Anda di halaman 1dari 15

A.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh berbagai hormon terhadap pemanjangan jaringan
akar dan batang kecambah biji jagung (Zea mays)?
B. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui pengaruh berbagai hormon terhadap pemanjangan jaringan
akar dan batang kecambah biji jagung (Zea mays).
C. Hipotesis
H0 : Tidak terdapat pengaruh berbagai hormon terhadap pemanjangan jaringan
akar dan batang kecambah biji jagung (Zea mays).
H1 : Terdapat pengaruh berbagai hormon terhadap pemanjangan jaringan akar
dan batang kecambah biji jagung (Zea mays).
D. Kajian Pustaka
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan merupakan hasil interaksi
antara faktor eksternal yang meliputi lingkungan dengan faktor internal yang
meliputi gen dan hromon. Interaksi tersebut menghasilkan tumbuhan yang
berbeda antar satu sama lain, baik dalam hal ukuran batang, jenis batang,
jenis perbungaan, dan sebagainya.
Menurut Supartini (2008), pertumbuhan berhubungan dengan
perubahan pada kuantitas yang maknanya terjadi perubahan pada jumlah dan
ukuran sel tubuh yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran dan
berat seluruh bagian tubuh. Selama pertumbuhan terjadi pertambahan jumlah
dan ukuran sel. Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan
respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah, perubahan
persediaan air). Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang
didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang
merubah struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan
tanaman saat berkembang. Pertumbuhan dalam arti terbatas menunjukkan
pertambahan ukuran yang irreversibel, yang mencerminkan pertambahan
protoplasma karena bertambahnya jumlah dan ukuran sel. Jadi pertumbuhan
merupakan kuantitatif dalam jumlah sel.
Auksin dan giberelin merupakan hormon yang banyak digunakan dalam
zat perangsang tumbuh (ZPT) buatan. Auksin memiliki manfaat untuk
merangsang pertumbuhan pucuk dan kemunculan tunas baru sedangkan
giberelin berguna untuk merangsang pertumbuhan akar (Latief,et al,2015).
Auksin merupakan hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang,
akar serta pada bunga. Auksin mampu merangsang pertumbuhan tunas-tunas
baru karena auksin terdapat pada pucuk-pucuk tunas muda yang berfungsi
sebagai pengatur pembesaran pada sel dan memicu perpanjangan dari sel
pada daerah belakang meristem ujung serta membantu proses pertumbuhan
batang. Zat pengatur tumbu pada tanaman yang tergolong dalam Auksin yaitu
, ), α-Naphthalene Acetic Acid (NAA) dan 2,4 Dikhlorofenoksiasetat (2,4-D).
Jenis dan konsentrasi pada pemberian auksin akan memberikan respon
berbeda
terhadap sistem
perakaran

(Apriliani,2015).

(a)
(b)

(c) (d)
Gambar 1. Struktur Hormon Auksin (a. IAA b. IBA, c. NAA, dan d. 2,4-D).
(Sumber: pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)

Auksin merupakan hormon yang pertama kali ditemukan pada


tumbuhan dan merupakan salah satu dari agen pemberian isyarat kimia yang
mengatur perkembangan tumbuhan. Umumnya auksin terdapat dalam bentuk
asam indole-3-acetic (IAA). Salah satu peran dari IAA pada tanaman adalah
sebagai hormon kunci dari berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Aryantha et.al., 2004 dalam Danapriatna.2014). Pada kondisi yang
rendah IAA mampu merangsang pemanjangan dari akar, sedangkan pada
kadar yang tinggi IAA bisa menghambat pemanjangan dari akar akar, namun
dengan IAA yang tinggi mampu merangsang peningkatkan jumlah akar
lateral dan adventif (Danapriatna.2014).
Hormon IAA termasuk kedalam Hormon auksin endogen yang
memiliki peran dalam pembesaran sel, dapat menghambat pertumbuhan tunas
samping, merangsang terjadinya ambibisi, berperan dalam pembentukkan
jaringan xilem serta floem, dan juga memiliki pengaruh terhadap
perkembangan dan pemanjangan akar (Susanti 2016).
Pemajangan sel yang didapatkan dari permberian auksin / faktor yang
disebabkan oleh auksin ini dilakukan dengan cara penambahan plastisitas dari
dinding sel menjadi longgar, sehingga air bisa masuk ke dalam dinding sel
dengan cara osmosis dan sel mengalami bisa pemanjangan. Selain jenis dari
Auksin yang diberikan, pemanjangan akar juga bergantung kepada jumah dan
konsentrasi auksin yang telah diberikan. Bahwa zat pengatur tumbuh
golongan auksin pada keadaan optimum dapat membantu pemanjangan akar,
sedangkan pada kadar yang lebih tinggi dapat menghambat pemanjangan
akar, namun pemberian beberapa jenis dan konsentrasi. (Apriliani,2015).
Mekanisme kerja hormon auksin dalam proses pemanjangan sel-sel
tanaman khususnya akar. Pertama auksin menginisiasi pemanjangan sel
dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin
akan memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel untuk
memompa ion H+ ke dinding sel. Lalu Ion H+ ini mengaktifkan enzim
tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul
selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat
air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh
dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Pengaruh
auksin yang lain adalah dominasi apikal, yaitu pertumbuhan ujung apikal dan
penghambatan pertumbuhan tunas lateral. Auksin memiliki peranan yang
penting dalam inisiasi akar pada kultur in vitro (Munarti, 2014).
E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi : Jenis Hormon
2. Variabel kontrol : Jenis kecambah yaitu jagung, umur kecambah
yaitu 5 hari, ukuran kecambah yaitu panjang 5 mm diukur pada jarak 2
mm dari kotiledon, Jenis kontrol yaitu aquades, jumlah potongan jaringan
akar dan batang kecambah yaitu 5 potongan, volume larutan hormon dan
kontrol yaitu 10 mL, konsentrasi larutan AIA, NAA, dan 2,4 D yaitu 1
ppm, waktu penyimpanan yaitu 48 jam.
3. Variabel respon : Perubahan pemanjangan jaringan akar dan batang
(koleoptil) kecambah jagung.
F. Definisi Operasional Variabel
Pada percobaan kali ini variabel manipulasi yang digunakan
adalah jenis hormon yang diberikan kepada Zea mays yaitu hormon dari
larutan AIA, larutan 2,4 D dan larutan NAA.
Pada variebel kontrol, bjij kecambah yang digunakan adalah biji
jagung (Zea mays) yang telah berumur 5 hari lalu diambil bagian jaringan
epikotil dan hipokotil nya sepanjang 5 mm diukur pada jarak 2 mm dari
kotiledon dengan jumlah 5 potongan. Untuk larutan yang digunakan yaitu
larutan hormon AIA, 2,4 D dan NAA dengan konsentrasi 1 ppm
volumenya 10 ml. Dan sebagai kontrolnya aquades. Untuk waktu
perlakuan disimpan 48 jam.
Selanjutnya variabel respon yaitu diharapkan akan didapatkan hasil
berupa data pemanjangan jaringan akar dan batang kecambah jagung (Zea
mays).
G. Alat dan Bahan
Alat
8 buah gelas plastic dan tutup gelas
Penggaris
Silet tajam
Bahan
Kecambah jagung umur 5 hari
Larutan AIA 1 ppm 10 mL
Larutan 2,4 D 10 mL

Larutan NAA 1 ppm 10 mL

Larutan aquades 10 mL

H. Rancangan Percobaan
1. Memilih kecambah jagung yang terdapat jaringan akar dan batang
(koleoptil) dan memotong jaringan tersebut dengan panjang 5 mm diukur
pada jarak 2 mm dari kotiledon.
Jaringan batang (koleoptil)

Dipotong jaringan akar dan batang (koleoptil)


dengan panjang 5 mm diukur pada jarak 2 mm
dari kotiledon

Jaringan akar

2. Merendam potongan jaringan akar dan batang (koleoptil) kecambah


tersebut ke dalam berbagai hormon yaitu larutan hormon AIA, larutan
hormon 2,4 D; larutan hormon NAA dan air suling sebanyak 5 potongan
selama 48 jam.

Dimasukkan ke masing-
masing larutan hormon

Potongan jaringan batang


(koleoptil)
Larutan Larutan Larutan Aquades
Potongan jaringan akar hormon hormon 2,4 D hormon NAA
AIA

3. Mengukur panjang akhir dari masing-masing potongan jaringan akar dan


batang (koleoptil) kecambah jagung yang telah direndam dalam larutan
hormon selama 48 jam dan menghitung rata-rata pertambahan panjang
masing-masing potongan jaringan tersebut.
I. Langkah Kerja
1. Disiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Disediakan kecambah jagung yang berusia 5 hari
3. Dipotong koleoptil dan akar primer dengan panjang 5 mm diukur pada
jarak 2 mm dari kotiledon masing-masing sebanyak 12 potongan
4. Dimasukkan ke dalam cawan petri masing-masing 5 potongan.
5. Disi gelas plastik 1 dengan larutan IAA 1ppm sebanyak 10 ml, kemudian
rendam potongan jaringan tersebut (akar dan batang), lakukan hal yang
sama untuk larutan 2,4 D; NAA; air suling. Tutup cawan petri dan biarkan
sampai 48 jam.
6. Dilakukan pengukuran kembali terhadap potongan-potongan jaringan
tersebut.
7. Dibuat tabel hasil pengamatan untuk merekam hasil data. Dibuat
histogram yang menyatakan hubungan antara macam hormon terhadap
pertambahan panjang jaringan akar dan batang.
J. Rancangan Tabel Pengamatan
Tabel 1. Pengaruh Hormon terhadap Perubahan Panjang Jaringan koleoptil dan
radikula Zea mays.
Jaringan Koleoptil Jaringan Akar
Rerata
Pertamb Panjan Pertam Rerata
Perlak Panjang Panjang pertambah Panjang
ahan g bahan Pertambaha
uan Awal akhir an awal
Panjang Akhir Panjang n Panjang
(mm) (mm) panjang (mm)
(mm) (mm) (mm) (mm)
(mm)
5 6 1 5 7 2
Laruta 5 6,5 1,5 5 6 1
n 5 6 1 5 5,5 0,5
1 1,1
NAA 5 6 1 5 6 1
5 5,5 0,5 5 6 1
5 6 1 5 5,5 0,5
5 7 2 5 6 1
Laruta 5 6 1 5 5,5 0,5
n 2,4- 5 5 0 1,1 5 6 1 0,8
D 5 6,5 1,5 5 6 1
5 8 3 5 5 1
5 6,5 1,5 5 6,5 1,5
Laruta 5 7 2 5 5,5 0,5
n IAA 5 6 1 1,5 5 5,5 0,5 0,9
5 5 0 5 6 1
5 5,5 0,5 5 6,5 1,5
Larutan 5 6 1 5 6 1
aquade 5 5 0 0,4 5 6 1 0,4
s 5 5,5 0,5 5 5 0
5 5 0 5 6 1

Dari tabel di atas, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh
hormon terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang kecambah biji jagung (Zea
mays) dan untuk memahaminya dapat dilihat pada grafik diagram persentase berikut
:
1.6

