Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa ditarik ke
belakang, bisa dikarenakan keadaan sejak lahir atau karena patologi. Pada usia
bayi glan penis dan prepusium terjadi adesi sehingga lengket jika terdapat luka
pada bagian ini maka akan terjadi perlengketan dan terjadi Phimosis biasanya
pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan tersebut akan kembali seperti
normal dengan bertambahnya umur dan produksi hormon.
Beberapa penelitian mengatakan kejadian Phimosis saat lahir hanya 4% bayi
yang preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis
terlihat utuh. Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan
itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik penuh.
Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10
tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok
terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila
tidak ditangani.
Bila Phimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada ballooning
maka sisa-sisa urin mudah terjebak pada bagian dalam preputium dan lembah
tersebut kandungan glukosa pada urine menjadi ladang subur bagi pertumbuhan
bakteri, maka berakibat terjadi infeksi saluran kemih (UTI).
Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bahwa anak yang tidak
disirkumsisi memiliki resiko menderita UTI 10-20 kali lebih tinggi. Tahun 1993,
dituliskan review bahwa resiko terjadi sebesar 12 kali lipat. Tahun 1999 dalam
salah satu bagian dari pernyataan AAP tentang sirkumsisi disebutkan bahwa dari
100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak sirkumsisi menderita sedang
hanya 1-2 anak pada kelompok yang disirkumsisi. Dua laporkan jurnal tahun
2001 dan 2005 mendukung bahwa sirkumsisi dibawah resiko UTI.

1
B. Pengertian
Phimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga
menyebabkan bayi atau anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar
sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi atau anak sering
menangis keras sebelum urine keluar.
Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium penis yang tidak dapat
diretaksi ke proximal sampai ke korona glandis. Phimosis dialami oleh sebagian
besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara prepusium dengan glans
penis dan juga terjadi karena ruang di antara kulup dan penis tidak berkembang
dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis,
sehingga sulit ditarik ke arah pangkal.
Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang
dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul didalam preputium dan
perlahan-lahan memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi
secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium
menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.

C. Klasifikasi
1) Primer
Memang terdapat sumbatan, bawaan dari lahir (alamiah).
2) Sekunder
Penarikan berlebihan didapat karena kebersihan tidak bagus, kotoran-kotorannya
menyumbat (patologis).

D. Patofisiologi
Phimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi
alamiah antara preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis
tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel preputium
(smegma) mengumpul didalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan
preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat

2
preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan
dapat ditarik ke proksimal.
Phimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara
kulup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup
menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal.
Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi
atau benturan.
Pada bayi, preputium normalnya melekat pada glans tapi sekresi materi
subaseum kental secara bertahap melonggarkannya. Menjelang umur 5 tahun,
preputium dapat ditarik ke atas glans penis tanpa kesulitan atau paksaan. Tapi
karena adanya komplikasi sirkumsisi, dimana terlalu banyak prepusium
tertinggal, atau bisa sekunder terhadap infeksi yng timbul di bawah prepusium
yang berlebihan. Sehingga pada akhirnya, prepusium menjadi melekat dan
fibrotik kronis di bawah prepusium dan mencegah retraksi.

E. Manifestasi Klinis
1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin
2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat
mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal
tersebut disebabkan oleh karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan
dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar
melalui muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa
sakit.
4. Kulit penis tak bisa ditarik kea rah pangkal ketikaakan dibersihkan.
5. Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang
memancar dengan arah yang tidak dapat diduga.
6. Bisa juga disertai demam.
7. Iritasi pada penis.

F. Etiologi
1. Konginetal (Phimosis fisiologis)

3
Phimosis kongenital (phimosis fisiologis) timbul sejak lahir, sebenarnya
merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja.
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke
belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta
diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan terjadi proses keratinisasi
lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan dalam
preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan penis. Suatu
penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit preputiumnya
dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada
saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih
mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain
mendapatkan hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang
seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.

2. Phimosis didapat (Phimosis patologik, Phimosis yang sebenarnya, true


fimosis)
Timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (hygiene)
alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan preputium
(balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan preputium (forceful
retraction) pada phimosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan
jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian preputium yang membuka.

