Anda di halaman 1dari 11

1. Kenapa dilakukan kegiatan BST?

Dokter muda mampu melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


psikiatris, mempraktekkan, mengusulkan atau menginterpretasikan pemeriksaan
penunjang, menegakkan diagonsis, mengusulkan rencana penatalaksanaan,
melakukan edukasi/konseling, menerapkan nilai-nilai profesionalisme kepada pasien;
dan melakukan proses penalaran klinis yang tepat
2. Apa saja penyebab kejang pada bayi umur 3 hari?

Bayi lahir prematur dan mengalami pendarahan dalam otak. Kondisi ini juga dapat
disebut sebagai intracranial haemorrhage.
Bayi lahir tepat waktu namun kekurangan oksigen di otak. Kondisi ini juga dapat
disebut sebagai perinatal hypoxia.
Bayi memiliki kadar glukosa, kalsium, maupun sodium dalam darah yang rendah.
Bayi lahir dengan kerusakan pada jaringan otak. Kondisi ini juga dapat disebut
sebagai cerebral dyplasia.
Bayi mewarisi kondisi medis dari keluarga,seperti benign neonatal
convulsions,kelainan sistem metabolisme seperti kekurangan GLUT1
Meningitis: bayi sangat rentan terserang infeksi bakteri penyebab meningitis.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri akan menyebabkan bayi mudah kejang.
Demam: merupakan penyebab kejang bayi yang paling umum terjadi. Apabila suhu
tubuh bayi naik menjadi 390Celcius dalam waktu singkat, maka risiko kejang pada
bayi juga semakin tinggi

3. Kenapa bayi terlihat tenang kemudian menangis (high pitch cry), sesudah itu bibir dan
tangan kanannya bergerak sendiri?
High pitch cry : meningitis, ikerik, hipoglikemi
4. Kenapa ketika diperiksa bayi ini tampak letargi, tidak ada reflex isap?
Muncul: jika ada benda masuk ke mulutnya.
Kapan muncul dan hilang? Sejak lahir dan hilang di usia 2-3 bulan. Selewat usia
itu, bayi menghisap secara sadar.
Bila tidak ada refleks: mungkin akibat kelainan pada susunan saraf bayi. selain itu,
bayi premature (kurang dari 34 minggu) biasanya belum memiliki refleks ini.
Sehingga, dia membutuhkan alat bantu untuk mendapat ASI, misalnya memakai pipet
atau cangkir
5. Kenapa kejangnya tidak sama dengan anak yang besar?

Kejang pada neonatus berbeda dari kejang pada bayi, anak maupun orang dewasa
demikian pula manifestasi kejang pada bayi prematur berbeda dibandingkan bayi
cukup bulan. 8 Kejang neonatus lebih bersifat fragmenter, kurang terorganisasi dan
hampir tidak pernah bersifat kejang umum tonik klonik. Kejang pada bayi prematur
lebih tidak terorganisasi dibandingkan dengan bayi cukup bulan,berkaitan dengan
perkembangan neuroanatomi dan neurofisiologi pada masa perinatal. Organisasi
korteks serebri pada neonatus belum sempurna, selain itu pembentukan dendrit,
akson, sinaptogenesis dan proses mielinisasi dalam sistem eferen korteks belum
selesai. Imaturitas anatomi tersebut mengakibatkan kejang yang terjadi tidak dapat
menyebar ke bagian otak yang lain sehingga tidak menyebabkan kejang umum.
Daerah subkorteks seperti sistem limbik berkembang lebih dahulu dibandingkan
daerah korteks dan bagian ini sudah terhubung dengan diensefalon dan batang otak
sehingga kejang pada neonatus lebih banyak bermanifestasi gerakan-gerakan oral-
buccal-lingual movements seperti menghisap. mengunyah, drooling, gerakan bola
mata dan apnea. Hubungan antara sinaps eksitasi dan inhibisi merupakan faktor
penentu apakah kejang yang terjadi akan menyebar ke daerah lain. Ternyata kecepatan
perkembangan aktifitas sinaps eksitasi dan inhibisi di otak manusia berbeda-beda.
Sinaps eksitasi berkembang lebih dahulu dibandingkan sinaps inhibisi terutama di
daerah limbik dan korteks. Selain itu daerah hipokampus dan neuron korteks yang
masih imatur lebih mudah terjadi kejang dibandingkan yang telah matur. Belum
berkembangnya sistem inhibisi di substansia nigra juga mempermudah timbulnya
kejang.1
6. Kenapa pada anak besar kejangnya tonik atau klonik?
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah
dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal
berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau
pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai
deserebrasi
atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk
kejang
tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang
disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus
b. Kejang Klonik
dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal
yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik,
terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti
oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat
trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.
7. Kenapa pada bayi kejang kemungkinan terifeksi TORCH, hepatitis dan HIV /AIDS ?
Pada bayi baru lahir infeksi dapat terjadi di dalam rahim, selama persalinan, atau
segera sesudah lahir. Infeksi dalam rahim terjadi karena infeksi primer dari ibu seperti
toxoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, dan herpes. Selama persalinan atau segera
sesudah lahir, bayi dapat terinfeksi oleh virus herpes simpleks, virus Coxsackie, E.
Colli, dan Streptococcus B yang dapat menyebabkan ensefalitis dan meningitis
8. Bagaimana mekanisme kejang disebabkan hipoglikemia, hiponatremia, ensefalitis,
meningitis?
Hipoglikemia
Hipoglikemia pada bayi baru lahir adalah bila dalam tiga hari pertama sesudah lahir,
kadar gula darah kurang dari 20mg% pada bayi kurang bulan atau kurang dari 30mg%
pada bayi cukup bulan pada pemeriksaan kadar gula darah 2 kali berturut-turut, dan
kurang dari 40mg% pada bayi berumur lebih dari 3 hari. Hipoglikemia sering terjadi
pada bayi kecil masa kehamilan, bayi dari ibu penderita diabetes, atau bayi dengan
penyakit berat seperti asfiksia dan sepsis.
Hipokalsemia
Hipokalsemia jarang menjadi penyebab tunggal kejang pada neonatus. biasanya
hipokalsemia disertai dengan gangguan lain, misalnya hipoglikemia,
hipomagnersemia, atau hipofosfatemia. Diagnosis hipokalsemia adalah bila kadar
kalsium dalam darah kurang dari 7 mg%. Hipokalsemia terjadi pada masa dini
dijumpai pada bayi berat lahir rendah, ensefalopati hipoksik-iskemik, bayi dari ibu
dengan diabetes melitus, bayi yang lahir akibat komplikasi berat terutama karena
asfiksia.
Gangguan Elektrolit Gangguan keseimbangan elektrolit terutama natrium
menyebabkan hiponatremia ataupun hipernatremia yang kedua-duanya merupakan
penyebab kejang. Hiponatremia dapat terjadi bila ada gangguan sekresi dari anti
diuretik hormon (ADH) yang tidak sempurna. Hal ini sering terjadi bersamaan dengan
meningitis, meningoensefalitis, sepsis, dan perdarahan intrakranial. Hiponatremia
dapat terjadi pada diare akibat pengeluaran natrium berlebuham, kesalahan pemberian
cairan pada bayi, dan akibat pengeluaran keringat berlebihan. Hipernatremia terjadi
bila pemberian natrium bikarbonat berlebihan pada koreksi asidosis dengan dehidrasi
depolarisasi berlebihan dapat diakibatkan oleh: a. Gangguan dalam produksi energi
dapat mengakibatkan kegagalan pompa natrium dan kalium b. Rangsang berlebihan
dari neurotransmitter di susunan saraf pusat c. Adanya kekurangan relatif dari
inhibitor neurotransmitter dibanding eksitatorik dapat menyebabkan depolarisasi
berlebihan d. Perubahan membran neuron menyebabkan inhibisi dari pergerakan
natrium Perubahan fisiologis pada saat kejang berupa penurunan kadar glukosa otak
yang tajam dibandingkan kadar glukosa darah yang tetap normal atau meningkat
disertai peningkatan laktat. Hal ini merupakan refleksi dari kebutuhan otak yang tidak
dapat dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan oksigen dan aliran darah ke otak sangat
esensial untuk mencukup kebutuhan oksigen dan glukosa otak. Laktat terkumpul dan
berakumulasi selama terjadikejang, sehingga PH arteri menurun dengan cepat. Hal
inimenyebabkan tekanan darah sistemik meningkat dan aliran darah ke otak naik.
Perkembangan otak anak terjadi sangat cepat mulai dari sejak lahir hingga usia dua
tahun yang disebut sebagai periode emas dan pembentukan sinaps serta kepadatan
dendrit pada sumsum tulang belakang terjadi sangat aktif pada 14 sekitar kehamilan
sampai bulan pertama setelah kelahiran. Pada saat bayi baru lahir, merupakan periode
tertinggi dari aktifitas eksitasi sinaps fisiologis. Menurut penelitian, pada periode ini
keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi pada sinaps cenderung mengarah pada
eksitasi untuk memberi jalan pada pembentukan sinaps yang bergantung pada
aktivitasnya.
9. Kenapa dilakukan infanticide?

n
Paru belum bernapas Paru sudah bernapas
No.
1 Volume kecil, kolaps, menempel Volume 4-6x lebih besar, sebagian
1. pada vertebra, konsistensi padat, menutupi jantung, konsistensi seperti karet
tidak ada krepitasi busa (ada krepitasi)
2
Tepi paru tajam Tepi paru tumpul
2.
3 Warna homogen, merah
Warna merah muda
3. kebiruan/ungu
5 Kalau diperas di bawah
4. permukaan air tidak keluar
Gelembung gas yang keluar halus dan rata
gelembung gas atau bila sudah
ukurannya.
ada pembusukan gelembungnya
besar dan tidak rata.
6 Tidak tampak alveoli yang Tampak alveoli, kadang-kadang terpisah
5. berkembang pada permukaan sendiri
6 Kalau diperas hanya keluar Bila diperas keluar banyak darah berbuih
6. darah sedikit dan tidak berbuih walaupun belum ada pembusukan (volume
(kecuali bila sudah ada darah dua kali volume sebelum napas.
pembusukan)
8 Berat paru kurang lebih 1/70 BB Berat paru kurang lebih 1/35 BB
7.
8 Seluruh bagian paru tenggelam Bagian-bagian paru yang mengembang
8. dalam air terapung dalam air.

2. Menangis
Bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa
bernapas. Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena
suara tangisan dapat terjadi dalam uterus atau dalam vagina. Yang merangsang bayi
menangis dalam uterus adalah masuknya udara dalam uterus dan kadar oksigen dalam
darah menurun dan atau kadar CO2 dalam darah meningkat.
3. Pergerakan Otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat
dibuktikan. Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati
maupun yang lahir mati.
4. Peredaran Darah, Denyut Jantung, dan Perubahan pada Hemoglobin
Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada
saksi mata) dan bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan
dalam duktus arteriosus, foramen ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena
umbilicalis yang langsung masuk vena cava inferior).
Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat/detak jantung pada bayi yang sudah
terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup. Foramen ovale
tertutup bila telah terjadi pernapasan dan sirkulasi (satu hari sampai beberapa
minggu). Duktus arteriosus perlahan-lahan menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam
24 jam) Duktus venosus menutup dalam 2-3 hari sampai beberapa minggu.
5. Isi Usus dan Lambung
Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat
reflek menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup). Udara dalam
lambung dan usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar, pernapasan buatan, atau
tertelan. Keadaan-keadaan tersebut tidak dapat dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu
esophagus diikat, dikeluarkan bersama lambung yang diikat pada jejunum lekuk
pertama, kemudian dimasukkan ke dalam air. makin jauh udara usus masuk dalam
usus, makin kuat dugaan adanya pernapasan 24-48 jam post mortem, mekonium
sudah keluar semua seluruhnya dari usus besar.
6. Keadaan Tali Pusat
Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut tali
pusat setelah kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata. Kedua,
pengeringan tali pusat, letak dan sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu di putus (secara
tajam atau tumpul).
7. Keadaan Kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi
lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak
lahir hidup yaitu maserasi, yang dapat terjadi bila bayi sudah mati di dalam uterus
beberapa hari (8-10 hari). Hal ini harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu
pada maserasi tidak terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi
dapat terjadi waktu dilahirkan, sebelum dilahirkan atau setelah terpisah sama sekali
dari ibu.
Kematian pada bayi dapat terjadi saat bayi dilahirkan, sebelum dilahirkan, atau
setelah terpisah sama sekali dari si ibu. Bukti kematian dalam kandungan adalah:
a. Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu
melahirkan
b. Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:
• Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).
• Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.
• Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.
• Tidak ada gas, baunya khas.
• Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan.

10. Bagaimana kejang pada anak besar, seba, mekanisme dan tatalaksananya?
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang
terpenting adalah glaukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen
disediakan dengan peraataraan fungsi paru dan diteruskan ke otak melalui system
kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari
permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan
normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium (NA+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida
(Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan yang disebut
potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada
permukaan sel. Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya : 1.
perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. 2. rangsangan yang datangnya
mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. 3. perubahan
patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadaan
demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-
15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubu, dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan
bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai
ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang
seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan
ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu 380C sedangkan pada anak
dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih.
Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih
sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya
perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang
berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala
sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya
disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot
dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat Rangkaian kejadian diatas
adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama
berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah
yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul
edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah
mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama
dapat menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang
spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.

Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang

Menjaga jalan nafas tetap bebas


Penting sekali mengusahakan jalan napas yang bebas agar oksigenasi terjamin.
Tindakan yang dapat segera dilakukan adalah membuka semua pakaian yang ketat.
Kepala sebaiknya dimiringkan untuk menghindari aspirasi isi lambung. Bisa juga
dengan memberikan benda yang dapat digigit guna mencegah tergigitnya lidah atau
tertutupnya jalan napas.
Mengatasi kejang secepat mungkin
Untuk pertolongan pertama, bila suhu penderita meninggi, dapat dilakukan kompres
dengan air kran atau alkohol atau dapat juga diberi obat penurun panas (antipiretik).
Obat anti kejang seperti diazepam dalam sediaan perectal dapat diberikan sesuai
dengan dosis. Dosis tergantung dari BB, BB <10kg diberikan 5mg dan BB >10kg
rata-rata pemakaiannya 0,4 - 0,6mg/KgBB.
Mengobati penyebab kejang
Setelah penyebab kejang diketahui, dapat diberikan obat-obatan untuk mengatasi
penyebabnya. Misalnya kejang dikarenakan infeksi traktus respiratori bagian atas,
pemberian antibiotik yang tepat dapat mngobati infeksi tersebut.

Penanganan kejang pada BBL


a.Bayi diletakan dalam tempat hangat, pastikan bayi tidak kedinginan, suhu
dipertahankan 36,5-
37ᴼC
b.Jalan nafas dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut,
hisung dan nasofaring
c.Pada bayi apnea, pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat Bag to Mouth
Face Mask oksigen 2 liter/menit
d.Infus
e.Obat antispasmodik/anti kejang : diazepam 0,5 mg/kg/supp/im setiap 2 menit
sampai kejang teratasi dan luminal 30 mg im/iv
f. Nilai kondisi bayi tiap 15 menit
g.Bila kejang teratasi berikan cairan infus dextrose 10% dengan tetesan
60ml/kgBB/hr
h.Cari faktor penyebab
Apakah mungkin bayi dilahirkan dari ibu DM, Apakah mungkin bayi prematur ,
Apakah mungkin bayi mengalami asfiksia, Apakah mungkin ibu bayi emnghisap
narkotika
Kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari
faktor penyebab, misalnya : darah tepi, elektrolit darah, gula darah, kimia darah,
kultur darah, pemeriksaan TORCH
Kecurigaan kearah sepsis (pemeriksaan pungsi lumbal)
Kejang berulang, diazepam dapat diberikan sampai 2 kali
Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan dalam dosis 20 mg
iv setiap 12 jam
Belum teratasi : phenytoin 15 mg/kgBB iv dilanjutkan 2 mg/kg tiap 12 jam
Hipokalsemia (hasil lab kalsium darah <8mg%) : diberi kalsium glukonas 10% 2
ml/kg dalam waktu 5-10 menit . apabila belum juga teratasi diberi pyridoxin 25-50
mg
Hipoglikemia (hasil lab dextrosit/gula darah < 40 mg%) : diberi infus dextrose 10%
11. Apa saja penyakit yang sering dialami bayi dan anak, serta skrining awal penyakit
tersebut?

HIE
Infeksi(TORCH, meningitis, septicemia)
Hipoglikemia, hipokalsemia, hypomagnesemia
PerdarahanCNS (intraventricular, subdural, trauma, dll.)
Kelainan otak kongenital
Kesalahan metabolisme bawaan
Penghentian obat pada ibu(heroin, barbiturat, metadon, kokain, dll.)
Kernikterus
Ketergantungan Pyridoxine (B6), dan hyponatremia, Glukosadarah, Kalsium dan
magnesium darah

Skrining dengan
Darahlengkap, hitung leukosit, diferensial dan platelet
Elektrolit
Gas darah arteri
Analisis dan kultur cairan cerebral spinal
Kulturdarah
TORCH titer, kadar amonia, sonogram kepala dan asam amino dalam urine.
EEG(Normal pada sekitar 1/3 kasus)
Cranial ultrasound untuk perdarahan dan luka parut
CT mendiagnosis malformasi dan perdarahan otak

12. Kenapa melalui MTBS dan MTBM?


MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian
balita dan menurunkan angka kesakitan.
Ruang Lingkup Manajemen Terpadu Balita Sakit
Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan
Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun
Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi
Konseling bagi ibu
Tindakan dan pengobatan
Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut
Protap Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit
Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama,
lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit lainnya.
Pemeriksaan :
Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya infeksi, ikterus,
gangguan pencernaan, BB, status imun.
Untuk bayi 2bulan-5 tahun
Keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, periksa telinga, status gizi, imun,
penilaian pemberian makanan.
Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter.
Langkah-Langkah Kegiatan
Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS
Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
Petugas melaksanakan anamnesa
Petugas melakukan pemeriksaan
Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan dan
memberikan penyuluhan
Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila perlu dirujuk ke
ruang pengobatan untuk konsultasi ke dokter.
Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit
Program MTBS perlu persiapan untuk menerapkannya meliputi :
Informasi mengenai MTBS kepada seluruh petugas
Persiapan penilaian, obat-obat dan alat yang digunakan untuk pelayanan
Persiapan pengadaan formulir
Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap
IDENTIFIKASI TINDAKAN MTBS
Yaitu pengambilan keputusan oleh petugas dalam menangani diare, tindakan MTBS
mencangkup 3 rencana terapi :
a. Terapi A
Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi, cairan yang biasa diberikan berupa oral
gula-garam, sayuran dan sup yang mengandung garam.
b. Terapi B
Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO. Ex : oralit
c. Terapi C
Dehidrasi berat dengan pemberian cairan RL

Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam
tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang
ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan
neonatal.
Pada Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan manajemen terpadu
balita sakit berbasis masyarakat, disebutkan bahwa pada bayi muda usia 0 – 2 bulan harus
mendapatkan 4 macam pelayanan yang termsuk dalam MTBS-M:

1. Perawatan esensial bayi baru lahir


2. Pengenalan tanda bahaya bayi baru lahir dan persiapan rujukan bila memang
diperlukan
3. Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR)
4. Penatalaksanaan infeksi pada bayi baru lahir

Keempat pelayanan ini diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja, namun hingga bayi
mencapai usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami keluhan tertentu yang termasuk dalam 4
pelayanan tadi wajib segera ditindaklanjuti.

Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali pada 6 – 24 jam, 3 – 7 hari, dan
8 – 28 hari setelah melahirkan. Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana
pada saat dilahirkan, yaitu diberikan kehangatan, jalan napas dibersihkan, dikeringkan, dan
dinilai warna untuk menentukan kondisi serta perlu tidaknya dilakukan rujukan.

Pada bayi baru lahir jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan
aliran udara, selimuti dengan baik. Bila tidak ada kondisi bahaya pada bayi dan ibu telah
cukup stabil bayi bisa tetap bersama ibunya (rawat gabung). Lakukan inisiasi menyusui dini
dalam jam pertama kehidupan. Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai
permintaan. Jangan lupa untuk selalu menjaga tali pusar tetap bersih dan kering.

Selain itu beberapa obat, vitamin, maupun vaksin diberikan juga pada bayi yang baru lahir,
antara lain: memberikan tetrasiklin salep mata pada kedua mata satu kali. Berikan juga
vitamin K1 (fitomenadion) 1 mg intramuskular (IM) di paha kiri, dan vaksin hepatitis B 0.5
mL IM di paha kanan sekurangnya 2 jam sesudah pemberian vitamin K1. Jika bayi lahir di
rumah sakit, beri imunisasi BCG intrakutan dan vaksin polio oral 2 tetes ke mulut bayi saat
akan pulang dari rumah sakit.

Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir dan Bayi Muda

Tanda dan gejala adanya penyakit atau gangguan pada bayi baru lahir dan bayi muda sering
tidak spesifik. Tanda ini bisa dijumpai pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir
datang atau saat perawatan di rumah sakit. Berikut adalah beberapa tanda yang dikategorikan
bahaya jika ditemukan pada bayi baru lahir ataupun bayi muda:

 Tidak bisa menyusu


 Kejang
 Mengantuk atau tidak sadar
 Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15 detik)
 Frekuensi napas > 60 kali/menit
 Merintih dan terlihat tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
 Sianosis sentral.

Pada bayi muda, dianjurkan untuk melakukan kunjungan atau kontrol ke fasilitas pelayanan
kesehatan minimal 3 kali (6-24 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari setelah melahirkan). Pada tiap
kunjungan bayi muda ke rumah sakit perlu dilakukan beberapa pemeriksaan. Pada
kunjungannya yang pertama biasanya dilakukan pemeriksaan atau skrining awal. Pada
kunjungan berikutnya ada dilakukan pemeriksaan ulang sekaligus follow up kondisi bayi.
Berikut adalah pemeriksaan yang dilakukan saat kunjungan bayi muda ke fasilitas pelayanan
kesehatan:

1. Periksa kemungkinan adanya penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, untuk
kemudian diklasifikasikan sesuai tanda dan gejalanya
2. Menanyakan ibu apakah bayi muda mengalami diare dan tentukan derajat
dehidrasinya
3. Periksa adanya ikterus pada bayi, menggunakan metode KRAMER
 Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher
 Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)
 Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
 Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
 Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki
4. Periksa adanya kemungkinan berat badan rendah atau masalah pemberian ASI.
Bila ditemukan bayi memiliki berat badan rendah, langsung lakukan penanganan atau
rujukan tanpa melihat ada/ tidaknya masalah pada pemberian ASI
5. Tanyakan dan tentukan status imunitas bayi muda, serta status pemberian Vit.K1.
Imunisasi pertama kali yang harusnya didapatkan oleh bayi muda adalah Hb 0 pada hari
0-7 kelahiran. Selain itu bayi juga harus mendapatkan imunisasi BCG dan polio setelah
lahir
6. Tanyakan adanya masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma lahir, ataupun
perdarahan tali pusat
7. Tanyakan adanya keluhan atau penyakit bayi yang disadari oleh ibu
TATALAKSANA KEDARURATAN tanda bahaya:
1. Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda mengalami
sianosis atau distres pernapasan berat.
2. Beri VTP dengan balon dan sungkup, dengan oksigen 100% (atau udara ruangan jika
oksigen tidak tersedia) jika frekuensi napas terlalu lambat (< 20 kali/menit).
3. Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah. Jika glukosa <
45 mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dekstrosa 10% (2 ml/kg BB) IV
selama 5 menit, diulangi sesuai keperluan dan infus tidak terputus (continual) dekstrosa
10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus dimulai. Jika tidak mendapat akses
IV, berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung.
4. Beri fenobarbital jika terjadi kejang
5. Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi bakteri berat.
6. Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit ini.
7. Pantau bayi dengan ketat.

Rujukan dilakukan berdasarkan status warna pada kondisi bayi sebelumnya. Jika termasuk
dalam warna merah/ kondisi berat bisa langsung dilakukan perujukan bila tidak tersedia
pengobatan di faskes sebelumnya. Selain itu rujukan biasanya dilakukan jika kasus yang
dijumpai berupa keracunan dengan penurunan kesadaran, luka bakar di mulut dan
tenggorokan, sesak napas berat, sianosis, dan gagal jantung.

Anda mungkin juga menyukai