Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ATONIA UTERI

Disusun oleh : Kelompok III

Dyah Yuliantika P 1633007

Wahyuni Sianturi 1633012

Seri Harmurni 1633014

Arnila Ousartika 1633016

Yosi Vanessia 1633028

Andy Orlando 1633034

Dosen Pengampu : Theresia Anita, M. Tr. Keb

PROGRAM S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG

2019
A. Pengertian

Atonia uteri merupakan sebuah perdarahan pasca


persalinan,perdarahan ini terjadi karena terlepasanya sebagagian plasenta
yang terlepas dari uterus dan sebagiannya belum terlepas yang di
akibatkan karena kegagalan dari serabut-serabut miometrium yang tidak
berkontraksi,maka uterus menajdi lunak dan pembuluh darah yang bekas
dari perlngketan plasenta akan terbuka lebar.(Anik maryunani,2016,p
235).Kegagalan uterus akan berkontraksi setelah perahiran,ini merupakan
penyebab perdarahan obstretrik (Kenneth J, 2017, p 251).
B. Patoflo (terlampir dibelakang)

C. Tanda dan Gejala

1. Pendarahan pervagina yaitu pendarahan yang keluar secara


merembes,dimana pendarahan ini yang keluar disertai gumpalan
dikarnakan trombobplastin tidak mampu sebagai pembeku darah.

2. Konsistensi rahim lunak yaitu kehamilan yang berubah pada saat


melaukan pemeriksaan kita letakkan 2 jari dalam pomix posterior dan
satu tangan lagi didaerah dinding perut atas symphse,maka ustemus
tidak teraba seakan uteri terpisah dari cervik.(Megasari,2014,pp.88).

3. Pundus uteri naik yaitu dapat terjadi jika aliran darah yang keluar
terhalang oleh bekuan darah atau dari selaput janin.
(Sastrawinata,2005,pp.172)

4. Terdapat tanda-tanda syok yaitu jika pasien mengalami pendarahan


setelah bayi lahir maka pasien akan mengalami syok dikarnakan
terdapat bekuan darah di servik atau posisi pasien yang terlentang akan
menghambat aliran darah yang keluar.

D. Penanganan Dan Terapi

1. Penanganan pada ibu yang mengalami Antonia uteri


a. Perdarahan yang dapat timbul setelah janin lahir ,lakukan upaya
pengehentian perdarahan dengan cepat ,dan mengatasi akibat dari
perdarahan
1. Pada perdarahan yang dapat menyebabkan atonia uteri
,dilakukan masase pada Rahim dan berikan suntikan
ergomentrin ke dalam pemuluh balik
2. Jika tidak memberikan hasil yang di harapkan dalam waktu
yang singkat lanjutkan kompresi bimanual
3. Jika perlu di lakukan tamponade utero vaginal yaitu dimana
tampon kasa di dalam rahim sama dirongga rahim sudah terisi
penuh
4. Jika perdarahan postpartum dapat memungkinkan dilakukan
pengikatan pada pembuluh darah nadi yang menyuplai darah
sampai ke rahim (Maryunani, A, 2016)
5. Berikan transfuse darah dan pasang foley kateter untuk
memonitor produksi
Terapi :
 Oksitosin 20 U dalam 1000 ml dan jangan diberikan dalam bentuk
bolus yang tidak diencerkan karena dapat berakibat hipotensi dan
aritmia
 Pemberian 0,2 mg methylergonovine (Methergine) bila oksitosin
tidak efektif. Obat ini digunakan untuk kontraksi uterus. Jangan
diberikan melalui intravena tetapi melalui intramuscular karena
dapat berakibat hipertensi yang berbahaya
 Prostaglandin terapi yang dapat digunakan untuk atonia uteri
diberikan melalui intramuscular dengan dosis 250µg (0,25mg)
dalam interval 15-90 menit hingga maksimum 8 dosis ( Leveno,
2017 p. 252)
 Bila kondisi atonia uteri tidak berubah maka kemunkinan
dilakukan histerektomi untuk menyelamatkan nyawa
pasien. alternative yang lain ligasi arteri uterine, ligasi arteri
iliaka interna, jahitan kompresi uterus, balutan uterus, atau
embolisasi angiografik ( Leveno, 2017 p.253).

E. Pengelolahan Umum
1. Segera lakukan masase fundus setelah plasenta telah keluar (R/
untuk merangsang kontraksi uterus dan sekaligus dapat menilai
kontraksi uterus)

2. Lalu ostium serviks dan selaput ketuban dibersihkan dari gumpalan


darah (R/ gumpalan darah teresebut dapat menghambat kontraksi
uterus)

3. Lakukan kompresi bimanual interna (hal yang perlu diingat, bila


uterus sudah mengalami kontraksi keluarkan tangan setelah 1-3
menit dan apabila tetap tidak terdapat kontraksi tetap lakukan
kompresi sampai 5 menit)

4. Beri tahu keluarga agar mulai melakukan kompresi bimanual


eksterna (R/ peran keluarga dapat mempermudah penolong untuk
melakukan tindakan yang lain)

5. Lalu berikan terapi ergometrin 0,2 mg IM (R/ untuk merangsang


kontraksi uterus dan mulai bekerja 5-7menit)

6. Sediakan dan berikan cairan kristaloid (ringer laktat) dan terapi


oksitosin 20 unit per 500 cc (R/ oksitosin diberikan aktif kala III
untuk merangsang kontraksi uterus dan ringer laktat untuk
mengganti volume cairan pasien yang hilang dkarenakan atoni
uteri)

7. Lakukan lagi bimanual interna

8. Persiapkan untuk melakukan rujukan (R/ memerlukan penanganan


kegawatdaruratan dan berkemungkinan terjadi pembedahan)

9. Cairan kristaloid yang diberikan melalui infuse tetap dilanjutkan


sampai pasien sampai ke tempat rujukan ( Maryunani, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.ph
p/mmj/article/download/11/11/&ved=2ahUKEwi_seO7taniAhUt7XMBHd
T8CX8QFjABegQIAxAB&usg=AOvVaw0MCuC8tR3wfsRoqv7xE7L1

Leveno, Kenneth J. 2017. Manual Williams Komplikasi Kehamilan Edisi


23 ,Jakarta : EGC.

Maryunanni, A. 2016. Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan Edisi


Kedua. Jakarta : TIM.

Miratu, M dkk. 2014. .Panduan Belajar asuhan Kebidanan. Yogyakarta :


CV Budi Utama.

Sastrawinata, S, Djamhore, M dan Wirakusumah F.firman(2005).Ilmu


Kesehatan Reproduksi:Obstetri Patologi.F/2. Jakarta : EGC.

Sheehy. 2013. Keperawatan Gawat Darurat Dan Bencana. Elsevier :


Singapore.

Anda mungkin juga menyukai