Anda di halaman 1dari 13

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291757268

IDENTIFIKASI TINGKAT BAHAYA KERUNTUHAN


TEBING BERDASARKAN METODE COLORADO
ROCKFALL HAZARD...

Conference Paper · November 2009

CITATIONS READS

0 91

4 authors, including:

Ari Sandhyavitri
Universitas Riau
34 PUBLICATIONS 6 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PENGEMBANGAN SISTEM TERPADU PERINGATAN DINI, SIAGA DARURAT, DAN RESPON CEPAT TERHADAP
KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TROPIS DALAM MEMBENTUK DESA TANGGUH BENCANA KEBAKARAN DI
INDONESIA View project

Carbon Biomass View project

All content following this page was uploaded by Ari Sandhyavitri on 25 January 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


IDENTIFIKASI TINGKAT BAHAYA KERUNTUHAN TEBING
BERDASARKAN METODE COLORADO ROCKFALL HAZARD RATING
SYSTEM (CRHRS)

Dr. Ir. Ari Sandhyavitri, M.Sc, Ir. Rian Tri Komara, Yossy Alwinda, ST, MT, Riddo Fatra, ST
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Kampus Binawidya, Panam,
Tel. 07617076556, Pekanbaru 28293, Riau
e-mail: ari@unri.ac.id dan riantrikomara@yahoo.co.id

ABSTRACT
Identification of rockfall/slope erosion hazards for road users within the road section
of Pekanbaru (Riau Province) – Solok (West Suatra Province) via “Lintas Tengah”
West Part of Sumatra encompassing 200 Km using Colarado Rockfall Hazard Rating
(CRHRS) was discussed in this paper. Twenty three CRHRS parameters were used to
rate rockfall/slope erosion hazards. Ten locations prone to rockfall/slope erosion and
having significant CRHRS points (>275 points) were identified as follow: Km 246
(615 point); Km 136 (504 point), KM 196 (426), Km 216 (408 point), Km 194 (354
point), Km 255 (312 point), Km 214 (300 point), Km 134,5 (294 point); Km 201 (288
point), dan Km 222 (276 point). The higher of the CRHRS value the riskier the slope
will be. Hence, based on this technical approach, it is recommended to remedy those
riskiest slopes as the first priority in the strategy for management of geotechnical
assets.

Key worlds: rockfall, slope erosion, hazards, rating, slopes, CRHRS

ABSTRAK
Identifikasi tingkat kerawanan tebing pada ruas jalan Pekanbaru (Propinsi Riau) ke
Solok (Sumatera Barat) melintasi ruas jalan Lintas Tengah Sumatera (yang meliputi
200 km) dilakukan dengan menggunakan metode Colarado Rockfall Hazard Rating
(CRHRS) dipaparkan dalam tulisan ini. Terdapat 23 CHRS parameter untuk
mentukan tingkat kerawanan tebing yang ditinjau. Sepuluh lokasi yang tingkat
kerawannya relatif signifikan telah diidentifikasi (CRHRS>275), yaitu pada tebing
yang terletak pada Km 246 (615 point); Km 136 (504 point), KM 196 (426), Km 216
(408 point), Km 194 (354 point), Km 255 (312 point), Km 214 (300 point), Km 134,5
(294 point); Km 201 (288 point), dan Km 222 (276 point). Sedangkan tingkat
kerawanannya bervariasi dari 275 sampai 615 point. Semakin tinggi nilai RHRS,
semakin rawan ruas jalan di sekitar tebing tersebut bagi penggunanya. Disarankan
perbaikan tebing dilakukan berdasarkan urutan kerawanan dari nilai RHRS yang
diperoleh ini dalam strategi memanajemen aset geoteknik.

