Anda di halaman 1dari 17

KONSEP KESEHATAN KERJA

OLEH

Kelompok 3

Nama Nim
Evi P00320017014
Uvin Ulvanat P00320017044
Wanda Wardani D P00320017045
Yonathan Goa Rumbi P00320017046

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKES KESEHATAN KENDARI

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian kesja, hyperkes dan keperawatan kesehatan kerja .................................. 2

B. Kebijakan dan aspek legalitas sistem manajemen K3 (SMK3)................................. 4

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesja ................................................................... 5

D. Sasaran-sasaran kesehatan kerja ................................................................................ 8

E. Trend dan issue masalah kesehatan ........................................................................... 9

F. Perencanaan keselamatan kesehatan kerja dan peran fungsi perawat dalam kesja.... 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................ 14

B. Saran .......................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT karena dengan rahmat dn karunia-Nya
saya masih diberikan kemampuan untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini
merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Pendidikan Agama yaitu tentang “Konsep
Kesehatan Kerja” dapat diselesaikan. Salawat dan salam selalu terucap pada junjungan kita,
Nabi Besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Tidak lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada segenap pihak yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk menunjang perbaikan makalah ini
dikemudian hari
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tujuan utama dari Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif melalui pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan serta penyelarasan pekerjaan dengan pekerja, dan
pekerja terhadap teknologi dan pekerjaannya.

Untuk itu diperlukan peningkatan keterampilan teknis dan keahlian semua pihak
yang terkait dengan penanganan masalah lingkungan dan hiperkes seiring dengan
kemajuan teknologi. Dalam rangka hal itu, maka penyelenggaraan pelatihan dan
penataran bagi peningkatan kemampuan bagi sumber daya manusia dalam hiperkes
dilaksanakan, baik melalui pendidikan formal maupun non formal, misalnya pelatihan
terhadap personil pelaksana hiperkes seperti dokter perusahaan, atau perawat /
paramedis perusahaan.

Kewajiban pelatihan bagi tenaga-tenaga yang bergerak di bidang ini ditegaskan


dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja, Peraturan No. PER –01/MEN/1976, tentang
kewajiban pelatihan hiperkes bagi dokter perusahaan dan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. PER-01/MEN/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi perawat /
paramedis.

B. Rumusan masalah

a. Pengertian kesehatan kerja, hiperkes dan keperawatan kesehatan kerja

b. Mengetahui kebijakan dan aspek legalitas sistem manajemen K3 (SMK3)

c. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kesja

d. Mengetahui sasaran-sasaran kesehatan kerja

e. Trend dan issue masalah kesehatan: penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja

f. Mengetahui peran fungsi perawat dalam kesja


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kesja, hyperkes dan keperawatan kesehatan kerja

1. Pengertian kesehatan kerja

Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu


kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau
mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-
penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :

a. Sasarannya adalah manusia

b. Bersifat medis.

Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan


pekerjaan untuk kesejahteraan hidup & meningkatan produksi & produktivitas
nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara & dipergunakan secara aman & efisien

2. Pengertian hiperkes

Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang


berbeda yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyaitujuan
yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Istilah Hiperkes
menurut Undang – Undang tentang ketentuan pokok mengenai Tenaga Kerja yaitu
lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan-pemeliharaan dan
mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja,dilakukan dengan mengatur pemberian
pengobatan, perawatan tenaga kerja yangsakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara
dan syarat yang memenuhi norma-norma hiperkes untuk mencegah penyakit baik
sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakitumum serta menetapkan syarat-syarat
kesehatan bagi tenaga kerja.

a. Fungsi hiperkes

Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan


perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah
tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan. Dokter perusahaan biasanya
memegang tanggung-jawab dalam menyelenggarakan kesehatan perusahaan, namun
kita ketahui sekarang ini bahwa tidak semua perusahaan mempekerjakan dokter secara
full time. Dalam kondisi seperti ini, maka perawat yang menjadi lebih banyak
melayani aktivitas kesehatan di perusahaan.

b. Ruang lingkup Hiperkes

Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :

c. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.

1. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :

 Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian


 Peralatan dan bahan yang dipergunakan
 Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
 Proses produksi
 Karakteristik dan sifat pekerjaan
 Teknologi dan metodologi kerja

d. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan


hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.

e. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/ perusahaan ikut bertanggung jawab
atas keberhasilan usaha hyperkes.
B. Kebijakan dan aspek legalitas sistem manajemen K3 (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) meliputi struktur


organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.

Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau
lebih dan/atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen
K3.

Langkah awal untuk mengimplementasikan SMK3 adalah dengan menunjukkan


komitmen serta kebijakan K3, yaitu suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh
pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan,
komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup
kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.

Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil


tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga
kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang
dalam rangka peningkatan kinerja K3.

Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar hukum


pelaksanaan. Di antaranya ialah:

a. UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :

1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.

2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.

3. Adanya bahaya kerja di tempat itu


Setiap perusahaan yang memperkerjakan seratus tenaga kerja atau lebih dan atau yang
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan
produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).

c. Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (P2K3) :

1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 orang


atau lebih.

2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari seratus orang


tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar
akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran
radioaktif.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesja

1. Lingkungan

a. Faktor Fisik antara lain : Suara (Kebisingan), Radiasi, Suhu (Panas/dingin),


Vibrasi (Getaran), Tekanan Udara (Hiperbarik/Hipobarik), Pencahayaan.

Bahaya atau gangguan kesehatan yang dapat timbul dari faktor lingkungan ini :

1) Tuli permanen akibat kebisingan (misalnya ruang Generator, bengkel


reparasi alat, dll)

2) Heat stress, (misalnya ruang Generator, dapur, laundry, dll)

3) Raynaud’s syndrom karena getaran (Generator, bengkel dll)

4) Leukemi akibat radiasi (X-ray, Radioterapi dll)

5) Kelelahan mata karena pencahayaan yang kurang,

6) Kecelakaan misalnya : boiler meledak, jatuh ditangga, tersekap di lift, dll


b. Faktor Kimia. Yang termasuk dalam lingkup kerja kimiawi adalah semua bahan
kimia yang digunakan dalam proses kerja di lingkungan kerja yang berbentuk :

1) Debu (asbes,berilium,biji timah putih,dll)

2) Uap (Uap logam)

3) Gas (Sianida, gas asam sulfida,CO,dll)

c. Larutan (asam kuat atau basa kuat)

Bahaya bahan kimia dapat berasal dari :

1) Desinfektans pensuci hama (misalnya ruang Bedah, Obsgyn, dll)


dapat menyebabkan gangguan pernafasan, dermatitis

2) Uap zat anaestesi (misalnya ruang Operasi) dapat menimbulkan


gangguanpernafasan

3) Mercuri (Tensimeter pecah, termometer dll) dapat menyebabkan


kecelakaan misalnya luka.

4) Debu zat kimia (Gudang obat, desinfektan dll) dapat menyebabkan


Gangguan Pernafasan yang dapat menjadi Kanker paru-paru dalam
jangka panjang

5) Keracunan (zat desinfektan, Insektisida)

6) Ledakan /kebakaran oleh zat kimia/gas O2, dll.

d. Faktor Biologi

1) BAKTERI. Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri,


misalnya: penyakit antraks, Penyakit TBC,dll

2) VIRUS. Penyakit yang dpt disebabkan oleh virus,misalnya : Hepatitis


(nakes di RS), Rabies (petugas laboratorium), dll

3) JAMUR,misalnya : Dermatofitosis terdapat pada pemulung, tukang


cuci, dll.
4) PARASIT, misalnya : Ankilostomiasis, tripanosomiasis yang
biasanya diderita oleh pekerja diperkebunan,pertanian, kehutanan, dll

e. Faktor Faal ergonomic

Biasanya disebabkan oleh peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran
tubuh atau anggota badan (tidak ergonomik). Hal ini dapat menimbulkan kelelahan
secara fisik dan adanya keluhan-keluhan dan gangguan kesehatan, misalnya :
Carpal tunnel syndrome, tendinitis, tenosynovitis, dan lain sebagainya.

Faktor Psikologi Yaitu suasana kerja yang tidak harmonis misalnya


pekerjaan monoton, upah yg kurang, hubungan atasan-bawahan yg kurang baik,
dll. Hal tersebut Dapat menimbulkan stres kerja dengan gejala psikosomatis
berupa mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati, jantung berdebar-debar, dll.

2. Perilaku Pekerja

a. Di pengaruhi antara lain oleh pendidikan, pengetahuan, kebiasaan-


kebiasaan&fasilitas yang tersedia. Jadi erat kaitannya dengan faktor-faktor
ekonomi, sosial &budaya.

b. Perilaku kerja akan mempengaruhi kapasitas kerja, beban kerja serta cara
melaksanakan pekerjaan.

3. Pelayanan Kesehatan Kerja

Program Pelayanan Kesehatan Kerja, meliputi :

1. Pelayanan promotif

2. Pelayanan preventif

3. Pelayanan kuratif

4. Pelayanan rehabilitatif.

5. Faktor Genetik (Herediter)

Dibandingkan denganKetiga faktor lainnya faktor genetik ini sangat kecil


peranannya terhadap status kesehatan seorang pekerja. Namun faktor genetik seseorang
dpt menyebabkan seorang pekerja lebih rentan terkena suatu penyakit. Ok, sahabat K3
untuk pembahasan singkat tentang prinsip dasar kesehatan kerja cukup sekian dulu.
Semoga Bermanfaat, sampai ketemu di postingan materi selanjutnya

D. Sasaran-sasaran kesehatan kerja

Tujuan kesehatan kerja adalah:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua


lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun
kesehatan sosial.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh


tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan


bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai


dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan


lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode
bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan
kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu
kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat
hubungan interaktif tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja
yaitu:

1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.

Beban kerja: fisik maupun mental.

3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas, debu,
parasit, dan lain-lain.
E. Trend dan issue masalah kesehatan: penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja

beberapa penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit-penyakit akibat kerja:

a. Penyebab Langsung (Immediate Causes)

Penyebab langsung Kecelakaan Adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan
di rasakan langsung, yang di bagi 2 kelompok:

1. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu Perbuatan berbahaya dari dari
manusia yang dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi antara lain:

Cacat tubuh yang tidak kentara (bodilly defect)

Keletihan dan kelesuan (fatigiue and boredom)

Sikap dan tingka laku yang tidak aman

Pengetahuan

2. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) yaitu keadaan yang akan
menyebababkan kecelakaan, terdiri dari:

Mesin, peralatan, bahan.

Lingkungan

Proses pekerjaan

Sifat pekerjaan

Cara kerja

b. Penyebab Dasar (Basic causes)

Penyebab Dasar (Basic Causes), terdiri dari 2 faktor yaitu:

1. Faktor manusia/personal (personal factor)

Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi


Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill

Stres

Motivasi yang tidak cukup/salah

2. Faktor kerja/lingkungan kerja (job work enviroment factor)

Factor fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim dll.

Factor kimia yaitu debu, uap logam, asap, gas dst

Factor biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga

Ergonomi dan psikososial

Beberapa pendapat para ahli mengenai penyebab kecelakaan:

Menurut Henrich faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor


Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) 80 % dan Kondisi yang
tidak aman (unsafe condition) 20%.

Menurut Suma’mur faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh


faktor Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) 85 % dan Kondisi
yang tidak aman (unsafe condition) 15 %.

Menurut Hastuti dan Adiatma faktor penyebab kecelakaan


disebabkan oleh faktor Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts)
85 % dan Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) 10% dan
faktor alam (act of god) 5%.

Menurut Phoon (1988), penyebab kecelakaan sangat banyak,


beraneka ragam, dan kompleks

Faktor utama yang menyebabkan kecelakaan adalah:

Lingkungan kerja

Metode kerja

Pekerja sendiri

Namun pada akhirnya semua kecelakaan baik langsung maupun tidak langsung, di
akibatkan kesalahan manusia.
Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada SETIAP PROSES/
AKTIFITAS pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun
kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan
sedini mungkin, kecelakaan/potensi kecelakaan kerja harus dicegah/ dihilangkan, atau
setidak-tidaknya dikurangi dampaknya.

Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan harus


dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara parsial
dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan. Salah satu
bentuk keseriusan itu adalah resourcing, baik itu finansial dan MSDM.

 Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:


 Kelelahan (fatigue)
 Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe
working condition)
 Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya
(pre-cause) adalah kurangnya training
 Karakteristik pekerjaan itu sendiri.

Hubungan antara karakter pekerjaan dan kecelakaan kerja menjadi fokus bahasan
yang cukup menarik dan membutuhkan perhatian tersendiri. Kecepatan kerja (paced
work), pekerjaan yang dilakukan secara berulang (short-cycle repetitive work),
pekerjaan-pekerjaan yang harus diawali dengan “pemanasan prosedural”, beban kerja
(workload), dan lamanya sebuah pekerjaan dilakukan (workhours) adalah beberapa
karakteristik pekerjaan yang dimaksud.

Penyebab-penyebab di atas bisa terjadi secara tunggal, simultan, maupun dalam


sebuah rangkain sebab-akibat (cause consequences chain).

F. Perencanaan keselamatan kesehatan kerja dan peran fungsi perawat dalam kesja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan
pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal
tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah
terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan
dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah
UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya
mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau
buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta
nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai
pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910
yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.

a. Peran perawat dalam meningkatkan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan


perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah
tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan.

Perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan,


maka fungsinya adalah :

1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di perusahaan

2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi kesehatan


kerja.

3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan

4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan perusahaan.

5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah


disetujui.

6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha menindaklanjuti


sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan
dan melaporkan kepada dokter perusahaan.

8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai


kemampuan yang ada.

9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.

10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah sebagai
salah satu dari segi kegiatannya.

11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.

12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.

13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.

14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja

15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan

16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan

17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan
paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua usaha
perawatan hiperkes
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan
ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat
harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus
dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat
berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk
memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang
tercermin dalam perilaku perawat.

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/ kedokteran beserta


prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/ masyarakat pekerja beserta memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial,
dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/ gangguan-
gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,
serta terhadap penyakit-penyakit umum.

B. Saran

Makalah ini membahas tentang keperawatan komunitas yang membahas


komunitas perawat pada sector perusahaan dengan berfokuskan pada tenaga kerja.
Sehingga dengan pembahasan ini sudah semestinya setiap mahasiswa mendapatkan
gambaran akan system K3 ini, sehingga menjadikan mahasiswa tidak memandang
sempit keprofesiannya nanti.

Anda mungkin juga menyukai