Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AUDIT SEKTOR PUBLIK

METODOLOGI AUDIT SEKTOR PUBLIK : PENGUMPULAN DATA DAN


ANALISIS DATA

Dosen Pengampu :
Dhini Suryandari, S.E, M.Si, Akt, CA, QIA

Disusun oleh :
Diah Nur Faidah 7211416003

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Metodologi Audit Sektor Publik
2.2 Sistem Program Audit Sektor Publik
2.2.1 Audit atas saldo
2.2.2 Audit atas pengelolaan akun
2.2.3 Audit atas program yang memberikan akun tersebut
2.3 Siklus Metodologi Audit Sektor Publik
2.3.1 Siklus pengumpulan data
2.3.2 Siklus analisis data
2.4 Teknik Metodologi Audit Sektor Publik
2.4.1 Teknik pengumpulan data
2.4.2 Teknik analisis data
2.5 Contoh Metodologi Audit Sektor Publik
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sama halnya sektor privat atau swasta yang perlu diaudit laporan
keuangannya, sektor publik sebagai lembaga dibawah kepengurusan
pemerintah memiliki kewajiban untuk diaudit setiap periodenya. Badan
pemeriksa keuangan (BPK) yang mengemban tugas untuk mengaudit pada
ranah sektor publik, namun juga tidak menutup kemungkinan bagi kantor
akuntan publik (KAP) di Indonesia untuk ikut juga melakukan audit terhadap
sektor publik dengan pelatihan dan pengawasan dibawah BPK. Sektor publik
meliputi kementrian, BUMN/BUMD, rumah sakit, yayasan dan lain-lain.
Audit yang dilaksanakan pada ranah sektor publik juga tidak hanya berkutat di
laporan keuangan saja, akan tetapi bisa audit kinerja (operasional) dan audit
dengan tujuan-tujuan khusus.
Pada sisi metodologi, audit sektor publik pada dasarnya masih sama
dengan audit sektor privat sehingga tidak terlalu nampak perbedaan yang
signifikan diantara keduanya. Metodologi merupakan suatu cara atau langkah
yang harus dilakukan auditor guna mendapatkan informasi lebih dalam dan
memperkuat bukti atau temuan yang diperoleh. Ada berbagai macam
metodologi yang akan dijelaskan pada makalah ini sehingga harapannya
mahasiswa calon auditor mampu memahami urgensitas dari metodologi dalam
program audit.
Materi dalam makalah ini meliputi (1) teori metodologi audit sektor
publik, (2) sistem program audit sektor publik, (3) siklus metodologi program
audit sektor publik, dan (4) teknik metodologi program audit sektor publik.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1. Apa saja siklus metodologi program audit sektor publik yang harus
dipahami oleh seorang auditor?
2. Bagaimana peran auditor dalam mengimplementasikan teknik metodologi
program audit sektor publik?
3. Bagaimana bentuk masing-masing teknik metodologi program audit sektor
publik?

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa calon auditor diharapkan mengetahui siklus metodologi
program audit sektor publik
2. Memahami teknik metodologi program audit sektor publik dan
implementasinya di lapangan
3. Mengetahui bentuk masing-masing teknik metodologi program audit
sektor publik sehingga dapat menilai mana teknik yang sesuai dengan
kebutuhan di lapangan

1.4 Manfaat penulisan


Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Secara teoritis, mampu memberikan pengetahuan, rujukan, dan
pengembangan keilmuan pembaca, khususnya mahasiswa yang sedang
menempuh studi akuntansi khususnya konsentrasi auditing
2. Secara praktis, memberikan informasi mengenai teknik-teknik metodologi
program audit sektor publik yang dapat diterapkan di lapangan sesuai
dengan kebutuhan auditor
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Metodologi Audit Sektor Publik


Program audit sektor publik mengalami perkembangan dari masa ke masa.
Beberapa macam program tersebut saat ini ada 3, yaitu :
a. Audit laporan keuangan
Program audit laporan keuangan merupakan kegiatan pengumpulan
bukti dan analisis terhadap laporan keuangan yang disajikan sebuah entitas
atau organisasi publik untuk menilai kewajaran (dalam bentuk opini)
sesuai dengan kriteria atau standar yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU).

b. Audit kinerja keuangan


Audit kinerja keuangan merupakan salah satu program audit yang
mengkaji setiap bagian organisasi terhadap prosedur operasi standar dan
metode yang diterapkan suatu entitas publik atau organisasi dengan tujuan
untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan nilai keekonomisan.
Menurut BPKP, audit kinerja keuangan ini lebih menitikberatkan pada
pencapaian kinerja tugas dan fungsi entitas sektor publik, serta
memberikan rekomendasi perbaikan terhadap permasalahan yang
ditemukan dalam rangka meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan nilai
ekonomis.

