Anda di halaman 1dari 11

A.

Hukum Bernaulli
1. Pengertian
Hukum bernoulli ditemukan oleh Daniel Bernoulli pada tahun 1700an di Swiss. Daniel Bernoulli
merupakan seorang matematikawan yang lahir di Belanda pada tanggal 8 Februari 1700. Daniel Bernoulli
menggunakan dasar matematika untuk merumuskan hukum yang ditemukannya.
Hukum bernoulli adalah sebuah istilah dalam mekanika fluida yang membahas tentang gerak aliran
fluida (zat cair atau zat gas). Hukum bernoulli berbunyi

“bahwa jumlah dari tekanan, energi kinetik persatuan volume dan energi potensial persatuan volume
mempunyai nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis lurus”.

Hukum bernoulli ini menyatakan bahwa tekanan fluida akan berkurang atau menurun jika fluida tersebut
mengalir atau bergerak lebih cepat. Artinya adalah akan ada penurunan energi potensial pada aliran fluida
tersebut. Secara umum, hukum bernoulli terdapat dua bentuk persamaan, yaitu untuk aliran yang tidak
termampatkan (incompressible flow) dan untuk alian yang dapat dimampatkan (compressible flow).
Aliran fluida yang tidak dapat dimampatkan dicirikan dengan tidak adanya perubahan kerapatan massa
(density) pada fluida di aliran tersebut. Contoh-contoh fluida yang memiliki sifat tidak dapat dimampatkan
adalah air, minyak dan lain sebagainya. Aliran fluida yang dapat dimampatkan dicirikan dengan adanya
perubahan kerapatan massa (density) pada fluida di aliran tersebut. Contoh fluida yang dapat dimampatkan
adalah udara.
Terdapat beberapa Asumsi Hukum Bernoulli diantaranya:

 Fluida tidak dapat dimampatkan (incompressible) dan nonviscous.


 Tidak ada kehilangan energi akibat gesekan antara fluida dan dinding pipa.
 Tidak ada energi panas yang ditransfer melintasi batas-batas pipa untuk cairan baik sebagai keuntungan atau
kerugian panas.
 Tidak ada pompa di bagian pipa
 Aliran fluida laminar (bersifat tetap)

2. Rumus Hukum Bernoulli


Keterangan:
P = Tekananal (Pascal)
v = kecepatan (m/s)
p = massa jenis fluida (kg/m^3)
h = ketinggian (m)
g = percepatan gravitasi (9,8 m/s^2)
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:

a. Aliran bersifat tunak (steady state)


b. Tidak terdapat gesekan

3. Penerapan Hukum Bernoulli


a. Teori Torricelli
Persamaan Bernoulli dapat digunakan untuk menentukan kecepatan zat cair yang keluar dari lubang pada
dinding tabung. Dengan menganggap diameter tabung lebih besar dibandingkan diameter lubang, maka
permukaan zat cair pada tabung turun perlahan-lahan, sehingga kecepatanv1 dapat dianggap nol seperti
ditunjukkan gambar di bawah ini:

Titik 1 (permukaan) dan titik 2 (lubang) terbuka terhadap udara sehingga tekanan pada kedua titik sama
dengan tekanan atmosfer, P1 = P2 sehingga persamaan Bernoulli dinyatakan (Haryadi, 2009:162):

½ ρv22 + ρgh2 = 0 + ρgh1


½ ρv22 = ρg(h1 – h2)
v = √2g (h1 – h2) = √2gh

Persamaan di atas disebut teori Torricelli, yang menyatakan bahwa kecepatan aliran zat cair pada lubang
sama dengan kecepatan benda yang jatuh bebas dari ketinggian yang sama.
b. Venturimeter
Venturimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran zat cair dalam pipa. Zat cair
dengan massa jenis ρ mengalir melalui pipa yang luas penampangnya A1. Sedangkan, pada pipa yang sempit
dengan luas penampang A2.

Berdasarkan gambar di atas dari persamaan kontinuitas pada titik 1 dan 2 dapat dinyatakan:

A1v1 = A2v2
v2 = (A1v1)/A2

Berdasarkan persamaan Bernoulli, berlaku (Haryadi, 2009:163):

P1 + ½ ρv12 + ρgh1 = P2 + ½ ρv22 + ρgh2


Karena h1 = h2, maka:
P1 + ½ ρv12 = P2 + ½ ρv22

Jika persamaan v2 disubtitusikan maka akan dihasilkan:

P1 + ½ ρv12 = P2 + ½ ρ(A1/A2)2 v12


P1 – P2 = P2 + ½ ρv12[(A12 – A22)/A22

Berdasarkan persamaan tekanan hidrostatik, pada manometer berlaku:


PA = P1 + ρgh1
PB = P2 + ρg(h1 – h) + ρ’gh

Titik A dan B berada pada satu bidang mendatar, maka berlaku Hukum Pokok Hidrostatika.

PA = P B
P1 + ρgh1 = P2 + ρg(h1 – h) + ρ’gh
P1 = P2 – ρgh + ρ’gh
P1 – P2 = ρ’gh – ρgh
P1 – P2 = (ρ’ – ρ) gh

Dari persamaan di atas, diperoleh:

½ ρv12[(A12 – A22)/A22 = (ρ’ – ρ) gh

Sehingga:

v1 = A2 √[2(ρ’ – ρ) gh]/ 2[(A12 – A22)/A22]

Keterangan :
v1 = laju aliran fluida pada pipa besar (m/s)
A1 = luas penampang pipa besar (m2)
A2 = luas penampang pipa kecil (m2)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
ρ’ = massa jenis fluida dalam manometer (kg/m3)
h = selisih tinggi permukaan fluida pada manometer (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

Untuk venturimeter tanpa dilengkapi manometer pada prinsipnya sama, tabung manometer diganti dengan
pipa pengukur beda tekanan seperti gambar di bawah ini (Haryadi, 2009:163).

Sehingga didapatkan persamaan:

P1 – P2 = ½ ρ(v22 – v12)

dengan memasukkan v2 = (A1v1)/A2 maka diperoleh persamaan sebagai berikut:

Berdasarkan persamaan tekanan hidrostatik, maka tekanan pada titik 1 dan 2 adalah:

P1 = Po + ρgh
P2 = Po + ρgh

Selisih tekanan pada kedua penampang adalah:

P1 – P2 = ρg (h1 – h2) = ρgh

Dengan menggabungkan kedua persamaan yang melibatkan perbedaan tekanan tersebut diperoleh kelajuan
aliran fluida:
Keterangan:
v1 = laju aliran fluida pada pipa besar (m/s)
A1 = luas penampang pipa besar (m2)
A2 = luas penampang pipa kecil (m2)
h = selisih tinggi permukaan fluida pada manometer (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
B. Gaya Angkat Pesawat Terbang
Pesawat terbang dapat terangkat ke udara karena kelajuan udara yang melalui sayap
pesawat. Penampang sayap pesawat terbang mempunyai bagian belakang yang lebih tajam dan sisi bagian atas
yang lebih melengkung daripada sisi bagian bawahnya.

Daya angkat dinamik adalah gaya yang beraksi pada sebuah benda, seperti sayap kapal terbang, rotor
helikopter, hidrofil, karena geraknya melalui suatu fluida. Sudut serangan (angel of attack) sayap menyebabkan
udara menyimpang ke bawah. Dari hukum Newton ketiga maka reaksi gaya sayap yang mengarah ke bawah ini
pada udara adalah sebuah gaya F yang arahnya ke atas, yakni daya angkat tersebut yang dikerahkan oleh udara
pada sayap.
Pola garis-garis ars adalah konsisten.
Di atas sayap garis-garis arus adalah lebih dekat satu sama lain daripada di bawah sayap. Jadi v1 > v2 dan
dari prinsip Bernoulli P1 < P2 yang harus benar supaya ada daya angkat. (Resnick, 1985: 590).

C. Alat Penyemprot

Ketika pompa penyemprot ditekan maka aliran udara pada pipa akan meningkat sehingga tekanan
pada pipa tersebut juga akan rendah. Akibatnya akan terjadi perbedaan tekanan antara diruang pipa dan
diruang tandon tempat cairan sehingga cairan di dalam tandon akan naik ke atas menuju ke bagian pipa.
D. Karbulator Kendaraan

Pada karburator terdapat ruang venturi (bagian yang menyempit), bila udara melewati ruang venturi
maka kecepatan laju udara akan meningkat sehingga tekanan udara pada ruang venturi akan menjadi rendah.
Karena adanya perbedaan tekanan, maka bahan bakar akan keluar melalui nosel jet ke ruang venturi.

E. Hukum Archimedes
a. Pengertian
Hukum archimedes ditemukan oleh Archimedes. Archimedes berasal dari Yunani pada tahun 187-212
SM yan merupakan seorang penemu dan ahli matematika, terkenal dengan penemu huku hidrostika atau yang
sering disebut dengan Huku Archimedes.
Ketika kita sedang berjalan atau berlari didalam air, tentu akan merasakan jika langkah kita sangat berat
apabila dibandingkan dengan kita melangkah di permukaan tanah. Gejalan ini penyebabnya karena terdapat
tekanan dari zat cair. Pengamatan itu memunculkan suatu hukum yang dikenal dengan Hukum Archimedes, yakni:
“Jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan mendapat gaya yang
disebut dengan gaya apung (gaya ke atas) sebesar berat zat cair yang dipindahkannya”.
Terdapatnya gaya apung, berat sebuah benda dalam zat cair akan berkurang. Benda yang diangkat dalam
zat cair akan terasa lebih ringan daripada diangkat di darat. Jadi, sangat jelas jika berat benda seakan berkurang
apabila benda dimasukkan ke dalam air. Hal ini karena adanya gaya ke atas yang ditimbulkan oleh air dan diterima
benda. Dengan demikian maka resultan gaya antara gaya berat dengan gaya ke atas adalah berat benda dalam air.
Lalu berat disebut dengan berat semu yaitu berat benda tidak sebenarnya karena benda berada dalam zat cair.
Benda dalam air diberi simbol WS. Hubungan antara berat benda di udara (W), gaya keatas (Fa) dan berat semu
(Ws) adalah:
Ws = W-Fa
Keterangan:
Ws = berat benda dalam zat cair (Kg .m/s2)
W = Berat benda sebenarnya (Kg.m/s2)
Fa = Gaya apung (N)
Dan besarnya gaya apung (Fa) dirumuskan seperti dibawah ini:
Fa = ρcair Vb g
Keterangan:
Vb = volume benda yang tercelup (m3)
ρcair = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

B. Benda Dalam Arcimedes


Bila benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka ada 3 kemungkinan yang terjadi yaitu tenggelam,
melayang, dan terapung.
1. Benda Tenggelam
Benda disebut tenggelam dalam zat cair apabila posisi benda selalu terletak pada dasar tempat zat cair
berada
Pada benda tenggelam terdapat tiga gaya yaitu :
W = gaya berat benda
Fa = gaya archimedes
N = gaya normal bidang

Saat massa jenis benda lebih besar daripada masas jenis zat cair (ρb > ρc), maka benda akan tenggelam
dan berada di dasar bejana. Berlaku:

FA = Wu – Wc
Dengan :

 FA = gaya apung (N)


 Wu = berat benda di udara/ berat sebenarnya (N)
 WC = berat benda dalam zat cair
 (N) g = gravitasi (m/s2) Wu > Wc

Karena berata benda merupakan hasil kali massa dengan gravitasi, maka diperoleh :

ρc.Vb = mu – mc
Dengan :

 ρc = massa jenis zat cair (kg/m3)


 mu = massa benda di udara (kg)
 mc = massa seolah-olah benda dalam zat cair (kg)
 Vb = volume benda (m3)
Dalam keadaan seimbang maka
W = N + Fa
sehingga :
W > Fa
m . g > ρZC . Vb . g
ρb . Vb . g > ρZC . Vb . g
ρb > ρzc
ρb = massa jenis benda
ρZC = massa jenis zat cair

2. Benda Melayang
Benda melayang dalam zat cair apabila posisi benda di bawah permukaan zat cair dan di atas dasar
tempat zat cair berada.
Benda akan melayang apabila massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair (ρb = ρc). Benda
melayang akan berada di antara permukaan zat car dan dasar bejana.

Karena massa jenis benda dan zat cair sama, maka berlaku :

FA = ρc.Vb.g = ρb.Vb.g

Dengan :

 FA = gaya apung
 (N) ρc = massa jenis zat cair (kg/m3)
 ρb = massa jenis benda (kg/m3)
 Vb = volume benda (m3)
 g = gravitasi (m/s2)
Pada benda melayang terdapat dua gaya yaitu: Fa dan W. Dalam keadaan seimbang maka

W = Fa
ρb . Vb . g = ρZC . Vb . g
ρb = ρzc

3. Benda Mengapung
Benda akan mengapung apabila massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair (ρb < ρc).
Saat benda terapung maka hanya sebagian volume benda yang tercelup ke dalam zat cair, sedangkan sebagian lagi
dalam keadaan mengapung. Volume total benda sejumlah dari volume benda yang tercelup ditambah dengan
volume benda yang mengapung.

Vb = V’ + V”FA = ρc.V”.g
Dengan :

 V’ = volume benda yang terapung (m3)


 V” = volume benda yang tercelup (m3)
 Vb = volume benda keseluruhan (m3)
 FA = gaya apung
 (N) ρc = massa jenis zat cair (kg/m3)
 g = gravitasi (m/s2)
Jika sistem dalam keadaan setimbang, maka berlaku :
> FA = W
> ρc.V”.g = ρb.Vb.g ρc.V” = ρb.Vb
Dengan :
ρb = massa jenis benda (kg/m3).
A. Penerapan Hukum Arcimedes
 Penerapan Pada Hidrometer
Hidrometer merupakan alat untuk mengukur berat jenis atau massa jenis zat cair. Jika hidrometer
dicelupkan ke dalam zat cair, sebagian alat tersebut akan tenggelam. Makin besar massa jenis zat cair, Makin
sedikit bagian hidrometer yang tenggelam. Hidrometer banyak digunakan untuk mengetahui besar kandungan air
pada bir atau susu.

Hidrometer terbuat dari tabung kaca. Supaya tabung kaca terapung tegak dalam zat cair, bagian bawah
tabung dibebani dengan butiran timbal. Diameter bagian bawah tabung kaca dibuat lebih besar supaya volume zat
cair yang dipindahkan hidrometer lebih besar. Dengan demikian, dihasilkan gaya ke atas yang lebih besar dan
hidrometer dapat mengapung di dalam zat cair.

Tangkai tabung kaca hidrometer didesain supaya perubahan kecil dalam berat benda yang dipindahkan
(sama artinya dengan perubahan kecil dalam massa jenis zat cair) menghasilkan perubahan besar pada kedalaman
tangki yang tercelup di dalam zat cair. Artinya perbedaan bacaan pada skala untuk berbagai jenis zat cair menjadi
lebih jelas.
 Penerapan Pada Jembatan Pohon
Jembatan ponton adalah kumpulan drum-drum kosong yang berjajar sehingga menyerupai jembatan.
Jembatan ponton merupakan jembatan yang dibuat berdasarkan prinsip benda terapung. Drumdrum tersebut harus
tertutup rapat sehingga tidak ada air yang masuk ke dalamnya. Jembatan ponton digunakan untuk keperluan
darurat. Apabila air pasang, jembatan naik. Jika air surut, maka jembatan turun. Jadi, tinggi rendahnya jembatan
ponton mengikuti pasang surutnya air.
 Penerapan Pada Kapal Selam

Pada dasarnya prinsip kerja kapal selam dan galangan kapal sama. Jika kapal akan menyelam, maka air
laut dimasukkan ke dalam ruang cadangan sehingga berat kapal bertambah. Pengaturan banyak sedikitnya air laut
yang dimasukkan, menyebabkan kapal selam dapat menyelam pada kedalaman yang dikehendaki. Jika akan
mengapung, maka air laut dikeluarkan dari ruang cadangan. Berdasarkan konsep tekanan hidrostastis, kapal selam
mempunyai batasan tertentu dalam menyelam. Jika kapal menyelam terlalu dalam, maka kapal bisa hancur karena
tekanan hidrostatisnya terlalu besar.

Untuk memperbaiki kerusakan kapal bagian bawah, digunakan galangan kapal. Jika kapal akan
diperbaiki, galangan kapal ditenggelamkan dan kapal dimasukkan. Setelah itu galangan diapungkan. Galangan
ditenggelamkan dan diapungkan dengan cara memasukkan dan mengeluarkan air laut pada ruang cadangan.

 Penerapan Pada Balon Udara

Balon gas ini dapat melayang karena di dalam balon tersebut berisi gas hydrogen atau helium. Massa
jenis hydrogen atau helium ini lebih ringan dibanding dengan udara. Balon udara ini dapat melayang karena berisi
gas yang memiliki massa jenis labih kecil dari massa jenis udara.
Gas dalam balon gas ini adalah udara panas. Jadi, saat seseorang ingin balon gasnya naik, maka ia harus
menambahkan udara panas ke dalam balon. Apabila balon udara sudah mencapai ketinggian yang diinginkan,
maka ia dapat mengurangi udara panasnya hingga berat balon sama besarnya dengan gaya ke atas. Jika balon
gasnya akan diturunkan, maka udara panas harus dikurangi agar berat benda menjaid lebih besar dari gaya ke atas.
Dengan demikian, sifat dari balon gas tersebut sama dengan zat cair.

 Penerapan Pada Kapal


Agar kapal laut tidak tenggelam badan kapal harus dibuat berongga. hal ini bertujuan agar volume air
laut yang dipindahkan oleh badan kapal menjadi lebih besar. Berdasarkan persamaan besarnya gaya apung
sebanding dengan volume zat cair yang dipindahkan, sehingga gaya apungnya menjadi sangat besar. Gaya apung
inilah yang mampu melawan berat kapal, sehingga kapal tetap dapat mengapung di permukaan laut.

DAFTAR PUSTAKA

http://fisikaituasyik.weebly.com/hukum-bernaulli.html
http://www.teknik-otomotif.com/2017/12/bunyi-hukum-bernoulli-dan-penerapan.html
http://mempelajari-fisika.blogspot.com/2016/04/hukum-bernoulli-dan-penerapannya.html
http://www.spengetahuan.com/2017/11/pengertian-hukum-archimedes-bunyi-rumus-penerapan-contoh-
soal.html
http://fisikazone.com/hukum-archimedes/
https://www.studiobelajar.com/hukum-archimedes/
http://fismath.com/bunyi-hukum-archimedes-dan-rumus-hukum-archimedes/
http://www.yuksinau.id/hukum-archimedes/
http://kuhaku8.blogspot.co.id/2015/01/penerapan-hukum-archimedes-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai