Anda di halaman 1dari 20

Laporan kasus

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

Disusun oleh:

Alfazri Prasetyo Pulungan 17174060

Rosida Sari 17174048

Pembimbing:
dr.Muhammad Muqsith, Sp.JP-FIHA

BAGIAN/SMF ILMU KARDIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
RSUD MEURAXA BANDA ACEH
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan manusia
dengan akal dan budi, kehidupan yang patut penulis syukuri, keluarga yang mencintai dan
teman-teman yang penuh semangat, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas presentasi kasus ini. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada
nabi besar Muhammad Saw, atas semangat perjuangan dan panutan bagi ummatnya.

Adapun tugas presentasi kasus ini berjudul “Congestive Heart Failure”. Diajukan
Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran
Unaya RSUD Meuraxa – Banda Aceh. Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi tingginya kepada dr. Muhammad Muqsith, Sp. JP-FIHA yang telah meluangkan
waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan penulis terima
dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa
mendatang.

Banda Aceh, 25 Juni 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Jantung merupakan organ yang terpenting dalam sistem sirkulasi tubuh manusia. jantung
berfungsi memompa dan mengedarkan darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh pada setiap saat, baik saat beristirahat maupun saat beraktivitas. Keadaan
dimana jantung tidak lagi mampu memompa darah ke seluruh jaringan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh, walaupun darah balik masih normal disebut gagal jantung.(1)
Gagal jantung kongestif merupakan keadaan dimana gagal jantung kiri dalam jangka
panjang yang diikuti oleh gagal jantung kanan atau sebaliknya. Gejala klinis yang tampak suatu
keadaan dimana penderita mengalami sesak napas disertai gejala – gejala bendungan cairan di
vena jugularis, hepatomegali, splenomegali, asites, dan edema perifer.(1)
Berdasarkan prediksi tahun 1989 di amerika terdapat 3 juta penderita gagal jantung di
Amerika dan bertambah setiap tahunya dengan 400.000 orang. Walupun belum ada angka yang
pasti untuk indonesia, tetapi dengan bertambah majunya fasilitas kesehatan dan pengobatan
dapat diperkirakan jumlah penderita gagal jantung akan bertambah setiap tahunnya.(1)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, Indonesia masih menjadi negara
dengan angka penyakit gagal jantung masih tinggi. Gagal jantung meningkat seiring
bertambahnya usia. Rentang usia paling tinggi terjadi gagal jantung yaitu 65 – 74 tahun yaitu
75% untuk yang terdiagnosa oleh dokter. Ditambah lagi dengan pola perilaku masyarakat yang
tidak sehat seperti kebiasaan merokok menyumbang angka gagal jantung. Di Indonesia
prevalensi gagal jantung yang belum terdiagnosa dokter masih tinggi pada masyarakat dengan
pendidikan rendah.(2)
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. Sanusi

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : laki – laki

Pekerjaan : PNS

Alamat : Dsn Lampu’uk

Suku : Aceh

Agama : Islam

No RM : 02 98 33

Masuk RS : 17 Juni 2018

Tgl Periksa : 18 Juni 2018

2.2 Anamnesis

 Keluhan Utama : Bengkak di kedua tungkai kaki

 Keluhan Tambahan : Sesak nafas

 Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan bengkak pada kedua
tungkai kaki sejak ±1 minggu yang lalu , bengkak juga dirasakan pasien hingga ke perut,
pasien juga mengeluhkan sesak nafas (+), sesak nafas timbul saat posisi berbaring lurus,
sedikit berkurang dengan perubahan posisi duduk tegak. sesak nafas terjadi saat istirahat
dan memberat saat beraktivitas, pasien mengatakan sering bernafas pendek yang berat
saat malam hari dan menyebab kan pasien terbangun dari tidurnya karena sesak nafas dan
tidur harus diganjal dengan 2 bantal (+), pasien juga mengeluhkan jantung berdebar –
debar (+), nyeri dada (-), demam (-), mual – muntah (-), BAK banyak (+), BAB normal .

 Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi (+), Penyakit katup jantung (+) 2 tahun lalu,

DM (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga pasien mengalami keluhan yang sama

 Riwayat Pengunaan Obat : Furosemid, digoxin, simarc

 Riwayat Alergi : Obat (-), Makanan (-)

 Riwayat Kebiasaan Sosial : Pasien bekerja sebagai pengawai negeri sipil dan pasien
memiliki kebiasaan minum kopi setiap hari nya, merokok (-), makan berlemak (+).

2.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : Compos Mentis , GCS E4 V5 M6

Tekanan Darah : 95 / 58 mmHg

Nadi : 110 x/ menit

Frekuensi Pernafasan : 22 x/ menit

Temperatur : 36,8 0C

IMT : TB : 170 cm

BB : 50 kg
17.30 kg/m2 (Underweight)

Pemeriksaan Fisik

Kepala : normocephali (+), rambut mudah rontok (-), rambut

hitam (-), benjolan pada kepala (-)

Mata : konjungtiva anemis (-/-), skelra ikterik (-/-), reflek cahaya


edema palpebra (-/-), reflek direct indirect (+/+),

Telinga : Nyeri tekan tragus (-), secret (-), tanda – tanda radang (-),

Hidung : Deviasi septum nasi (-), secret (-), pembesaran concha (-),

Tenggorokan : Tanda – tanda radang (-), Tonsil (T1/T1), lidah tremor (-),

gigi geligi normal (+),

Leher : pembesaran KGD (-), TVJ ( ↑ ), pembesaran tiroid (-)

deviasi trakea (-)

Pulmo

Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris (+/+), jejas (-),

Spider nevi (-), sikatrik (-), bentuk dada normal (+),

Palpasi : Suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri

Perkusi : Sonor kedua lapang paru (+/+)

Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronki (+ / +), Wheezing (- / -),

Cor

Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat (+)

Palpasi :Iktus cordis teraba pada ICS V linea midclavikularis


sinistra

Perkusi : atas : ICS II parasternal sinistra

kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

kanan : ICS IV linea parasternalis dextra

Auskultasi : Bunyi jantung 1 > bunyi jantung 2, regular (+), Gallop (-),

bising jantung (-).

Abdomen

Inspeksi : distensi ( - ), jejas (-), asites (+), Organomegali (-),

collateral vein (-)

Palpasi : Shifting dullness ( + ), Nyeri tekan ( - )

Perkusi : Timpani ( + )

Auskultasi : Peristaltik usus (+) Normal

Ekstremitas

Superior : Akral Hangat ( + ), Edema ( - ), bengkak sendi (+/+),

Nyeri (+)

Inferior : Akral Hangat (+ ), Edema (+ ), bengkak sendi (+/+),

Nyeri (+) tofus (+/+).


Motorik

Kekuatan Otot : 5555 5555

5555 5555

Reflek Patologis : -/-

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium 17 juni 2018

Jenis 17 juni 2018 Nilai Rujukan


Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.5 g/dl 13.0 – 18.0
Hematokrit 35.5 % 42.0 - 52.0
Eritrosit 4.46 / ul 4.4 – 5.9
Leukosit 6.8 / ul 4.0 – 10.0
Trombosit 188 / ul 150 – 450
MCH 25.8 pg 28.0 – 33.0
MCV 79.6 Fl 80 – 96.0
MCHC 32.4 g / dl 33.0 – 36.0
RDW 53.1 fL 35.0 – 47.0
MPV 9.5 Fl 7.2 – 11.1
Eosinofil 4.0 % 2.0 – 4.0
Basofil 0.4 % 0–1
Neutrofil 60.5 % 40.0 – 70.0
PDW 9.7 Fl 9.0 – 13.0
Limfosit 21.0 % 20.0 – 40.0
Monosit 14.1 % 2.0 – 8.0
KIMIA KLINIK
Glukosa ad random 94 mg/dl 70 – 160
Ureum 59 mg/dl 10-50
Creatinin 1.8 mg/dl 0.6 – 1.1
ELEKTROLIT
Natrium 140 mmol/L 135 – 145
Kalium 4.0 mmol/L 3.6 – 5.1
Clorida 108 mmol/L 95 – 108

18 Juni 2018

Kimia Klinik Hasil Nilai Rujukan


Albumin 3.4 g/dl 3.8 – 5.1

EKG

17 juni 2018
Kesan :

Irama : irreguler, Atrial fibrilasi Rapid Ventricular Response


Rate :107 bpm
Axis : RAD
P :
PR interval :
QRS : 0,08s
Q patologis : (-)
T inverted :
ST elevasi/ depresi : (-)
LVH : (-)
RVH : (-)
Infark : (-),
Kesimpulan : Atrial Fibrilasi Rapid Ventricular Response
Right Axis Deviation

Radiologi 17 juni 2018

Rontgen Thorax AP
Kesimpulan : Cor membesar kearah lateral kiri

Diafragma normal

Kesan : Cardiomegali >50% dengan Oedema paru

2.5 Diagnosis

Diagnosis Kerja :

CHF NYHA III + AFRVR

Diagnosa Penyakit dalam :

Gout Arthritis
2.6 Tatalaksana

- IVFD RL (asnet)

- Inj Furosemid 1x40mg (PO)

- Spironolacton 1 x 25mg (PO)

- Digoxin 1 x 0.25mg (PO)

- Ramipril 1 x 5mg (PO)

-Simarc 1x2 mg (PO)

-Recolfar 4x0,5mg (PO)


BAB III
ANALISA KASUS

3.1. Definisi
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang komplek dimana seorang pasien harus
memiliki tampilan berupa : gejala gagal jantung ( nafas pendek yang atipikal saat istirahat atau
saat melakukan aktivitas disertai / tidak kelelahan ), tanda resistensi cairan (kongestive paru atau
edema pergelangan kaki), adanya bukti objektif dari gangguan struktur dan fungsi jantung saat
istirahat, kardiomegali, suara jantung ketiga, mumur jantung, abnormalitas dalam gambaran
ekokardiografi, kenaikan konsentrasi peptida natriuretik. Pada kasus didapatkan pasien dengan
gejala saat istirahat atau saat melakukan aktivitas, ), tanda resistensi cairan berupa edema pada
pergelangan kaki, bukti objektif berupa kardiomegali, serta tanda khas berupa ronki paru dan
peningkatan JVP.

2. Etiologi
Hipertensi menyebabkan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri yang dihubungkan dengan
terjadinya disfungsi diastolik dan meningkatkan resiko gagal jantung. Apabila hipertrofi yang
terjadi telah diluar batas fisiologis peningkatan kontraksi jantung maka kontraksi jantung justru
akan berkurang/melemah, ditambah dengan peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung karena
hipertrofi menyebabkan pertambahan massa otot jantung. Jadi, respon kompensatorik sirkulasi
yang pada awalnya memberikan keuntungan dalam mempertahankan curah jantung, pada
akhirnya justru meningkatkan kerja jantung dan menyebabkan gagal jantungxxxxx
Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal dengan aktivitas
listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Hal ini mengakibatkan atrium bekerja terus
menerus menghantarkan impuls ke nodus AV (atrioventrikuler) sehingga respon ventrikel
menjadi ireguler.
Pada pasien didapatkan faktor resiko adalah hipertensi yang sudah terjadi dua tahun, dan
atrial fibrilasi, usia, jenis kelamin.
3 Patofisiologis

4. Kriteria Diagnosis

Kriteria Framingham

Mayor Pasien Minor Pasien


Paroxysmal nocturnal dyspnea + Batuk malam hari +
Distensi Vena Jugularis + Efusi Pleura +
Rales + Takikardi -
Acute pulmonary edema + Edema ektremitas bawah +
Hepatojugular refluks - Penurunan kapasitas paru
S3 Gallop -
Cardiomegali +
BB berkurang 4,5 kg dalam 5 hari +
setelah diberikan terapi CHF

Klafisikasi berdasarkan kelainan struktural jantung


Klasifikasi
Stadium A
Memiliki resiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal jantung. Tidak terdapat gangguan
structural atau fungsional jantung, tidak terdapat tanda ataupun gejala.
Stadium B
Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang berhubungan dengan perkembangan gagal
jantung, tidak terdapat tanda dan gejala.
Stadium C
Gagal jantung yang simtomatik berhubungan dengan penyakit structural jantung yang
mendasari.
Stadium D
Penyakit jantung structural lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat bermakna saat
istirahat walaupun sudah mendapat terapi medis maksimal.
Klasifikasi berdasarkan kapasitas fungsional (NYHA)

Klasifikasi (NYHA) Pasien


Kelas I
Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari-
hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi, atau sesak nafas.
Kelas II
Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, namun
aktivitas fisik sehari - hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak.
Kelas III
Terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, +
tetapi aktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak
Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas.

5. Diagnosis
6. Terapi
Terapi Non-farmakologi PERKI
- Manajemen perawatan mandiri
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan pengobatan gagal
jantung dapat memberi dampak bermakna perbaikan gejala gagal jantung, kapasitas
fungsional, kualitias hidup, morbiditas, dan prognosis. Manajemen perawatan mandiri
didefinisikan sebagai tindakan – tindakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik,
menghindari perilaku yang memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan
gagal jantung.
- Ketaatan pasien berobat
Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas , mortalitas dan kualitas hidup pasien.
Berdasarkan literature, hanya 20-60% pasien yang taat pada terapi farmakologi maupun
non-farmakologi.
- Memantauan berat badan
Pasien harus memantau berat badan rutin tiap hari, jika terdapat kenaikan berat badan > 2
kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretic atas pemantauan dokter. (kelas 1 ,
tingkatan bukti C)
- Asupan cairan
Resistensi cairan 1,5 – 2 liter / hari dipertimbangkan terutama pada pasien dengan gejala
berat yang disertai hiponatremia. Resistensi cairan rutin pada semua pasien dengan gejala
ringan sampai dengan tidak memberikan keuntungan klinis.
- Penurunan berat badan
Penurunan berat badan pada pasien obesitas (IMT >30 kg/m2) dengan gagal jantung
dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi gejala dan
meningkatkan kualitas hidup.
- Kehilangan berat badan tanpa rencana
Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai pada gagal jantung berat. Kaheksia
jantung ( cardio
Seorang pasien S, laki – laki berusia 52 tahun bekerja sebagai PNS di sebuah instansi
pemerintahan, dengan riwayat terdiagnosis Hipertensi 2 tahun lalu . Pada pasien didapatkan
adanya faktor resiko yaitu usia 52 tahun dimana memasuki usia rentan penyakit jantung dan
gender yang mana penyakit jantung lebih banyak pada laki – laki.
Keadaan pada pasien sesuai dengan faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit
jantung menurut Centers for Disease Control and Prevention yaitu kondisi kesehatan yang
mengalami sakit seperti : tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes mellitus. Gaya
hidup seperti : konsumsi garam berlebih, aktivitas fisik kurang, obesitas, penggunaan alkohol,
dan merokok. Faktor keturunan dan faktor lain yang memungkin terjadinya penyakit jantung
yaitu usia, gender, dan ras.
Pasien datang dengan keluhan kaki membengkak sejak 1 minggu lalu bengkak di rasakan
sampai ke perut di sertai rasa sesak nafas, sesak juga sering dirasakan saat malam hari, pasien
juga sering terbangun tengah malam dan susah untuk tidur kembali. Pasien mengeluhkan mudah
lelah dan sesak berat dengan beraktivitas ringan. Batuk dirasakan pada malam hari. Kaki
bengkak juga dikeluhkan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya vena jugularis distensi,
Ronkhi basah halus, edema ekstremitas inferior.
Gejala dan tanda klinis pada pasien sesuai dengan diagnosa gagal jantung kongestif /
Congestive heart failure (CHF) berdasarkan kriteria frimingham, apabila terdapat 2 kriteria
mayor atau 1 mayor dan 2 minor maka gagal jantung dapat ditegakkan diagnosisnya. Kriteria
mayor meliputi paroxysmal nocturnal dispnea, penurunan berat badan 4,5 kg dalam 5 hari dalam
pengobatannya, vena jugularis distensi edema paru akut, hepatojugular refluks, kardiomegali
radiografi, edema paru, kongesti viseral, atau kardiomegali di otopsi. Kriteria minor yaitu batuk
malam hari dispnea saat aktivitas biasa, penurunan kapasitas vital, efusi pleura, takikardia
(tingkat 120 bpm), dan bilateral pergelangan kaki edema.(3)
Gagal jantung yang dialami pasien menyebabkan adanya pembatasan terhadap aktivitas
fisik yang selama ini pasien lakukan. Pembatasan dirasakan saat aktivitas rutin pasien maupun
aktivitas ringan seperti ke kamar mandi. Namun saat istirahat keluhan tidak dirasakan. Keadaan
keterbatasan aktivitas pada pasien dapat dimasukkan kedalam klasifikasi The New York Heart
Association (NYHA). Sistem klasifikasi ini mengkategorikan gagal jantung pada skala I sampai
IV, sebagai berikut: kelas I: Tidak ada pembatasan aktivitas fisik, kelas II: pembatasan Sedikit
aktivitas fisik, kelas III: Ditandai pembatasan aktivitas fisik, kelas IV: Gejala terjadi bahkan pada
saat istirahat; ketidaknyamanan dengan aktivitas fisik. Terjadinya pembatasan aktivitas
dikarenakan jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
sistemik, sehingga apabila adanya peningkatan aktivitas akan menyebabkan peningkatan
metabolisme anaerob dan terjadinya asidosis metabolik, ATP berkurang dan dapat menyebabkan
sesak dan mudah lelah.(4)
Vital sign pasien S didapatkan adanya tekanan darah : 95/58 mmHg, nadi 110 x/menit,
pernafasan 22x/menit, 36,8 0C. Hal ini sesuai dengan teori, pasien dengan gagal jantung
kongestif dimana tekanan darah dapat normal maupun rendah dengan perburukan fungsi jantung.
Nadi dapat normal maupun tinggi pada gagal jantung berat.
Pada pasien S dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dengan hasil hemoglobin normal,
hematokrik normal, Elektrolit darah dalam rentang normal. Pemeriksaan rontgen thorax yang
dilakukan terdapat adanya kardiomegali dan edema paru. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan pada pasien dengan gagal jantung akan mengalami kadiomegali. Terjadinya
kardiomegali disebabkan adanya kompensasi yang lama terhadap peningkatan beban kerja
jantung dalam waktu lama.(4,5)
Pasien diberikan obat dari golongan diuretik yaitu furosemid 1x40 mg , spironolakton
1x12,5 mg, digoksin 1x 0,25 mg, Hal ini sesuai dengan teori dimana tujuan dari pengobatan
gagal jantung yaitu mengurangi kerja beban awal (preload) dengan pembatasan cairan,
pemberian diuretika dari golongan loop diuretik (furosemid) dapat dikombinasikan dengan
antagonis aldosteron ‘spironolakton’ dapat memperkuat kerja diuretika lain, pilihan awal untuk
vasodilator yaitu ACE-I (captopril, ramipril), golongan nitrat long acting seperti ISDN dan
hidralazin sebagai penguran beban akhir (afterload). Untuk meningkatkan kontrkatilitas
miokard, dapat digunakan obat golongan inotropik yaitu preparat digitalis (digoksin). Untuk
keluhan Gout Arthritis diberikan Recolfar untuk mengurangi gejala radang dari serangan asam
urat (1)
BAB IV

KESIMPULAN

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme tubuh. Gagal jantung kronik dapat didefinisikan
sebagai sindrom (kumpulan gejala) klinis yang komplek dengan gejala klinis yang tampak suatu
keadaan dimana penderita mengalami sesak napas disertai gejala – gejala bendungan cairan di
vena jugularis, hepatomegali, splenomegali, asites, dan edema perifer.
Untuk menegakan diagnosa gagal jantung kongestif / Congestive heart failure (CHF)
berdasarkan kriteria frimingham, apabila terdapat 2 kriteria mayor atau 1 mayor dan 2 minor
maka gagal jantung dapat ditegakkan diagnosisnya, tujuan dari pengobatan gagal jantung yaitu
mengurangi kerja beban awal (preload) dengan pembatasan cairan, pemberian obat golongan
diuretik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sitompul B, Sugeng JI. Gagal Jantung. In Rilantono LI, Baras F, karo SK, editors. Buku
Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008. p. 115.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset
Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.
3. Gopal, Murarilikhsna; Karnath, Bernath MD. Clinical Diagnosis of Heart Failure. Hospital
Physichian. 2009 November: p. 9-15.
4. Siswanto, Bambang Budi; Hersunarti, nani; Erwinanto; Barack, Rosana. Pedoman
Tatalaksana Gagal Jantung. 1st ed. Jakarta: PERKI; 2015.
5. Prince S, Wilson L. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit Jakarta: EGC;
2005.

Anda mungkin juga menyukai