluarga atau kelompok lansia dengan
hipertensi pada gerakan yang masih salah dilakukan oleh keluarga lansia maupun
kelompok lansia dengan hipertensi. Anggota kepung tensi juga mampu
menjelaskan atau memberikan umpan balik yang cukup baik kepada keluarga
terkait masalah hipertensi dan pelaksanaan salam aktif Menurut anggota kepung
tensi hambatan dalam melakukan salam aktif yaitu belum menguasai secara
mendalam pelaksanaan salam aktif yang telah dimodifikasi sehingga memerlukan
banyak waktu untuk belajar dan latihan secara terus-menerus. Mahasiswa Residen
Keperawatan Komunitas dapat memberikan masukan atau umpan balik kepada
anggota kepung tensi terkait pelaksanaan salam aktif yang telah dilakukan pada
keluarga atau kelompok lansia dengan hipertensi dan anggota kepung tensi
menerima secara positif evaluasi dari Mahasiswa Residen Keperawatan
Komunitas.

Hasil penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap RSUD Indramayu terhadap
perawat pelaksana menunjukkan bahwa setelah dilakukan pelatihan dan kemudian
perawat pelaksana disupervisi oleh kepala ruang mengalami peningkatan secara
bermakna motivasi dari perawat pelaksana (Saefulloh, Keliat, & Haryati, 2009).
Teori juga menunjukkan bahwa supervisi merupakan salah satu elemen dari
fungsi manajemen pengarahan yang ditujukan untuk melakukan pengawasan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


127

pekerjaan atau kinerja orang lain secara langsung yang disertai adanya hubugan
kolaborasi termasuk konsultasi dan memberikan masukan jika diperlukan yang
dapat dilakukan secara lansung maupun maupun tidak langsung (Whitehead,
Weiss, & Tappen, 2010).

Menurut analisis penulis kondisi tersebut menunjukkan bahwa anggota kepung


tensi sangat memerlukan pengetahuan yang adekuat terkait masalah hipertensi dan
perawatannya agar dapat meningkatkan motivasi anggota kepung tensi dalam
memberikan atau melakukan perawatan pada lansia dengan hipertensi.
Pengetahuan anggota kepung tensi tentang masalah hipertensi yang diperoleh
melalui pelatihan masalah hipertensi dan perawatannya dapat memberikan rasa
percaya diri sehinggan meningkatkan motivasi anggota kepung tensi untuk
membagikan pengetahuan yang dimiliki kepada keluarga maupun kelompok
lansia dengan hipertensi serta melakukan perawatan hipertensi dengan
melaksanakan salam aktif di keluarga dan/atau kelompok lansia dengan
hipertensi. Kemampuan yang dimiliki berupa pengetahuan dan keterampilan
tersebut ikut mendukung kemampuan supervisi dari anggota kepung tensi seperti
mampu memberikan umpan balik yang positif kepada keluarga dan/atau
kelompok lansia dengan hipertensi saat melakukan supervisi di keluarga dan/atau
kelompok lansia dengan hipertensi.

Menurut analisis penulis juga bahwa kendala yang dialami oleh anggota kepung
tensi dalam melakukan supervisi merupakan bahan evaluasi bagi anggota kepung
tensi tersebut untuk tetap mengembangkan kemampuannya tentang masalah
hipertensi dan perawatannya. Pengembangan kemampuan tersebut dapat
dilakukan dengan cara terus mempelajari tentang hipertensi dari berbagai media
dan mengikuti pelatihan jika memiliki kesempatan dan terus melakukan
keterampilan salam aktif sehingga kemampuan kader dalam melakukan supervisi
di keluarga dan/atau kelompok lansia dengan hipertensi mengalami peningkatan.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


128

5.1.2. Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan pada keluarga Bp S khususnya Bp S dan Ibu M
membutuhkan intervensi keperawatan secara langsung karena keluarga tersebut
termasuk dalam kelompok rentan yang mengalami berbagai masalah. Berbagai
intervensi diberikan kepada kelaurga mencakup pengertian, faktor risiko penyebab
hipertensi, tanda dan gejala, serta komplikasi dari hipertensi, selain itu juga
intervensi yang diberikan berupa pengatuarn diet hipertensi yaitu diet rendah
garam dan rendah lemak, olahraga untuk hipertensi, dan yang paling ditonjolkan
adalah terapi “Salam Akif”. Pemberian salam aktif yang dilakukan pada pagi hari
atau sore hari memberikan perubahan terhadap masalah hipertensi pada keluarga
tersebut.

Kecemasan keluarga khususnya Ibu M mulai berkurang yang ditandai dengan


kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kecemasan, mampu mengambil
keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kecemasan, melakukan
perawatan terhadap kecemasan dengan menggunakan “Salam Aktif”, mampu
memodifikasi lingkungan agar kondusif sehingga tidak membuat lansia atau
anggota keluarga mengalami kecemasan, serta mampu menggunakan fasilitas
kesehatan yang tersedia di masyarakat.

Hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Jetis Yogyakarta menunjukkan


bahwa ada hubungan pelaksanaan tugas perawatan kesehatan keluarga dengan
status kesehatan lansia dengan hipertensi dengan nilai p = 0,009 (Amigo, Sahar, &
Sukihananto, 2012). Hasil penelitian lain juga di Puskesmas Srondol Kota
Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan lansia dalam perawatan hipertensi (Suhadi, Wiarsih, & Widyatuti,
2011). Teori juga menunjukkan bahwa kesehatan anggota keluarga sangat
dipengaruhi juga oleh kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas perawatan
kesehatan keluarga yang mencakup lima tugas yaitu keluarga mengenal masalah
kesehatan, keluarga mengambil keputusan yang tepat, keluarga merawat anggota
keluarga, keluarga mampu memodifikasi lingkungan, dan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan (Maglaya et. al., 2009) karena di dalam tugas-tugas tersebut

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


129

pun tertuang makna bahwa keluarga memberikan motivasi, kebebasan, serta


perlindungan dan keamanan untuk mencapai potensi diri bagi anggota keluarga
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Menurut analisis penulis kondisi tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas


perawatan kesehatan keluarga yang optimal ditunjangi juga oleh peningkatan
kemandirian keluarga tentu dapat meningkatkan kesehatan lansia dengan
hipertensi dan juga yang mengalami kecemasan, terutama kemampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi dan cemas dengan
melakukan salam aktif dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan memberikan
ketenangan atau relaksasi bagi keluarga yang mengalami kecemasan.

Hasil juga menujukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah pada keluarga
lansia dengan hipertensi setelah melakukan salam aktif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nafas dalam
secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah sistolik (p < 0,001) dan
diastolik (p < 0,05) (Kaushik, Kaushik, Mahajan, & Rajesh, 2006). Hasil
penelitian lain juga menunjukkan bahwa pelaksanaan nafas dalam yang dilakukan
dalam waktu 10 – 15 menit setiap hari selama 8 minggu dapat menurunkan
tekanan darah pasien yang mengalami hipertensi (Viskoper et al., 2003;
Grossmasn, 2001 dalam Kaushik, Kaushik, Mahajan, & Rajesh, 2006; Shein et al.,
2001). Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa nafas dalam yang disertai
musik secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah tinggi baik sistolik
maupun diastolik (Schein et al., 2001). Hasil studi lain dan penelitian juga
menunjukkan bahwa terapi musik digunakan dalam pengelolaan hipertensi dan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap tekanan darah seperti menstabilkan
tekanan darah dan menurunkan tekanan darah tinggi (Mahale, 2008). Hasil
penelitian yang berkaitan dengan teknik relaksasi otot progresif juga menunjukan
bahwa teknik tersebut memberikan dampak perubahan tekanan darah tinggi ke
arah menurun (Hamarno, Nurachmah, & Widyatuti, 2010).

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


130

Menurut analisis penulis menunjukkan bahwa integrasi dari nafas dalam, musik,
dan relaksasi otot progresif yang terintegrasi menjadi “Salam Aktif” memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada
lansia yang mengalami hipertensi. Kondisi tersebut terjadi karena selain secara
langsung Salam Aktif dapat menurunkan tekanan darah tinggi, juga dapat
mengurangi faktor risiko hipertensi seperti cemas, stress atau banyak pikiran,
sehingga salam aktif memberikan kontribusi yang besar dalam menurunkan
tekanan darah tinggi pada lansia.

5.1.3. Asuhan Keperawatan Komunitas


Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan kelompok lansia
dengan hipertensi sebesar 81,62; terjadi peningkatan keterampilan kelompok
lansia dengan hipertensi sebesar 57,8; terjadi peningkatan sikap kelompok lansia
dengan hipertensi sebesar 79,9; terjadi penurunan tekanan darah tinggi pada
kelompok lansia dengan hipertensi setelah melakukan “Salam Aktif” meskipun
pada hari kedua pre sistol rata-rata mengalami peningkatan dari pertemuan
pertama. Hasil lain juga menunjukkan bahwa Kelompok lansia secara mandiri
melakukan “Salam Aktif” setiap bulan; 80% kelompok lansia melakukan “Salam
Aktif” di rumah namun tidak secara berurutan dan yang paling sering dilakukan
adalah otot bibir, leher, tangan, siku, pundak, dan kaki; 80% kelompok lansia
menyatakan sangat nyaman, otot-otot terasa rileks setelah melakukan latihan
tersebut; 75% kelompok lansia mengurangi makan-makanan yang mengandung
tinggi garam dan tinggi lemak, namun lansia mengkonsumsi makanan tersebut
jika ada acara seperti pesta atau ada upacara tertentu.

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa teknik relaksasi otot progresif juga
menunjukan bahwa teknik tersebut memberikan dampak perubahan tekanan darah
tinggi ke arah menurun (Hamarno, Nurachmah, & Widyatuti, 2010). Penelitian
lain juga menunjukan bahwa nafas dalam yang disertai musik secara signifikan
dapat menurunkan tekanan darah tinggi baik sistolik maupun diastolik (Schein et
al., 2001). Hasil studi lain dan penelitian juga menunjukkan bahwa terapi musik
digunakan dalam pengelolaan hipertensi dan mempunyai pengaruh yang besar

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


131

terhadap tekanan darah seperti menstabilkan tekanan darah dan menurunkan


tekanan darah tinggi (Mahale, 2008).

Teori juga menunjukkan bahwa intervensi atau terapi musik dapat digunakan pada
individu yang mengalami hipertensi (Mandel, Hanser, Secic, & Davis, 2007).
Teori juga menunjukkan bahwa relaksasi otot progresif secara fisiologi dapat
menurunkan konsumsi oksigen, metabolisme (metabolic rate), pernapasan
(RR/respiratory rate), ketegangan otot, kontraksi ventrikular yang prematur, dan
tekanan darah sistol dan diastolik, dan meningkatkan gelombang alfa otak
(Jacobson dalam Snyder & Lindquist, 2010).

Menurut analisis penulis bahwa terapi salam aktif yang merupakan integrasi dari
nafas dalam musik, dan relaksasi otot progresif secara efektif dapat menurunkan
tekanan darha tinggi pada lansia, meskipun pada pertemuan kedua tekanan darah
sistolik lansia rata-rata meningkat dari pertemuan pertama, namun pertemuan
ketiga sampai kesembilan mulai stabil dan mengalami penurunan secara perlahan-
lahan. Kondisi tersebut dapat terjadi karena lansia mengikuti kegiatan atau
pelaksanaan salam aktif yang telah dimodifikasi untuk yang pertama kali sehingga
tubuh perlu melakukan adapatasi terhadap kegiatan yang dilakukan dalam terapi
salam aktif, namun secara bertahap dan berkelanjutan kondisi tekanan darah lansia
semakin menglami penurunan.

Menurut analisis penulis juga bahwa perubahan tekanan darah tinggi pada lansia
yang menurun dapat tejadi karena dengan melakukan nafas dalam maka oksigen
yang masuk ke seluruh tubuh lansia akan lebih optimal, begitu pun dengan musik
dengan tempo atau alunan yang lambat dapat memberikan suasana yang rileks
pada lansia dan juga disertai dengan relaksasi otot progresif dapat merilekskan
otot-otot pada lansia. Nafas dalam, musik, dan relaksasi otot progresif yang
dikenal dengan sebutan “Salam Aktif” tersebut dapat memberikan suasana yang
rileks pada lansia dan lebih lanjut berdapak pada menurunnya tekanan darah
tinggi pada lansia.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


132

Pelaksanaan Salam Aktif juga membuat kelompok lansia sangat senang karena
dengan program terapi “Salam Aktif” yang telah dimodifikasi membuat tekanan
darah lansia yang sebelumnya tinggi telah mengalami penurunan.

5.2. Keterbatasan
Keterbatasan pelaksanaan kegiatan Salam Aktif terkait dengan sumber daya
manusia yang terdapat di masyarakat hanya para kader yang memberikan atau
melaksanakan kegiatan salam aktif terhadap lansia, bukan tenaga profesional.
Kondisi lain juga yang terjadi di masyarakat yaitu kader kesehatan mempunyai
tugas yang banyak seperti terlibat juga dalam mengurus posyandu balita dan juga
kegiatan lainnya seperti telah terbentuk juga kelompok pendukung lainnya yang
membuat jumlah kader kesehatan menajdi terbatas sehingga pelayanan terhadap
kesehatan lansia menjadi kurang optimal. Tenaga dari puskesmas juga merupakan
seorang bidan yang bukan menjadi kompetensinya dalam melakukan salam aktif.
Perawat juga jarang melakukan supervisi ke masyarakat karena perawat
mempunyai tugas lain di Puskesmas yaitu banyak melakukan tugas yang non
keperawatan

Keterbatasan lain yang muncul selama penerapan intervensi “Salam Aktif”


mencakup lingkungan tempat pelaksanaan kegiatan kurang kondusif karena
pemukiman cukup padat dan merupakan area yang sering dilalui kendaraan
bermotor sehingga menimbulkan kebisingan; kegiatan salam aktif sering mundur
10 sampai 15 menit karena banyak lansia yang masih aktif mengurus rumah
tangga dan bahakn masih banyak yang aktif bekerja.

5.3. Implikasi Keperawatan


5.3.1. Implikasi Pelayanan Keperawatan Komunitas
Terapi “Salam Aktif” merupakan terapi yang dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi. Terapi salam aktif seharusnya dilakukan oleh tenaga yang
profesional seperti perawat, namun karena keterbatasan tenaga kesehatan terutama
perawat sehingga perlu dilakukan pelatihan secara berkala dan berkelanjutan bagi
kader kesehatan yang terdapat di masyarakat sehingga kader kesehatan semakin

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


133

mampu dan percaya diri dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada


masyarakat khususnya lansia dengan hipertensi.

Bagi dinas kesehatan bahwa hasil kegiatan “Salam Aktif” ternyata memberikan
kontribusi untuk penanganan masalah hipertensi pada lansia. Pemberian terapi
salam aktif jika dilakukan oleh perawat secara langsung tentu lebih memberikan
perubahan yang cukup signifikan dalam penanaganan hipertensi karena langsung
dilakukan oleh tenaga perawat yang profesional sehingga perlu melibatkan
perawat dalam melakukan kunjungan ke masyarakat agar dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara optimal.

5.3.2. Perkembangan Ilmu Keperawatan


Pelayanan keperawatan kepada lansia tidak terlepas dari peranan dari institusi
pendidikan terutama institusi pendidikan keperawatan. Institusi pendidikan
keperawatan perlu meningkatkan dan memperdalam teori dan konsep
keperawatan yang berkaitan dengan berbagai terapi atau tindakan mandiri perawat
dalam memberikan intervensi kepada lansia dengan hipertensi. Teori dan konsep
yang berkaitan dengan terapi atau intervensi keperawata dapat diintegrasikan
seperti Salam Aktif (nafas dalam – musik – relaksasi otot progresif). Integrasi
ketiga terapi tersebut dapat digunakan untuk perawatan hipertensi pada lansia.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

Bagian kesimpulan dan saran menguraikan tentang hasil dan pembahasan secara
singkat terkait pengelolaan manajemen keperawatan komunitas, asuhan
keperawatan keluarga, dan keperawatan komunitas

6.1. Simpulan
6.1.1. Peningkatan perilaku anggota kepung tensi yang mencakup pengetahuan
keterampilan, sikap anggota kepung tensi termasuk kategori sangat baik
dalam melakukan Salam Aktif yang telah dimodifikasi secara mandiri di
Kelurahan Cisalak Pasar.
6.1.2. Anggota kepung tensi terampil dalam melakukan supervisi dan umpan
terhadap pelaksanaan salam aktif yang telah dimodifikasi pada lansia di
Kelurahan Cisalak Pasar.
6.1.3. Peningkatan perilaku kelompok lansia yang mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terhadap perawatan hipertensi di Kelurahan
Cisalak Pasar
6.1.4. Terjadi penurunan tekanan darah sistol dan diastol setelah dilakukan terapi
“Salam Aktif” pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar.
6.1.5. Peningkatan perilaku keluarga yang meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap dalam perawatan lansia dengan hipertensi di Kelurahan Cisalak
Pasar.
6.1.6. Peningkatan kemandirian keluarga dalam melakukan perawatan lansia
dengan hipertensi di Kelurahan Cisalak Pasar.

6.2. Saran
1.1.1. Bagi Pelayanan Kesehatan
1.1.1.1. Dinas Kesehatan dapat menetapkan kebijakan perencanaan mengatasi
masalah hipertensi dengan melakukan terapi “Salam Aktif” yang
terintegrasi dalam Program Penyakit Tidak Menular (PTM).

134 Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


135

1.1.1.2. Dinas Kesehatan dapat menempatkan perawat kesehatan masyarakat


untuk melakukan terapi “Salam Aktif” bagi kelompok lansia dengan
hipertensi
1.1.1.3. Dinas Kesehatan dan Pihak Puskesmas melakukan pelatihan pengelolaan
hipertensi dengan salah satu point yang dikedepankan adalah terapi
“Salam Aktif”.

1.1.2. Bagi Perawat Komunitas


1.1.2.1. Menggunakan terapi “Salam Aktif” untuk menurunkan tekanan darah
tinggi pada aggregate lansia dengan hipertensi
1.1.2.2. Melakukan supervisi bagi kader kesehatan yang terdapat di masyarakat
terkait pelaksanaan “Salam Aktif” yang telah dimodifikasi.
1.1.2.3. Bekerjasama dengan pihak masyarakat untuk melakukan kadernisasi atau
perekrutan kader kesehatan untuk membantu kegiatan kader dalam
pelayanan kesehatan di masyarakat.

1.1.3. Perkembangan Riset Keperawatan


Perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh terapi “Salam Akitf” terhadap
klien yang mengalami tekanan darah tinggi dengan membuat kelompok kontrol.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2010). Community Health Nursing:
Promoting & Protecting the Public's Health (7 ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

Allender, J. A., & Spradley, B. W. (2004). Community Health Nursing:


Promoting and Protecting the Public's Health. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.

Amigo, T. A. E., Sahar, J., & Sukihananto. (2012). Hubungan Karakteristik dan
Pelaksanaan Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Status
Kesehatan Pada Aggregate Lansia Dengan Hipertensi Di Kecamatan Jetis
Yogyakarta. Universitas Indonesia, Depok -- Indonesia.

Anderson, E. T., & McFarlane, J. (2011). Community As Partner : Theory And


Practice In Nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott
Williams & Wilkins.

Anderson, E. T., & McFarlane, J. M. (2000). Community As Partner: Theory And


Practice In Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. (2008). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat. (2007). Profil Daerah Provinsi
Jawa Barat. Bandung: Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat.

Bappeda Kota Depok, & Badan Pusat Statistik Kota Depok. (2009). Indeks
Pembangunan Kota Depok 2009. Depok: Bappeda Kota Depok dan Badan
Pusat Statistik Kota Depok.

Bernstein, D. A., Borkovec, T. D., & Hazlett-Stevens, H. (2000). New Directions


in Progressive Relaxation Training. London: Praeger.

136 Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


137

Biro Hukum dan Humas BPKP. (1998). Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Retrieved 18
April 2012. from www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/45/438.bpkp.

Bornao, Y., Engstram, G., Essaon, B., & Hedblad, B. (2012). Immigrant status
and increased risk of heart failure: the role of hypertension and life-style
risk factors. BMC Cardiovascular Disorders, 12(1), n/a-20.

Carmody, S., & Forster, S. (2003). Aged Care Nursing: A Guide to Practice. San
Francisco: Ausmed Publications.

Carr, S., Unwin, N., & Pless-Mulloli, T. (2007). An Introduction to Public Health
and Epidemiology. New York: Mc Graw Hill.

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan


Melaksanakan Dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info
Media.

Dinas Kesehatan Kota Depok. (2012a). Struktur Organisasi. Retrieved. from


http://dinkes.depok.go.id/index.php?option=com_content&view=article&i
d=93&Itemid=91.

Dinas Kesehatan Kota Depok. (2012b). Visi Misi Dinas Kesehatan Kota Depok
Tahun 2011 - 2016. Retrieved. from
http://dinkes.depok.go.id/index.php?option=com_content&view=article&i
d=92&Itemid=90.

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2006). Pedoman Teknis


Penemuan Dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2007). Pedoman Pengendalian


Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


138

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2010). Deteksi Dini Faktor


Risiko Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2011). Pedoman Pengendalian


Faktor Risiko Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Ervin, N. E. (2002). Advanced Community Health Nursing Practice: Population -


Focused Care. New Jersey: Pearson Education.

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2003). Family Nursing:


Research, Theory, & Practice. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Gillies, D. A. (1994). Nursing Management: A System Approach Philadelphia:


W.B Saunders Company.

Grundy, E. (2006). Ageing and vulnerable elderly people: European perspectives.


Ageing and Society, 26, 105-134.

Hamarno, R., Nurachmah, E., & Widyatuti. (2010). Pengaruh Latihan Relaksasi
Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Klien Hipertensi
Primer Di Kota Malang. Universitas Indonesia, Depok -- Indonesia.

Hanson, S. M. H., Gedaly-Duff, V., & Kaakinen, J. R. (2005). Family Health


Care Nursing: Theory, Practice, and Research. Philadelphia: Davis
Company.

Hastono, S. P. (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Helvie, C. O. (1998). Advanced Practice Nursing in the Community. London:


Sage.

Hitchcock, J. E., Schubert, P. E., & Thomas, S. A. (1999). Community Health


Nursing: Caring in Action. New York: Delmar Publishers.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


139

Hurley, K. R. (2008). Validating music therapy and its effectiveness in treating


brain disorders: The role of emotions in music and in therapy. Florida
Atlantic University, United States -- Florida.

Jones, R. A. P. (2007). Nursing Leadership and Management: Theories,


Processes and Practice. Philadelphia: F.A Davis Company.

Kaakinen, J. R., Gedaly-Duff, V., Coehlo, D. P., & Hanson, S. M. H. (2010).


Family Health Care Nursing: Theory, Practice And Research.
Philadelphia: F. A. Davis Company.

Kaushik, R. M., Kaushik, R., Mahajan, S. K., & Rajesh, V. (2006). Effects of
mental relaxation and slow breathing in essential hypertension.
Complementary Therapies in Medicine, 14(2), 120-126.

Kelurahan Cisalak Pasar. (2011). Laporan Tahunan TP. PKK Kelurahan Cisalak
Pasar Thun 2011. Retrieved. from.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Profil Kesehatan Indonesia


2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia Republik Indonesia.

Komisi Daerah Lanjut Usia Propinsi Jawa Barat. (2010). Rencana Strategis:
Komisi Daerah Lanjut Usia Propinsi Jawa Barat. Retrieved. from.

Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010a). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut


Usia. Jakarta: Komisi Nasional Lanjut Usia.

Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010b). Profil Penduduk Lanjut Usia 2009.
Jakarta: Komisi Nasional Lanjut Usia.

Lynn, P. (2011a). Taylor’s Clinical Nursing Skills: A Nursing Process Approach.


Philadelphia: Wolters Kluwer Health and Lippincott Williams & Wilkins.

Lynn, P. (2011b). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. Philadelphia:


Wolters Kluwer Health and Lippincott Williams & Wilkins.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


140

Lynn, P., & LeBon, M. (2011). Skill Checklists for Taylor’s Clinical Nursing
Skills: A Nursing Process Approach. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
| Lippincott Williams & Wilkins.

Maglaya, A. S., Cruz-Earnshaw, R. G., Pambid-Dones, L. B. L., Maglaya, M. C.


S., Lao-Nario, M. B. T., & Leon, W. O. U.-D. (2009). Nursing Practice in
the Community. Marikina: Argonauta Corporation.