Contoh-contoh program audit kinerja keuangan yang sering ditemukan di


entitas publik antara lain :
o Audit operasional dana dekosentrasi
o Audit operasional atas pengelolaan PNBP
o Audit operasional bantuan raskin
o Monitoring pelaksanaan prioritas pembangunan

Jadi, pada intinya audit kinerja keuangan adalah menilai operasional


atau kinerja entitas dalam mencapai tujuannya yang berpandu pada tingkat
efisiensi, efektivitas dan nilai ekonomisnya.

c. Audit kinerja program


Program audit selanjutnya adalah audit kinerja program dengan
tujuan menyediakan informasi bagi organisasi mengenai biaya dan
kepemimpinan serta evaluasi yang terukur mengenai tiga hal, yaitu (1)
output program (pendapatan/profit) (2) manfaat atau outcome (3) dampak
dari terlaksananya program tersebut bagi masyarakat sasaran. Berbeda
dengan audit kinerja keuangan yang condong kepada sisi internal atau
operasional program, maka audit kinerja program lebih berfokus pada sisi
eksternal atau luaran dari program.

Contoh audit kinerja program antara lain :


o Audit program keluarga berencana
o Audit keberhasilan peningkatan ketersediaan obat publik
o Audit program BOS
o Audit program wajar dikdas
o Audit ketahanan pangan

2.2 Sistem Program Audit Sektor Publik


2.2.1 Audit atas saldo
Audit atas saldo merupakan audit terhadap laporan keuangan yang
disajikan entitas publik untuk kemudian dinilai tingkat kewajarannya
dengan standar atau prinsip akuntansi yang berlaku sehingga dapat
diterbitkan opini mengenai relevansi, akurasi, dan kelengkapan laporan
tersebut. Audit ini bertujuan untuk meningkatkan keandalan dari
laporan keuangan sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengguna laporan
keuangan tersebut. Biasanya audit ini dilakukan oleh kantor akuntan
publik yang independen dengan berpedoman pada standar profesional
akuntan publik.

Tujuan audit atas saldo ini adalah :


a. untuk memberikan keyakinan (assurance) yang memadai bagi
tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pendidikan yang memadai
b. untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan
c. memberikan pernyataan tentang kewajaran informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan
d. melaporkan hasil audit dengan data yang memadai dan memberikan
masukan kepada pimpinan dan bagian terkait agar dapat dilakukan
perbaikan

2.2.2 Audit atas pengelolaan akun


Ada dua konsep dalam audit atas pengelolaan akun, yaitu :
a. konsep ekonomi yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada harga yang rendah. Ekonomi terkait dengan
sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input sumber
daya yang digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran yang
boros dan tidak produktif
b. konsep efisiensi yang merupakan perbandingan output dan input yang
dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Organisasi diharapkan dapat mencapai output maksimum dengan input
tertentu atau penggunaan input terendah untuk mencapai output
tertentu, sehingga dalam konsep efisiensi ini mengacu pada rasio
terbaik antara output dengan biaya (input).

Audit ekonomi dan efisiensi ini bertujuan untuk menentukan


bahwa suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan
sumber dayanya (karyawan, gedung, peralatan kantor) secara ekonomis
dan efisien. Selain itu, audit ini juga bertujuan untuk menentukan dan
mengidentifikasi penyebab terjadinya praktik-prajtik yang tidak
ekonomis dan tidak efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi
dalam mengelola sistem informasi, prosedur administrasi dan struktur
organisasi.

2.2.3 Audit atas program yang memberikan akun tersebut


Program audit selanjutnya adalah berkaitan dengan konsep
efektivitas yang berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target
yang ditetapkan. Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat
pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan
tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan menentukan apakah entitas
yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan
hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah. Meskipun efektivitas
suatu program tidak dapat diukur secara langsung, namun ada beberapa
alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu
program, yaitu mengukur dampak pengaruh, evaluasi oleh konsumen
dan evaluasi yang menitiberatkan pada proses, bukan hasil.
Sedangkan menurut Ermayanti dan Dwi tahun 2010 menyebutkan
bahwa tingkat komplain dan tingkat permintaan dari pengguna jasa
dapat dijadikan sebagai pengukuran standar kinerja yang sederhana
untuk berbagai macam jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu
program hendaknya mempertimbangkan apakah program tersebut
relevan atau realistis, apakah ada pengaruh dari program tersebut,
apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.
2.3 Siklus Metodologi Audit Sektor Publik
2.3.1 Siklus Pengumpulan Data
Terdapat beberapa cara pengumpulan data yang sering digunakan dalam
program audit, antara lain :
a. Wawancara (Interview)
Tujuan dari wawancara adalah mendapatkan informasi dimana
sang pewawancara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang akan
dijawab oleh orang yang diwawancarai. Menurut ankur garg, seorang
psikolog menyatakan bahwa wawancara bisa menjadi alat bantu bagi
sebuah perusahaan saat ingin memperkerjakan seorang calon untuk suatu
posisi, jurnalis atau orang biasa yang sedang mencari tahu tentang
kepribadian seseorang ataupun mencari informasi yang diinginkan.
Dalam aktivitas audit sendiri sangat memerlukan berbagai bentuk
teknik komunikasi, salah satunya adalah wawancara. Wawancara
merupakan alat yang sangat baik untuk memperoleh informasi mengenai
pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi, masa depan ataupun tanggapan
seseorang mengenai suatu hal. Selama proses wawancara pula, seorang
auditor dapat melihat secara langsung aksi, reaksi maupun gerak gerik
yang muncul dari orang yang diwawancarai sehingga dapat dinilai tingkat
kejujuran dari jawabannya.

Tahap wawancara memiliki tiga struktur utama, yaitu :


 Tahap Pembukaan
Ada dua tahapan dalam pembukaan, yaitu tahap pendekatan dan
tahap orientasi. Dalam tahap pendekatan, seorang auditor memulai
percakapan dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu,
mengucapkan salam, melakukan aktivitas non verbal yang dapat
membantu membangun kedekatan dan melontarkan pembahasan yang
ringan dan santai. Hal ini dilakukan agar orang yang diwawancarai
merasa nyaman dan tidak gugup maupun tertekan sehingga proses
wawancara akan berjalan dengan baik. Tahapan yang kedua adalah
tahap orientasi dimana seorang auditor memberitahu tujuan
dilakukannya wawancara, durasi dan sifat wawancara, tanggung jawab
auditor untuk menjaga kerahasiaan hasil wawancara, manfaat yang
diharapkan sehingga auditan merasa penting untuk mengikuti
wawancara tersebut. Namun dalam tahapan ini, seorang auditor harus
tetap menjaga situasi dan kondisi yang hangat serta mempertahankan
kedekatan dengan auditan.
 Isi Wawancara (tahapan inti)
Dalam tahapan ini, auditor telah mencapai bagian inti dimana
penggalian informasi akan dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan. Dalam tahap ini pula, auditor harus pintar dalam
menilai reaksi psikologi yang muncul dari auditan sehingga dapat
diprediksi tingkat keakuratan dari jawaban tersebut. Meskipun tahapan
ini penting adanya dan butuh daya fokus yang baik, namun auditor
juga perlu mempertahankan kedekatan dan membangun suasana yang
nyaman.
 Penutupan (tahap final)
Tahapan ini merupakan akhir dari proses wawancara. Seorang auditor
hendaknya mengucapkan terima kasih sebagai apresiasi kepada orang
yang diwawancarai dan mengharapkan hasil yang optimal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses wawancara adalah :


 Pertanyaan pembukaan
Pada pertanyaan pembukaan, auditor hendaknya memulainya dengan
pokok pembahasan yang ringan dan santai guna membangun
kedekatan dengan auditan. Tidak dianjurkan bagi auditor untuk
menanyakan hal-hal yang berbobot dan terlalu berat pada tahapan ini
karena akan memicu sikap menarik diri, melawan dan bahkan menolak
dari orang yang diwawancarai.
 Gaya bicara
Hendaknya gaya bicara saat proses wawancara bersifat lugas dan tidak
berbelit-belit sehingga waktu bisa berjalan secara efisien dan auditan
tidak merasa bingung.
 Nada dan irama
Nada atau intonasi suara yang dihasilkan auditor hendaknya tidak
tinggi atau terlalu keras, juga tidak terlalu rendah karena hal tersebut
akan menghambat jalannya proses wawancara. Penyampaian informasi
haruslah dapat dipahami satu sama lain tanpa terjadinya distorsi.
 Sikap pewawancara, dalam hal ini auditor
Sikap pewawancara idealnya dapat menimbulkan suasana penuh
keakraban, suasana yang bebas dan tidak kaku serta penuh kehangatan.
 Uraian dengan kata-kata sendiri
Seorang auditor harus dapat menyampaikan pertanyaan yang
kemungkinan membingungkan bagi auditan dengan uraian kata-kata
sederhana yang mudah dipahami.
 Mengadakan penggalian (probing)
Dalam proses wawancara, auditor seringkali menjumpai pertanyaan-
pertanyaan yang sensitif sehingga menuntut kemampuan yang kreatif
untuk menyampaikan pertanyaan tersebut melalui versi lain yang lebih
sopan. Contohnya, seseorang akan mudah sensitif ketika diberi
pertanyaan mengenai berapa pendapatan per bulan, tetapi akan berbeda
reaksi ketika ditanyai biaya-biaya yang dikeluarkan setiap bulan.
Auditor bisa menggunakan celah ini untuk memberikan pertanyaan
pancingan yang nantinya akan mengantarkan pada penggalian
informasi yang lebih dalam.
 Membuat catatan
Selain mungkin melakukan perekaman saat proses wawancara,
sebaiknya auditor juga membawa catatan kecil untuk menuliskan
beberapa poin penting yang ingin ditanyakan.
 Menilai jawaban
Ini adalah langkah terakhir setelah proses wawancara berakhir.
Harapannya seorang auditor mampu menilai jawaban dengan baik
yang disesuaikan dengan prediksi kejujuran melalui sisi psikologis
seperti gestur tubuh dan ekspresi auditan.

b. Mereview Dokumen
 Kebijakan dan prosedur
Tinjauan atas kebijakan dan prosedur dari fungsi yang diaudit guna
menentukan area atau bidang yang memungkinkan dapat diukur dan
dinilai serta menentukan apakah fungsi tersebut berjalan atau
beroperasi sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen.
 Laporan terdahulu
Kegiatan meninjau atau kerja kerja audit terdahulu, temuan audit
sebelumnya (yang relevan), bagan organisasi, permanent file, dan
dokumen lain yang dapat membantu auditor dalam memahami bagian
atau fungsi yang diaudit.

c. Observasi (pengamatan)
 Pengamatan lapangan yang diarahkan kepada fasilitas, peralatan,
pegawai dan operasi yang dilakukan secara singkat dan bersifat umum
dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai objek yang
diamatinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan auditor pada saat
pengamatan lapangan antara lain (a) aktivitas yang tidak biasa, (b)
indikasi inefisiensi, (c) fasilitas yang tidak digunakan, (d) sikap
pegawai terhadap pekerjaannya, (e) hubungan antara pegawai dengan
manajemen, (f) pegawai yang menganggur, (g) indikasi buruknya
pemeliharaan peralatan dan fasilitas.
 Tinjauan atas kegiatan tertentu secara bertahap dari awal sampai akhir.
Bentuk observasi tersebut biasanya dilakukan pada operasi yang
bersifat kompleks dan berguna untuk mengetahui secara komprehensif
(a) bagaimana program dilaksanakan, (b) manfaat dari setiap tahapan
proses, (c) hasil dari proses dalam kerangka pencapaian tujuan
organisasional, (d) kekuatan dan kelemahan pengendalian
2.3.2 Siklus Analisis Data
Setelah melakukan proses pengumpulan data, temuan-temuan audit yang
diperoleh kemudian disusun dan dilaporkan kepada auditor yang relevan dari
masing-masing entitas pelapor untuk dikonfirmasi sebelum representasi
dengan manajemen pelaporan entitas. Kesalahan diklasifikasikan berdasarkan
jenis, seperti : numerik, teks, penghilangan halaman, dan presentasi/format
dan dianggap signifikan dimana informasi tidak benar atau memiliki potensi
untuk membingungkan pembaca.

2.4 Teknik Metodologi Audit Sektor Publik


2.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Terdapat 10 teknik pengumpulan data yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai rujukan metodologi audit sektor publik diantaranya :
Teknik Prosedur Analitis (Analytical Procedure)
Analytical Procedure terdiri dari studi dan perbandingan hubungan-
hubungan antara data. Prosedur ini termasuk perhitungan-perhitungan
dan penggunaan rasio sederhana. Analisis vertikal atau item-item
yang sejenis, perbandingan jumlah dengan data historis atau budget.
Analytical Procedure ini akan menghasilkan bukti analitis.
Teknik Inspecting.
Inspecting melibatkan penelitian secara cermat terhadap dokumen dan
catatan-catatan serta pemeriksaan fisik terhadap sumber-sumber yang
berwujud. Jadi melalui inspeksi ini, auditor dapat memeriksa keaslian
sebuah dokumen atau mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang
mungkin dilakukan
Teknik Confirming
Teknik confirming adalah bentuk penyelidikan yang memungkinkan
auditor mendapatkan informasi secara langsung dari pihak luar yang
independen. Pada kasus yang umum, pihak entitas akan membuat
surat permohonan kepada pihak eksternal secara tertulis tetapi untuk
tujuan pengawasan kemudian jawabannya akan dikirim langsung
kepada pihak auditor. Teknik confirming ini akan menghasilkan bukti
audit berupa surat konfirmasi.
Teknik Inquiring
Inquiring melibatkan pertanyaan baik lisan maupun tulisan oleh
auditor. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dibuat secara internal kepada
manajemen atau pegawai klien seperti pertanyaan tentang persediaan
yang usang atau kemungkinan dapat ditagihnya piutang usaha atau
secara eksternal menanyakan kepada pengacara yang berkaitan
dengan kemungkinan hasil perkara. Pertanyaan ini menghasilkan baik
bukti lisan maupun tulisan.
Teknik Counting
Dua penggunaan yang paling umum dalam counting (perhitungan)
adalah (1) perhitungan fisik aktiva berwujud seperti jumlah kas atau
persediaan yang ada dalam organisasi, dan (2) perhitungan untuk
dokumen yang diberi nomor sebelumnya. Pada poin pertama
menyediakan alat untuk menilai bukti fisik dari jumlah yang ada.
Sedangkan poin kedua bisa ditinjau sebagai penyediaan alat untuk
mengevaluasi bukti dokumentasi dan kelengkapan catatan akuntansi.
Teknik Tracing
Teknik tracing adalah teknik penelusuran bukti transaksi, apakah
sudah dicatat dengan benar ke dalam jurnal. Arah penelusuran ini dari
dokumen ke catatan akuntansi. Prosedur ini bertujuan untuk
memberikan keyakinan bahwa semua bukti transaksi telah
dimasukkan ke dalam akun, maka sangat bermanfaat untuk
mendeteksi catatan akuntansi yang disajikan lebih rendah misalnya
utang usaha. Jadi, teknik ini penting untuk mendapatkan bukti yang
berhubungan dengan penegasan untuk kelengkapan.
Teknik Vouching
Teknik Vouching merupakan teknik penelusuran catatan jurnal ke
bukti transaksi untuk menentukan keabsahan dan ketelitian transaksi
tersebut. Arah penelusuran vouching berbanding terbalik dengan
tracing. Vouching digunakan secara luas untuk mendeteksi catatan
akuntansi yang disajikan terlalu tinggi (overstatement) misalkan akun
piutang usaha dan persediaan barang dagang. Jadi, prosedur ini
penting untuk memperoleh bukti sehubungan dengan penegasan
terhadap keberadaan atau keterjadian.
Teknik Observing
Auditor dapat menggunakan teknik observing atau pengamatan secara
langsung terhadap kegiatan perusahaan yang biasanya bersifat rutin.
Berbeda dengan teknik inspecting dimana auditor bisa melakukan
pengecekan secara fisik, dalam teknik observasi ini pemerolehan
informasi hanya dapat dilakukan melalui pengamatan saja. Misalnya
auditor mengamati proses penerimaan kas, ketelitian pegawai dalam
pelaksanaan persediaan fisik tahunan, dll.
Teknik Reperforming
Teknik Reperforming atau penyajian kembali berarti dalam hal ini
auditor melakukan penghitungan ulang dan rekonsiliasi yang telah
dibuat oleh klien. Misalnya penghitungan kembali terhadap jumlah,
biaya penyusutan, bunga, dan lain sebagainya.
Teknik Computer-Assisted Audit Technique
Pada beberapa perusahaan yang sudah menggunakan sistem IT
sebagai basic pencatatan kegiatan usahanya, maka auditor dapat
menggunakan teknik CAAT ini sebagai alat bantu pekerjaan auditnya.
Misalnya auditor dapat menggunakan perankat lunak untuk
melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan pada
prosedur analitis, memilih sampel piutang untuk konfirmasi,
melaksanakan perhitungan kembali berbagai macam perhitungan, dll.

2.4.2 Teknik Analisis Data


Dalam metodologi program audit sektor publik, terdapat tiga macam teknik
analisis data, diantaranya :
a. Kuantitatif
Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang
dikaitkan dan mempunyai kejelasan unsur. Penelitian kuantitatif
dilakukan secara objektif dengan hasil output yang dapat digeneralisasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian kuantitatif adalah :
o Langkah penelitian
Sebelum memulai penelitian dilapangan, terlebih dahulu disusun
langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan selama menjalankan
sebuah penelitian.
o Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang dianggap benar oleh
peneliti, yang harus diuji kebenarannya selama proses penelitian
berjalan.
o Desain
Desain penelitian merupakan keputusan peneliti apakah akan
menggunakan penelitian secara kuantitatif atau secara kualitatif.
o Pengumpulan data
o Analisis data

Prosedur dalam melakukan penelitian (Arikuntur, 2006) adalah


memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan
anggapan dasar, memilih pendekatan, menentukan sumber data dan
variabel, menentukan dan menyusun instrumen, mengumpulkan data,
analisis data, menarik kesimpulan, menulis laporan. Sumber data dalam
penelitian merupakan subjek penelitian dimana data menempel. Sumber
data dapat berupa benda, gerak, manusia, tempat dan sebagainya. Ditinjau
dari wilayah penelitian, maka penelitian dapat dibedakan menjadi
penelitian sampel, penelitian populasi, dan penelitian kasus.

Proses penelitian kuantitatif


Dalam penelitian kuantitatif, metode yang digunakan antara lain
metode survey, expost, facto, eksperimen, evaluasi, action research
(selain metode naturalistic dan sejarah), setelah metode penelitian
ditentukan, maka yang perlu dilakukan adalah penyusunan instrumen
penelitian, yang digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat
berbentuk tes, angket/kuesioner, untuk pedoman dan wawancara atau
observasi. Dalam menentukan instrumen perlu diteliti terlebih dahulu
validitas dan reliabilitasnya. Berdasarkan proses penelitian kuantitatif
tersebut, maka penelitian kuantitatif bersifat linier, dimana langkahnya
jelas, mulai dari rumusan masalah, teori, hipotesis, mengumpulkan data,
analisis data, serta membuat kesimpulan dan saran. Penggunaan konsep
dan teori yang relevan dalam menyusun hipotesis merupakan aspek
logika, sedangkan untuk pemilihan metode penelitian, menyusun
instrumen, mengumpulkan data dan analisisnya adalah aspek metodologi
untuk memverifikasikan hipotesis yang diajukannya (sumber: Hanti,
Sefti, 2010)

b. Kualitatif
Pendekatan kualitatif menurut Creswell (1998) adalah suatu proses
penelitian dan pemahaman berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2007) mengemukakan bahwa metodologi
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. Penelitian ini bersifat subjektif, lebih menekankan
pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah
belum jelas, belum mengetahui makna yang tersembunyi, untuk
memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk
memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

Jenis-jenis penelitian kualitatif antara lain :


o Biografi
Adalah penelitian kualitatif terhadap individu serta pengalamannya
yang dituliskan dengan cara mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip.
Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan pengalaman menarik
yang dapat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti
menginterpretasikan subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.
o Fenomenologi
Fenomenologi secara ringkas bahwa pendekatan fenomenologi
bertujuan memperoleh interpretasi terhadap pemahaman manusia
(subjek) atas fenomena yang tampak dan makna dibalik yang tampak
yang muncul dalam kesadaran manusia untuk dapat mengetahui aspek
subjektif tindakan orang dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian
fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep
atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi
pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam siatuasi yang
alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami
fenomena yang dikaji.
Menurut creswell (1998:54), pendekatan fenomenologi menunda
semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar
tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep
epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi
peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan
mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti
tentang apa yang dikatakan oleh responden.
o Grounded theory
Menurut schlegel dan stern, ada tiga elemen dasar dari grounded
theory yang masing-masing tidak terpisahkan satu dengan yang lain,
yaitu :
 Konsep. Dalam grounded theory, teori dibangun dari konsep,
bukan langsung dari data itu sendiri. Sedangkan konsep diperoleh
melalui konseptualitas dari data. Tipe konsep yang harus
dirumuskan ada dua ciri pokok, yaitu (1) konsep itu haruslah
analitis, telah cukup digeneralisasikan guna merancang dan
menentukan ciri-ciri kesatuan yang konkret, tetapi bukan kesatuan
itu sendiri, dan (2) konsep juga harus bisa dirasakan artinya bisa
mengemukakan gambaran penuh arti, ditambah dengan ilustrasi
yang tepat, yang memudahkan orang bisa menangkap
referensinya dari segi pengalamannya sendiri.
 Kategori. Kategori adalah unsur konseptual dari suatu teori,
sedangkan kawasannya adalah aspek atau unsur suatu kategori.
Kategori maupun kawasannya adalah konsep yang ditujukan oleh
data yang pada mulanya menyatakannya, maka kategori dan
kawasannya ini akan tetap, jadi tidak akan berubah atau menjadi
lebih jelas ataupun meniadakan.
 Proposisi. Pada elemen ketiga ini, pada awalnya glaser dan
strauss (1967) menyebut sebagai hipotesis, tetapi istilah proposisi
tampaknya dianggap paling tepat. Hal ini dikarenakan disadari
bahwa proposisi menunjukkan adanya hubungan konseptual,
sedangkan hipotesis lebih menunjuk pada hubungan terukur.
Dalam grounded theory yang dihasilkan adalah hubungan
konseptual, bukan hubungan terukur sehingga digunakan istilah-
istilah proposisi. Hipotesis dalam penelitian grounded adalah
suatu pernyataan ilmiah yang terus dikembangkan.
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu
pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory
adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang
berhubungan dengan situasi tertentu. Situasi dimana individu saling
berhubungan, bertindak, dan terlibat dalam suatu proses sebagai respon
terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah
pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks
peristiwa yang dipelajari.

o Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem
kelompok sosial. Peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari
pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah
proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi
melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu
kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam
keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu
dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau
makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
Schensul dan lacompte (1999) dalam sugito (2010) mendefinisikan
etnografi sebagai (1) suatu pendekatan ke arah pelajaran tentang sosial
dan hidup masyarakat difokuskan pada budaya, institusi, dan sistem
pengaturan lain yang ilmiah (2) investigatif menggunakan peneliti
sebagai alat pengumpul data yang utama. (3) menggunakan metode
riset kaku dan teknik data collecting untuk menghindari
penyimpangan dan memastikan ketelitian data (5) induktif,
membangun teori lokal untuk menguji dan mengadaptasikannya untuk
penggunaan kedua-duanya ditempat lain.

o Studi kasus
Kasus penelitian studi adalah pendekatan kualitatif dimana peneliti
mengeksplorasi suatu kasus atau beberapa dari waktu ke waktu secara
terperinci, pengumpulan data yang mendalam, melibatkan berbagai
sumber informasi (misalnya observasi, wawancara, materi
audiovisual, dokumen, dan laporan), dan laporan deskripsi kasus serta
tema berbasis kasus. (Creswell, 2007). Creswell menyebutkan betapa
dekatnya metode ini dengan peneliti bidang sosial, psikologi, hukum
(kasus hukum), dan ilmu politik (laporan kasus). Beberapa prosedur
yang disimpulkan creswell dari tulisan (Merriam, 1998; Stake, 1995;
Yin, 2003).
Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah :
 Wawancara
 Observasi
 Dokumentasi
 Focuss group discussion (FGD)

c. Kuantitatif-Kualitatif
Perbedaan mendasar dari metode penelitian kuantitatif dan kualitatif
adalah terletak pada strategi dasar penelitiannya. Penelitian kuantitatif dilihat
sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif. Maksud dari
konfirmasi disini adalah menguji hipotesis yang didasarkan pada teori yang
sudah ada, sedangkan deduktif disini adalah suatu hasil yang ditarik dari
umum ke khusus. Lain halnya dengan kuantitatif, penelitian kualitatif bersifat
eksploratoris dan induktif.
Namun, pada beberapa penelitian terkadang mengkombinasikan kedua
paradigma sekaligus dengan pertimbangan beberapa alasan diantaranya :
o Untuk kelengkapan data. Peneliti menganggap bahwa data yang
didapatkan belum cukup memadai untuk dianalisis guna mendapatkan
kesimpulan yang meyakinkan. Oleh karena itu, penelaahan datapun
menggunakan berbgai macam instrumen pengumpulan data mulai dari
wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi, kuesioner,
rekaman, bukti-bukti fisik, dan lain-lain.
o Dikarenakan kebutuhan penelitian. Setelah semua data hasil penelitian
terkumpul dan diolah, peneliti merasa masih kurang puas terhadap hasil
penelitiannya sehingga memutuskan untuk melakukan penelitian lanjutan
agar lebih komprehensif. Biasanya, hal ini terjadi pada peneliti yang
awalnya menggunakan paradigma kuantitatif.

Namun demikian, dalam penelitian paradigma ganda ini, sebaiknya peneliti


tetap berpegang teguh pada satu paradigma utama, sementara paradigma yang lain
hanya sebagai pendukung atau pelengkap. Hal ini agar memberikan kejelasan
bobot ilmiah dari hasil penelitian yang dipaparkan. Karena bagaimanapun
penilaian kualitas penelitian terhadap setiap paradigma memiliki cara pandang dan
landasan teoritis sendiri.
2.5 Contoh Metodologi Audit Sektor Publik

Contoh Audit dengan teknik analisis data Kualitatif

Contoh Audit dengan teknik analisis data kuantitatif


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dalam pelaksanaan audit sektor publik, ada beberapa metodologi
pengauditan yang perlu dikuasai oleh seorang auditor, baik dalam audit
laporan keuangan, audit kinerja keuangan, maupun audit kinerja program.
Metodologi ini meliputi pengumpulan data dan cara untuk menganalisis
data sehingga menghasilkan output opini atau penilaian kewajaran
terhadap entitas yang bersangkutan. Teknik-teknik tersebut disesuaikan
dengan kebutuhan dilapangan sehingga efektif dilakukan dan tepat
sasaran. Penting bagi seorang auditor selama menjalankan tahapan ini
adalah kepekaan untuk membangun kedekatan dengan klien, namun juga
dituntut untuk cermat, kreatif, dan menjaga skeptisme profesionalnya.

3.2 Saran
Beberapa hal yang disarankan dari makalah ini adalah :
a. Dalam teknik pengumpulan data melalui wawancara, hendaknya
seorang auditor tetap menjaga kehangatan suasana dengan auditan agar
proses wawancara berjalan dengan lancar.
b. Menggunakan satu jenis model penelitian yang utama, apakah
kuantitatif atau kualitatif agar memiliki satu paradigma yang jelas
sehingga memiliki bobot penilaian yang jelas pula.
DAFTAR PUSTAKA

Erlina, Rambe, O.S., dan Rasdianto.2016. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis


Akrual. Jakarta : Salemba Empat
Bastian, Indra. 2014. Audit Sektor Publik, Pemeriksaan Pertanggungjawaban
Pemerintah. Jakarta : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai