Anda di halaman 1dari 10

No. ID dan Nama Peserta: dr.

Andhika Yudhi Putra


No. ID dan Nama Wahana: RSUD Batara Guru Belopa, Kab. Luwu
Topik : Appendisitis akut
Tanggal (kasus): 01 Juli 2017
Nama Pasien: Ny. T No.RM : 11 09 13
Tanggal presentasi: 28 September Pendamping: dr. H. Moch. Hasrun,
2017 MM.Kes
Keilmuan: Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik : Manajemen Masalah Bedah
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Seorang Wanita, umur 48 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah yang dialami sejak tadi malam. Awalnya nyeri dirasakan di daerah ulu hati
lalu berpindah ke daerah perut kanan bawah. Nyeri dirasakan makin lama makin
bertambah, terus- menerus dan tidak menjalar. Pasien mengeluh tidak nafsu makan,
mual ada, muntah tidak ada. Demam dirasakan sejak tadi pagi, terus –menerus, nyeri
kepala ada. Pasien diketahui jarang mengonsumsi buah dan sayuran. Riwayat
penyakit yang sama sebelumnya tidak ada, riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada,
riwayat penyakit maag ada, sejak 2 tahun yang lalu, rutin mengonsumsi obat maag,
riwayat pnyakit tekanan darah tinggi tidak ada, riwayat penyakit gula tidak diketahui.
BAB: belum hari ini
BAK: lancar, warna jernih
Tujuan: Mendiagnosis pasien dengan Appendisitis akut dan penanganannya
Bahan Bahasan: Tinjuan pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos
Data Utama untuk bahan diskusi:
1.Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Seorang Wanita, umur 48 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah yang dialami sejak tadi malam. Awalnya nyeri dirasakan di daerah ulu hati
lalu berpindah ke daerah perut kanan bawah. Nyeri dirasakan makin lama makin
bertambah, terus- menerus dan tidak menjalar. Pasien mengeluh tidak nafsu makan,
mual ada, muntah tidak ada. Demam dirasakan sejak tadi pagi, terus –menerus, nyeri
kepala ada. Pasien diketahui jarang mengonsumsi buah dan sayuran. Riwayat
penyakit yang sama sebelumnya tidak ada, riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada,
riwayat penyakit maag ada, sejak 2 tahun yang lalu, rutin mengonsumsi obat maag,

1
riwayat pnyakit tekanan darah tinggi tidak ada, riwayat penyakit gula tidak diketahui.
BAB: belum hari ini
BAK: lancar, warna jernih
Daftar Pustaka:
1. De Jong, Wim. 2004. Apendisitis Akut, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Hal
640- 645. Jakarta: EGC.
2.Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004
3.Sabiston. Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern Surgical Practice.
Edisi 16.USA: W.B Saunders companies.2002
4. Schwartz. Principles of Surgery. Edisi Ketujuh.USA:The Mcgraw-Hill
companies.2005
5.R. Schrock MD, Theodore. Ilmu Bedah. Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.1995
Hasil Pembelajaran:
1.Definisi Appendisitis
2. Penegakan diagnosis Appendisitis
3. Penatalaksanaan Appendisitis

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

Subjektif:
Seorang Wanita, umur 48 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah yang dialami sejak tadi malam. Awalnya nyeri dirasakan di daerah ulu
hati lalu berpindah ke daerah perut kanan bawah. Nyeri dirasakan makin lama makin
bertambah, terus- menerus dan tidak menjalar. Pasien mengeluh tidak nafsu makan,
mual ada, muntah tidak ada. Demam dirasakan sejak tadi pagi, terus –menerus, nyeri
kepala ada. Pasien diketahui jarang mengonsumsi buah dan sayuran. Riwayat
penyakit yang sama sebelumnya tidak ada, riwayat pengobatan sebelumnya tidak
ada, riwayat penyakit maag ada, sejak 2 tahun yang lalu, rutin mengonsumsi obat
maag, riwayat penyakit tekanan darah tinggi tidak ada, riwayat penyakit gula tidak
diketahui.
BAB: belum hari ini
BAK: lancar, warna jernih

2
Objektif:
Pemeriksaan Fisik
Status Internus:
 Keadaan Umum: Sakit Sedang/Gizi Cukup/Compos Mentis
 Tanda Vital:
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 82x/menit
- Pernapasan : 24x/menit
- Suhu : 38,7º
 Pemeriksaan generalis :
Kepala : rambut berwarna hitam merata
Mata : Anemis -/-, Ikterus -/-

Thoraks
o Paru
Inspeksi : Gerakannafassimetriskiridankanan
Palpasi : Fremitus kirisamadengankanan
Perkusi : Sonor di kedualapanganparu
Auskultasi :Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
o Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : MT (-), NT (-)
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi: BJ I/II murni regular, bising (-)
Status lokalis (Abdomen)
Inspeksi : Bentuk simetris, sedikit membuncit.
Auskultasi : Bising usus (+), kesan menurun
Palpasi : Nyeri tekan (+) di seluruh lapang abdomen terutama
kuadran kanan bawah (Mc.Burney sign), Nyeri lepas (+)
Psoas sign (+). Obturator sign (+), Rovsing sign (+),
defans muskular (-).
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : akral hangat +/+, CRT < 2’’

3
Laboratorium
Darah rutin
WBC 14.8 x 103/mm3 ()
RBC 4,61 x 106 /mm3
HGB 12,67g/dL
HCT 34,9 %
MCV 78 fL
MCH 28,7 pg
MCHC 32,6 g/dL
PLT 468 x 103/mm3
Kimia darah
SGOT /SGPT: 32/30 UI/L
Ur/Cr: 23/0,76 mg/dl
GDS: 136 mg/dl
HbsAg: negatif
Urin rutin
Dalam batas normal

Radiologi
USG Abdomen
 Kesan : Appendisitis akut
Assesment:
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah Akut
Abdomen e.c. susp. Apendisitis akut.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien merupakan seorang wanita,
usia 48 tahun mengeluh nyeri perut bawah kanan sejak tadi malam sebelum masuk
rumah sakit. Pada awalnya nyeri dirasakan di ulu hati, kemudian berpindah diperut
kanan bawah lalu nyeri dirasakan diseluruh bagian perut. Nyeri dirasakan terus-
menerus dan tidak menjalar, nyeri semakin memberat sejak tadi pagi. Disertai gejala
anoreksia, nausea dan obstipasi.
Gejala utama pada apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Pada mulanya terjadi
nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di
daerah umbilikus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh
karena apendiks dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri
visceral itu akan dirasakan mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal

4
Secara klasik, nyeri di daerah epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam)
seterusnya akan menetap di kuadran kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah
terjadi nyeri somatik yang berarti sudah terjadi rangsangan pada peritoneum parietal
dengan sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila
batuk ataupun berjalan kaki.
Penderita apendisitis akut juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri
dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada letak
apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum. Gejala lain adalah demam yang
tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50 – 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi,
diduga telah terjadi perforasi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Nyeri tekan (+) di seluruh lapang abdomen
terutama kuadran kanan bawah (Mc.Burney sign), Nyeri lepas (+) Psoas sign (+).
Obturator sign (+), Rovsing sign (+), defans muskular (+) di kuadran kanan
bawah.
Pada auskultasi didapatkan bising usus (+) menurun. Pada pemeriksaan rectal
toucher didapatkan nyeri tekan(+) jam 9-12.
Hal ini sesuai pada tanda klinis apendisitis akut. Biasanya penderita berjalan
membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung (+) bila terjadi
perforasi, penonjolan perut kanan bawah terlihat pada appendikuler abses.
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc
Burney. Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum, Rebound tenderness (nyeri
lepas tekan ) adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di
abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya
dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney.
Defans musculer (+) karena rangsangan M.Rektus abdominis. Defance muscular
adalah nyeri tekan kuadran kanan bawah abdomen yang menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietal.
Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah, apabila kita
melakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh
adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang
berlawanan.
Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan
yang terjadi pada apendiks.
Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan
kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan

5
peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium
Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis,
tetapi kalau sudah terjadi peritonitis maka bunyi peristaltik usus atau tidak terdengar
sama sekali. Rectal Toucher/Colok dubur , nyeri tekan pada jam 9-12.

Patogenesis

Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu normalnya


dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.
Apendisitis akut terjadi karena berlaku obstruksi atau sumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan
oleh hambatan pada bagian proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan sekresi
normal dari mukosa apendiks yang dapat menyebabkan terjadinya distensi pada
kantung apendiks.1,3
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengal
ami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks
mengalami hipoksia dan
menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi
menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin
iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks).
Kemudian terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium dan
kemudian dalam 24-48 jam pertama maka peradangan dapat melibatkan seluruh

6
lapisan dinding appendiks keadaan ini disebut apendisitis flegmonosa. Bila sekresi
mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat akan menyebabkan obstruksi
vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah
kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut Bila
kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Gangren dan
perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda
setiap pasien karena ditentukan banyak faktor Bila dinding yang telah rapuh itu
pecah, akan terjadi apendisitis perforasi Bila semua proses diatas berjalan lambat,
omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul
suatu massa lokal yang disebut massa periapendikuler. Massa periapendikuler
tersebut dapat menjadi abses atau menghilang secara perlahan.1,3

Gambar 5. Alur Patogenesis Apendisitis


Usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup
apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa
periapendikuler. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat
mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa
periapendikuler akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara
lambat. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek, apendiks lebih panjang dan
lebih tipis, keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah. Kecepatan rentetan peristiwa tersebut
tergantung pada virulensi mikroorganisme, dayatahan tubuh, fibrosis pada dinding

7
apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneum parietale dan juga organ lain seperti
vesika urinaria, uterus tuba, yang mencoba membatasi dan melokalisir proses
peradangan ini. Bila proses melokalisir ini belum selesai dan sudah terjadi perforasi
maka akan timbul peritonitis. Walaupun proses melokalisir sudah selesai tetapi masih
belum cukup kuat menahan tahanan atau tegangan dalam kavum abdominalis maka
tekanan tersebut akan dapat mengakibatkan perforasi oleh karena itu penderita harus
benar-benar istirahat. 1,3
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi ak
an membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan
bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi akut. 1,3

Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu diagnosis adalah USG, pada
kondisi perforasi gambarannya dapat berupa lesi tubuler dengan air-fluid level di
regio iliaca dextra.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis moderat
(10.000-20.000/ µL). Jika leukosit lebih tinggi biasanya dicurigai telah terjadi
perforasi. Pada pemeriksaan urinalisa dapat ditemukan hematuria dan piuria pada 25
% pasien. Beberapa diagnosis banding appendicitis akut yang perlu dipikirkan,
antara lain: Kelainan bidang gastroinestinal seperti divertikulitis menunjukkan gejala
yang hampir sama dengan apendisitis tetapi lokasi nyeri lebih ke medial. Karena
kedua kelainan ini membutuhkan tindakan operasi, maka perbedaannya bukanlah hal
penting.
Kolitis ditandai dengan feses bercampur darah, nyeri tajam pada perut
bagian bawah, demam dan tenesmus.Obstruksi usus biasanya nyeri timbul perlahan-
lahan di daerah epigastrium. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi
abdomen dan timpani, terdengar metalic sound pada auskultasi.Kelainan bidang
urologi seperti batu ureter atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari
pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas.
Eritrosituria sering ditemukan. Foto polos abdomen atau urografi intravena dapat
memastikan penyakit tersebut.

8
Plan:
Diagnosis
Appendisitis akut

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Awal di Unit Gawat Darurat
- IVFD RL 24 tpm
- Injeksi Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/iv
- Injeksi Ranitidin 1 ampul/ 8 jam/iv
- Paracetamol tab 3 x 500 mg
- Lab; Darah Lengkap, urine rutin
- USG Abdomen (gambaran appendisitis akut)
- Konsul dokter ahli bedah

Pada apendisitis akut, abses, dan perforasi diperlukan tindakan operasi


apendiktomi cito. Tindakan ini dapat dilakukan melalui laparotomi atau laparoskopi.
Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, pasien dianjurkan untuk tirah baring dan
diberikan antibiotik sistemik spektrum luas untuk mengurangi insidens infeksi pada
luka post operasi.
Komplikasi apendisitisyang dapat terjadi adalah Perforasi. Keterlambatan
penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi appendix akan
mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri
makin hebat meliputi seluruh perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri
tekan dan defans muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai
menghilang karena ileus paralitik.
Pada pasien ini kemungkinan sudah terjadi perforasi dan peritonitis lokal. Hal
ini ditandai dengan adanya nyeri perut yang sangat hebat di seluruh lapang abdomen
serta peningkatan suhu tubuh terus-menerus. Pada tanda klinis didapatkan
defans muscular lokal di kuadran kanan bawah serta bising usus menurun.
Komplikasi yang lain yaitu peritonitis generalisata dan terbentuknya massa
periapendikular. Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat
terjadi dalam bentuk akut maupun kronis.
Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila
bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan

9
timbulnya peritonitis generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang
sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan
dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan
sirkulasi, oligouria, dan mungkin syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen,
muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang.

Pendidikan:
Menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi serta
memberikan edukasi pada pasien terhadap pentingnya menjaga kebersihan
makanan, dan menjaga pola makan yang sehat dalam hal ini pasien disarankan
untuk melakukan diet tinggi serat.

Konsultasi:
Dijelaskan adanya indikasi operasi dan konsultasi dengan spesialis bedah untuk
penanganan lebih lanjut.

Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit
dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.

Belopa, 28 September 2017

Peserta, Pembimbing,

( dr. Andhika Yudhi Putra) ( dr. Moch. Hasrun, MM.Kes)

10

Anda mungkin juga menyukai