1.4

1.2

0.8 Koleoptil
Akar
0.6

0.4

0.2

0
NAA 2,4-D IAA AIR SULING

Grafik 1 Hubungan antara pengaruh hormon terhadap pemanjangan jaringan


jagung

K. Rencana Analisis Data


Berdasarkan data tabel dan perhitungan di atas, dapat diketahui
bahwa perendaman dengan larutan NAA didapatkan rata-rata pertambahan
panjang jaringan koleoptil dan jaringan akar sebesar 1 dan 1,1. Pada
perendaman dengan larutan 2,4 D didapatkan rata-rata pertambahan panjang
jaringan koleoptil dan jaringan akar sebesar 1,1 dan 0,8. Pada perendaman
perendaman dengan larutan IAA didapatkan rata-rata pertambahan panjang
jaringan koleoptil dan jaringan akar sebesar 1,5 dan 0,9. Pada perendaman
dengan air suling didapatkan rata-rata pertambahan panjang jaringan koleoptil
dan jaringan akar sebesar 0,4 dan 0,9.
Berdasarkan data grafik di atas, dapat diketahui bahwa pada
perendaman dengan larutan AIA didapatkan rata-rata pertambahan panjang
jaringan koleoptil dan jaringan akar paling tinggi yaitu sebesar 0,5 dan 0,9.
Pada perendaman dengan larutan 2,4-D didapatkan rata-rata pertambahan
panjang jaringan koleoptil dan jaringan akar cukup tinggi yaitu sebesar 1,1
dan 0,8. Pada perendaman dengan larutan NAA didapatkan rata-rata
pertambahan panjang jaringan koleoptil dan jaringan akar cukup rendah yaitu
sebesar 1 dan 1,1. Sedangkan pada perendaman dengan larutan aquades
didapatkan rata-rata pertambahan panjang jaringan koleoptil dan jaringan
radikula paling rendah yaitu sebesar 0,4 dan 0,9.
L. Hasil Analisis Data
Dari analisis di atas, dapat diketahui bahwa hormon yang
mempengaruhi pertambahan jaringan pada kedua jaringan kecambah jagung
(koleoptil dan akar) adalah hormon IAA. Hal ini dikarenakan hormon IAA
(auksin) berfungsi dalam pengembangan sel-sel yang ada di daerah belakang
meristem. Sel-sel tersebut menjadi panjang-panjang dan banyak berisi air
sehingga tekanan dinding sel berkurang yang mengakibatkan protoplas
mendapat kesempatan untuk meresap air dari sel-sel yang ada di bawahnya
dikarenakan sel-sel yang terdapat di dekat titik tumbuh mempunyai nilai
osmosis yang tinggi. Oleh karena itu, didapatkan sel yang panjang dengan
vakuola yang besar di daerah belakang titik tumbuh (Dwidjoseputro, 1982).
Pada perlakuan perendaman di dalam larutan hormon 2,4 D
didapatkan pertambahan panjang jaringan koleoptil yang lebih panjang
dibandingkan dengan pertambahan panjang jaringan akar. Larutan hormon
2,4 D adalah zat pengatur tumbuh yang strukturnya mirip hormon auksin atau
AIA. Hormon auksin atau AIA banyak diproduksi di bagian batang
(koleoptil) tanaman. Pada koleoptil terdapat hormon AIA oksidase dan enzim
lainnya sehingga saat direndam di dalam larutan hormon 2,4 D, AIA oksidase
tidak dapat merusak larutan hormon 2,4 D akibat strukturnya sedikit berbeda.
Oleh karena itu, larutan hormon 2,4 D akan merangsang pemanjangan
jaringan batang (koleoptil) kecambah jagung (Kusumo, 1989). Pada jaringan
akar, pemberian larutan hormon 2,4 D dan air suling pertambahan panjangnya
relative sama dengan 2,4 D dikarenakan pada konsentrasi tertentu larutan
hormon tersebut dapat menghambat pertumbuhan jaringan akar. Selain itu,
dikarenakan larutan hormon 2,4 D merupakan senyawa sintesis auksin (AIA)
yang menunjukkan struktur sedikit berbeda dengan auksin alami sehingga
larutan hormon 2,4 D tidak dirusak oleh AIA oksidase yang tidak terdapat
pada akar (Kusumo, 1989).
Namun, koleoptil yang direndam di dalam larutan hormon NAA
menunjukkan pemanjangan jaringan yang lebih panjang daripada
pertambahan panjang yang direndam dalam larutan hormon IAA. Hal ini
dikarenakan larutan hormon NAA adalah senyawa sintetik yang strukturnya
berbeda dari auksin alami dan mengandung sebuah gugus karboksil yang
menempel pada gugus lain yang mengandung karbon, sehingga pertumbuhan
tunas apical yang merupakan dampak dari pemberian NAA cukup tinggi
daripada pertambahan panjang pada larutan hormon IAA dan 2,4 D (Kusumo,
1989).
Pertambahan panjang jaringan batang (koleoptil) kecambah jagung
yang direndam pada air suling dipengaruhi oleh proses osmosis. Proses
osmosis terjadi karena PO dan PA air suling lebih tinggi daripada PO dan PA
jaringan sehingga air berpindah ke dalam jaringan akar kecambah jagung
yang menyebabkan terjadinya pertambahan panjang pada jaringan tersebut
(Dwidjoseputro, 1982). Selain itu juga masih danya kinerja enzim yang
mendorong terjadinya pertambahan panjang jaringan. Oleh karena itu pada
perlakuan air suling selisih batang sebanding dengan akar.
M. Diskusi
Jelaskan bagaimana pengaruh berbagai macam hormon tumbuh
terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang. Samakah pengaruhnya?
Kemukakan teori pendukung yang dapat menjelaskan terjadinya gejala-gejala
tersebut.

Jawab : Penggunaan berbagai macam hormon tumbuh memiliki pengaruh


yang sama pada tumbuhan yaitu pemanjangan jaringan. Hormon tumbuh
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuh adalah hormon
IAA dan terdapat senyawa sintetik lainnya yang serupa dengan senyawa IAA
dan mempengaruhi pemanjangan jaringan yaitu hormon NAA, 2,4 D dan
sintetis lainnya. Semua hormon tersebut mempunyai struktur kimia yang
sama dengan auksin yaitu berupa senyawa berbentuk cincin aromatik tetapi
mengandung ikatan lain yang berbeda. Pada 2,4 D terikat unsur Cl disamping
terikat gugus asetat. NAA lebih mirip dengan IAA yaitu memiliki 2 cincin
aromatik sedangkan 2,4 D hanya memiliki satu cincin aromatik.
N. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, dapat
disimpulkan bahwa pemberian hormone berpengaruh terhadap pertambahan
panjang jaringan batang dan akar kecambah jagung (Zea mays). Pada koleoptil
dan radikula yang bekerja secara optimal yaitu hormon NAA yaitu sebesar 0,4
dan 0,7.
O. Daftar Pustaka
Anonim. 2018. Pubchem. Open chemistry database.
https://www.pubchem.ncbi.nlm.nih.gov

Apriliani , Agusti,et al. 2015. Pemberian Beberapa Jenis Dan Konsentrasi


Auksin Untuk Menginduksi Perakaran Pada Stek Pucuk Bayur
(Pterospermum javanicum Jungh.) Dalam Upaya Perbanyakan
Tanaman Revegetasi Effect of Types And Concentration Of
Auxin On Root Induction of Apical Shoots Bayur (Pterospermum
javanicum Jungh.) In Attempt To Propagate of Revegetation
Plants.Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 4(3) –
September 2015: 178-187 (ISSN : 2303-2162)

Danapriatna, Nana. 2014. Faktor Yang Mempengaruhi Biosintesis Iaa Oleh


Azospirillum.Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014:
82-88

Dwidjoseputro. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.

Halimursyadah. dkk. 2014. Perbanyakan Vegetatif Tanaman Nanas (Annanas


comusus L.Merr) Dari Sumber Stek Berbeda Dan Konsentrasi
Auksin. Jurnal Ilmiah AgrIBA. ISSN : 2303-1158. Aceh.

Kusumo, Surachmat. 1989. Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor : CV


Yasaguna

Latief, Sthefany,et al. 2015. Pengaruh Interval dan Pemberian Cucian Air
Beras Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus L.) varietas Vima-1. Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Munarti, et al. 2014. Pengaruh Konsentrasi IAA dan BAP Terhadap


Pertumbuhan Stek Mikro Kentang Secara In Vitro. Jurnal
Pendidikan Biologi. Vol. 1(1): 1-8

Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta: Buku


Kedokteran EGC

Susanti,Winda Ika,et al. 2016. Peranan Cendawan Dan Bakteri Rhizosfer


Bambu Dalam Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Dan
Fenomena Desease Suppresive Soil.
LAMPIRAN

Menaruh potongan ke dalam


Cawan Petri yang berisi 10 ml
Menyiapkan kecambah jagung (Zea mays)
larutan AIA, 2.4 D, NAA dan
yang telah berumur 5 hari.
aquades (kontrol).
Memotong bagian koleoptil dan radikula
Disimpan selama 48 jam.
sepanjang 5 mm diukur pada jarak 5 mm
dari kotiledon

Setelah 48 jam mengukur kembali potongan koleoptil dan radikula, adakah


perubahan panjang.
Mengumpulkan dan mencatat data yang didapat dalam tabel dan membuat
histogram yang menyatakan hubungan hormon dengan perubahan panjang
jaringan

Anda mungkin juga menyukai