Mahale, S. (2008). Music, the best medicine. McClatchy - Tribune Business News,
from http://search.proquest.com/docview/464769966?accountid=17242

Mandel, S. E., Hanser, S. B., Secic, M., & Davis, B. A. (2007). Effects of Music
Therapy on Health-Related Outcomes in Cardiac Rehabilitation: A
Randomized Controlled Trial. Journal of Music Therapy, 44(3), 176-197.

Mariam, S., Widyastuti, R., Bakar, H. A., Iskandar, A., & Akhmadi. (2010). Buku
Panduan Bagi Kader Posbindu Lansia. Jakarta: TIM.

Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2003). Leadership Roles and Management


Functions in Nursing: Theory and Application. USA: Lippincott Williams
& Wilkins.

Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2012). Leadership Roles and Management


Functions in Nursing: Theory and Application. Philadelphia: Wolters
Kluwer Health and Lippincott Williams & Wilkins.

Mauk, K. L. (2006). Gerontological Nursing: Competencies For Care.


Mississauga: Jones and Bartlett Publishers.

Maurer, F. A., & Smith, C. M. (2005). Community/Public Health Nursing


Practice: Health for Families and Populations. Philadelphia: Elsevier
Saunders.

Mechanic, D., & Tanner, J. (2007). Vulnerable People, Groups, And Populations:
Societal View. Health Affairs, 26(5), 1220-1230.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


141

Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults. Philadelphia:


Lippincott Williams & Wilkins.

Neufeld, V., & Harrison, M. J. (2010). Nursing and Family Caregiving: Social
Support and Nonsupport. New York: Springer Publishing Company.

Pander, N. J., Murdaugh, C. L., & Parsons, M. A. (2002). Health Promotion in


Nursing Practice. New Jersey: Prentice Hall.

Pelaksana Harian Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan
Kota Depok. (2012). Tugas Pokok dan Fungsi Pelaksana Seksi Kesehatan
Keluarga Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Kota Depok: Program Kesehatan Lanjut Usia. Retrieved. from.

Pemerintah Kota Depok. (2012). Visi Dan Misi Kota Depok 2011 - 2016.
Retrieved. from http://www.depok.go.id/profil-kota/peta.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.

Pusat Promosi Kesehatan. (2007). Jejaring Nasional: Pencegahan Dan


Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM). Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Puskesmas Cimanggis. (2011). Data Posbindu Kota Depok 2011. Retrieved. from.

Ratnasari, M., Setyowati, & Kuntarti. (2012). Faktor-Faktor Manajemen Sumber


Daya Manusia Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Perkesmas Di
Puskesmas Wilayah Kotamadya Jakarta Barat Tahun 2012. Universitas
Indonesia, Depok -- Indonesia.

Redaksi. (2012). Depok, Angka Harapan Hidup Diatas Rata-rata Nasional.


Depoknews.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


142

Rose, M. H., & Killien, M. (1983). Risk and vulnerability: A case for
differentiation. Advances in Nursing Science, 5(3), 60-73.

Ruof, M. C. (2004). Vulnerability, Vulnerable Populations, and Policy. Kennedy


Institute of Ethics Journal, 14(4), 411-425.

Saefulloh, M., Keliat, B. A., & Haryati, R. T. S. (2009). Pengaruh Pelatihan


Asuhan Keperawatan Dan Supervisi Terhadap Motivasi Kerja Dan
Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Indramayu.
Universitas Indonesia, Depok -- Indonesia.

Schein, M. H., Gavish, B., Herz, M., Rosner-Kahana, D., Naveh, P., Knishkowy,
B., et al. (2001). Treating hypertension with a device that slows and
regularises breathing: a randomised, double-blind controlled study.
Journal of Human Hypertension, 15(4), 271-278.

Snyder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary & Alternative Therapies in


Nursing (6 ed.). New York: Springer Publishing Company.

Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community and Public Health Nursing. St.
Louis Missouri: Mosby.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D.


Bandung: Alfabeta.

Suhadi, Sahar, J., & Rekawati, E. (2012). Implementasi Pelaksanaan Kelompok


Peduli Lansia Pada Aggregate Lansia Hipertensi Di Kelurahan Tugu,
Cimanggis, Depok. Depok -- Indonesia: Universitas Indonesia.

Suhadi, Wiarsih, W., & Widyatuti. (2011). Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kepatuhan Lansia Dalam Perawatan Hipertensi Di
Wilayah Puskesmas Srondol Kota Semarang. Universitas Indonesia,
Depok -- Indonesia.

Swanburg, R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan


Untuk Perawat Klinis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


143

Swanson, J. M., & Nies, M. A. (1995). Coomunity Health Nursing: Promoting the
Health of Aggregates. Philadelphia: W.B. Saunder Commpany.

Tabloski, P. A. (2006). Essentials Of Gerontological Nursing. Jurong: Pearson


Prentice Hall.

Wali Kota Depok. (2011). Keputusan Wali Kota Depok No.


821.29/350/Kpts/Bapp/Huk/2011 Tentang Komisi Daerah Lanjut Usia
Kota Depok. Retrieved. from.

Wallace, M. (2008). Essentials of Gerontological Nursing. New York: Springer


Publishing Company.

Whitehead, D. K., Weiss, S. A., & Tappen, R. M. (2010). Essentials of Nursing


Leadership and Management. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Wigram, T., Pedersen, I. N., & Bonde, L. O. (2002). A Comprehensive Guide to


Music Therapy: Theory, Clinical Practice, Research and Training.
London: Jessica Kingsley.

Wijono, D. (1999). Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi, dan


Aplikasi. Surabaya: Airlangga University Press.

World Health Organization. (2011). World Health Statistics 2011: World Health
Organization.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PELAKSANAAN


TUGAS PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA DENGAN
STATUS KESEHATAN PADA AGGREGATE LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI KECAMATAN JETIS
YOGYAKARTA

PROPOSAL TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat ujian proposal tesis

THOMAS AQUINO ERJINYUARE AMIGO


NPM. 1006801090

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEPOK
MEI 2012

i Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PELAKSANAAN


TUGAS PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA DENGAN
STATUS KESEHATAN PADA AGGREGATE LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI KECAMATAN JETIS
YOGYAKARTA

Proposal tesis ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan di hadapan Tim
Penguji Proposal Tesis Program Magister Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia

Depok, Mei 2012

Pembimbing I

Junaiti Sahar, M. App. Sc., PhD

Pembimbing II

Ns. Sukihananto, M.Kep

ii Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Proposal tesis ini adalah hasil karya sendiri dan semua sumber baik yang dikutp
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Thomas Aquino Erjinyuare Amigo


NPM : 1006801090
Tanda tangan :

Bulan : Mei 2012

iii Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
anugerah-Nya peneliti dapat menyelesaikan dan menyelenggarakan ujian proposal
tesis dengan judul “Hubungan Karakteristik Dan Pelaksanaan Tugas Perawatan
Kesehatan Keluarga Dengan Status Kesehatan Pada Aggregate Lansia Dengan
Hipertensi Di Kecamatan Jetis Yogyakarta.” Proposal penelitian dibuat sebagai
persyaratan melakukan penelitian pada Program Pascasarjana Ilmu Keperawatan
Kekhususan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.

Penyelesaian proposal penelitian yang dibuat oleh peneliti tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada yang terhormat:
1. Dewi Irawaty, MA, PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2. Junaiti Sahar, M. App. Sc., PhD selaku Wakil Dekan dan Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan proposal tesis.
3. Astuti Yuni Nursasi, MN selaku Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
4. Ns. Sukihananto, M.Kep selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan proposal tesis.
5. Dinas Perijinan, Puskesmas Jetis, Kecamatan Jetis, Kelurahan Bumijo Kota
Yogyakarta yang memberikan data awal dalam studi pendahuluan.
6. Segenap dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
7. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
8. Istri dan anak tercinta serta keluarga besar yang telah membantu baik tenaga,
pikiran, mental, dan spiritual untuk kelancaran penyusunan proposal tesis.
9. Teman-teman Angkatan 2010 Program Magister Ilmu Keperawatan
Kekhususan Keperawatan Komunitas yang selalu kompak dan saling
memberi dukungan dalam mencapai kesuksesan studi.

iv Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


10. Rekan-rekan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta yang selalu memberikan dukungan dalam
penyelesaian proposal penelitian.

Semoga seluruh kebaikan, bimbingan, serta dukungan yang diberikan mendapat


berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal


tesis, maka kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi proposal
penelitian sangat peneliti hargai.

Depok, Mei 2012

Peneliti

v Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ......................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR SKEMA ........................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................


1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1.2 Tujuan ....................................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum .............................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus ............................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................


2.1 Populasi Diabetes Sebagai Populasi Rentan .......................................
2.2 Strategi Penanggulangan Diabetes Melitus .......................................
2.2.1 Pencegahan Primer ......................................................................
2.2.2 Pencegahan Sekunder .................................................................
2.2.3 Pencegahan tersier .......................................................................
2.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas .....................................
2.3.1 Observasi .....................................................................................
2.3.2 Terapi Modalitas .........................................................................
2.3.3 Terapi komplementer ..................................................................
2.4 Konsep Diabetes Melitus, Olahraga, dan Kepatuhan .......................
2.4.1 Diabetes melitus dan Olahraga ...................................................
2.4.2 Kepatuhan dan Olahraga .............................................................
2.5 Konsep Health Belief Model (HBM) ...................................................

vi Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


2.5.1 Persepsi Keseriusan (perceived seriousness) ..............................
2.5.2 Persepsi Kerentanan (Perceived Susceptibility) ..........................
2.5.3 Persepsi Manfaat yang Dirasakan (perceived benefits) ..............
2.5.4 Persepsi Hambatan yang Dirasakan (perceived barriers) ...........
2.5.5 Isyarat Bertindak (cues to action) ...............................................
2.6 Kerangka Konsep Teori .......................................................................

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI


OPERASIONAL ..........................................................................
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ...............................................................
3.2 Hipotesis .................................................................................................
2.6.1 Hipotesis Mayor
2.6.2 Hipotesis Minor
3.3 Definisi operasional ...............................................................................

BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................


4.1 Rancangan Penelitian ...........................................................................
4.2 Populasi dan Sampel .............................................................................
4.2.1 Populasi .......................................................................................
4.2.2 Sampel .........................................................................................
4.3 Tempat Penelitian .................................................................................
4.4 Waktu Penelitian ...................................................................................
4.5 Etika Penelitian .....................................................................................
4.5.1 Aplikasi Etik Dalam Penelitian ...................................................
4.5.1.1 Prinsip manfaat (beneficence) .......................................
4.5.1.2 Prinsip respect for human dignity .................................
4.5.1.3 Prinsip keadilan (right to justice) ..................................
4.5.2 Informed Consent ........................................................................
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................
4.7 Uji Instrumen ........................................................................................
4.7.1 Uji Validitas ................................................................................

vii Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


4.7.2 Uji Reliabilitas ............................................................................
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ...............................................................
4.8.1 Prosedur Administrasi .................................................................
4.8.2 Prosedur Teknis Penelitian ..........................................................
4.9 Pengolahan dan Analisa Data ..............................................................
4.9.1 Pengolahan Data .........................................................................
4.9.2 Analisis Data ...............................................................................
4.9.2.1 Analisis Univariat .........................................................
4.9.2.2 Analisis Bivariat ...........................................................
4.9.2.3 Analisis Multivariat ......................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................


LAMPIRAN ..................................................................................................

viii Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


DAFTAR SKEMA

ix Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


DAFTAR TABEL

x Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

xi Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


1

Lampiran 1

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB SETIAP JENJANG ADMINISTRASI

Peran Dan Tanggung Jawab Setiap Jenjang Administrasi seperti berikut


(Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2007):

1. Pusat
a. Membuat perumusan kebijakan umum maupun teknis.
b. Menyusun peraturan dan perundang-undangn dalam deteksi dini berbagai
penyakit jantung dan pembuluh darah.
c. Penyusunan standar, pedoman dan standar prosedur.
d. Advokasi dan sosialisasi lintas program/lintas sektoral di pusat.
e. Membentuk dan fasilitasi jejaring kerja dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah di tingkat propinsi
f. Melakukan TOT (Training of Trainers)
g. Mengadakan dan mendistribusikan bahan/alat deteksi dini/diagnostik dan
tata laksana penyakit jantung dan pembuluh darah.
h. Memfasilitasi propinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan masyarakat atau peningkatan peran serta masyarakat dalam
pengendalian penyakji jantung dan pembuluh darah.
i. Menyusun Materi Penyuluhan KIE melalui berbagai metode dan
medianya.
j. Melakukan pembinaan teknis/supervisi.
k. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan.
l. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

2. Unit Pelaksana Teknis (UPT)


a. KKP
1) Melaksanakan surveilans faktor risiko pennyakit jantung dan
pembuluh darah

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


2

2) Membangun dan memantapkan jejaring kerja serta melakukan


koordinasi secara berkesinambungan.
3) Memfaslitasi pertemuan lintas program/lintas sektor.
4) Menggandakan dan mendistribusikan media penyuluhan.
5) Melaksanakan KIE melalui berbagi metode dan media penyuluhan.
6) Melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat atau peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit jantung dan pembuluh darah di wilayah kerja.
7) Melakukan pemantauan, penilaian, bimbingan teknis pelaksanaan dan
pencapaian program di wilayah kerja.
8) Melakukan pencatatan dan pelaporan

b. Balai/Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan


Penyakit Menular (B/BTKL PPM)
1) Melaksanakan surveilens faktor risiko.
2) Membangun dan memantapkan jejaring kerja serta melakukan
koordinasi secara berkesinambungan.
3) Memfasilitasi pertemuan lintas program/lintas sektor
4) Melakukan pemantauan, penilaian, pelaksanaan dan pencapaian
program di wilayah kerja.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan.

3. Propinsi
a. Melaksanakan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan.
b. Mensosialisasiksan standar, pedoman, standar prosedur.
c. Menyusun peraturan daerah yang berkaitan dengan pencegahan dan
penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi.
e. Advokasi dan sosialisasi lintas program/lintas sektoral di propinsi.
f. Membentuk dan memfasilitasi jejaring kerja dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah di tingkat propinsi.
g. Melakukan pembinaan teknis.

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


3

h. Melakukan TOT (Training of Trainers).


i. Melakukan pencatatan dan pelaporan

4. Kabupaten/Kota
a. Melaksanakan kebijakan, peraturan dan perundangan-undangan.
b. Melaksanakan/sosialisasi standar, pedoman, juklak/juknis.
c. Melakukan advokasi dan sosialisasi lintas program/lintas sektoral di
Kabupaten/Kota.
d. Membentukan memfasilitasi serta membina jejaring kerja dalam
pencegahan dan penanggulang penyakit jantung dan pembuluh darah.
e. Melakuka TOT(Training of Trainers).
f. Melaksanakan bimbingan teknis.
g. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
h. Memfasilitasi pembentukan Kelompok Masyaraka Peduli Jantung Sehat di
Tingkat Desa/Kelurahan yang dilaksanakan oleh Puskesmas.
i. Melaksanakan kajian terhadap faktor risiko pada masyarakat.
j. Melakukan pencatatan dan pelaporan

5. Puskesmas
a. Melaksanakan Surveilans faktor risiko dan penyakit serta kematian.
b. Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat termasuk kelompok
potensial seperti TOMA (tokoh masyarakat), tokoh agama, tokoh pemuda
dan sektor swasta.
c. Melaksanakan deteksi dini terhadap kasus dan faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
d. Melaksanakan pembentukan Kelompok Masyarakat Peduli Jantung Sehat
di Desa/Kelurahan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


1

Lampiran 2
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

No Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah:
- Sejahtera 3
- Ancaman kesehatan (risiko) 2 1
- Tidak sehat (aktual) 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
- Mudah 2
- Sebagian 1 2
- Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2 1
- Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah tapi tidak perlu segera ditangani 1 1
- Merasa tidak ada masalah 0
Sumber: Maglaya, A. S., Cruz-Earnshaw, R. G., Pambid-Dones, L. B. L.,
Maglaya, M. C. S., Lao-Nario, M. B. T., & Leon, W. O. U.-D. (2009). Nursing
Practice in the Community. Marikina: Argonauta Corporation. p. 80

Penetapan prioritas masalah dengan memperhatikan kriteria berikut:


1. Kriteria I:
a. Sifat masalah mencakup sejahtera, risiko, dan aktual
b. Pembenaran dengan menentukan bahwa kondisi keluarga ke arah
pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi atau akan terjadi atau sudah
terjadi
2. Kriteria II:
a. Kemungkinan masalah dapat diubah mencakup mudah, sebagian, dan
tidak dapat
b. Pembenaran dengan mengidentifikasi pengetahuan dan teknologi serta
tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah; sumber daya
keluarga (fisik, keuangan, dan tenaga); sumber daya perawat
(pengetahuan, keterampilan, dan waktu); dan sumber daya masyarakat

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


2

(fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat, dan dukungan sosial


masyarakat).
3. Kriteria III
a. Potensial masalah untuk dicegah mencakup tinggi, cukup, dan rendah
b. Pembenaran dengan mengidentifikasi kepelikan masalah yang
berhubungan dengan penyakit atau masalah; lamanya masalah; tindakan
yang tepat dalam memperbaiki masalah; dan adanya kelompok risiko.
4. Kriteria IV
a. Menonjolnya masalah mencakup masalah berat harus segera ditangani;
ada masalah tapi tidak perlu segera ditangani; dan merasa tidak ada
masalah.
b. Pembenaran dilakukan dengan menilai persepsi atau bagaimana keluarga
tersebut melihat masalah dan jika keluarga menyadari masalah dan
merasa perlu untuk ditangani segera maka harus diberi skor yang tinggi.

Perhitungan skoring:
1. Menentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot:

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria. Skor tertinggi adalah 5 = seluruh bobot

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


Lampiran 3

Salam Aktif Pada Penderita Hipertensi


By: Ns. Thomas Aquino Erjinyuare Amigo, S.Kep., M.Kep

NO GERAKAN
PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PERSIAPAN:
1. Teknik salam aktif sebaiknya dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi hari pukul 09.00 WIB dan sore
hari pukul 16.00 WIB
2. Teknik salam aktif sebaiknya dilakukan pada 10 kelompok otot tubuh sesuai petunjuk secara
berurutan. Jika ada yang terlupa maka boleh melakukan kembali latihan pada kelompok otot
yang terlupakan
3. Teknik salam aktif sebaiknya dilakukan minimal 1 jam setelah makan.
4. Teknik salam aktif dapat dilakukan sambil berbaring, duduk menyandarkan punggung di sofa,
atau kursi keras dengan bantuan bantal pada punggung yang dapat memberikan rasa nyaman
5. Katakan pada seluruh anggota keluarga untuk tidak mengganggu anda pada saat melakukan
teknik salam aktif
6. Selama dalam melakukan gerakan disertai dengan tarik nafas sedalam-dalamnya dan tahan
selama 3 hitungan, dan keluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan
7. Lakukan salam aktif di kamar atau ruangan yang bebas dari gangguan orang lain atau keributan
8. Pakailah baju yang longgar, lepaskan ikat pinggang, kaca mata atau benda lain yang
mengganggu kegiatan anda
9. Yakinkan anda duduk atau berbaring dengan posisi yang nyaman dan tutuplah mata anda

PEMBUKAAN
1. Lakukan pernapasan biasa (7 - 8 kali)
2. Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan – keluarkan melalui mulut secara perlahan-
lahan (7 - 8 kali)
3. Tarik nafas melalui hidung secara perlaha-lahan – tahan di dada (1..2..3) – keluarkan melalui
mulut secara perlahan-lahan (7 - 8 kali)

KEGIATAN INTI
A. KELOMPOK OTOT WAJAH (7 - 8 kali)

4. Kerutkan dahi anda ke atas sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN
Lemaskan otot dahi sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan
5. Tutup mata sekuat-kuatnya sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN
Lemaskan otot mata sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan

Universitas Indonesia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


2

NO GERAKAN
6. Katupkan rahang dan gigi sekuat kuatnya sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN
1..2..3) DAN Lemaskan otot rahang dan gigitan sambil keluarkan nafas melalui mulut secara
perlahan-lahan
7. Kuncupkan bibir kedepan sekuat kuatnya sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN
1..2..3) DAN Lemaskan otot bibir sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan

B. KELOMPOK OTOT PUNGGUNG DAN DADA (7 - 8 kali)

8. Lengkungkan punggung anda ke belakang sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN
1..2..3) DAN luruskan dan lemaskan punggung anda sambil keluarkan nafas melalui mulut
secara perlahan-lahan
9. Dorong dada anda ke depan sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN
lemaskan otot dada anda sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan

C. OTOT BAHU, SIKU DAN LENGAN ATAS (7 - 8 kali)

10. Angkat kedua bahu ke atas seolah olah akan menyentuh telinga sambil tarik nafas dalam
melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan bahu sambil keluarkan nafas melalui mulut
secara perlahan-lahan
11. Kepalkan tangan dan tekuk situ ke atas sehingga otot lengan atas terasa kencang dan tegang
sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan dan luruskan siku
dan jari jari, rasakan lengan atas anda menjadi lemas sambil keluarkan nafas melalui mulut
secara perlahan-lahan

D. OTOT PERGELANGAN TANGAN DAN TELAPAK TANGAN (7 - 8 kali)

Universitas Indonesia
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
3

NO GERAKAN
12. Kepalkan dan kencangkan kedua pergelangan tangan sekuat-kuatnya sambil tarik nafas dalam
melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lepaskan kepalan tangan dan rasakan jari jari tangan
dan telapak tangan menjadi lemas sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan
13. Tekuk telapak tangan ke atas dengan jari jari terbuka sekuat-kuatnya sambil tarik nafas dalam
melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan dan luruskan telapak tangan, rasakan lengan
bawah dan telapak tangan menjadi lemas sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-
lahan

PENUTUP
14. Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan – tahan di dada (1..2..3) – keluarkan melalui
mulut secara perlahan-lahan (7 - 8 kali)
15. Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan – keluarkan melalui mulut secara perlahan-
lahan (7 - 8 kali)
16. Kembali ke nafas biasa atau secara normal

Sumber

Bernstein, D. A., Borkovec, T. D., & Hazlett-Stevens, H. (2000). New Directions in Progressive
Relaxation Training. London: Praeger.

Mariam, S., Widyastuti, R., Bakar, H. A., Iskandar, A., & Akhmadi. (2010). Buku Panduan Bagi Kader
Posbindu Lansia. Jakarta: TIM.

Snyder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary & Alternative Therapies in Nursing (6 ed.). New
York: Springer Publishing Company.

Universitas Indonesia
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Lampiran 4

FORMAT SUPERVISI KADER MELAKSANAKAN “SALAM AKTIF”

No. Aspek yang dinilai 0 1 2 3


1 Persiapan pelaksanaan
a. Media
b. Materi ringkas, tepat dan jelas
2 Pelaksanaan
a. Menyampaikan tujuan
b. Kemampuan memberikan respon/ umpan
balik dari audien
c. Menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti
d. Mengukur tekanan darah
e. Pernapasan pada awal
f. Kepala
g. Punggung
h. Dada
i. Bahu
j. Lengan atas
k. Pergelangan tangan
l. Jari (kepalan)
m. Kaki
n. Pernapasan pada akhir
o. Mengukur tekanan darah
3. Terminasi:
a. Kemampuan mengevaluasi pendidikan
kesehatan
b. Kemampuan mengevaluasi diri
TOTAL

Keterangan:
Skor pada rentang 0 – 3
0 = Kurang Tidak dilakukan sama sekali
1 = Cukup Ada salah satu atau lebih bagian tidak dilakukan
2 = Baik Dilakukan semua item tetapi tidak sesuai dengan pedoman
3 = Sangat baik Dilakukan semua dan sesuai dengan pedoman

Kelurahan Cisalak Pasar, ............................2013


Penilai

(...............................................)

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN “SALAM AKTIF” PADA KADER

No. Aspek yang dinilai 0 1 2 3


1. Pernapasan pada awal
2. Kepala
3. Punggung
4. Dada
5. Bahu
6. Lengan atas
7. Pergelangan tangan
8. Jari (kepalan)
9. Kaki
10. Pernapasan pada akhir
TOTAL

Keterangan:

Skor pada rentang 0 – 3

0 = Kurang Tidak dilakukan sama sekali


1 = Cukup Ada salah satu atau lebih bagian tidak dilakukan
2 = Baik Dilakukan semua item tetapi tidak sesuai dengan pedoman
3 = Sangat baik Dilakukan semua dan sesuai dengan pedoman

Kelurahan Cisalak Pasar, ............................2013


Observer

(...............................................)

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


Lampiran 6
PRIORITAS MASALAH

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp S khususnya Bp S dan


Ibu M
Kriteria Perhitungan Hasil Pembenaran
Sifat Masalah: 1/3 x 1 0,3 Masalah sudah terjadi, keluarga tidak tahu
Aktual begitu banyak tentang hipertensi seperti
tanda dan gejala, penyebab hipertensi, dan
cara perawatannya. Tekanan darah bapak
156/90 mmHg dan ibu 150/100 mmHg
Kemungkinan 2/2 x 2 2 Keluarga mempunyai simpana keuangan
masalah dapat yang cukup untuk berjaga-jaga kalau sakit,
diubah: mudah dan juga anak-anak semua telah bekerja
Potensial masalah 3/3 x 1 1 Keluarga bersedia menerima segala
dapat dicegah: perawatan yang diberikan oleh perawat yang
tinggi datang ke rumah
Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga merasa bahwa masalah yang
masalah: berat terjadi pada bapak sudah terjadi sehingga
harus segera harus segera ditangani agar tidak terjadi
ditangani akibat yang lebih lanjut
Total 4,3

Risiko cedera pada keluarga Bp S khususnya Bp S


Kriteria Perhitungan Hasil Pembenaran
Sifat Masalah: 2/3 x 1 0,6 Masalah akan terjadi, kadang mengeluh
Risiko pusing, dan keseimbangan cukup terganggu
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 1 Keluarga tidak tahu cara pencegahan
dapat diubah: terhadap resiko cedera
sebagian
Potensial masalah dapat 2/3 x 1 0,6 Proses penuaan yang terjadi pada lansia
dicegah: yang sulit untuk dimodifikasi
cukup
Menonjolnya masalah: 2/2 x 1 1 Keluarga merasa bahwa masalah yang
masalah berat perlu segera berkaitan dengan risiko cedera juga harus
ditangani segera ditangani karena dapat berakibat
fatal
Total 3,2

Universitas Indonesia
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Cemas pada keluarga Bp S khususnya Ibu M
Kriteria Perhitungan Hasil Pembenaran
Sifat Masalah: 1/3 x 1 0,3 Masalah sudah terjadi, cemas ke pelayanan
Aktual kesehatan seperti rumah sakit atau
puskesmas karena takut ketahuan penyakit
lain yang terjadi pada tubuhnya
Kemungkinan 1/2 x 2 1 Ibu sendiri tidak mau ke pelayanan
masalah dapat kesehatan, tetapi mau menerima perawat
diubah: atau tenaga kesehatan yang datang ke rumah
sebagian
Potensial masalah 3/3 x 1 1 Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
dapat dicegah: mengatasi masalah tersebut
cukup
Menonjolnya 2/2 x 1 1 Perlu ditangani segera agar merasa nyaman
masalah: masalah atau tidak perlu cemas
berat perlu segera
ditangani
Total 3,3

Berdasarkan prioritas, maka diagnosa prioritasnya adalah:


1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp S khususnya Bp S dan Ibu
M
2. Risiko cedera pada keluarga Bp S khususnya Bp S
3. Cemas pada keluarga Bp S khususnya Ibu M

Universitas Indonesia
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
BELIMBING MANIS BAWANG PUTIH MENTIMUN

Nama daerah: Nama daerah:


Bawang Bodas katimun, timun
(Sunda), Bawang (Jawa), lepang
handak (Lampung), (Kalimantan), bojo
Kasuna (Bali), (Sulawesi)
Nama daerah: Belimbing manis Bhabang pote
(Indonesia), Belimbing manih (Madura) Bahan: Buah mentimun
(Minangkabau), Belimbing legi (Jawa),
Belimbing amis (Sunda), Bhalimbing Bahan: Bawang putih Cara Membuat:
manes (Madura), Balirang (Bugis) 2 buah ketimun segar dicuci bersih
Cara Membuat dan Menggunakan: lalu diparut. Hasil parutannya diperas
Tiga (3) siung bawang putih, Cara dan disaring, lalu diminum sekaligus.
Cara Membuat: membuat: bawang putih ditumbuk Lakukan 2-3 kali sehari.
halus dan diperas dengan air
Satu buah belimbing manis, diblender
secukupnya, lalu disaring.
dengan air secukupnya. Diminum
setiap pagi hari, masing-masing satu Diminum secara teratur setiap hari.
gelas Dua (2) siung bawang putih
Cara membuat: Bawang putih
Catatan:
dipanggang dengan api.
Bila memeriksakan kencing
Dimakan setiap pagi selama 7 hari.
mengandung kristal oksalat maka
hindarkan pemakaian daun dan buah
Hati-hati:
belimbing sebagai obat hipertensi
karena dapat membentuk batu Jangan digunakan jika sedang sakit
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
saluran kencing perut !!!
SELEDRI BELIMBING WULUH

Nama daerah: Seledri


Nama daerah:
(Indonesia), Sledri (Jawa),
Balimbing
Saledri (Sunda)
(Lampung) ,
OLEH: balingbing (Sunda) ,
Thomas Aquino Erjinyuare Amigo Terdiri dari:
belimbing asam
MAHASISWA PROGRAM SPESIALIS Tiap 100 gram terdapat 20 kalori,
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN KOMUNITAS protein 1 gram, lemak 0,1 gram hidrat
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN Bahan: Buah belimbing wuluh
arang 4,6 gram; kalsium 50 mg ,
UNIVERSITAS INDONESIA
fosfor 40 mg , besi 1 mg, besi 1 mg, Cara Membuat:
2012
Vitamin A 130 SI, Vitamin B1 0,03 mg, Buah yang besar dan berwarna hijau
Vitamin C 11 mg dan 63% bagian diparut, ambil airnya dan diminum
ALPOKAT dapat dimakan

Bahan: Daun Seledri secukupnya Tiga buah belimbing wuluh diiris-


Nama daerah:
iris, rebus dengan 3 gelas air sampai
Jambu wolanda Cara Membuat:
airnya tinggal setengah, saring, lalu
(Sunda), plokat Diperas dengan air masak secukupnya minum satu kali sehari pada pagi
(Jawa), advokat kemudian disaring hari
(Sumatera)

Bahan: Daun alpokat Cara Menggunakan: Tiga buah belimbing diparut, peras
Diminum 3 kali sehari 2 sendok airnya, diminum sekali sehari
Cara Membuat dan Menggunakan
makan, dan dilakukan secara teratur
3 lembar daun alpokat dicuci bersih
Hati-hati:
lalu diseduh dengan 1 gelas air Catatan:
Jika mengalami sakit maag atau sakit
panas. Setelah dingin diminum Penggunaan yang berlebihan dapat
sekaligus lambung
berbahaya !
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
OLAHRAGA
HIPERTENSI

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


OLAHRAGA HIPERTENSI

Olahraga atau senam hipertensi adalah bagian dari


usaha untuk mengurangi BB dan mengelola stres
Olahraga yang teratur adalah olahraga yang dilakukan
3 - 5 kali seminggu, paling sedikit 30 menit setiap kali
latihan dengan kadar yang sedang.
Kadar olahraga diatur yaitu 60 - 80% denyut nadi
maksimum (DNM)
Cara menghitung DNM: 220 dikurangi usia kemudian
masing-masing dikali 60% dan juga 85%. Misalnya,
usia seseorang 70 tahun maka DNM-nya adalah (220 -
70) x 60% = 90 dan (220 - 70) x 85% = 127. ketika
selesai berolahraga, denyut nadi yang diukur
sebaiknya berada pada rentang 90 - 127 per menitnya

Latihan Terbaik bagi penderita darah tinggi:


Aerobik: bersepeda, jalan kaki, jogging. Lakukan 5 - 7
kali setiap minggu selama 30 menit. Lakukan latihan 3
kali setiap minggu selama 15 menit

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


OLAHRAGA HIPERTENSI

Latihan beban: dilakukan setelah melakukan aerobik


selama 4 - 6 minggu.
Mulai dengan mengangkat beban yang ringan dahulu
kemudian ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan.
Bernapas secara teratur, tidak boleh menahan napas
karena tekanan pada pembuluh darah akan meningkat
dan berbahaya bagi penderita hipertensi.
Tidak boleh menggunakan beban yang terlalu berat
Tidak boleh mengangkat beban lebih tinggi dari bahu
karena dapat meningkatkan tekanan darah di daerah
kepala
Gerakan Untuk
Lengan Bawah

Gerakan Untuk Lengan


Atas (Depan/Bisep)Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
OLAHRAGA HIPERTENSI

Gerakan Untuk Lengan


Atas (belakang/trisep)

Gerakan Untuk Bahu

Gerakan Yang
Tidak Boleh
Dilakukan: angkat
beban terlalu berat
dan melebihi bahu

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


Faktor Resiko Tekanan Apa Bahaya Dari PERAWATAN TEKANAN DARAH TINGGI

Darah Tinggi.... Tekanan Darah Tinggi? Minimal Kontrol


Tekanan Darah Satu
Bulan Sekali

PENYAKIT
JANTUNG

Olahraga Teratur
BANYAK PIKIRAN
KEGEMUKAN
atau STRESS
Lakukan Relaksasi
SERANGAN
PADA
KURANG OTAK Hindari makanan yang
OLAHRAGA (STROKE) tinggi lemak (gajih,
jeroan, kulit ayam)
MEROKOK
Gunakan garam sesuai dengan kondisi
Minum minuman keras, bersoda, mi- tekanan darah:
Tekanan darah 140-159/90-99 mmHg
num kopi dan teh yang berlebihan
(1 sendok teh perhari)
KERUSAKAN PA- Tekanan darah 160-179/100-109
Makan makanan asin dan berlemak mmHg (1/2 sendok teh perhari)
DA GINJAL
yang berlebihan Tekanan darah 180/110 mmHg
(1/4 sendok teh perhari)

Hindari

K E M A T I A N
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Stress
Apa Gejala
HIPERTENSI atau
APA ITU HIPERTENSI Tekanan Darah Tinggi ???
TEKANAN DARAH TINGGI adalah
ATAU PUSING SULIT TIDUR

TEKANAN DARAH Suatu kondisi jika hasil


pengukuran tekanan
TINGGI ??? darah dengan batas atas
(sistolik) sama atau lebih
dari 140 mmHg dan batas
bawah (diastolik) sama KAKU PADA TENGKUK
atau lebih dari 90 mmH TELINGA
BERDENGING

PANDANGAN
KABUR

PENGGOLONGAN HIPERTENSI MUDAH TERSINGGUNG


& MARAH

Tekanan Darah Sistolik Diastolik


JANTUNG
(mmHg) (mmHg)
BERDEBAR-DEBAR
Normal < 120 < 80
WAJAH KEMERAHAN
Prehipertensi 120-139 80-89
dan
OLEH: Hipertensi 140-159 90-99 MUDAH LELAH
PROGRAM SPESIALI S derajat 1
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN KOMUNITAS Hipertensi ≥160 ≥100
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN derajat 2
UNIVERSITAS INDONESIA Hipertensi ≥ 180 >110
PERDARAHAN
2012 derajatSalam
3 aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
DARI HIDUNG
Kolesterol Gula
Otak, kuning telur, jeroan, gajih, dan Sirup, soft drink, dan permen
daging berlemak, daging kambing, daging
Natrium babi, udang, kerang, kepiting, cumi
Makanan siap saji, makanan kalengan,
makanan beku (sosis, nugget, ayam
goreng), sayuran yang diawetkan (acar,
asinan), dan cemilan (asin) yang
mengandung banyak garam, bumbu instan,
dan pengawet. Garam meja, ikan asin, telur
Lainnya
asin, kecap, terasi, petis, soda kue, ikan
Kopi, minuman beralkohol, makanan
asin, ikan pindang, pisang susu, pisang
beralkohol
raja, mie instant, kaldu instant, saus tomat,
saus sambal

Lemak Jenuh
Gajih, daging berlemak, mentega,
margarin, santan kental, gulai, gorengan
dari minyak bekas,makanan yang digoreng
berulang kali, dan makanan yang digoreng
dengan suhu tinggi
MARI KITA TINGKATKAN

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


Serat
Beras merah, kacang-kacangan, sayuran,
kentang, tomat, apel, jeruk, dan belimbing
Potasium / Kalium
Kentang, bayam, kol, brokoli, tomat, wortel,
jeruk, anggur, mangga, melon, stroberi,
semangka, alpukat, buah pare, labu siam,
bligo, labu parang, mentimun, lidah buaya,
nanas, susu
Serat
Beras merah, kacang-kacangan, sayuran,
kentang, tomat, apel, jeruk, dan
belimbing

Kalsium
Tempe, tahu, sardin, bandeng presto, ikan
teri, kacang-kacangan, susu, yogurt dan keju
rendah lemak

Protein
Tempe, tahu, kacang-kacangan, ikan,
daging ayam tanpa kulit, susu dan keju
rendah lemak

Lainnya
Magnesium Bawang putih,
Beras (terutama beras merah), kentang, Bawang Merah,
tomat, wortel, sayuran berwarna hijau tua, Seledri, Lalapan
jeruk, lemon, ikan (selain udang, kerang, hijau
MAHASISWA PROGRAM SPESIALIS cumi, kepiting dan sejenisnya) dan daging
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ayam tanpa kulit
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA
Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
2012
UNIVERSITAS INDONESIA

KONTRAK PEMBELAJARAN RESIDENSI SEMESTER I SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS


PADA AGGREGAT LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN CISALAK PASAR
KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

OLEH:
THOMAS AQUINO ERJINYUARE AMIGO
1006801090

PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2012/2013

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


2

KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER I


RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGAT LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

A. MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN KOMUNITAS


No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
1 Penyusunan kontrak belajar Membantu pencapaian Adanya kontrak belajar sesuai 3.1 Residen Studi Literatur Minggu I BPKM
residensi tujuan pembelajaran pedoman pembelajaran residensi Konsultasi Manajemen
residensi Yankes
Komunitas I
2 Penyusunan framework dan Kerangka berpikir dalam Adanya kerangka atau framework 3.3 Residen Studi literature Minggu I- Ervin, 2002;
instrumen pengkajian mencapai tujuan dan intrumen pengkajian Konsultasi II Swanburg,
pembelajaran September 2000
3 Penyusunan latar belakang Teridentifikasi fenomena Adanya fenomena yang terjadi 3.3 Residen Studi literature Minggu II- Dokumen
dan studi pustaka terkait yang terjadi pada aggregate terkait aggregate lansia dengan Dokumen III Negara,
aggregate lansia dengan lansia dengan hipertensi hipertensi Negara September Friedman,
hipertensi Wawancara Bowden, &
Konsultasi Jones, 2003;
Miller, 1995;
Stanhope &
Lancaster,
2004
3 Orientasi kebijakan terkait - Teridentifikasi visi, misi, - Terdapat dokumen dan 3.4 dan 3.5 Residen Observasi Minggu II- Dokumen
CHN dan lansia tingkat kebijakan, strategi, kebijakan serta strategi dan Pejabat Dinas Studi literatur III Pemerintahan
Dinas Kesehatan Kota rencana operasional, rencana operasional terkait Kesehatan Kota (dokumen September
Depok dan Puskesmas: program dan kegiatan lansia Depok negara)
- UU No.36 Tahun 2009 ditingkat Dinas Kesehatan - Tersusun perencanaan, Kepala Wawancara
tentang kesehatan Pasal Kota Depok terkait lansia pengorganisasian, pengarahan, Puskesmas
138 - Teridentifikasi pelaksanaan, dan pengawasan P.J. Program
- UU RI No.3 tahun 1988 perencanaan, terhadap kesehatan keluarga CHN & lansia
tentang Kesejahteraan pengorganisasian, dengan lansia dengan berbagai
Lansia pengarahan, pelaksanaan, masalah kesehatan di Dinkes
- Peraturan Pemerintah No. dan pengawasan terhadap dan Puskesmas
43 tahun 2004 tentang kesehatan keluarga dengan
Pelaksanaan Upaya lansia dengan berbagai
Peningkatan masalah kesehatan di
Kesejahteraan Lansia Dinkes dan Puskesmas
- Keppres No. 52 tahun - Teridentifikasi kebutuhan
2004 tentang Komnas dan sumber daya terkait
Lansia CHN dan lansia di tingkat

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


3

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


- Permendagri No. 60 Dinkes Kota Depok
tahun 2008 tentang
Pedoman Pembentukan
Komisi Daerah Lansia
dan Pemberdayaan
Masyarakat Dalam
Penanganan Lansia di
Daerah
- Keputusan Wali Kota
Depok
No.821.29/350/Kpts/Bap
p/Huk/2011 tentang
Komisi Daerah Lansia
Kota Depok
- Pedoman Kegiatan
Perawat Kesehatan
Masyarakat Di
Puskesmas
- Pedoman Penerapan
Model Pelayanan
Keperawatan Keluarga di
Rumah
- Pedoman Peningkatan
Kinerja Perawat Di
Puskesmas
4 Melakukan pengkajian - Teridentifikasi Terdapat dokumen perencanaan, 3.7 Residen Observasi Minggu II- Dokumen
berdasarkan teori perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, Pejabat Dinas Studi literatur III Pemerintahan
manajemen terkait dengan pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan Kesehatan Kota (dokumen September Ervin, 2002
kebijakan Dinkes Kota pengarahan, pelaksanaan, terhadap kesehatan keluarga Depok negara) Swanburg,
Depok: dan pengawasan terkait dengan lansia di Dinkes dan Kepala Wawancara 2000
Perencanaan dengan kebijakan Dinkes Puskesmas Puskesmas
Kota Depok dan P.J. Program
Puskesmas CHN & lansia
Pengorganisasian - Teridentifikasi staf, Terdapat dokumen terkait staf,
struktur organisasi, dan struktur organisasi, dan uraian
uraian tugas petugas tugas petugas pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan lansia
lansia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


4

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


Pengarahan - Teridentifikasi proses Terdapat dokumen terkait proses
motivasi, pelatihan, motivasi, pelatihan, pendelegasian
pendelegasian dan dan supervisi yang dilakukan
supervise yang dilakukan terkait kesehatan lansia di Dinkes
terkait kesehatan lansia di dan Puskesmas
Dinkes dan Puskesmas
- Terkendalinya program
pelayanan keperawatan 70% pelaksanaan program
pada keluarga dengan pelayanan keperawatan pada
lansia dengan berbagai keluarga dengan lansia dengan
masalah kesehatan berbagai masalah kesehatan
Pengawasan Teridentifikasi proses - Terdapat dokumen terkait
evaluasi kualitas dan spesifikasi tugas,
kuantitas pelayanan, pengembangan program,
perencanaan, pelaksanaan sesuai dengan
pengorganisasian, rencana, kesuaian dengan
pengarahan, dan kebijakan, negosiasi, lobbying,
pelaksanaan serta penilaian empowerment di Dinkes dan
kinerja puskesmas Puskesmas
- 80% terlaksananya berbagai
program kegiatan yang telah
direncanakan
- 80% kualitas dan kuantitas
pelayanan adekuat
- 80% perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan,
dan pelaksanaan sesuai dengan
program kegiatan
5 Mengidentifikasi proses - Teridentifikasi proses - Adanya visi dan misi puskesmas 3.5 Residen Observasi Minggu Dokumen
manajemen (perencanaan, manajemen (perencanaan, - Adanya azas puskesmas Pejabat Dinas Studi literatur VIII-XV Pemerintahan
pengorganisasian, pengorganisasian, - Adanya batasan puskesmas Kesehatan Kota (dokumen September Ervin, 2002
pengarahan, dan pengarahan, dan - Adanya fungsi puskesmas Depok negara) Swanburg,
pengawasan) di Tingkat pengawasan) di Tingkat - Adanya kedudukan puskesmas Kepala Wawancara 2000
Puskesmas Puskesmas - Adanya tata kerja puskesmas Puskesmas
- Teridentifikasi kebutuhan - Adanya pemberdayaan P.J. Program
dan sumber daya yang masyarakat dan pemberdayaan CHN & lansia
berkaitan dengan daftar keluarga
sumberdaya mana di - Adanya pelayanan kesehatan
tingkat puskesmas dan sistem rujukan

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


5

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


6 Merumuskan masalah Teridentifikasi masalah Adanya daftar atau list masalah 3.8 dan 3.9 Residen Observasi Minggu Dokumen
manajemen pelayanan manajemen pelayanan manajemen pelayanan Pejabat Dinas Studi literatur VIII-XV Pemerintahan
keperawatan komunitas keperawatan komunitas keperawatan komunitas Kesehatan Kota (dokumen September Ervin, 2002
Depok negara) Swanburg,
Kepala Konsultasi 2000
Puskesmas dengan
P.J. Program supervisor
CHN & lansia utama dan
supervisor
7 Menetapkan rencana dan Mengatasi masalah - 80% kader mampu 3.10 Kader Studi literatur Minggu Dokumen
intervensi keperawatan manajemen pelayanan mendemonstrasikan kembali Lansia (dokumen VIII-XV Pemerintahan
keperawatan komunitas materi yang diajarkan Residen negara) September Ervin, 2002
mencakup: - Jumlah kader yang hadir 80% Konsultasi Swanburg,
- Pelatihan kader dari yang diundang dengan 2000
- Pembentukan support - 80% lansia menyetujui adanya supervisor
group dana sehat utama dan
- Pembentukan posbindu - Form perencanaan yang siap supervisor
- Pembentukan dana sehat dilaksanakan
lansia
- Pembuatan KMS lansia
8 Mengevaluasi hasil Menilai kinerja dan - Setiap RW memiliki support Kader Studi literatur Minggu Dokumen
intervensi terhadap masalah perubahan yang terjadi group dan memberikan Lansia (dokumen VIII-XV Pemerintahan
manajemen pelayanan setelah dilakukan intervensi dukungan bagi lansia Residen negara) September Ervin, 2002
keperawatan komunitas terhadap masalah - Terbentuknya posbindu pada Konsultasi Swanburg,
manajemen pelayanan RW yang belum memiliki dengan 2000
keperawatan komunitas Posbindu supervisor
- Pelaksanaan posbindu secara utama dan
rutin supervisor
- Setiap lansia memiliki KMS
- Identifikasi program atau
kegiatan yang harus
ditindaklanjuti

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


6

B. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


1 Skreening dan pengkajian Mengkaji dan Adanya hasil analisis data 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
pada aggregate lansia mengidentifikasi kebutuhan pengkajian (faktor yang Kader Diskusi V Studi literatur
mengalami masalah dan sumber daya kesehatan berkonstribusi dan bukti hasil Lansia
kesehatan: hipertensi pada pada aggregate lansia skreening) terhadap lansia
lansia

2 Perumusan diagnosis Menyusun masalah Adanyabukti fisik masalah 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
keperawayan keperawatan komunitas Kader Diskusi VI Studi literatur
Lansia

3 Penyusunan rencana - Tersusun rencana Adanya bukti fisik rencana asuhan 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
tindakan keperawatan keperawatan yang terkait keperawatan komunitas hasil Kader Diskusi V Studi literatur
dengan masalah hipertensi konsultasi dan revisi Lansia
pada aggregate lansia
- Tersusun program kegiatan
untuk mengatasi masalah
4 Pelaksanaan rencana Terlaksananya berbagai Program kegiatan dilaksanakan 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
tindakan keperawatan program yang berkaitan sesuai dengan jadwal yang telah Kader Diskusi VI
dengan masalah hipertensi ditentukan Lansia
pada aggregate lansia

5 Intervensi kelompok Peningkatan kemampuan Peningkatan 10% pelaksanaan 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
dengan melibatkan kader: kader dalam meningkatkan kegiatan di masyarakat Kader Diskusi VII Studi literatur
- Pendidikan Hipertensi status kesehatan lansia Lansia
- Pemeriksaan tekanan
darah
- Olahraga untuk
hipertensi
- SHG
6 Lanjutkan pembinaan Melaksanakan pembinaan Adanya bukti fisik pelaksanaan 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
kelompok: kelompok asuhan keperawatan komunitas Kader Diskusi VIII Studi literatur
- Pendidikan Hipertensi hasil konsultasi dan revisi Lansia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


7

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


- Olahraga untuk
hipertensi
- SHG
7 - Pengembangan Meningkatkan kemampuan Peningkatan 10% masyarakat 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
kemampuan masyarakat masyarakat dalam mengatasi dalam mengatasi masalah Kader Diskusi IX Studi literatur
untuk mandiri untuk masalah kesehatan pada lansia kesehatan pada lansia Lansia
mengatasi masalah
kesehatan lansia Mempermudah pelaksanaan
- Kerjasama dengan lintas berbagai program kegiatan
program dan sektor yang berkaitan dengan
kesehatan lansia
8 Evaluasi asuhan Menilai tingkat keberhasilan 80% pemberian asuhan 2 Pengurus RW Studi literature Minggu Supervisor
keperawatan kelompok: pemberian asuhan keperawatan pada aggregate Kader Diskusi X Studi literatur
- Pendidikan Hipertensi keperawatan pada agregate dilakukan sesuai rencana. Lansia
- Pemeriksaan tekanan lansia Adanya rencana tindak lanjut
darah yang disepakati
- Olahraga untuk
hipertensi
- SHG

Penyusunan rencana tindak Kegiatan pada aggregate


lanjut: lansia tetap dilaksanakan agar
- Olahraga untuk meningkatkan status
hipertensi kesehatan lansia
- SHG

C. KEPERAWATAN KELUARGA

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


1 Pengkajian pada 5 keluarga Mengidentifikasi berbagai Adanya hasil pengkajian 2 Keluarga dengan Wawancara Minggu III Studi literatur
dengan anggota keluarga masalah kesehatan sesuai keluarga dengan lansia anggota keluarga Observasi s/d IV Kader kesehatan
lansia yang menderita dengan model Friedman hipertensi sejumlah 5 lansia yang Pemeriksaan fisik Keluarga
hipertensi keluarga. menderita Kunjungan rumah Pengurus RW
hipertensi
2 Melakukan analisis data Mengidentifikasi masalah Adanya rumusan masalah 2 Keluarga dengan Diskusi Minggu III Studi literatur
dan menetapkan masalah keperawatan keluarga yang keperawatan keluarga anggota keluarga Kunjungan rumah s/d IV Keluarga
keperawatan keluarga muncul berdasarkan hasil berdasarkan NANDA dan 5 lansia yang
pengkajian tugas perawatan kesehatan menderita

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


8

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


keluarga hipertensi
3 Bersama keluarga Menyusun rencana asuhan Adanya rencana asuhan 2 Keluarga dengan Diskusi Minggu III Studi literatur
merumuskan intervensi keperawatan keluarga keperawatan keluarga untuk anggota keluarga Kunjungan rumah s/d IV Keluarga
yang sesuai : bersama keluarga semua masalah keperawatan lansia yang
- Modifikasi lingkungan yang muncul menderita
psikososial hipertensi
- Modifikasi diet
- Latihan keseimbangan
- Terapi akupresure,
herbal, relaksasi
progresif, nafas dalam
4 Melakukan intervensi Melaksanakan intervensi 90% intervensi dilakukan 2 Keluarga dengan Demonstrasi Minggu IV Studi literatur
keperawatan keluarga keperawatan yang telah bersama keluarga untuk anggota keluarga Coaching s/d V Keluarga
kriteria kognitif, afektif disusun dan disepakati menyelesaikan masalah lansia yang Konseling
dan perilaku ; bersama keluarga menderita Pendidikan
- Konseling koping adaptif hipertensi kesehatan
- Latihan relaksasi nafas Kunjungan rumah
dalam dan akupresur
- Penyuluhan
- Pembentukan support
system keluarga
- Sistem rujukan keluarga
ke puskesmas

5 Melakukan evaluasi Menilai pencapaian status Pencapaian status kesehatan 2 Keluarga dengan Lembar evaluasi Minggu VI Studi literatur
terhadap pelaksanaan kesehatan keluarga dengan lansia dengan hipertensi anggota keluarga Evaluasi diri - VIII Keluarga
asuhan keperawatan pada lansia lansia yang
keluarga lansia dengan menderita
hipertensi mencakup: hipertensi
- Konseling koping adaptif
- Latihan relaksasi nafas
dalam dan akupresur
- Penyuluhan
- Pembentukan support
system keluarga
- Sistem rujukan keluarga
ke puskesmas
6 Penyerahan laporan Mengevaluasi kegiatan yang Adanya dokumen laporan Residen Konsultasi Minggu VI Studi literatur
keluarga binaan telah dilaksanakan keluarga kelolaan dan resume Diskusi Keluarga

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


9

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber

Ujian ketrampilan di Mengevaluasi ketrampilan Adanya kemampuan Residen Demonstrasi Minggu Studi literatur
Keluarga terkait masalah yang telah dikuasai spesialistik peserta residensi Coaching VII s/d Keluarga
hipertensi pada lansia dalam mengatasi masalah Pendidikan VIII
lansia hipertensi kesehatan
Kunjungan rumah

Depok, 9 September 2012


Menyetujui
Supervisor Utama, Supervisor Residen

(Dra. Junaiti Sahar, S.Kp, M.App.Sc, Ph.D) (Etty Rekawati, SKp, M.Kes) (Thomas Aquino Erjinyuare Amigo)

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

KONTRAK PEMBELAJARAN RESIDENSI SEMESTER II SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS


PADA AGGREGAT LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN CISALAK PASAR
KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

THOMAS AQUINO ERJINYUARE AMIGO


1006801090

PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
2012/2013

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


2

KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER II


RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGAT LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

A. MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN KOMUNITAS

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


1 Penyusunan kontrak belajar Membantu pencapaian Adanya kontrak belajar sesuai 4.1 Residen Studi Literatur Minggu BPKM
residensi semester 2 tujuan pembelajaran pedoman pembelajaran Konsultasi Ketiga- semester 2
residensi residensi Keempat
Januari
2 Pembuatan program 2.1 Pengembangan Tersusunnya perencanaan 4.2 Residen Studi Literatur Minggu (Komisi Nasional
kegiatan pembinaan program pelayanan program Kelompok Pendukung Pengurus RW Diskusi bersama II dan III Lanjut Usia,
kesehatan lansia dengan keperawatan komunitas Hipertensi di RW 03, 05, dan Kader kader dan Februari 2010)
hipertensi melalui pada aggregat lansia 06 Kelurahan Cisalak Pasar. pengurus RW
pembentukan Kelompok melalui pembentukan
Pendukung Hipertensi di Kelompok Pendukung 2.1.1 Tersusunnya rencana
RW 03, 05 dan 06 Hipertensi di RW 03, program Kelompok (Komisi Nasional
Kelurahan Cisalak Pasar. 05, dan 06 sebagai Pendukung Hipertensi Residen Studi Literatur Minggu Lanjut Usia,
salah satu kegiatan RW 03, 05, dan 06 4.2 Pengurus RW Diskusi bersama II dan III 2010)
posbindu Kelurahan Kelurahan Cisalak Pasar Kader kader dan Februari
Cisalak Pasar. pengurus RW

2.2 Tersosialisasikannya 2.1.2 Tersosialisasi rencana Kepala


perencanaan program program Kelompok 4.2 Puskesmas Studi Literatur Minggu Puskesmas
Kelompok Pendukung Pendukung Hipertensi di Pengurus RW Diskusi bersama IV P.J. Lansia
Hipertensi di RW 03, RW 03, 05, dan 06 Kader kader, puskesmas Februari Kader
05, dan 06 Kelurahan Kelurahan Cisalak Masyarakat dan pengurus RW s.d I Pengurus RW
Cisalak Pasar Pasar. yang beresiko Maret

3 Pelaksanaan kegiatan 3.1 Terlaksananya program 3.1.1 75% tersusunnya 4.4 Kader Diskusi Minggu Kepala
Kelompok Pendukung pelayanan keperawatan kegiatan Kelompok Pengurus RW KIE IV Puskesmas
Hipertensi di RW 03, 05, komunitas yang akan Pendukung Hipertensi PSM Februari PJ Lansia
dan 06 sebagai salah satu dilakukan melalui di RW 03, 05, dan 06 Kader kesehatan
kegiatan posbindu untuk kegiatan Kelompok Kelurahan Cisalak Pengurus RW
meningkatkan koping Pendukung Hipertensi Pasar.
adaptif lansia terhadap di RW 03, 05, dan 06
stressor sebagai faktor
resiko hipertensi

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


Universitas Indonesia
3

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


3.1.2 75% Kegiatan 4.4 Kader Diskusi Minggu I Kader kesehatan
Kelompok Pendukung Pengurus RW KIE Maret s/d Pengurus RW
Hipertensi di RW 03, Lansia PSM Minggu
05, dan 06 Kelurahan hipertensi IV April
Cisalak Pasar
3.1.3 Terbinanya 5 keluarga KIE
binaan dengan PSM
pemasalahan hipertensi
pada lansia di RW
03dan 05 dan 06
4 Evaluasi pelaksanaan Terpantaunya kegiatan - 75% pelaksanaan program 4.2 PJ Lansia Format supervisi Bulan Kepala
kegiatan kelompok kelompok pendukung pelayanan keperawatan puskesmas Diskusi April dan Puskesmas
pendukung hipertensi di hipertensi di RW 03, 05, dan komunitas terkontrol secara Kader Mei PJ Lansia
RW 03, 05, dan 06 dan 06 untuk meningkatkan kontinu kelompok Kader kesehatan
dalam rangka koping adaptif di 05 dan 06 pendukung Pengurus RW
meningkatkan koping melalui supervisi, bimbingan - 75% tersusun pelaporan hipertensi.
adaptif lansia dan pengarahan. kegiatan kelompok
pendukung hipertensi dan Kader Format supervisi Bulan Kepala
4.1 Kader melalukan untuk puskesmas kelompok Diskusi April dan Puskesmas
supervisi setiap bulan pendukung Mei PJ Lansia
sekali pada kelompok - 75% ada rujukan dari kader hipertensi. Kader kesehatan
pendukung hipertensi ke puskesmas dan adanya Pengurus RW
di RW 03, 05, dan 06 pelaporan kegiatan
untuk meningkatkan kelompok pendukung PJ Lansia Format supervisi Bulan Kepala
koping adaptif di RW hipertensi. puskesmas Format Rujukan April dan Puskesmas
Diskusi Mei

4.2 Petugas puskesmas Kader PJ Lansia


melakukan supervisi kelompok Kader kesehatan
setiap bulan sekali pada pendukung Pengurus RW
kelompok pendukung hipertensi
hipertensi di RW 03,
05, dan 06

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


Universitas Indonesia
4

B. KEPERAWATAN KOMUNITAS

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


1 Penyusunan program upaya Menyusun rencana asuhan 1.1.1 Adanya rencana asuhan 1.2 Pengurus RW Studi literatur Minggu Supervisor
pembinaan kesehatan keperawatan komunitas keperawatan komunitas Kader Diskusi Kedua Studi literatur
lansia hipertensi bersama secara komprehensif pada hasil konsultasi dan revisi Lansia hipertensi Februari
masyarakat melalui aggregate lansia hipertensi 1.1.2 Adanya kegiatan
pembentukan Kelompok melalui Kelompok Kelompok Pendukung
Pendukung Hipertensi Pendukung Hipertensi Hipertensi di RW 03, 05,
meningkatkan koping dan 06
adaptif lansia hipertens Mensosialisasikan rencana 1.1.3 Adanya praktik latihan
salah satu program posbindu relaksasi nafas dalam dan
yaitu pelaksanaan asuhan terapi musik pada
keperawatan pada lansia kegiatan Kelompok
hipertensi melalui Kelompok Pendukung Hipertensi Pengurus RW
Pendukung Hipertensi di RW Hipertensi Kader
03, 05, dan 06 1.1.4 Kegiatan dilakukan dalam Lansia hipertensi Studi literatur Minggu I
upaya meningkatkan Diskusi Maret s/d Supervisor
koping adaptif lansia Minggu Studi literatur
hipertensi. Residen KIE IV April
1.1.5 Promosi kesehatan pada Aggregate anak
aggregate usia sekolah usia sekolah Bulan Studi Literatur
tentang cara pencegahan Maret
masalah hipertensi
2 Pelaksanaan program kerja 2.1 Menyusun jadwal dan 2.1.1 Tersusunnya jadwal 1.4 Pengurus RW PSM Minggu Supervisor
dalam upaya penanganan program kerja Kelompok kegiatan Kelompok Kader KIE IV Studi literatur
lansia hipertensi dengan Pendukung Lansia Pendukung Hipertensi Lansia hipertensi Kelompok Februari
meningkatkan koping Hipertensi di RW 03, 05, Hipertensi di RW 03, 05, Pendukung s/d
adaptif terhadap stressor dan 06 dan 06 Hipertensi Minggu
sebagai faktor resiko Hipertensi IV April
hipertensi Terlaksananya kegiatan 75% kegiatan Kelompok Residen
Kelompok Pendukung Pendukung Hipertensi Lansia hipertensi
Hipertensi Hipertensi di Hipertensi di RW 03, 05, Kader Minggu
RW 03, 05, dan 06 dan 06 dapat melakukan IV Supervisor
dalam upaya kegiatan peningkatan Februari Studi literatur
meningkatkan koping koping adaptif lansia s/d
adaptif lansia hipertensi hipertensi

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


Universitas Indonesia
5

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


Minggu
2.2 Terlaksananya kegiatan 2.2.1 Peserta kegiatan 1.4 SM IV April
promosi kesehatan pada Kelompok Pendukung KIE
kelompok lansia Hipertensi di RW 03, 05, Kelompok
dan 06 mampu Pendukung
melakukan kegiatan Hipertensi
secara mandiri dengan
supervisi dari kader

2.2.2 Terjadi peningkatan Residen KIA Minggu


pengetahuan, sikap, dan Lansia hipertensi IV Maret Studi Literatur
ketrampilan lansia tentang Kader
penggunaan koping
adaptif untuk perawatan
tekanan darah

3 Evaluasi hasil kegiatan Evalusia tingkat 3.1.1 80% program pelayanan 1.6 Kepala Diskusi Minggu I Supervisor
pembinaan kesehatan keberhasilan asuhan kesehatan lansia Puskesmas Wawancara s/d II Mei Studi literatur
lansia hipertensi keperawatan komunitas dilakukan melalui Pengurus RW Lembar evaluasi
pada aggregat lansia posbindu Kader kesehatan
hipertensi 3.1.2 Terjadi perubahan tingkat
pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan lansia tentang
penggunaan koping
adaptif

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


Universitas Indonesia
6

C. KEPERAWATAN KELUARGA

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


1. Pengkajian pada 5 keluarga Mengidentifikasi berbagai Adanya hasil pengkajian 1.1 Keluarga dengan Wawancara Minggu Studi literatur
dengan anggota keluarga masalah kesehatan sesuai keluarga dengan lansia anggota keluarga Observasi III s/d IV Kader kesehatan
lansia yang menderita dengan model Friedman hipertensi sejumlah 5 lansia yang Pemeriksaan fisik Februari Keluarga
hipertensi keluarga. menderita Kunjungan rumah Pengurus RW
hipertensi
2. Melakukan analisis data Mengidentifikasi masalah Adanya rumusan masalah 1.2 Keluarga dengan Diskusi Minggu Studi literatur
dan menetapkan masalah keperawatan keluarga yang keperawatan keluarga anggota keluarga Kunjungan rumah III s/d IV Keluarga
keperawatan keluarga muncul berdasarkan hasil berdasarkan NANDA lansia yang Februari
pengkajian menderita
hipertensi
3. Bersama keluarga Menyusun rencana asuhan Adanya rencana asuhan 1.3 Keluarga dengan Diskusi Minggu Studi literatur
merumuskan intervensi keperawatan keluarga bersama keperawatan keluarga untuk anggota keluarga Kunjungan rumah III s/d IV Keluarga
yang sesuai keluarga semua masalah keperawatan lansia yang Februari
yang muncul menderita
hipertensi
4. Melakukan intervensi Melaksanakan intervensi 90% intervensi dilakukan 1.4 Keluarga dengan Demonstrasi Minggu Studi literatur
keperawatan keluarga keperawatan yang telah bersama keluarga untuk anggota keluarga Coaching IV Keluarga
kriteria kognitif, afektif disusun dan disepakati menyelesaikan masalah lansia yang Konseling Februari
dan perilaku ; bersama keluarga menderita Pendidikan s/d IV
a. Konseling koping hipertensi kesehatan April
adaptif (Refleksi, curah Kunjungan rumah
pendapat)
b. Latihan integrasi nafas
dalam, musik, dan
relaksasi otot progresif
c. Penyuluhan
5. Ujian ketrampilan di Mengevaluasi ketrampilan Adanya kemampuan Residen Demonstrasi Minggu Studi literatur
Keluarga terkait masalah yang telah dikuasai spesialistik peserta residensi Coaching III s/d IV Keluarga
hipertensi pada lansia dalam mengatasi masalah Pendidikan Maret
lansia hipertensi kesehatan
Kunjungan rumah
6. Referat askep komunitas 7.1 Mensosialisasikan model Tersosialisasikannya model Residen Presentasi Minggu I Studi Literatur
atau intervensi terkait dg atau intervensi terkait dg ( bahasa inggris) s/d II
asuhan keperawatan pada asuhan keperawatan pada April
komunitas dengan masalah komunitas dengan masalah
hipertensi pada lansia hipertensi pada lansia

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


Universitas Indonesia
7

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


7. Mengevaluasi asuhan Mengidentifikasi pencapaian 75% pencapaian kemandirian Keluarga Format evaluasi Minggu Studi Literatur
keperawatan keluarga kemandirian keluarga keluarga berada pada tingkat Residen Diskusi IV April
berdasarkan tingkat IV Kunjungan rumah
kemandirian keluarga

8. Penyerahan laporan Mengevaluasi kegiatan yang Adanya dokumen laporan Residen Konsultasi Minggu I Studi literatur
keluarga binaan telah dilaksanakan keluarga kelolaan dan resume Diskusi Juni Keluarga

9. Penyerahan laporan Mendokumentasikan hasil Tersusunnya laporan semester Residen Studi literatur Minggu I Studi Literatur
praktek semester II kepada kegiatan praktek residensi II praktek manajemen, Supervisor Konsultasi Juni
supervisor semester II komunitas, dan keluarga

10. Penyerahan laporan akhir Mendokumentasikan hasil Tersusunnya laporan semester Residen Studi literatur Minggu I Studi Literatur
kegiatan praktek residensi II praktek manajemen, Supervisor Konsultasi Juni
semester II komunitas, dan keluarga
setelah dikonsultasikan
11. Sidang terbuka Mendesiminasikan hasil Tersosialisasikannya kegiatan Residen Seminar Minggu Studi Literatur
praktek residensi keperawatan praktek dengan masukan dari Supervisor II Juni
komunitas tim perkesmas di luar FIK UI Tim Perkesmas
12. Sidang tertutup Mempertanggungjawabkan Hasil kegiatan praktek Residen Studi literatur Minggu Studi Literatur
hasil kegiatan praktek residensi residensi selama 2 semester Supervisor Konsultasi III Juni
dapat dipertanggungjawabkan Tim penguji
di hadapan tim penguji
13. Penyerahan laporan KIA Mendokumentasikan dan Dokumentasi dan publikasi Residen Studi literatur Minggu Studi Literatur
mempublikasikan hasil praktek hasil praktek residensi Supervisor Konsultasi IV Juni
residensi keperawatan komunitas

Depok, Februari 2013


Menyetujui
Supervisor Utama, Supervisor Residen

(Dra. Junaiti Sahar, S.Kp, M.App.Sc, Ph.D) (Widyatuti, S.Kp, M.Kep, Sp.Kep.Kom) (Thomas Aquino Erjinyuare Amigo)

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


Universitas Indonesia
NO:

KUESIONER PENGKAJIAN PADA AGGREGATE LANSIA DENGAN


HIPERTENSI DI KELURAHAN CISALAK PASAR, CIMANGGIS,
DEPOK, JAWA BARAT
FIK-UI

Petunjuk Pengisian:
1. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu pilih atau tanda checklist (√) pada kotak yang
tersedia.
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan singkat.
3. Bacalah setiap pertanyaan dan pernyataan dengan teliti.

Data Umum Keluarga:


1. Nama kepala keluarga : ....................................................................
2. Usia : ....................................................................
3. Agama : ....................................................................
4. Alamat : ....................................................................
5. Pendidikan : ....................................................................
6. Pekerjaan : ....................................................................
7. Penghasilan keluarga dalam sebulan : 1. ≤ Rp 1.400.000,-
2. ≥ Rp 1.400.000,-
8. Apakah ada penghasilan yang disisihkan untuk lansia: 1) Ya 2) Tidak
9. Riwayat penyakit keluarga: 1) Ada, sebutkan ...............................................................
2) Tidak ada
10. Pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga untuk mengatasi masalah lansia:
1) Puskesmas 2) Rumah Sakit 3) Posbindu
4) Klinik Swasta 5) Lain-lain .......................................................................
11. Komposisi keluarga:
Hub dg
No Nama JK Agama Umur Pendidikan Pekerjaan
KK
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Program Spesialis Keperawatan Komunitas – 2012/2013


Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013
Data Umum Lansia:
1. Nama Lansia: ……………………………………..
2. Suku Bangsa: .........................................................
3. Status perkawinan: 1) Kawin 2) Tidak kawin
3) Janda 4) Duda
4. Jaminan pelayanan kesehatan: 1) Askes 2) Jamkesda
3) Jamkesmas 4) Tidak ada
5. Penghasilan keluarga dalam sebulan: 1) Tidak ada penghasilan
2) ≤ Rp. 1.400.000,-
3) ≥ Rp. 1.400.000,-
6. Transportasi yang digunakan ke pelayanan kesehatan:
1) Mobil 2) Motor 3) Sepeda
4) Angkot 5) Taxi 6) Ojek
7) Jalan kaki 8) Motor + angkot 9) Motor + jalan kaki
7. Tekanan darah: ….................………mmHg

Perilaku Kesehatan
1. Pengetahuan Tentang Tekanan Darah Tinggi
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist (√) pada jawaban yang Bapak/ Ibu
pilih!

No Pertanyaan Benar Salah


1) Batasan tekanan darah normal untuk lanjut usia adalah diatas 140/90
mmHg
2) Kegemukan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi
3) Banyak makan makanan yang mengandung garam dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi
4) Stres/banyak pikiran menurunkan tekanan darah yang tinggi
5) Darah tinggi ditandai dengan keluhan pusing
6) Darah tinggi ditandai dengan keluhan pandangan kabur
7) Darah tinggi ditandai dengan keluhan kaku pada tengkuk
8) Darah tinggi diatasi dengan tidak minum alkohol
9) Darah tinggi diatasi dengan mengurangi stres/banyak pikiran
10) Darah tinggi diatasi dengan merokok
11) Darah tinggi dapat mengakibatkan stroke/kelumpuhan
12) Darah tinggi dapat mengakibatkan penyakit ginjal

Program Spesialis Keperawatan Komunitas - 2012 2

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


2. Sikap Penderita terhadap Tekanan Darah Tinggi
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check (√) pada jawaban yang Bapak/ Ibu
pilih!
Setuju Tidak
No Pertanyaan
Setuju
1) Penderita tekanan darah tinggi perlu kontrol tekanan darah secara
rutin
2) Kebiasaan berolah raga secara teratur dapat memberikan dampak
yang baik untuk penderita tekanan darah tinggi
3) Kenaikan tekanan darah adalah kodisi yang berbahaya
4) Makan-makanan yang mengandung banyak garam sangat baik
bagi penderita darah tinggi
5) Penderita darah tinggi harus harus mengurangi makan makanan
berlemak
6) Tekanan darah penderita tekanan darah tinggi harus dijaga agar
selalu normal
7) Lansia perlu melakukan pemeriksaan tekanan darah setiap bulan
8) Mengatur berat badan dengan baik/ideal dapat mengurangi
kejadian tekanan darah tinggi
9) Banyak makan buah dan sayur sangat baik bagi penderita darah
tinggi
10) Banyak pikiran tidak perlu diatasi
11) Menurunkan tekanan darah dapat dilakukan dengan tidak minum
alkohol
12) Posbindu dapat digunakan untuk periksa tekanan darah setiap
bulannya

3. Tindakan Kesehatan
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist (√) pada jawaban yang Bapak/ Ibu
pilih!
Tidak
Jarang/
Sering/ Pernah/ pernah
sebagian
No Pertanyaan setiap sedikit /tidak
besar
waktu waktu sama
waktu
sekali
1) Lansia kontrol tekanan darah
2) Lansia merokok
3) Lansia makan sayur-sayuran
4) Lansia makan buah-buahan

Program Spesialis Keperawatan Komunitas - 2012 3

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013


Tidak
Jarang/
Sering/ Pernah/ pernah
sebagian
No Pertanyaan setiap sedikit /tidak
besar
waktu waktu sama
waktu
sekali
5) Lansia makan makanan berlemak
(bersantan, mentega, minyak goreng)
6) Lansia makan makanan yang mengandung
garam
7) Lansia makan makanan yang diawetkan
(seperti sarden, sayur asin)
8) Lansia minum kopi
9) Lansia minum alkohol
10) Lansia berolahraga secara teratur
11) Lansia marah-marah saat stress/banyak
pikiran
12) Lansia bercerita pada keluarga atau teman
saat stress/banyak pikiran

Program Spesialis Keperawatan Komunitas - 2012 4

Salam aktif...., Thomas Aquino, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai