Disusun Oleh :
MUSA BARANA LANDE
0120840191
Pembimbing :
Menyetujui,
Dosen Penguji/Pembimbing:
Presentasi ke :
Tgl Presentasi :
Tanda tangan
JUDUL :
“KETUBAN PECAH DINI”
No. Variabel Yang Dinilai Nilai dalam SKS
Ketepatan penentuan masalah dan judul, data
1.
kepustakaan, diskusi.
Kelengkapan data:
2. Kunjungan Rumah
Kepustakaan
Analisa data:
3. Logika kejadian
Hubungan kejadian dengan teori
Penyampaian data:
4. Cara penulisan
Cara berbicara dan audiovisual
Cara diskusi:
5.
Aktif/mampu menjawab pertanyaan secara logis
Kesimpulan dan saran (harus berkaitan dengan
6.
diskusi)
7. Daftar Pustaka
8. Total Angka
9. Rata-rata
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................................ 3
Definisi ............................................................................................................................ 3
Epidemiologi ................................................................................................................... 5
Etiologi ............................................................................................................................ 5
Patofisiologi..................................................................................................................... 9
Patogenesis ................................................................................................................... 13
Diagnosis ....................................................................................................................... 15
Penatalaksanaan ........................................................................................................... 17
Komplikasi ..................................................................................................................... 19
Pencegahan ................................................................................................................... 21
Prognosis ....................................................................................................................... 21
BAB III............................................................................................................................. 22
KESIMPULAN ............................................................................................................... 22
PENDAHULUAN
kontroversial dalam ilmu kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku
masih belum ada, selalu berubah. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi
yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi
terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup
tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan
kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus
buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap
aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai
ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi,
karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya
penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora
vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan membahayakan baik
pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu membutuhkan pengelolaan yang
1
mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; kedua, adalah kurang bulan
1
atau prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan.
Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak
nafas atau Respiratory Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil
mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak
terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu
adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu
Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes before the
mengatakan bahwa KPD adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Hakimi (2003) mendefinisikan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1 jam
ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan,
dan setelah ditunggu satu jam belum terdapat tanda persalinan. Waktu sejak
ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini (periode
3
laten). Kondisi ini merupakan penyebab persalinan premature dengan segala
komplikasinya. 3
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 dan pada multipara kurang dari 5cm. 1
Ada juga yang disebut ketuban pecah dini preterm yakni ketuban pecah saat usia
kehamilan belum masa aterm atau kehamilan dibawah 38 – 42 minggu. Arti klinis
1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka
menjadi besar
2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian
terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul sering kali
3. KPD sering diikuti dengan adanya tanda – tanda persalinan sehingga dapat
4
Epidemiologi
matriks ekstra seluler amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran
janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm, dan preterm.
korioamnionitis karena ketuban pecah dini < 10% dan meningkat sampai 40%
Etiologi
genetik)
3. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia dan
sampai terjadinya kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten
5
sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin dan
terbentuk akan lebih tipis dan yang akan menyebabkan selaput ketuban
banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion dapat terjadi pada
1. Inkompetensia serviks
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga
6
desakan janin yang semakin besar. Serviks smemiliki suatu kelainan anatomi yang
nyata, yang bisa disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
7
3. Makrosomia
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan
4. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. uterus
dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis
Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami
5. Kelainan letak
Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
6. Penyakit infeksi
.Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
8
ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat
amnionitis. 3
Patofisiologi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara
sintesis dan degenerasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan
9
katabolisme kolagen menyebabkan aktivasi kolagen berubah dan menyebabkan
Dua belas hari setelah ovum dibuahi , terrbentuk suatu celah yang
dikelilingi amnion primitif yang terbentuk dekat embryonic plate. Celah tersebut
stalk kemudian dengan korion yang akhirnya menbentuk kantung amnion yang
berisi cairan amnion. Cairan amnion , normalnya berwarna putih , agak keruh
serta mempunyai bau yang khas agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai
berat jenis 1,008 yang seiring dengan tuannya kehamilan akan menurun dari 1,025
menjadi 1,010. Asal dari cairan amnion belum diketahui dengan pasti , dan masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut. Diduga cairan ini berasal dari lapisan
amnion sementara teori lain menyebutkan berasal dari plasenta.Dalam satu jam
membungkus janin dan cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, dan transparan.
Selaput amnion melekat erat pada korion (sekalipun dapat dikupas dengan
mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal pada plasenta sampai pada insertio
tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali pusat yang tegak lurus
berwarna putih dan terbentuk dari vili – vili sel telur yang berhubungan dengan
desidua kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada
lapisan uterus. 3
10
Dalam keadaan normal jumlah cairan amnion pada kehamilan cukup bulan
sekitar 1000 – 1500 cc, keadaan jernih agak keruh, steril, bau khas, agak manis,
terdiri dari 98% - 99% air, 1- 2 % garam anorganik dan bahan organik (protein
terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks kaseosa, dan sel – sel epitel
11
Minggu Janin Plasenta Cairan amnion Persen Cairan
gestasi
2
Fungsi cairan amnion :
a. Devaskularisasi
12
Patogenesis
apoptosis dari komponen sel dari membran fetal dan juga peningkatan dari enzim
amnion. Kolagen interstitial terutama tipe I dan tipe III yang dihasilan dari sel
dalam remodeling tissue dan degenerasi kolagen. MMP – 2, MMP – 3, dan MMP
13
metalloprotease (TIMPs). TIMPs ini pula rendah dalam cairan amnion pada
wanita dengan ketuban pecah dini. Peningkatan enzim protease dan penurunan
apoptosis dimembran fetal pada ketuban pecah dini berbanding dengan membran
degenerasi kolagen dan kematian sel yang membawa kelemahan pada dinding
membran fetal. 3
14
Faktor Ibu
KELEMAHAN
DINDING
MEMBRAN JANIN
RUPTURNYA MEMBRAN
AMNION DAN KHORION
SEBELUM TANDA – TANDA
PERSALINAN
KETUBAN
PECAH DINI
INFEKSI PADA
IBU
Diagnosis
penunjang.
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat menegakkan 90% dari diagnosis. Kadang kala cairan seperti
urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah
15
2. Inspeksi
Pengamatan biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru
3
pecah, dan jumlah airnya masih banyak, pemeriksaan ini akan makin jelas.
3. Pemeriksaan Inspekulo
seperti vaginal toucher dapat meningkatkan resiko infeksi, cairan yang keluar dari
3
vagina perlu diperiksa : warna, bau, dan PH nya, yang dinilai adalah :
Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan perdarahan dari
serviks. Dilihat juga prolapsus tali pusat atau ekstremitas janin. Bau
3
dari amnion yang khas juga harus diperhatikan.
4. Mikroskopis (tes pakis). Jika terdapat pooling dan tes nitrazin masih samar
forniks posterior. Cairan diswab dan dikeringkan diatas gelas objek dan
16
5. Pemeriksaan USG
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban sedikit
rupturnya membran fetal. Selain itu dinilai amniotic fluid index (AFI), presentasi
3
janin, berat janin, dan usia janin.
Penatalaksanaan
1. Konservatif
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila
tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500mg selama 7 hari). Jika
umur kehamilan kurang dari 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda – tanda
infeksi (suhu, leukosit, tanda – tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32
17
2. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitoksin. Bila gagal seksio sesarea.
Bila tanda – tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan terminasi persalinan.
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan pelviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil lakukan seksio sesarea. Bila skor pelviks > 5 lakukan induksi persalinan.
4
18
Komplikasi
Persalinan Prematur
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24
jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu persalinan dalam
Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.Pada ibu
Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum
insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan
Komplikasi Ibu:
- Endometritis
banyak)
Komplikasi Janin
- Asfiksia janin
19
Gambar.Infeksi intrauterin progresif pasca ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur
pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya
gawat janin dan oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin
5
gawat.
janin terhambat, kelainan disebabkan oleh kompresi muka dan anggota badan
20
Pencegahan
yang cukup selama hamil, anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada
trimester akhir. 7
Prognosis
7
Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada :
Usia kehamilan
Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan,
lebih sedikit bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir
antara 34 dan 37 minggu mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran
premature. 7
21
BAB III
KESIMPULAN
semua kehamilan. Hal ini menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada
kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %,
sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm
kontroversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih
5
belum ada, selalu berubah. Protokol pengelolaan yang optimal harus
mempertimbangkan adanya infeksi dan usia gestasi serta faktor-faktor lain seperti
fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak
ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus
perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun
7
pada ibu.
22
DAFTAR PUSTAKA
Bayi Baru Lahir. Edisi Keempat. Cetakan Kedua. Jakarta. PT Bina Pustaka
221 – 225.
Edisi 22.2005 .
456-60.
Membranes. Acta Medica Iranica. Online 2003. Vol 41. No.3. Diunduh
dari http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/59.pdf.
Prawirohardjo.
23