Modul 3 Selesai
Modul 3 Selesai
Skenario 1
An.M (Berjenis kelamin perempuan), saat ini berusia 4 tahun dengan riwayat
penyakit jantung bawaan. Menurut orang tuanya bahwa, An.M pada saat berumur
4-6 bulan pernah mengalami serangan sianotik dan bernapas dengan pernapasan
cepat dan dangkal. Menurut catatan dokter yang pernah menanganinya bahwa
struktur anatomi jantung An.M mengalami kegagalan perkembangan infundibulum
yang di tandai adanya 4 (empat) kelainan pada jantung berupa : 1. Defek septum
ventrikel, 2. Stenosis pulmonal, 3. Over-riding aorta, 4. Hipertropi ventrikel. Saat
ini An.M sering mengalami sianosis, pernapasan kusmaull dan squatting setelah
An.M berjalan beberapa puluh atau beberapa ratus meter atau setelah melakukan
aktivitas. Dengan melakukan squatting An.M merasa lebih nyaman.
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Riwayat penyakit jantung bawaan
4. Takipnoe
5. Mengalami serangan sianotik
6. Mengalami kegagalan perkembangan infudibulum
7. Defek septum ventrikel
8. Stenosis pulmonal
9. Over-riding aorta
10. Hipertropi ventrikel
11. Mengalami sianosis
12. Pernapasan kusmaull dan squatting
13. Melakukan squatting
JAWABAN :
PERTANYAAN
TAKIPNOE
1. Apa pengertian TAKIPNOE
Takipnoa adalah suatu kondisi yang mengambarkan pernapasan yang
cepat dan dangkal karena ketidakseimbangan antara karbon dioksida
dan oksigen di dalam tubuh
2. Apa penyebab TAKIPNOE
Takipnoe terjadi : adanya gangguan karena suplai oksigen
menurun. Hal ini terjadi ketika otot jantung (miokardium) tidak
mendapatkan sebanyak darah (sehingga lebih banyak oksigen)
seperti kebutuhan.
3. Kapan TAKIPNOE tersebut terjadi
-Melakukan aktivitas berlebih
-kebutuhan oksigen tidak terpenuhi
4. Patofisiologi TAKIPNOE
- konsep length-tension inappropriateness
Sesak napas timbul dari gangguan hubungan antara
kekuatan/ketegangan otot-otot pernapasan dan perubahan yang
di hasilkan ( panjang otot dan volume paru).
- Afferent mismatch
Ketidak sepadaan (disasosiasi) antara perintah yang kelur
dari otak (aktiviti motor pernapasan pusat) dan informasi
aferen yang datang dari reseptor (jalan napas, paru, dan
dinding dada).
- Kebutuhan ventilasi meningkat
1. Orang normal atau penyakit paru
2. Respiratory motor output me ↑→ sense of effot
3. Kompensasi bila ruang rugi me > mis. Penyakit
parenkim dan pembuluh dara paru.
4. Hipoksemia rangsang komereptor → me ↑ pernapasan
5. Deconditioning ( pasien peny. Kardiopulmoner) as.
Laktat lebih awal dan cepat ↑ → rangsang pernapasan ↑
→ ventilasi → sesak napas
6. Usia (tua), malnutrisi, hipoksemia : melemahnya
respirasi, fungsi otot perifer, aktiviti <<, deconditioning
sesak napas >>.
STENOSIS PULMONAL
1. Apa pengertian STENOSIS PULMONAL
Stenosis pulmonal adalah penyempitan pada katup pulmonalis
atau penyakit jantung katup yang keluar darah dari ventrikel
kanan jantung yang menyebabkan penurunan aliran darah ke
paru-paru.
2. Apa penyebab STENOSIS PULMONAL
Stenosis pulmonal biasanya terjadi ketika katup paru tidak tumbuh
dengan baik selama perkembangan janin. Bayi yang memiliki kondisi
sering memiliki kelainan jantung bawaan lainnya. Hal tersebut tidak
diketahui apa yang menyebabkan katup untuk berkembang tidak
normal.
3. Patofisiologi STENOSIS PULMONAL
Karena stenosis yang terjadi pada katup pulmonal ( tipe valvuler
), atau pada pangkal arteri pulmonal ( tipe supravalvuler ), atau
pada infundibulum ventrikel kanan ( tipe subvalveler ), maka
ventrikel kanan akan menghadapi beban tekanan berlebihan
yang kronis. Dilatasi pasca stenotik pada arteri pulmonal
merupakan pertanda yang karakteristik bagi stenosis pulmonal
tipe valvuler dan tidak ditemukan pada tipe stenosis pulmonal
yang lain. Katup pulmonal tampak doming pada waktu systole,
tebal dan mengalami fibrosis, tapi jarang sekali disertai
klasifikasi. Jika ditemukan proses klasifikasi, biasanya
disebabkan oleh infiksi endokarditis bakterial. Adanya hipertrofi
ventrikel kanan menunjukkan bahwa stenosis pulmonal cukup
signifikan. Bagian infundibuler akan mengalami hipertrofi pula
dan hal ini akan memperberat stenosis pulmonal. Tekanan akhir
diastolic dalam ventrikel kanan pun meninggi. Elastisitas
miokard berkurang dan akhirnya timbul gejala gagal jantung
kanan. Severitas stenosis pulmonal umumnya dibedakan sebagai
stenosis pulmonal yang ringan, yang moderat dan yang berat,
walaupun perbedaan ini hanya bersifat arbitrer dan sering
overlapping, bahkan mengalami perubahan yang progresif. Pada
stenosis pulmonal yang ringan, tekanan sistolik di ventrikel
kanan biasanya kurang dari 50 mmHg dan itu berarti kurang dari
50% tekanan sistemik. Pada stenosis pulmonal yang moderat,
tekanan sistolik ventrikel kanan berkisar antara 50-75% dari
tekanan sistemik, atau antara 50-75mmHg. Dan stenosis
pulmonal dianggap berat, apabila tekanan sistolik ventrikel
kanan lebih dari 75% tekanan sistemik, atau lebih dari 75
mmHg. Kemudian stenosis pulmonal dianggap sudah kritis
apabila tekanan sistolik ventrikel kanan melebihi tekanan
sistemik. Pada pasien PS, tentu dapat dilakukan upaya agar
pembukaannya dapat lebih lebar. Pertama dengan jalan operasi.
Tetapi dalam 15 tahun terakhir ini dapat dilakukan pula dengan
upaya non-bedah yakni dengan balonisasi katup untuk
melebarkan katup yang sempit tersebut (pasien datang pagi hari,
dan pulang keesokan harinya). Dapat dilakukan di RS2 yang ada
fasilitas kateterisasi dan dilakukan dokter jantung yang
berpengalaman melakukan tindakan ini.
SIANOSIS
1. Apa pengertian SIANOSIS
Sianosis adalah warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput
lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb
tereduksi (Hb tidak berikatan dengan oksigen).
2. Apa penyebab SIANOSIS
Penyebab serangan sianosis belum diketahui dengan pasti tetapi
dapat diduga berkaitan dengan peningkatan tahanan gai
akibatnya teterhadap aliran darah ventrikel kanan karena
kontraktilitas outflow aliran darah ventrikel kanan yang
meningkat atau tahanan perifer yang menurun. Kedua keadaan
tersebut memperbesar shunt dari kanan ke kiri sebagai akibatnya
tekanan co2 darah meningkat dan tekanan o2 darah turun,
keadaan ini merangsang pusat pernapasan sehingga timbul
pernapasan cepat.
Sianosis dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung , masalah
pernapasan yang parah atau masalah pada sirkulasi darah.
Beberapa situasi dan kondisi yang dapat menyebabkan adalah:
1. Paparan udara yang dingin atau air
2. Berada di tempat yang tinggi
3. Penyakit paru obstruktif kronis
4. Pneumonia
5. Emfisema paru
6. Gagal jantung
7. Penyempitan arteri atau pembuluh darah di daerah yang
terkena broncbrolitis ,asma, kejang, obat over dosis,
tenggelam.
3. Kapan SIANOSIS tersebut terjadi
Serangan sianosis sifatnya mendadak, setelah bangun tidur,
stelah menangis keras, defekasi atau lapar atau setelah minum.
4. Patofisiologi SIANOSIS
Sianosis mengacu kepada warna kulit dan membrane mukosa
yang kebiruan sebagai akibat dari peningkatan kadar
hemoglobin tereduksi (reduce hemoglobin) atau derivate
hemoglobin dalam kapiler kulit pada daerah tersebut yang lebih
dari 5gram%. Besarnya gejala sianosis terlihat paling mencolok
di daerah bibir, dasar kuku, telinga, dan amnesia malar. Derajat
sianosis di modifikasi oleh kualitas pigmen kutaneus dan
ketebalan kulit, serta dengan keadaan kapiler. Peningkatan
jumlah hemoglobin yang menurun dalam pembuluh-pembuluh
darah kulit menimbulkan sianosis dapat di terima oleh
peningkatan kuantitas darah vena dikulit sebagai hasil dilatasi
venula dan ujung vena kapiler atau oleh pengurangan saturasi
oksigen didaerah kapiler.
PERNAPASAN KUSMAULL
1. Apa pengertian PERNAPASAN KUSMAULL
Pernapasan kusmaul adalah pola pernapasan yang sangat dalam
dengan dengan frekuensi yang normal atau semakin kecil.
2. Apa penyebab PERNAPASAN KUSMAULL
Kompensasi pernapasan pada asidosis metabolic, gas-gas darah
pada pasien dengan pernapasan kussmaul memperlihatkan
tekanan parsial karbon dioksida yang menurun karena adanya
tekanan yang meningkat pada pernapasan pernapasan ini
membuang banyak karbon dioksida. Pasien akan merasa ingin
cepat untuk menarik napas secara mendalam, dan tampaknya
terjadi secara tak sadar.
DIAGNOSA PEMBANDING
A. PENGERTIAN
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah kelainan jantung kongenital dengan
gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal
meliputi Defek Septum Ventrikel, Stenosis Pulmonal, Overriding Aorta dan
Hipertrofi Ventrikel Kanan. (Buku Ajar Kardiologi Anak, 2002).
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah merupakan defek jantung yang terjadi
secara kongenital dimana secara khusus mempunyai empat kelainan anatomi pada
jantungnya. TOF ini adalah merupakan penyebab tersering pada Cyanotik Heart
Defect dan juga pada Blue Baby Syndrome.
TOF pertama kali dideskripsikan oleh Niels Stensen pada tahun 1672.
tetapi, pada tahun 1888 seorang dokter dari Perancis Etienne Fallot menerangkan
secara mendetail akan keempat kelainan anatomi yang timbul pada tetralogi of
fallot.
TOF merupakan penyakit jantung bawaan biru (sianotik) yang terdiri dari empat
kelainan yaitu :
Defek Septum Ventrikel (lubang pada septum antara ventrikel kiri dan
kanan)
Stenosis pulmonal (penyempitan pada pulmonalis) yang menyebabkan
obstruksi aliran darah dari ventrikel kanan ke arteri pulmonal.
Transposisi / overriding aorta (katup aorta membesar dan bergeser ke kanan
sehingga terletak lebih kanan, yaitu di septum interventrikuler).
Hipertrofi ventrikel kanan (penebalan otot ventrikel kanan)
B. ETIOLOGI
Pada sebagian kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui
secara pasti, akan tetapi diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor- faktor tersebut antara lain:
a. Faktor endogen:
Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
b. Faktor eksogen
Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,
minum obat-obatan tanpa resep dokter (thalidomide, dextroamphetamine,
aminopterin, amethopterin, jamu)
Selama hamil ,ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus
lainnya.
Pajanan terhadap sinar-X
Gizi yang buruk selama hamil
Ibu yang alkoholik
Usia ibu di atas 40 tahun.
C. MANIFESTASI KLINIK
Serangan sianosis dan hipoksia atau yang disebut “blue spell” terjadi ketika
kebutuhan oksigen otak melebihi suplainya. Episode biasanya terjadi bila anak
melakukan aktivitas (misalnya menangis, setelah makan atau mengedan).
(Buku ajar Keperawatan Kardiovaskuler, 2001).
D. PATOFISIOLOGI
Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi pada hari ke-18 usia
kehamilan. Pada minggu ke-3 jantung hanya berbentuk tabung yang disebut fase
tubing. Mulai akhir minggu ke-3 sampai minggu ke-4 usia kehamilan, terjadi fase
looping dan septasi, yaitu fase dimana terjadi proses pembentukan dan penyekatan
ruang-ruang jantung serta pemisahan antara aorta dan arteri pulmonalis. Pada
minggu ke-5 sampai ke-8 pembagian dan penyekatan hampir sempurna. Akan
tetapi, proses pembentukan dan perkembangan jantung dapat terganggu jika selama
masa kehamilan terdapat faktor-faktor resiko.
Hubungan letak aorta dan arteri pulmonalis masih di tempat yang normal,
overriding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah ke arah anterior mengarah
ke septum. Klasifikasi overriding menurut Kjellberg: (1) tidak terdapat overriding
aorta bila sumbu aorta desenden mengarah ke belakang ventrikel kiri, (2) Pada
overriding 25% sumbu aorta asenden ke arah ventrikel sehingga lebih kurang 25%
orifisium aorta menghadap ke ventrikel kanan, (3) Pada overridng 50% sumbu aorta
mengarah ke septum sehingga 50% orifisium aorta menghadap ventrikel kanan, (4)
Pada overriding 75% sumbu aorta asenden mengarah ke depan venrikel kanan.
Derajat overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan derajat stenosis
menentukan besarnya pirau kanan ke kiri.
(Ilmu Kesehatan anak, 2001).
Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan,
maka :
1. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui lubang pada
septum interventrikuler dan sebagian lagi berasal dari ventrikel kiri,
sehingga terjadi percampuran darah yang sudah teroksigenasi dan belum
teroksigenasi.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum
ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, akan tetapi apabila
tekanan dari ventrikel kanan lebih tinggi dari ventrikel kiri maka darah akan
mengalir dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri (right to left shunt).
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yg bertekanan tinggi serta harus melawan tekanan tinggi akibat
stenosis pulmonal maka lama kelamaan otot-ototnya akan mengalami
pembesaran (hipertrofi ventrikel kanan).
Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan
berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup, dan menghadapi stenosis
pulmonalis, maka darah akan dipintaskan melewati defek septum ventrikel
tersebut ke dalam aorta. Akibatnya darah yang dialirkan ke seluruh tubuh tidak
teroksigenasi, hal inilah yang menyebabkan terjadinya sianosis. (Ilmu Kesehatan
anak, 2001).
Pada keadaan tertentu (dehidrasi, spasme infundibulum berat, menangis lama,
peningkatan suhu tubuh atau mengedan), pasien dengan TOF mengalami hipoksia
spell yang ditandai dengan : sianosis (pasien menjadi biru), mengalami kesulitan
bernapas, pasien menjadi sangat lelah dan pucat, kadang pasien menjadi kejang
bahkan pingsan.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Radiologis
c. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan, kadang terdapat juga hipertrofi
atrium kanan.
Pada anak yang sudah besar dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru-
paru.
d. Kateterisasi
F. PENATALAKSANAAN
Pada penderita yang mengalami serangan stenosis maka terapi ditujukan
untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara:
a. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah karena peningkatan
afterload aorta akibat penekukan arteri femoralis. Selain itu untuk
mengurangi aliran darah balik ke jantung (venous).
b. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kgBB SC, IM, atau IV atau dapat pula diberi
Diazepam (Stesolid) per rektal untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu.
c. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian di sini tidak begitu tepat
karena permasalahan bukan kerena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran
darah ke paru menurun. Dengan usaha di atas diharapkan anak tidak lagi
takipneu, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak
terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :
d. Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut
jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dngan 10 ml
cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separuhnya, bila serangan
belum teratasi sisanyadiberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
e. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam
penanganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat
meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan
aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Tindakan operasi dianjurkan untuk semua pasien TOF. Tindakan operasi yang
dilakukan, yaitu :
d. Total Korektif, terdiri atas penutupan VSD, valvotomi pulmonal dan reseksi
infundibulum yang mengalami hipertrofi. (Ilmu Kesehatan Anak, 2001)
G. PROGNOSIS
Umumnya prognosisnya buruk pada penderita TOF tanpa operasi. Penderita
TOF derajat sedang tanpa operasi dapat bertahan hidup sampai umur 15 tahun dan
hanya sebagian kecil yang bertahan sampai dekade ketiga.
H. KOMPLIKASI
1. Trombosis pulmonal
2. Polisitemia
3. Abses otak
4. Perdarahan
5. Anemia relative
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. M
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : perempuan
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit jantung bawaan
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Orang tua klien mengatakan klien pada umur 4-6 bulan pernah
mengalami serangan sianotik dan bernafas dengan pernapasan
kusmaull.
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat psikosocial
a. Pola pernafasan
Gejala: kusmaull
Tanda: klien sering berjongkok dalam beberapa waktu sebelum dia
berjalan kembali
b. Pola aktifitas
Gejala: kelelahan atau kelemahan saat beraktifitas, kelelahan kaki
Tanda: kusmaull saat bekerja.
c. Pola sirkulasi
Gejala: riwayat penyakit jantung bawaan
Tanda: klien mengalami kegagalan perkembangan infundibulum
d. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Gejala: klien kurang nyaman ketika susah bernafas
Tanda: gelisah
7. Pemeriksaan fisik
TTV : Perawat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
meliputi : pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan
suhu tubuh
Head to toe
1. Adanya Sianosis terutama pada bibir dan kuku, dapat terjadi
sianosi menetap ( morbus sereleus )
2. Pada awalnya BBL belum ditemukan sianotik , bayi tampak
biru setelah tumbuh
3. Berat badan bayi tidak bertambah
4. Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan
5. Auscultasi didapatkan murmur pada batas kiri sternum tengah
sampai bawah
6. Dispnea de’effort dan kadang disertai kejang periodic (spells)
atau pingsan
7. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung lambat
8. Serangan sianosis mendadak ( blue spells / cyanotic spells ,
paroxysmal hyperpnea , hypoxia spells ) ditandai dengan
dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan
sampai koma dan kematian.
9. Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat
berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok
dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
10. Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat
obstruksi.
11. Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan
keras.
12. Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih
besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
13. Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik
14. Setelah melakukan aktifitas, anak selalu jongkok ( squanting )
untuk mengurangi hipoksi dengan posisi knee chest
B. Analisa data
C. Diagnose keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Intoleransi aktifitas b/d ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
D. Rencana keperawatan
No Hasil Intervensi
Diagnosa
. (NOC) (NIC)
1 Penurunan curah - Pompa jantung Perawatan Jantung
jantung b/d efektif - Kaji tekanan
perubahan - Status sirkulasi darah,
kontraktilitas adekuat sianosis,status
- Status tanda pemafasan dan
Data subjektif: vital dalam status mental
- Orang tua rentang yang - Kaji toleransi
klien diharapkan aktivitas :
mengatakan mulainya nafas
pada saat Setelah dilakukan pendek, nyeri,
umur 4-6 Asuhan keperawatan palpitasi, atau
bulan pernah selama 3X 24 jam.: pusing
mengalami - Monitor
serangan - Gambaran ECG denyut
sianotik dan normal jantung, irama
bernapas - Tidak ada dan nadi
dengan edema paru, Monitor
pernapasan perifer, acites, efektifitas
kusmaull distensi vena pemberian O2
data objektif: jugularis - Monitor status
- Dari hasil - Dapat mental:
pemeriksaan mentoleransi gelisah, cemas
dokter yang aktifitas, tidak - Atur posisi
pernah ada kelelahan. tidur sesuai
menanganiny - Tidak sianosis kondisi klien.
a bahwa - Jelaskan
struktur penggunaan,
anatomi dosis, efek
jantung klien samping
mengalami pengobatan
kegagalan kepada klien
perkembanga dan keluarga.
n - Berikan
infundibulum informasi
meliputi
pembatasan
aktifitas,
perubahan diet
kepada klien
dan keluarga.
- Kolaborasi :
medis (untuk
pemberian
antiaritmia,
nitrogliserin,
vasodilator,
anti koagulan,
terapi cairan &
oksigenasi),
sosial pastoral,
ahli gizi.
Perawatan sirkulasi
- Monitor tanda
kelebihan
cairan, asupan
cairan,
haluaran urine
- Monitor
denyut perifer,
pengisian
suhu, dan
warna
ekstremitas
- Auskultasi
bunyi paru
untuk
mengetahui
adanya ronchi
basah, atau
bunyi
tambahan
Monitor tanda
vital
- Monitor TTV
tiap . jam.
- Monitor tanda
vital saat klien
berbaring,
duduk, berdiri,
sebelum,
selama, dan
sesudah klien
aktifitas.
Terapi Aktivitas
- Bantu klien
melakukan
ambulasi yang
dapat
ditoleransi.
- Rencanakan
jadwal antara
aktifitas dan
istirahat.
- Bantu dengan
aktifitas fisik
teratur : misal:
ambulasi,
berubah posisi,
perawatan
personal sesuai
kebutuhan.
- Minimalkan
anxietas dan
stress. dan
berikali
istirahat yang
adekuat
- Kolaborasi
dengan medis
untuk
pemberian
terapi, sesuai
indikasi
E. Evaluasi
1. Peningkatan curah jantung
2. Pertukaran gasmenjadi normal
- Pernafasan Kusmaull hilang
3. Pasien dapat mengontrol aktivitasnya
DAFTAR PUSTAKA