Kata Kunci:keruntuhan tebing/ jatuhan batuan, kerawanan/bahaya, tingkat, tebing,,


CRHRS
Latar Belakang
Jalan raya merupakan prasarana transportasi, yang berfungsi sebagai
konstruksi untuk menghubungkan suatu daerah, baik daerah perkotaan maupun luar
kota. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan akan sarana transportasi menjadi suatu
hal yang utama. Akan tetapi jika fungsi jalur transportasi ini terganggu atas
keberadaan masalah keruntuhan tebing ini maka diperlukan metode penanganan
perbaikan dan pemeliharaan tebing dan aset geoteknik secara sistematis dan terencana
(Ari Sandhyavitri, 2009, dan 2010).
Sebagai salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia, tanah longsor
telah memakan korban banyak setiap tahunnya. Menurut BAKORNAS PB (Badan
Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana) bencana tanah longsor merupakan
bencana alam terbesar ketiga setelah banjir dan angin topan (Riau Pos Koran).
Kejadian tanah longsor yang terus menerus tersebut memerlukan upaya
penanggulangan bencana (disaster management), meliputi upaya terencana dan
terorganisasi yang diwujudkan dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
meniadakan (meminimalisasikan) sebagian atau seluruh bahaya atau kerugian dari
akibat bencana, serta menghindari resiko bencana yang mungkin akan terjadi, agar
akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi, atau diperkecil, bahkan kalau mungkin
dihilangkan (Brett T. Rose, 2005, dan Budetta P, 2004). Salah satu cara adalah dengan
memetakan mengenai wilayah rawan terjadi tanah longsor.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
 Aplikasi prosedur investigasi tingkat kerawanan tebing terhadap pemakai jalan,
berdasarkan metode CRHRS (Colorado Rockfall Hazard Rating System) untuk
ruas jalan Kiliran Jao- Sumbar.
 Mengidentifikasi dan memetakan titik-titik tebing rawan longsor yang memiliki
tingkat kerawanan terhadap pengguna jalan berdasarkan faktor-faktor penyebab
tanah longsor diantaranya aspek tebing (slope aspect), kondisi cuaca dan iklim
(climate), aspek geologi (geology), serta kondisi lalu lintas (traffic).

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan dalam


membantu proses investigasi tebing rawan longsor yang relatif rawan terhadap
pengguna jalan serta, sehingga diharapkan dapat membantu pengambilan keputusan
(baik pemerintah dan swasta) dalam memprioritaskan perbaikan tebing disepanjang
ruas jalan Kiliran Jao-Sumbar.

Tinjauan Pustaka
Di Indonesia masalah kelongsoran sering terjadi karena keadaan geografi di
beberapa tempat yang memiliki curah hujan cukup tinggi dan ruas jalannya
memotong tebing dan bukit. Curah hujan cukup tinggi dianggap sebagai faktor utama
penyebab kelongsoran, meskipun sebenarnya masih harus dipelajari faktor-faktor
lainnya seperti topografi daerah setempat, struktur geologi, sifat perembesan tanah,
morfologi serta tahap perkembangannya.
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor
(landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah
perbukitan di daerah tropis basah. Kerusakan yang ditimbulkan oleh gerakan massa
tersebut tidak hanya kerusakan secara langsung seperti rusaknya fasilitas umum,
lahan pertanian, ataupun adanya korban manusia, akan tetapi juga kerusakan secara
tidak langsung yang melumpuhkan kegiatan pembangunan dan aktivitas ekonomi di
daerah bencana dan sekitarnya (Pierson A. Lawrence, Vickle Robert Van, 1993).

Metode Identifikasi Tingkat Kerawanan Tebing


Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengidentifikasikan tingkat
kerawanan terhadap keruntuhan tebing, dimana metode-metode yang ada senantiasa
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, adapun metode
investigasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah Rockfall Hazard Rating System
(RHRS) yang dikembangkan oleh Colorado Department of Transportation (CDOT),
1997 (Christopher P. Russell, Paul Santi, and John D. Humphrey, 2008).

Colorado Rockfall Hazard Rating System (CRHRS)


Metode Rockfall Hazard Rating System (RHRS) merupakan suatu metode pemberian
skor terhadap tebing-tebing berdasarkan pengamatan visual beberapa parameter yang
dianggap merupakan faktor penentu dalam keruntuhan tebing. Dengan adanya RHRS,
maka akan dapat memberikan indikasi seberapa besar tingkat bahaya suatu tebing
yang dinyatakan dalam bentuk angka/poin (Christopher P. Russell, Paul Santi, and John
D. Humphrey, 2008).
Colorado RHRS merupakan metode investigasi tebing yang dikembangkan
oleh Colorado Department of Transportation. Seluruh informasi yang berkaitan
dengan faktor-faktor penyebab keruntuhan tebing digabungkan seluruhnya ke dalam
suatu sistem (CDOT), sehingga memudahkan dalam mengidentifikasikan tingkat
kerawanan terjadinya keruntuhan tebing terhadap pengguna jalan.
Metode CRHRS terbagi atas empat kategori yang dianggap memberikan
resiko terjadinya keruntuhan tebing diantaranya: karakter tebing, kondisi cuaca,
kondisi geologi, dan kondisi lalu lintas. Pada metode CRHRS ini terbagi atas dua
tahapan yaitu survey awal (preliminary survey) dan survey detail (detail survey).

Parameter Metode Colorado Rockfall Hazard Rating System (CRHRS)


Berikut dibawah ini akan dijelaskan masing-masing parameter yang ada pada metode
Colorado Rockfall Hazard Rating System (CRHRS) diantaranya:
A. Karekteristik Tebing (Slope Aspect)
1. Tinggi Tebing ( Slope Height). Adapun pemberian poin mengikuti ketentuan
tebing dengan ketinggian 25-50 ft diberikan poin 3, tebing dengan ketinggian 51-75 ft
diberikan poin 9. Tebing dengan ketinggian 76-100 ft diberikan poin 27 dan tebing
dengan ketinggian mencapai >100 ft diberikan poin 81.
2. Frekuensi Keruntuhan Tebing (Rockfall Frequency). Adapun informasi mengenai
catatan kejadian longsoran dapat diperoleh dari penduduk setempat di sekitar lokasi
longsoran melalui pengisian quisioner pada survey pendahuluan (prelimenary
survey). Selain itu, juga dapat diperoleh dari berita media massa.
3. Rata-rata Kemiringan Sudut Tebing (Average Slope Angle). Untuk mengetahui
kemiringan sudut tebing dilakukan pengukuran di lapangan yakni dengan
perbandingan sisi vertikal dan horizontal. Peringkat poin mengikuti ketentuan-
ketentuan diantaranya, tebing dengan kemiringan 350-450 diberikan point 3, tebing
dengan kemiringan 450-550 diberikan poin 9, tebing dengan kemiringan 550-600
diberikan poin 27, dan tebing dengan kemiringan > 600 diberikan poin 81.
4. Corak Permukaan Sisi Tebing (Launching Feature). Ini dapat diartikan pada
bentuk visual kekasaran permukaan tebing atau corak permukaan sisi tebing secara
dominan. Pada penilaian kriteria ini bersifat visualisasi/pengamatan berdasarkan
kondisi tebing yang ada.
5. Ditch Catchment. Area yang terdapat diantara kaki tebing dan jalan raya yang
berfungsi untuk menampung jatuhan batuan sehingga tidak sampai kejalan. Semakin
tinggi tingkat keefektifan ditch, maka akan akan semakin aman ruas jalan tersebut
terhadap bahaya keruntuhan tebing.
Efektifitas tangkapan ditch/ parit mengunakan persamaan berikut:
(Da  Wa)
DE  (Dr  Wr)
x100% ..... Rumus 1.1
Dimana:
Da = Kedalaman Ditch Aktual
Wa = Lebar Ditch aktual
Dr = kedalaman disain Ditch, dihitung berdasarkan tinggi dan sudut kemiringan
tebing.
Wr = lebar disain Ditch, dihitung berdasarkan tinggi dan sudut kemiringan tebing.

B. Iklim (Climate)
Meliputi dua karakter, yaitu:
1. Curah Hujan Tahunan (Annual Presipitation)
Curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya terhadap kejadian
longsor dan erosi. Adapun pemberian poin mengikuti ketentuan-ketentuan meliputi
daerah longsoran dengan curah hujan tahunan < 10 inchi. diberikan poin 3, daerah
longsoran dengan curah hujan tahunan 10-20 inchi diberikan point 9, daerah
longsoran dengan curah hujan tahunan 20-35 inchi diberikan poin 27, dan daerah
longsoran dengan curah hujan tahunan > 35 inchi diberikan poin 81.
2. Rembesan atau Mata Air (Seepage/ water)
Rembesan atau mata air (seepage/ water) merupakan salah satu parameter yang ada
pada metode CRHRS, yakni dengan melihat ada atau tidaknya mata air dan tingkat
kebasahan permukaan tebing tersebut akibat adanya mata air.
C. Kondisi Geologi (Geological Conditions)
1. Sedimentary Rock: Degree of undercutting
Degree of undercutting dinyatakan dalam bentuk beda ketinggian lapisan batuan yang
satu dengan yang lainnya. Dimana posisinya berada di bawah tebing setelah
mengalami keruntuhan tebing sebelumnya. Keruntuhan tebing pada jenis batuan
sedimen biasanya didominasi akibat adanya pengaruh erosi dan iklim dan selanjutnya
mengakibatkan peristiwa undercutting dan jatuh.
2. Sedimentary Rock : Degree of interbedding
Degree of interbedding merupakan parameter CRHRS berdasarkan ketebalan lapisan
di tebing dimana posisinya terletak dimana saja.
3. Crystalline Rock : Rock Character
4. Keruntuhan tebing pada jenis batuan beku sebagian besar didasarkan kepada
seluruh masa batuan yang umumya bersifat seragam (homogen), dan solid. Material
terdiri dari bahan yang relatif seragam dan merupakan suatu kelompok dalam ukuran
yang relatif besar. Crystalline Rock ini dibagi atas 4 elements : Degree of overhang,
Weathering Grade,
5. Discontinuities : Block Size /volume. Ukuran blok penting untuk mengetahui
separah apa keruntuhan tebing yang terjadi. Semakin besar blok yang jatuh, maka
maka energi yang dikeluarkan juga akan semakin besar sehingga kerusakan yang
diakibatkan juga akan semakin besar.
6. Discontinuities : Number of Sets. Jumlah lapisan yang tidak bersambung
merupakan faktor penting dalam peningkatan infiltrasi, pembekuan, dan reaksi kimia
akibat cuaca yang dapat merusak masa batuan. Semakin banyak batuan yang tidak
bersambung, maka akan semakin banyak pelapukan yang terjadi. Discontinuities :
Persistence and orientation. Yakni ukuran keseluruhan material yang jatuh dan
prilaku kecenderungan arah jatuh material tersebut. Discontinuities : Aperture
Aperture (lubang/ celah di batuan tebing) akan meningkatkan infiltrasi, pembekuan
dan ketidakteraturan di tebing. Discontinuities : Weathering Condition. Tebing yang
masih utuh dan tidak terpengaruh cuaca diberi poin 3. tebing yang mempunyai sedikit
noda dipermukaannya diberi poin 9. Discontinuities : Friction. Parameter friction ini
mengamati kondisi sambungan-sambunga pada permukaan batuan yang ada pada
tebing tersebut.
Block-in-Matrix : Block Size. Parameter block size (ukuran blok) didasarkan pada
semakin besar ukuran blok, maka akan semakin besar energi kinetik sehingga
kemungkinan menjangkau jalanan akan semakin besar. Block-in-Matrix : Block
Shape. Tujuan peringkat bentuk susunan blok adalah untuk menentukan apakah blok
tersebut dapat meluncur turun di tebing atau tidak. Block-in-Matrix : Vegetation.
Menimbulkan pengaruh menguntungkan bagi kestabilan tebing.

D. Kondisi Lalu Lintas (Traffic)


1. Jarak Pandang (Sight Distance)
Untuk menghitung jarak pandang diformulasikan sebagai berikut:
Actual Sight Distance ...... Rumus 1.2
x 100 % = %
Decision Sight Distance
2. Average Vehicle Risk
Average Vehicle Risk (ADT) dihitung berdasarkan Annual Day Traffic (ADT), Slope
Length, Speed Limit.
[ADT (cars per day) Slope length (miles)] / 24(hours per day)
AVR  100  .... Rumus 1.3
Posted Speed Limit (miles per Hour)

Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan survey CRHRS (Colorado Rockfall Hazard
Rating System) terhadap tebing di sepanjang ruas jalan Kiliran Jao - Sumatera Barat.
Secara umum survey dilakukan dalam 2 tahap :
1. Survey Awal (Preliminary Survey)
2. Survey Detail (Detail Survey)
Adapun gambarannya adalah seperti berikut ini.

Metode Survey untuk CRHRS menggunakan dua tahap, yaitu :

I. Survei Awal II. Detail Survei


Tujuan dari Preliminary Survey ini Adapun tujuan dari Suevei detail ini adalah
adalah menggolongkan tebing menjadi mengetahui rating tebing rawan longsor yang
tiga bagian, yaitu kategori A, B dan C. berbahaya bagi pemakai jalan berdasarkan
Tahapan ini sangat membantu dalam ROCKFALL HAZARD RATING SYSTEM.
mempermudah dalam perhitungan dalam Menentukan mana tebing yang paling
Detail Survey. Penilaian didasarkan atas beresiko dan paling kecil resikonya terhadap
dua kriteria yaitu : pemakai jalan bila mengalami kelongsoran
• Kriteria estimasi potensi jatuhan batu berdasarkan poin dari peratingan metode
COLORADO ROCKFALL HAZARD RATING
ke jalan SYSTEM
• Histori aktivitas kelongsoran
Gambar 1. Metode Survey CRHRS

Survey Awal
Hanya tebing yang mempunyai peringkat A yang akan diprioritaskan
perbaikannya, sedangkan peringkat B, juga ikut dimasukkan dalam skala prioritas
perbaikan jika masih tersedia dana perbaikan (Pierson A. Lawrence, Vickle Robert
Van, 1993).
Survey Detil
Survei detail menggunakan metode CRHRS yang bertujuan untuk meninjau tebing
secara detail. Detail survei ditujukan untuk pemberian skor terhadap tebing dengan
menggunakan 23 parameter penilaian berdasarkan metode CRHRS. Adapun 23
parameter yang ditinjau adalah sebagai berikut:
Slope Height, Rockfall frequency, Average slope angle degree, Launching features,
Ditch catchment. Sedangkan untuk cuaca (climate) dibagi atas 2 parameter yaitu;
Annual precipitation dan Seepage / water. Adapun karakter geologi dibagi atas 4
tinjauan, antara lain: (i) Sediment Rocks yang terdiri atas 2 tipe yaitu Degree of
under cutting dan Degree of interbedding; (ii) Crystalline Rock yang teridiri dari tiga
tipe pula yaitu; Rock character, Degree of overhang dan Weathering grade; (iii)
Discontinuities yang terbagi atas 5 tipe yaitu; Block size / volume, Number of sets,
Persistence/ Orientation, Aperture juga Weathering Condition, dan Friction. Adapun
Block in Matrix dibagi atas 3 kondisi yaitu; Block size, Block Shape dan Vegatation.
Keadaan lalulintas/Traffic dibagi atas 2 keadaan yaitu; Sight distance dan Average
Vehicle Risk.

Hasil & Pembahasan


Informasi umum yang diperoleh dari kegiatan survey pendahuluan ini antara lain :
 Survey Awal (preliminary survey) meninjau 3 ruas jalan, yaitu; ruas jalan
Pekanbaru – Taluk (KM 64 sampai KM 136), ruas jalan Taluk – Kiliran Jao (KM
175 sampai KM 216) serta ruas jaln Kiliran Jao hingga Solok (KM 221 sampai
KM 260) total 260 km.
 Jumlah tebing yang ditinjau pada survey pendahuluan ini adalah 65 titik,
diantaranya 26 titik di ruas jalan Pekanbaru ke Taluk Kuantan (KM 120 sampai
KM 164), 32 titik dari Taluk Kuantan ke perbatasan Kiliran Jao (KM 164 sampai
KM 220) serta 7 titik dari perbatasan Kiliran Jao ke Solok (KM 230 sampai KM
260).
 Dari jumlah keseluruhan titik yang ditinjau maka ditemukan 10 titik yang
diperkirakan rawan longsor dan berbahaya bagi pengguna jalan.
 Dari 10 titik yang telah ditetapkan sebagai titik rawan longsor inilah yang akan
ditinjau pada survey detail (detail survey) selanjutnya.
 Adapun 10 titik tersebut terletak pada KM 134.5 ; KM 136.0 ; KM 194.0 ; KM
196.0 ; KM 201.0 ; KM 214.0 ; KM 216.0 ; KM 222.0 ; KM 246.0 ; dan KM 255.
Tabel 2 Kategori Tebing berdasarkan CRHRS
KATEGORI KM POINTS CHRS Points

700
222 276
TEBING 201 288 600

RAWAN 134.5 294 500

214 300 400


POINT
255 312 300

194 354 200

216 408 100

TEBING 196 426 0


276 288 294 300 312 354 408 426 504 621
SANGAT 136 504 STA (KM)
RAWAN 246 621
Sumber: Survey detail, 2009

Pengelompokan tebing tersebut didasarkan atas kondisi yang ditemui


dilapangan. Dari 65 tebing pada sesi Pekanbaru ke perbatasan Kiliran Jao-Solok yang
ditinjau dalam survey awal (preliminary survey) ditentukan 10 tebing yang dianggap
paling rawan guna untuk melakukan detail survey selanjutnya.
Berdasarkan pembuatan peringkat terhadap 10 tebing tersebut didapat poin
tertinggi yakni 615 pada Km 246, sedangkan poin terendah adalah 228 pada Km
221.8. Berdasarkan peringkat point terhadap parameter-parameter yang ada dengan
metode Colorado Rockfall Hazard Rating System (CRHRS) selanjutnya 10 tebing
dibagi atas 2 kelompok besar yaitu tebing sangat rawan dan tebing rawan.
Gambar 2. Peta rute ruas jalan yang ditinjau Pekanbaru (Riau) – Solok (Sumatera Barat)

Adapun lokasi-lokasi tebing yang rawan bagi pengguna jalan adalah di lokasi sebagai
berikut:
Tabel 3. Posis Global tebing yang rawan
No KM dari PKU posisi GLOBAL daerah keterangan
1 134.5 00 22 15.1 S; 101 20 42.2 E Muara Lembu. Kec Singingi
Pekanbaru - Taluk Kuantan (KM 0 - 164)
2 136 00 22 51.9 S; 101 20 53.7 E Muara Lembu. Kec Singingi
3 194 00 40 2 S; 101 26 59 E batang kering (batas sumbar-riau)
4 196 00 42 14.1 S; 101 26 28.7 E batang kering (batas sumbar-riau)
5 201 00 47 25.1 S: 101 23 33.6 E kiliran jao (sumbar) Taluk Kuantan-Kiliran Jao(KM 164-220 )
6 213.7 00 52 39 S; 101 21 36 E kiliran jao (sumbar)
7 215.5 00 47 57.5 S; 101 23 41.7 E kiliran jao (sumbar)
8 221.8 00 54 31.9 S; 101 24 24.9 E Muaro Sijunjung(sumbar)
9 246 00 50 47 S; 101 24 58 E Muaro Sijunjung(sumbar) Kiliran Jao - Solok (KM 220 - 260)
10 254,5 00 48 54.6 S; 101 25 19.5 E Muaro Sijunjung(sumbar)
total panjang jalan yang diteliti : 260

Adapun tebing yang berstatus sangat rawan bagi pengguna jalan terdapat 6
tebing (CHRS > 275) diantaranya tebing pada Km 246 (615 point); Km 136 (504
point), KM 196 (426), Km 216 (408 point), Km 194 (354 point), dan Km 255 (312
point). Ini berarti tebing tersebut memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi terhadap
pengguna jalan jika tebing ini mengalami kelongsoran.
Sedangkan 4 tebing yang termasuk dalam tebing rawan yaitu tebing pada; Km
222 (276 point), dan Km 201 (288 point), Km 134,5 (294 point); dan Km 214 (300
point). Kategori jenis tebing ini dianggap memiliki status cukup berbahaya bagi
pengguna jalan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar maupun kecilnya perolehan rating
point terhadap tebing di sepanjang ruas jalan Kiliran Jao-Solok diantaranya Slope
Aspect (Slope Height. Rockfall Frequency, Average Slope Angle Score, Launching
Feature,dan Dtch Catcment), Climate (Annual Presipitation,and Seepage/water),
Geology (Degree of UnderCutting,, Degree of Interbedding, Rock Character, Degree
of Overhang, Weathering Grade, Block Size/volume, Number of Sets, Persistence and
orientation, Aperture, Weathering Condition, Friction, BlockSize, Block Shape dan
Vegetation) and Traffic (Sight Distace and Average Vehicle Risk).
Pengurangan tingkat kerawanan puluhan bahkan ratusan tebing ini dapat
dilakukan melalui perbaikan tebing dan manajemen aset geoteknik dengan prioritasi
pendekatan teknis di atas, yaitu tebing yang paling rawan diperbaiki terlebih dahulu.
Pendekatan ini mempunyai asumsi bahwa dana perbaikan relatif hampir tidak
terbatas. Namun bila dana perbaikan tebatas, maka pendekatan value engineering
ataupun biaya resiko dapat dipakai (Ari Sandhyavitri, 2010).

Kesimpulan
1. Berdasarkan Metode Colorado Hazard Rating Systems (CRHRS), maka dapat
dilakukan pemetaan tingkat kerawana tebing pada ruas jalan lintas Sumatera
dengan hasil yang relatif komprehensif dibanding (dengan menggunakan dengan
penggunaan pendekatan konvensional berdasarkan riwayat keruntuhan tebing
saja.
2. Tebing dikelompokkan atas dua kategori yaitu; tebing sangat rawan (CRHRS
>300 point) dan rawan (>275-300 point).
3. Berdasarkan metode Colorado Rockfall Hazard Rating System (CRHRS)
dilakukan peringkat terhadap 10 tebing yang memiliki tingkat kerawanan
terhadap pengguna jalan diantaranya Km 134.5 (276 point) ; Km 136 (450 point)
; Km 194 (354 point) ; Km 196 (318 point) ; Km 201 (288 point) ; Km 213.7
(240 point) ; Km 215.5 (414 point) ; Km 221.8 (228 point) ; Km 246 (615
point) ; dan Km 254.5 (312 point).
4. Dari hasil peringkat, tebing yang dianggap paling berbahaya bagi pengguna jalan
berdasarkan metode Colorado Rockfall Hazard Rating System (CRHRS) adalah
KM 246 dengan poin 615.
5. Pada intinya, dengan menggunakan metode Colorado Rockfall Hazard Rating
System (CRHRS) semakin besar poin yang diperoleh terhadap parameter yang
dirating maka semakin besar pula tingkat kerawanan tebing bagi pengguna jalan
begitu pula sebaliknya.

Daftar Pustaka
Ari Sandhyavitri, 2008, Sistem Pengambilan Keputusan Perbaikan dan Pemeliharaan
Lereng Berdasarkan Prosedur Manajemen Aset, Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Dosen Jurusan Teknik Sipil, ISBN 987 979 792 135 5, Unri Press,
Mai 2008.
Ari Sandhyavitri, 2009, Investigasi Tingkat Kerawanan Lereng Bagi Pengguna Jalan di Ruas
Jalan Pekanbaru-Bukittinggi Berdasarkan Metode RHRS, Prosiding FSTPT XII,
Surabaya 13-14 Nopember 2009
Ari Sandhyavitri, 2010, Managing Geotechnical Assets Utilizing RHRS And RMCE
Approaches, The 7th Asia Pacific Conference on Transportation and the
Environment, Semarang, Indonesia, 3 – 5 June 2010
Brett T. Rose, 2005, Tennessee Rockfall Management System, PhD Dissertation, The faculty
of Virginia Polytechnic Institute and State University, USA.
Budetta P, 2004, Assessment of rockfall risk along roads, http://www.nat-hazards-earth-syst-
sci.net/4/71/2004/nhess-4-71-2004.pdf, USA.
Lynn Kathy, 2000, “Landslide”, Oregon Department of Land Conservation & Development,
Salem, USA in http://www.oregon.gov/LCD/HAZ/docs
Pierson A. Lawrence, Vickle Robert Van, 1993, Rockfall Hazard Rating System Participant's
Manual, NHI Course No.130220, Publication No. MA SA-93-05, Federal
Highway Administration, USA.
Riau Pos Koran tahun 2004-2009 tentang kelongsoran tebing di Jalan Lintas Riau-Sumatra
Barat-Jambi-Sumatra Selatan.
Youssef, A., Maerz, N. H., and, Fritz, M. A.,2003, A risk-consequence hazard rating system
for Missouri highways, 54th Highway Geology Symposium, Burlington,
Vermont, USA.
Christopher P. Russell, Dr. Paul Santi, Dr. John D. Humphrey, 2008 Report No. CDOT-
2008-7: Final Report Of Modification And Statistical Analysis Of The Colorado
Rockfall Hazard Rating System, Colorado Department of Transportation,
Colorado, USA.
Lampiran 1. Tabel Colorado Rockfall Hazard Rating System (CRHRS)
Colorado Rockfall Hazard Rating Field Worksheet
Actual Values
Slope Height : Ditch Depth : Road Area :
Slope Angle : Sight Distance : STA :
Ditch Slope : Spread Limit : Date :
Ditch Width : LHR :
NO CATEGORY 3 POINTS 9 POINTS 27 POINTS 81 POINTS
I. SLOPE
1 Slope Height 25 to 50 ft 50 to 75 ft 76 to 100 >100 ft
2 Rockfall frequency > 2 years 1 to 2 years Yearly, seasional Year round / sevate events
Average slope angle
3 35-450 45-550 55-650 > 650
degree
None (smooth Minor (<2ft, surface Many ( 2 to 6 ft, Major (> 6 ft, surface
4 Launching features
slope) variotion) surface veriation) veriation)
95 % to 100 % / 85% to 94 % / class 30 % to 64 % / class < 30 % / Class 4 / > Major
5 Ditch catchment
Class 1 2 3 launching features
II. CLIMATE
6 Annual precipitation < 10 inches 10 to 20 inches 20 to 35 inches > 35 inches
7 Seepage / water Dry Damp / wet Dripping Running Water
III. GEOLOGY
* Sed. Rocks
8 Degree of under cutting 0 to 1 ft 1 to 2 ft 2 to 4 ft > 4 ft
1 to 2 week inter- 1 to 2 week inter- > 2 week inter-beds,
9 Degree of inter-bedding > 2 weeki inter-beds, > 6 ft
beds, < 6 in beds, > 6 in < 6 in
* Clay. Rock
Homogenous / Small faults / strong Schist / shear zones Weak pegmatite / micas /
10 Rock character
massive volts < 6 in shear zones > 6 in
11 Degree of overhang 0 to 1 ft 1 to 2 ft 2 to 4 ft > 4 ft
12 Weathering grade Fresh Surface staining Granular infilling Clay infilling
* Discontinuities
13 Block size / volume <1 ft / 1 cy 1 to 2 ft / 1 to 3 cy 2 to 9 ft / 3 to 10 cy > 5 ft / > 10 cy
14 Number of sets 1 1 plus random 2 >2

<10 ft and dips into > 10 ft and dips into < 10 ft and daylight > 10 ft ang daylight out of
15 Persistence, Orientation
slope slope out of slope slope
16 Aperture Closed 0.1 to 1 mm 1 to 5 mm > 5 mm
17 Weathering Condition Fresh Surface staining Granular infilling Clay infilling
18 Friction Rough Undulating Planar Sicken aided
* Block in Mat
19 Block size < 1 ft 1 to 2 ft 2 to 5 ft > 5 ft
20 Block Shape Tabular Blocky Blocky to angular Rounded and smooth
21 Vegetation Fully vegetated Patchy vegetation Isolated plants None
IV. Traffic
22 Sight distance > 80 % 60 % to 80 % 40 % to 60 % < 40 %
23 Avg. Vehicle Risk 0 to 24 % 25 to 49 % 50 to 74 % 75 % or more
Sumber: Pierson & Vickle, 1993.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai