Anda di halaman 1dari 12

Aderiel Gabrian Tarius 1710911310001

Afiif Eko Wibowo 1710911310002


Ahmad Danial Rizkillah Az Zamzani 1710911310003
Evorius Oriwarda 1710911310011
Fernanda Rizky Maulidy 1710911310013
Gandhi Mahesa Priambodo 1710911310014
H. Sufiani 1710911310018
Hadromy Rahmanda Riansyah 1710911310019
Josua Tangion Sinaga 1710911310022
Mahbobie Al-Faidie 1710911310025
Martinus Anggriawan Salim 1710911310028
Muhammad Daris Izdihar Putera N. 1710911310031
Muhammad Geraldy Isfandiary 1710911310032
Muhammad Oktavian Sapta Prayudi 1710911310033
Muhammad Ridho Firisa 1710911310034
Muhammad Sodikin 1710911310035
Muhammad Zaini 1710911310036
Rahmat Dwi Kurniawan 1710911310041
Yasril Ananta Zakariya 1710911310047
Yoshua Kangsudarmanto 1710911310048
Yusril Mubarak 1710911310049
Cantika Novianti 1710911320004
Chantia Ningrum 1710911320005
Dea Septi Rahayu 1710911320006
Dita Nurmalinda 1710911320007
Dwi Prahesty Sepheresia Enus Mebas 1710911320008
Dwi Putri Rahayu 1710911320009
Ema Fitriana 1710911320010
Fatmathalia Ranti 1710911320012
Gracellia Sujata 1710911320015
Gravita Piranti Kusumo 1710911320016
GT Tsania Nur Rahmatya 1710911320017
Intan Pertiwi Zulhan 1710911320020
Josephine Olivia Cristie 1710911320021
Khaeratul Washilah 1710911320023
Laily Alfisahrinie 1710911320024
Mahdalena 1710911320026
Maisy Naqinie 1710911320027
Meilina Nur Hafizah 1710911320030
Nadya Aprina Nor Azizah 1710911320037
Nadya Salsabila 1710911320038
Nurlatifah 1710911320039
Nurul Ulya Ningrum Liyanto 1710911320040
Rizky Amalia 1710911320042
Rosita Putri Agustini 1710911320043
Syifa Khairani 1710911320044
Tasya Ayunisa Dewi 1710911320045
Vina Salsabila 1710911320046
Zhasifa Khoirunnisa Suswanto 1710911320050
BAB I
PENDAHULUAN
Melalui periode proses perkembangan, seseorang memerlukan berbagai teknik
psikologis guna mempertahankan dirinya. Seseorang membangun rencana pertahanan untuk
menangani baik anxietas, impuls, agresif, permusuhan, kebencian maupun frustasi yang akan
dihadapinya. Dengan demikian mekanisme atau dinamisme mental berfungsi untuk melindungi
seseorang terhadap bahaya yang berasal dari impuls atau afeknya.
Istilah mekanisme pertahanan umum digunakan dalam usaha penyisihan dan
ditujukan terhadap dorongan naluri. Dorongan naluri disishkan karena sesungguhnya setiap
penyisihan merupakan defense terhadap afek.
BAB II
MEKANISME PERTAHANAN

• Pengertian Mekanisme Pertahanan


Menurut Sigmund Freud, mekanisme pertahanan ego bersumber dari bawah sadar
yang digunakan ego untuk mengurangi konflik antara dunia internal seseorang dengan
realitas eksternal. Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan ego untuk menunjukkan
proses tidak sadar yang melindungi individu dari kecemasan pemutarbalikkan kenyataan.
Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya.
Mekanisme pertahanan ego hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan
masalah itu. Dalam istilah psikoanalitik yang dikemukankan Freud, istilah mekanisme
pertahanan ego cenderung dikonotasikan negatif. Mekanisme ini dianggap maladaptis dan
patologis. Namun setelah berkembangny ego psychology, konsepsi mengenai mekanisme
pertahanan ego telah berubah. Menurut teori ini, ego defense merupakan mekanisme psikis
yang kita perlukan untuk adaptif dengan relaitas eksternal. Bila individu menggunakan
mekanisme pertahanan sesuai dengan tahapan perkembangannya, maka dikatakan individu
tersebut menggunakan mekanisme perthanan yang matang. Bila individu menggunakan
mekanisme pertahanan yang tidak efektif dan tidak sesuai dengan tahapan perkembangannya,
dikatakan individu tersebut menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak matang.

• Fungsi Mekanisme Pertahanan


Mekanisme pertahanan digunakan sebagai pertahanan diri dalam menghadapi realitas
eksterna yang penuh tantangan. Jika realitas eksterna menuntut terlalu banyak, melebihi
kapasitas diri untuk mengatasinya, maka kepribadian akan mengaktifkan defense
mechanism.1 Begitu pula sebaliknya, bila hasrat dan dorongan dari dalam diri terlalu kuat,
dan bila dorongan itu akan mengancam keharmonisan relasi individu dengan realitas
eksternal, maka defense mechanism akan diaktifkan untuk meredamnya.
• Klasifikasi Mekanisme Pertahanan{2,3,4,5}
Berdasarkan buku Dinamika Kepribadian (Arif, 2006), mekanisme pertahanan ego
dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
a. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature)
• Sublimasi
Sublimasi adalah mekanisme yang mengubah atau mentrasformasikan dorongan -
dorongan primitif, baik dorongan seksual dan agresi, menjadi dorongan yang sesuai
dengan norma dan budaya yang berlaku di realitas eksternal. Misalnya: dorongan
seksual diubah menjadi dorongan kreatif untuk menghasilkan karya seni; dorongan
agresi diubah menjadi daya juang untuk mencapai suatu tujuan.
• Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk mengatasi suatu kekurangan dalam suatu bidang
dengan cara mengupayakan kelebihan di bidang lain. Misalnya: seseorang yang tidak
memiliki prestasi akademik yang baik memiliki prestasi olahraga yang sangat baik.
• Supresi
Supresi merupakan satu - satunya mekanisme pertahana n ego yang dilakukan secara
sadar. Supresi merupakan upaya peredaman kembali suatu dorongan libidinal
(dorongan Id) yang berpotensi konflik dengan realitas eksternal. Peredaman dorongan
ini dianggap telah melalui suatu pertimbangan rasional. Contoh: salah seorang teman
Anto menyinggung dan membangkitkan amarah dan dorongan agresinya. Namun, Anto
meredam kembali dorongan untuk bertindak agresi secara impulsif karena akan
mengakibatkan dampak yang serius pada relasi saya dengannya. Kemudian, Anto
memilih un tuk mengungkapkan perasaan secara asertif di waktu yang lebih tepat.
• Humor
Melalui humor, seseorang dapat mengubah penghayatan akan suatu peristiwa yang tidak
menyenangkan menjadi menyenangkan. Humor juga dapat berfungsi menyalurkan
agresivitas tanpa be rsifat destruktif. Misalnya: menertawakan diri sendiri ketika apa
yang dikehendaki tidak tercapai.
• Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Tidak Matang (Immature)
• Represi
Represi adalah upaya meredam suatu dorongan libidinal yang berpotensi konflik
dengan realitas eksternal. Yang membedakannya dengan supresi adalah represi
dilakukan tanpa membiarkannya sadar terlebih dahulu. Oleh karena dorongan yang
diredam ini tidak melalui kesadaran, orang yang bersangkutan tidak mungkin
mengolahnya secara rasional.
Contoh: seseorang yang kurang asertif mungkin akan lebih sering mengggunakan
represi untuk meredam kemarahan dan agresivitanya ketika ia tidak berani menolak hal-
hal yang tidak disukainya. Dari luar kelihatan sabar, tetapi diketidaksadarannya
dipenuhi gejolak amarah.
Dibutuhkan energi psikis yang lebih besar untuk melakukan represi dibandingkan
dengan supresi. Hal ini dapat menyebabkan kepribadian melemah. Saat kepribadian
semakin lemah, represi yang dilakukan semakin tidak efektif. Dorongan yang hen dak
diredam seringkali lolos dengan berbagai cara. Misalnya: fenomaslip of the tongue ,
yaitu ketika suatu ucapan yang netral menjadi agresif ataupun porno. Fenomena latah
juga termasuk di dalamnya. Orang yang sungguh - sungguh latah akan mengucapkan
kata - kata porno saat ia latah.

• Proyeksi
Proyeksi merupakan mekanisme di mana seseorang secara psikis menolak dan
mengeluarkan bagian diri yang tidak dikehendakinya. Bagian yang tidak dikehendaki
ini tampil pada orang lain. O rang yang melakukan proyeksi tidak dapat mengenali
tampilan yang dilihatnya pada orang lain sebagai bagian dari dirinya. Contoh: seseorang
yang tidak mengenal hasrat seksual yang bergejolak dalam dirinya akan melihat
kebanyakan orang lain berpikir dan bertingkah laku porno.
• Introyeksi
Mekanisme ini dilakukan dengan cara mengambil alih suatu ciri kepribadian yang
ditemukannya pada orang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur
kepribadian pada orang yang bersangkutan.
Contoh: dalam beberapa organisasi tertentu, senior seri ng memberikan tekanan psikis
yang sangat berat kepada anggota baru. Dalam kondisi stress berat, anggota baru
tersebut akan lebih mudah mengintroyeksikan tindakan seniornya ini. Untuk
perlindungan diri, para anggota baru tersebut mengubah salah satu struktur
kepribadiannya, serupa dengan senior yang menyiksanya.

• Reaksi Formasi
Reaksi formasi merupakan suatu upaya melakukan hal yang sebaliknya untuk melawan
suatu dorongan internal yang dapat menimbulkan konflik. Contoh: seorang yang
memiliki hasrat seksual yang tinggi berlaku seolah-olah dia sangat membenci
segala sesuatu yang berbau seks.

• Undoing
Undoing adalah upaya simbolik untuk membatalkan suatu impuls yang telah terwujud
menjadi tingkah laku. Hal ini biasanya dilakukan dengan melakukan ritual
tertentu.Contoh: seseorang tidak dapat menahan diri untuk melakukan masturbasi.
Kemudian dia menyesal dan melakukan upaya untuk membersihkan pelanggaran yang
dia lakukan dengan suatu ritual, misalnya mandi dan mencuci tangan. Hal ini akan
berulang kali dilakukannya bila dia mengulang perbuatan masturbasi.

• Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah upaya mendistorsika n persepsinya akan suatu realitas.
Pikiran akan memberikan alasan- alasan yang kelihatannya masuk akal. Hal ini
dilakukan agar suatu kenyataan yang semula berbahaya dan dapat mengguncang
kepribadiannya, menjadi lebih mudah diterima.
Misalnya: bagi seorang yang self-esteem nya rapuh, penolakan cinta dari lawan jenis
akan mengguncang kepribadiannya. Orang yang bersangkutan kemudian melakukan
rasionalisasi dengan mendistorsikan kenyataan. Dia beranggapan bahwa lawan jenis
tersebut menolaknya karena merasa tidak layak untuk menjadi kekasihnya.
• Isolasi
Isolasi merupakan suatu cara untuk meredam suatu aspek yang dianggap paling
berbahaya. Akibatnya, kepribadian menghayati pengalaman tersebut secara parsial tidak
utuh. Seorang yang harmonis dengan realitas eksternal dapat menghayati pengalaman
hidupnya secara utuh. Keutuhan itu dapat dilihat dari aspek kognitif (pikiran), afektif
(perasaan) dan konatif (tingkah laku). Misalnya: ketika seorang mendapat bonus gaji,
orang tersebut akan memikirkan hal - hal yang menyenangkan. Perasaan akan gembira
dan wajahnya berseri- seri pada hari itu. Pada orang yang melakukan isolasi, contoh:
seseorang yang tidak sanggup menerima kenyataan bahwa orang yang paling
dikasihinya meninggal tidak merasa sedih dan tidak menunjukkan kesedihan. Yang ada
hanyalah perasaan hampa. Sesungguhnya kesedihan yang dialami orang tersebut sangat
besar, lebih besar dari yang sanggup ditanggungnya sehingga ia memendamnya. Hal ini
tidak sehat karena akan mengganggu kepribadian di masa yang akan datang.

• Intelektualisasi
Mekanisme ini terlalu menonjolkan aspek inteleknya secara berlebihan. Tujuannya
untuk mengkompensasi bagian kepribadian lain yang kurang. Contoh: seorang yang
kurang terampil menjalin relasi sosial yang hangat dengan orang lain, memperlihatkan
upaya yang terlalu besar untuk menonjolkan kepintarannya.

• Displacement
Displacement dilakukan dengan cara mengganti objek yang menjadi sasaran
kemarahan. Misal: seseorang sangat marah terhadap atasannya karena penghinaan yang
dilakukan sang atasan. Namun, karena tidak mungkin melampiaskan ke marahannya,
dia mengalihkan dorongan tersebut kepada orang lain. Misalnya kepada bawahannya
yang mungkin hanya melakukan kesalahan kecil.

• Denial
Denial merupakan suatu mekanisme dengan menyangkal bahwa suatu peristiwa
sungguh-sungguh terjadi. Hal ini dilakukan karena tidak sang gup menerima kenyataan
tersebut.
• Regresi
Regresi artinya mundur secara mental dari suatu tahap perkembangan. Hal ini
dilakukan karena seseorang tidak sanggup atau mengalami kesulitan untuk maju ke
tahap perkembangan selanjutnya.
Misalnya: seorang bapak paruh baya yang tidak merasa dengan dirinya yang semakin
tua, kembali ke fase phallic. Sehingga ia akan menunjukkan kegenitan dan
seductiveness.

• Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Primitif (Archaic)


• Splitting
Splitting adalah mekanisme yang dilakukan bayi untuk memudahkannya menangani
berbagai pengalaman yang dialaminya. Splitting membagi suatu objek atau pengalaman
menjadi dua, yakni baik dan buruk. Mekanisme ini tidak mampu melihat daerah ³abu-
abu´ di antaranya. Secara primitif, hal yang menyenangkan akan dihayati baik
sedangkan yang tidak menyenangkan akan dihayati tidak baik. Semakin tumbuh dan
kepribadian semakin matang, spiltting jarang dilakukan. Mekanisme pertahanan ini
biasanya dilakukan oleh orang dengan gan gguan mental yang berat.

• Projective Identification
Defense mechanism ini jarang ditemui pada kepribadian yang cukup matang.
Mekanisme ini akan lebih sering ditemukan dalam kepribadian yang sangat terganggu,
misalnya pada pasien skizofrenia.
• Primitive Idealization
Mekanisme ini dilakukan untuk mempertahankan harga diri mendasarnya (basic self-
esteem) ketika mengalami ancaman. Hal ini dilakukan dengan mengidealisasikan orang
lain dan kemudian mengembangkan kesatuan dengan orang tersebut. Orang yang
diidealisasikan akan dipandang sepenuhnya memiliki nilai - nilai positif dan tidak
memiliki nilai - nilai negatif sama sekali. Fantasi kesatuan dengan orang tersebut akan
membantu menambal harga diri yang terluka. Contoh: seseorang perempuan yang
semasa keciln ya tidak pernah mendapat kasih sayang dari orangtua, kemudian
mengidealisasikan suaminya. Suaminya dianggap sangat sempurna walaupun
kenyataannya sangat kontras dengan idealisasinya tersebut.
• Omnipotence
Arti omnipotence adalah maha kuasa. Orang yang menggunakan mekanisme ini
menganggap dirinya maha kuasa dan mampu melakukan apapun juga, tidak takut atau
kuatir pada apapun juga. Mekanisme ini biasanya dilakukan oleh bayi pada fase oral.
• Manic Defense
Mekanisme pertahanan ego ini dikembangkan oleh Mela nie Klein. Menurut Klein,
setiap orang memiliki dua posisi mental. Pertama adalah paranoid- schizoid position, di
mana seseorang merasa terpisah dari orang lain. Dia tida dapat menghargai sepenuhnya
keberadaan orang lain. Orang lain dipandang sebagai objek - bukan subjek. Orang lain
dipandang sebagai ancaman bagi diri atau sarana pemuas kebutuhan semata. Posisi
kedua adalahdepressive position, yaitu ketika seorang sepenuhnya menyadari keberadaan
orang lain dan memiliki ketergantungan terhadap mereka. Memandang orang lain
sebagai subjek yang juga memilikperasaan dan pengalaman - pengalaman manusiawi
yang serupa. Menurut Klein, kita beralih dari satu posisi ke posisi yang lain. Saat berada
dalam posisi paranoid -skizoid kita cenderung menyakiti orang, baik den gan tindakan
aktual maupun khayalan. Saat berada dalam posisi depresi, kita menyadari bahwa kita
telah menyakiti orang lain. Kesadaran ini menimbulkan perasaan bersalah dan takut
kehilangan orang tersebut. Pada manic defense, seseorang menyangkal bahwa ia sangat
tergantung pada orang yang dilukainya. Ia menyangkal takut kehilangan orang tersebut
atau menyangkal telah melakukan hal yang merugikan orang tersebut. mekanisme manic
defense bersikukuh pada fantasi bahwa ia akan tetap bahagia seorang diri dan tidak
membutuhkan orang lain.

BAB III
KESIMPULAN

Manusia merupakan makhluk yang tertinggi tingkat perkembangannya sehingga suatu


pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur baik organik, psikologik dan
sosial. Begitu pula halnya dengan mekansime pertahanan diri, manusia memiliki berbagai
macam bentuk. Semua mekansime pertahanan ini dimaksudkan untuk mempertahankan
keutuhan pribadi dan digunakan dalam berbagai tingkat dengan bermacam-macam cara.
Status internal manusia selalu diselimuti dengan kecemasan sebagai produk dari
konflik antar struktur kepribadian yaitu Id, Ego dan Super ego. Kemudian status internal
tersebut bermanifestasi ke dalam perilaku kongkrit yang tercermin dalam suatu mekansime
pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego. Ego berusaha sekuat mungkin menjaga
kestabilan hubungannya dengan Id dan super ego, namun ketika kecemasan begitu
menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara tidak sadar, seseorang akan
bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang
lebih dapat diterima dan tidak terlalu mengancam. Cara inilah yang disebut dengan
mekanisme pertahanan diri atau mekansime pertahanan ego.
Mekanisme pertahanan dapat dianggap normal dan diperlukan, kecuali bila digunakan
secara sangat berlebihan sehingga mengorbankan efisiensi penyesuaian diri dan kebahagiaan
individu dan kelompok. Perlu diwaspadai bahwa dengan hanya mengamati satu macam
tindakaan belum berarti bahwa perilaku tersebut sudah merupakan suatu jenis pembelaan
ego. Tindakan tersebut perlu dipertimbangkan juga kepribadian orang tersebut dan
memotivasinya.

DAFTAR PUSTAKA

• 1. Arif I S. Pandangan Topografis dan Pandangan Struktural Tentang Kepribadian. Dalam: Rose
Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian. Bandung: Refika Aditama; 2006:13 -24.

• 2. Arif I S.Defense Mechanism. Dalam: Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian. Bandung:
Refika Aditama; 2006:31 -44.

• 3. Durand V M, Barlow D H. Gangguan Kepribadian . In: Heppy El Rais, eds. Psikologi


Abnormal Edisi IV Buku 2. Jakarta: Pustaka Pelajar Inc; 2007: 176 -220.

• 4. Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A.Gangguan Kepribadian . In: I Made Wiguna S,eds. Sinopsis
Psikiatri Jilid 2. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc; 2010:258 -290.

• 5. Maramis, W F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa . Airlangga University Press; Surabaya 1998:37-
38,65-84.

Anda mungkin juga menyukai