G. Komplikasi
1. Ketidaknyamanan atau nyeri saat berkemih
2. Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena
infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
3. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
4. Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri
dan pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.
5. Pembengkakan atau radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis.
6. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian
menimbulkan kerusakan pada ginjal.
7. Phimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker penis.

4
Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan :
1. Infeksi gland penis
2. Infeksi prepusium
3. Infeksi prepusium & Infeksi gland penis

H. Pemeriksaan Diagnostic
Sampai saat ini tidak ada pemeriksaa penunjang untuk phimosis.

I. Penatalaksanaan
1. Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan, karena dapat
menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sehingga
akan terbentuk phimosis sekunder.
2. Phimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep
dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3/4 kali, dan diharapkan setelah 6
minggu pemberian prepusium dapat diretraksi spontan.
3. Phimosis dengan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada
saat miksi atau infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan
sirkumsisi, dimana pada phimosis disertai balanitis atau postitis harus
diberikan antibiotika terlebih dahulu.
4. Perawatan Rutin.
5. Kebersihan penis
Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan
berbaring dengan popok basah untuk waktu yang lama.
6. Phimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi
obstruksi terhadap aliran keluar.
7. Sirkumsisi
Pada pembedahan ini, kelebihan kutup diangkat. Digunakan jahitan catgut
untuk mempertemukan kulit dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah.
8. Perawatan Pra Bedah Rutin
9. Perawatan Pasca Bedah
Pembedahan ini bukan tanpa komplikasi dan Observasi termasuk adanya
perdarahan. Pembalut diangkat jika basah dengan urin dan lap panggul

5
berguna untuk membersihkan penis dan mendorong terjadinya penyembuhan.
Popok perlu sering diganti.
10. Komplikasi yang terjadi termasuk ulserasi meatus. Ini terjadi sebagai akibat
amonia yang membakar epithelium glans. Untuk menimbulkan nyeri pada
saat berkemih kadang-kadang adanya perkembangan perdarahan dan retensi
urin. Ulserasi meatus dapat menimbulkan stenosis meatus. Hal ini dapat
diterapi dengan meatotomi dan dilatasi.
11. Bimbingan bagi orang tua.
Instruksi yang jelas harus diberikan pada orang tua jika bayi atau anak siap
untuk pulang kerumah. Ini termasuk hygiene dari daerah dan pengenalan
setiap komplikasi. Mereka juga harus diberikan pedoman untuk pencegahan
dermatitis amonia dan jika hal ini terjadi bagaimana untuk mengobatinya.
Phimosis didapat (Phimosis patologik, phimosis yang sebenarnya)
timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene)
alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium
(balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful
retraction) pada phimosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan
jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputiurn yang membuka.
Phimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni
kulit preputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni
tidak diimbangi besarnya tubang di ujung preputium. Fenomena ini akan
hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya phimosis patologik, tidak selalu
menunjukkan adanya hambatan (obstruks) air seni. Selama tidak terdapat
hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah (hematuria), atau nyeri
preputium, phimosis bukan merupakan kasus gawat darurat.
Phimosis kongenital seyogyanya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat
alasan agama dan atau sosial untuk disirkumsisi. Hanva diperlukan
penjelasan dan pengertian mengenai fimosis kongenital yang memang
normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta menjaga kebersihan
alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa penarikan kulit

6
preputium secara berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan
kembali kulit preputium ke depan batang penis setiap selesai membersihkan.
Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik kulit preputium
secara berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
luka, phimosis didapat, bahkan paraphimosis. Seiring dengan berjalannya
waktu, perlekatan antara lapis bagian dalam kulit preputium dan glans penis
akan lepas dengan sendirinya. Walaupun demikian, jika phimosis
menyebabkan hambatan aliran air seni, dipertukan tindakan sirkumsisi
(membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah
plastlk lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputiurn
tanpa memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan
sirikumsisi pada anak-anak adalah phimosis patotogik.
Terapi phimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan
dapat berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun.
Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau
balloting kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa
memperhitungkan usia pasien. Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk
memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi komplit dengan
mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama,
periengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri
frenular jika terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk
mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan. Kontraindikasi operasi adalah
infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari penis.
Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid
(0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari Terapi ini tidak dianjurkan
untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat
dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.
Cara menjaga kebersihan pada phimosis :
1. Bokong

7
Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar dengan popok
basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta
mikroorganisme penyebab infeksi air kemih atau tinja, maupun gesekan
dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul gatal-gatal dan merah di
sekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya, tapi pada beberapa
bayi, gatal-gatal dan merah di bokong cenderung berulang timbul.
Tindak pencegahan yang penting ialah mempertahankan area ini tetap
kering dan bersih. Tindakan yang sebaiknya dilakukan:
1. Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau
bepergian.
2. Jangan ganti-ganti merek diapers. Gunakan hanya satu merek yang
cocok untuk bayi anda.
3. Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers,
kendurkan bagian paha untuk ventilasi dan seringlah menggantinya
(tiap kali ia habis buang air kecil atau besar).
4. Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika
perlu, biarkan ia tidur dengan bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan
cukup hangat sehingga ia tak kedinginan.
5. Jika peradangan kulit karena popok pada bayi Anda tak membaik
dalam 1-2 hari atau bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi
dokter.

2. Penis
a) Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat,
menggunakan kasa. Membersihkannya sampai selangkang. Jangan
digosok-gosok. Cukup diusap dari atas ke bawah, dengan cara satu
arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
b) Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak
iritasi.
c) Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak
karena bisa menyebabkan iritasi.
J. WOC

8
Congenital pathologic

Perlengketan gland penis


hygiene buruk
dengan prepusium

prepusium susah ditarik


ke belakang

penarikan berlbihan
(forcefull retraction)

Lesi
radang
(pembentukan jaringan ikat/fibrosis)

Gangguan rasa
Resiko tinggi terhadap
Gangguan eliminasi nyaman nyeri
infeksi
nyaman nyeri
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK
PHIMOSIS

A. Pengkajian Keperawatan
Pada pasien phimosis, penis memiliki ukuran yang jauh dibawah rata-rata,
anak susah berkemih kadang-kadang sampai kulit prepusium menggelembung
seperti balon. Bayi atau anak sering menangis keras sebelum urine keluar, apabila
sudah terjadi infeksi dibawah kulit pada penis yang tidak di sunat penis menjadi
nyeri, gatal-gatal, kemerahan dan membengkak serta bisa menyebabkan
penyempitan uretra.
Pengumpulan Data

9
Data dasar yang berhubungan dengan phimosis adalah sebagai berikut:
1. Nyeri saat berkemih
2. Balloning
3. Retensi Urine
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan disusun menurut prioritas masalah adalah sebagai berikut:
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penekanan pada saat
berkemih.
2. Gangguan eliminasi berhubungan dengan retensi urine.
3. Resiko infeksi saluran kemih berhubungan dengan penumpukan smegma di
ujung penis

10
C. Perencanaan Keperawatan

NO Diagnosa Rencana Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional Paraf


Keperawatan Kriteria Hasil

1. Gangguan rasa Tujuan : Mandiri: Mandiri:


Nyeri berkurang atau
nyaman (nyeri) 1. Kaji skala nyeri. 1. Untuk mengetahui tingkat
tidak merasa nyeri pada
berhubungan nyeri pasien sebagai
pasien.
dengan pedoman untuk tindakan
Kriteria hasil:
2. Ajarkan teknik relaksasi
penekanan pada yang harus diberikan.
- Nyeri berkurang
2. Merelaksasikan otot-otot
saat berkemih
atau hilang.
Kolaborasi: sehingga suplai darah ke
- Mengidentifikasi
3. Kolaborasi dengan tim
jaringan terpenuhi.
sumber nyeri.
medis tentang pemberian
- Mengidentifikasi Kolaborasi:
obat.
aktifitas yang 3. Obat (antiplasmadik)
meningkatkan dan untuk merelaksasikan

11
menurunkan nyeri. otot-otot polos.
- Menggambarkan
rasa nyaman dari
orang lain selama
mengalami nyeri.
2. Gangguan Tujuan: Mandiri: Mandiri:
Tidak ada hambatan
eliminasi urine 1. Kaji haluaran urine. 1. Retensi urine dapat terjadi
aliran urine pada pasien.
berhubungan karena adanya sumbatan.
2. Untuk mengetahui output
dengan retensi 2. Perhatikan waktu.
pasien.
urine.
3. Pemahaman urine selama
3. Lakukan dorongan pada
lebih dari 30 menit bisa
pasien untuk berkemih
merusak sel kemih.
bila terasa ada dorongan
3.
Tujuan:
tetapi tidak lebih dari 30
Tidak terjadi infeksi
Resiko infeksi
menit.
saluran kemih. Mandiri:
saluran kemih
Kriteria hasil:
1. Untuk mengetahui
berhubungan Beban dari proses infeksi Mandiri:
tindakan yang harus
dengan nosokomial selama 1. Lihat tanda-tanda infeksi
dilakukan.
penumpukan perawatan.
2. Sirkumsisi mencegah
urine diujung 2. Konsul dengan tim medis
infeksi saluran kemih.
penis. tentang prosedur

12
sirkumsisi.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DK DENGAN PHIMOSIS
DIRUANG KAMBOJA RS. TULUS AYU DENPASAR
TANGGAL 25-27 APRIL 2012

1) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian diambil : 25 April 2012 jam : 08.00
Tgl. MRS : 24 April 2012
Ruangan/kelas : Kamboja/III
No. kamar : 2B
Data Dasar :
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : DK
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 4 Tahun
Status Perkawinan : Belum
Agama : Hindu
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Belum
Pekerjaan :-
Alamat : Kubu, Karangasem
Diagnose medis : Phimosis
B. Data Penanggung jawab
Nama Penanggungjawab : K.T
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 27 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Hindu
Suku Bangsa : Indonesia

14
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kubu, Karangasem
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : nyeri saat buang air kecil
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu pasien mengatakan, pada saat lahir pasien sudah mengalami penis
yang tertutup. Ibu pasien kemudian membawa pulang tanpa
mengobati karena di pikir akan sembuh sendirinya. Ibu pasien
mengatakan sudah diberitahu oleh bidan untuk segera dirujuk ke
dokter ahli.
3. Riwayat keluarga
Ibu pasien mengatakan hanya menggunakan air untuk memandikan
pasien karena masalah ekonomi keluarga.
D. Data Bio Psiko Sosial Spiritual
a. Bernafas
Ibu paien mengatakan bahwa, pasien tidak mengalami kesulitan dalam
bernafas.
b. Makan dan Minum
- Makan
Ibu pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pola makan pasien
- Minum
Ibu pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pola minum pasien
c. Eleminasi BAB/BAK
Keluarga mengatakan, BAB pasien normal, sedangkan dalam BAK
pasien tampak meringis kesakitan. Ibu pasien mengatakan pada saat
BAK, ujung penis pasien menggelembung dan air kencing keluar
perlahan dan gelembung pada penis juga menyusut perlahan.

15
d. Aktivitas
Ibu pasien mengatakan aktivitas bermain pasien kurang akibat nyeri
yang dirasakan saat BAK.
e. Rekreasi
Ibu pasien mengatakan sejak nyeri pasien bertambah parah, pasien
jarang mau untuk diajak keluar.
f. Istirahat tidur
Pasien terbiasa tidur ± 2 – 3 jam pada siang hari dan di malam hari tidur
jam 20.30 – 6.00. Pasien sering terbangun di malam hari karena
mengalami nyeri area kemaluan.
g. Kebersihan diri
Saat pengkajian kondisi pasien terlihat kurang bersih.
h. Suhu tubuh
Menurut ibu pasien, pasien tidak pernah mengalami panas badan. Hanya
meringis sambil memegang kemaluannya saja.
i. Rasa nyaman
Pasien terlihat tidak nyaman dengan keadaannya.
j. Rasa aman
Pasien selalu merasa tenang saat bersama dan jika selalu dekat dengan
kedua orang tuanya.
k. Belajar
Keluarga pasien mengatakan, belum bisa belajar secara efektif karena
masih kecil, apalagi belajar tentang penyakit yang sedang dialami.
l. Prestasi
Pasien belum bersekolah, dan belum mempunyai prestasi dibidang
akademik.
m. Interaksi sosial
Hubungan sosial pasien dengan orang tuanya sangat baik

16
n. Ibadah
Keluarga sering mengajak pasien beribadah ke “Sanggah” dan
khususnya pada hari raya keagamaan.
E. Pengkajian Pisik
a. Kesadaran Umum
1. Kesadaran : CM ( Compos Mentis )
1. Kebersihan : kotor
2. Pergerakan : agak terbatas karena nyeri bagian selangkanggan dan
kemaluan
3. Postur : tegak agak kurus
4. Status gizi : kurang
b. Sistem penglihatan : bentuk mata normal, pergerakan mata
normal, pupil dilatasi, konjung tipa merah
muda, sclera putih, visus 6/6.
c. Sistem pendengaran : bentuk normal, keadaan bersih, pendengaran
normal, serumen tidak ada, kelainan tidak ada.
d. Sistem wicara : mulut bersih, mukosa bibir merah muda,
stomatitis tidak ada, caries tidak ada, tonsil T1
T0 hypertemi negative.
e. Warna kulit : sawo matang
f. Suara waktu menangis cukup melengking dan agak keras
g. Tonus otot : normal
h. Turgor kulit : normal
i. Kepala : bentuk normal, ubun-ubun tertutup, sedikit ketombe
dan rambut rontok
j. Hidung : bentuk normal, sedikit sekret, gerakan cuping hidung
tidak ada, kelainan tidak ada.
k. Leher : bentuk normal, kaku kuduk tidak ada, pembesaran
kelenjar limfa di leher positif.
l. Persyarafan : normal

17
m. Alat kelamin : kebersihan kurang, gelembung di sekitar preputium,
glans penis menyembul sedikit.
n. Anus : bentuk normal, kebersihan cukup, haemoroid tidak
ada.
o. Gejala cardinal : - suhu = 36oC
- nadi = 80 x / menit
- respirasi = 40 x / menit
- Tekanan darah = 100 x/ 75menit
p. Antropometri : - BB = 10 kg
- TB = 75 cm
- LD = 26 cm
- LK = 25 cm
- LL = 10 cm

18
A. Analisis data

ANALISIS DATA ANAK DK DENGAN PHIMOSIS


DIRUANG KAMBOJA RS. TULUS AYU DENPASAR
TANGGAL 25-27 APRIL 2012

NO. DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF MASALAH


KEPERAWATAN
1. Ibu pasien mengatakanPasien terlihat seringGangguan rasa
pasien sering menangis saatmeringis dan rewel jikanyaman (nyeri)
BAK merasa ingin BAK berhubungan dengan
penekanan pada saat
berkemih

Gangguan eliminasi
2. Ibu pasien mengatakan saat- Preputium
urine berhubungan
keluaran kencing pertama menggelembung
dengan retensi urine.
tidak keluar - tekstur elastis
ujung penis mengge-- glans penis terlihat
lembung sedikit Resiko infeksi saluran
kencing menetes perlahan - pengeluaran urine tidakkemih berhubungan
lancar dengan penumpukan
urine diujung penis.
3. Ibu pasien mengatakan- Urine tampak tersisa di
hanya memandikan anaknya preputium walaupun
dengan air dan sedikit sabun penis tidak
karena kendala ekonomi mengeluarkan urine lagi
- kebersihan penis pasien
kurang

B. Analisis Masalah

19
1. P = Gangguan rasa nyaman (nyeri)
E = penekanan pada saat berkemih
S = Pasien terlihat sering meringis dan rewel jika merasa ingin BAK, Ibu
pasien mengatakan pasien sering menangis saat BAK
Proses terjadinya : ujung kemaluan menggembung saat mulai buang air kecil
yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh
karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi
oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar melalui muaranya yang sempit.
Akibat jika tidak ditanggulangi : infertil
2. P = Gangguan eliminasi urine
E = retensi urine
S = Preputium menggelembung, tekstur elastis, glans penis terlihat sedikit,
pengeluaran urine tidak lancer, Ibu pasien mengatakan saat keluaran kencing
pertama tidak keluar, ujung penis menggelembung, kencing menetes perlahan
Proses terjadinya : Phimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena
ruang di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini
menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik
ke arah pangkal
Akibat jika tidak ditanggulangi : perlukaan daerah glans penis
3. P = Resiko infeksi saluran kemih
E = penumpukan urine diujung penis.
S = Urine tampak tersisa di preputium walaupun penis tidak mengeluarkan
urine lagi, kebersihan penis pasien kurang, Ibu pasien mengatakan hanya
memandikan anaknya dengan air dan sedikit sabun karena kendala ekonomi
Proses terjadinya : Higiene yang buruk dan episode infeksi yang berulang
dapat mengakibatkan jaringan parut pada prepusium orifisium, retraksi paksa
pada prepusium dapat mengakibatkan luka
Akibat bila tidak di tanggulangi : Penyakit menular seksual

20
2) Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penekanan pada saat
berkemih ditandai dengan pasien terlihat sering meringis dan rewel jika merasa
ingin BAK
2. Resiko infeksi saluran kemih berhubungan dengan penumpukan urine diujung
penis ditandai dengan urine tampak tersisa di preputium walaupun penis tidak
mengeluarkan urine lagi, kebersihan penis pasien kurang.

21
3) INTERVENSI
RENCANA KEPERAWATAN ANAK DK DENGAN PHIMOSIS
DIRUANG KAMBOJA RS. TULUS AYU DENPASAR
TANGGAL 25APRIL 2012

No. Hari/tgl/ Diagnosa Rencana Tujuan dan Paraf


Rencana Tindakan Rasional
pukul Keperawatan Kriteria Hasil
1. Rabu, Gangguan rasa Tujuan : Mandiri
Setelah dilakukan 1. Observasi sumber
25 April nyaman (nyeri) 1. Observasi sumber nyeri.
tindakan nyeri merupakan
2012 berhubungan
Pukul keperawatan selama langkah awal
dengan
09.00 2 x 24 jam penanganan nyeri
penekanan pada
diharapkan nyeri pada anak untuk
saat berkemih
berkurang atau menangani nyeri
ditandai dengan
2. Observasi aktivitas yang dapat
hilang. daerah lain
pasien terlihat
meningkatkan dan menurunkan 2. Penentuan terhadap
Kriteria hasil :
sering meringis
pasien tidak terlihat nyeri aktivitas yang dapat
dan rewel jika
meringis dan menurunkan dan
merasa ingin
menangis saat BAK meningkatkan nyeri
BAK
dapat digunakan
3. Gambarkan rasa nyaman dari
sebagai acuan dalam
orang lain selama mengalami
terapi berikutnya
nyeri

22
3. Penggambaran rasa
nyaman dapat
mengalihkan
perhatian anak
4. Berikan informasi kepada keluarga
kepada hal yang
tentang pentingnya mengalihkan
lebih menyenangkan
persepsi anak agar nyeri
sehingga rasa nyeri
terabaikan oleh anak dan anak
sedikit berkurang
terfokus pada kesenangannya
4. Agar keluarga atau
orang tua pasien
mengetahui
pentingnya
Kolaborasi memperhatikan
5. Delegasi dalam pemberian keluhan nyeri anak
analgetik (contoh Proris Suspensi karena nyeri yang
Forte 3 – 4 kali/hari @ ½ sendok terabaikan dapat
takar (100 mg) mengakibatkan
hipoksemia

5. Obat saraf dan otot


golongan analgesik
adalah obat yang

23
dapat
menghilangkan rasa
sakit/ obat nyeri

2. Resiko infeksi Setelah diberikan Mandiri


1. Observasi tanda2
saluran kemih asuhan keperawatan 1. Observasi tanda2 infeksi (misi
infeksi dapat
berhubungan selama 2 x 24 jam, letargi, kesulitan makan, muntah,
dilakukan atas dasar
dengan diharapkan tidak kestabilan suhu, dan perubahan
pencegahan dini
penumpukan ada tanda-tanda warna tersembunyi)
anak dari infeksi
urine diujung infeksi, dengan
akibat perilaku
penis ditandai kriteria hasil :
kebersihan yang
dengan urine pasien bebas dari
2. Ajarkan keluarga tanda infeksi
kurang
tampak tersisa proses infeksi
pada daerah sirkumsisi (misi 2. Keluarga merupakan
di preputium nosokomial selama
perdarahan, peningkatan orang terdekat
walaupun penis perawatan di RS
kememerahan, atau bengkak yang dengan pasien (anak)
tidak
tidak biasanya) sehingga dalam
mengeluarkan
pengawasan setiap
urine lagi,
hari perlu support
kebersihan
dari keluarga untuk
3. Kurangi kerentanan individu
penis pasien
menangani resiko

24
kurang terhadap infeksi. infeksi
3. Menjaga kebersihan
area sirkumsisi
merupakan hal yang
Kolaborasi
4. Kolaborasi dengan tenaga harus dilakukan agar
kesehatan lain untuk menjaga pasien terhindar dari
kebersihan area sirkumsisi infeksi
4. Kolaborasi dengan
perawat lain dapat
memaksimalkan
proses penyembuhan
luka dan pencegahan
dari infeksi

4) IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ANAK DK DENGAN PHIMOSIS
DIRUANG KAMBOJA RS. TULUS AYU DENPASAR

25
TANGGAL 25APRIL 2012

No Hari/tgl/ No.Diagnosa Pelaksanaan Evaluasi Respon Paraf


pukul
Keperawatan
1 Rabu, 25 1 1. Observasi sumber nyeri. 1. Pasien mengeluh nyeri pada alat
April 2012 kelamin saat BAK.
Pukul
09.15 wita 1 2. Observasi aktivitas yang dapat
2. Pasien mengatakan nyeri meningkat
10.00 wita
meningkatkan dan menurunkan nyeri
saat BAK dan bermain dan nyeri
1, 2
3. Gambarkan rasa nyaman dari orang lain menurun saat beristirahat.
10.30 wita
3. Pasien tampak senang dan dapat
selama mengalami nyeri
4. Kurangi kerentanan individu terhadap mengalihkan rasa nyerinya.
4. Orang tua pasien mengetahui
infeksi.
1, 2
pentingnya kebersihan pada daerah
10.45 wita
5. Berikan informasi kepada keluarga

26
tentang pentingnya mengalihkan persepsi sirkumsisi.
5. Orang tua pasien mengetahui
anak agar nyeri terabaikan oleh anak dan
pentingnya pengalihan nyeri dengan
anak terfokus pada kesenangannya
sering mengajak anaknya untuk
6. Ajarkan keluarga tanda infeksi pada
melakukan hal-hal yang disukai
daerah sirkumsisi (misi perdarahan,
anaknya.
1, 2 peningkatan kememerahan, atau bengkak 6. Orang tua pasien mengetahui tanda
11.45 wita
yang tidak biasanya) infeksi pada daerah sirkumsisi.

7. Delegasi dalam pemberian analgetik


(contoh Proris Suspensi Forte 3 – 4 7. Analgetik Proris Suspensi Forte
kali/hari @ ½ sendok takar (100 mg) sesuai indikasi masuk per oral tanpa
8. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain ada gejala alergi.
8. Pasien dan orang tua pasien kooferatif
untuk menjaga kebersihan area
dalam menjaga kebersihan area
sirkumsisi
sirkumsisi untuk mempercepat proses
penyembuhan.

27
5) EVALUASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN ANAK DK DENGAN PHIMOSIS
DIRUANG KAMBOJA RS. TULUS AYU DENPASAR
TANGGAL 25APRIL 2012

No. Hari, tanggal, Evaluasi Paraf


diagnosa pukul,
kep.
I Rabu, 25 April S : Ibu pasien mengatakan bahwa, anaknya sudah tidak mengeluh nyeri saat BAK.
2012 O : Sumber nyeri saat BAK sudah dapat teratasi dan aktivitas bermain tidak
Pukul menimbulkan nyeri.
08.00 Wita A: Gangguan rasa nyaman (nyeri) dapat teratasi sepenuhnya.
P: Perawatan dan pengobatan dihentikan.

S : Ibu pasien mengatakan bahwa, pasien bebas dari proses infeksi nosokomial
II Rabu, 25 April selama perawatan di RS.
2012 O : Tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi (misi letargi, kesulitan makan,
Pukul muntah, kestabilan suhu, dan perubahan warna tersembunyi).
08.00 Wita A : Resiko infeksi saluran kemih dapat teratasi sepenuhnya.
P : Perawatan dan pengobatan dihentikan.

28
29
30

Anda mungkin juga menyukai