Penyusunan Study Dan DED Pelabuhan Multifungsi Tanjung Geliga Senggarang, Kota Tanjungpinang
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Pendahuluan Pekerjaan
Penyusunan Study dan DED Pelabuhan Multifungsi Tanjung Geliga Senggarang dapat
selesai dengan baik.
Laporan Pendahuluan ini merupakan Laporan Awal kepada Pemberi Pekerjaan dalam
melaksanakan pekerjaan. Didalam laporan ini disampaikan gambaran umum wilayah
pekerjaan, kajian tata ruang wilayah, dan kajian pelabuhan Tanjung Geliga dalam
konteks Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) sesuai dengan KP No 414 Tahun
2013. Selain itu juga disampaikan rangkaian metodologi yang langsung terkait dengan
rencana desain multifungsi pelabuhan Tanjung Geliga.
Laporan ini akan terus disempurnakan dengan laporan berikutnya yakni laporan
antara, untuk itu masukan dan saran sangat diharapkan.
Kata kunci pada laporan ini adalah Tanjung Geliga, Pelabuhan dan Mulitifungsi.
Batam, 2013
Konsultan Pelaksana
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan........................................................................................................................................ 8
2.3. Pelabuhan Tanjung Geliga dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional ..................... 17
3.1. Umum..................................................................................................................................................... 1
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Gambar 2. 3. Sekolah Menurut Tingkat dan Status Sekolah Tahun 2009 ............................... 8
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Penetapan Tanjung Pinang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
atau PBPB sebagaimana PP No. 47 Tahun 2007 difokuskan sebagai pelabuhan
serbaguna (multi-purpose). Letak geografis Tanjung Pinang yang unik dan khusus
menjadikan posisinya begitu sentral, karena dapat dijadikan sebagai pintu gerbang bagi
arus masuk investasi, barang, dan jasa dari luar negeri yang berguna bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat Indonesia. Mengingat letaknya tepat pada jalur kapal laut
internasinal maka kawasan Tanjung Pinang dapat menjadi pusat pelayanan lalu lintas
kapal internasional. Untuk mengantisipasi status, kapasitas dan amanat yang diatur
dalam PP No. 47/2007 tersebut, perlu disusun studi dan DED pelabuhan Tanjung Geliga
Senggarang sebagai pelabuhan barang dan penumpang yang perlu dikembangkan
dengan standard dan skala internasional berdasarkan PP No. 61/2009 tentang
Kepelabuhanan; dan sesuai dengan kapasitas Tanjung Pinang agar dapat berkompetisi
dengan kawasan sejenis di tingkat nasional dan internasional.
Tujuan kegiatan ini adalah agar dapat dirumuskan dokumen teknis, ekonomis, dan
administratif dalam pembangunan Pelabuhan Tanjung Geliga.
1.3. Sasaran
1. Tersedianya dokumen formal yang dapat dipakai sebagai acuan pokok bagi
pembangunan Pelabuhan Multifungsi Tanjung Geliga di Senggarang yang
menyangkut aspek fisik (dermaga, infrastruktur, suprastruktur, dan fasilitas
bongkar muat lainnya) serta aspek non-fisik (kegiatan jasa bongkar muat,
2. Tersedianya referensi bagi penetapan DLKR dan DLKP Pelabuhan Tanjung Geliga di
Senggarang.
Ruang lingkup kajian dibagi menjadi tiga bagian, yakni: (1) pekerjaan survai dan
pengumpulan data lapangan; (2) pekerjaan analisis meliputi kajian kelayakan teknis
(potensi fisik, pola pergerakan barang/jasa dan penumpang domestic maupun
internasional, serta interaksinya dengan pelabuhan lain, kebutuhan pengembangan
fasilitas pelabuhan, analisis tentang aspek lingkungan); kelayakan ekonomis (aspek
pembiayaan dan kelayakan ekonomi seperti IRR, NPV, BCR, Pay Back Periode, serta
ROI); dan administratif (UU No. 17/2008 tentang Pelayaran, PP No. 61/2009 tentang
Kepelabuhanan, PP No. 51/2002 tentang Perkapalan, PP No. 81/2000 tentang
Kenavigasian, dan PP No. 7/2000 tentang Kepelautan); serta (3) penyusunan DED
(Detail Engineering Design) Pelabuhan Tanjung Geliga.
1.5. Keluaran
b. Desain tata letak terminal barang dan penumpang yang paling optimal dari
beberapa alternatif perencanaan terminal barang dan penumpang di pelabuhan
Tanjung Geliga di Senggarang, sehingga diharapkan akan diperoleh desain tata
letak yang paling menguntungkan;
c. Peta GIS tata batas dengan referensi patok terkalibrasi di lapangan sebagai
bahan pembebasan lahan sesuai peraturan yang berlaku;
f. Jenis laporan yang harus diserahkan dalam pekerjaan ini terdiri atas:
Laporan Pendahuluan
Laporan Antara
Laporan Akhir
2. Bab 2 Gambaran Umum Wilayah, yang menguraikan tentang kondisi umum Kota
Tanjungpinang secara luas, baik itu dari sisi ekonomi, pendidikan dan
kependudukan. Selain itu juga ada kajian mengenai tata ruang yang langsung
terkait dengan rencana pengembangan pelabuhan Tanjung Geliga serta arahan
dari Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
3. Bab 3 Metodologi Pekerjaan, yang menguraikan kegiatan apa saja yang akan
dikaji dan dilakukan dilapangan untuk memenuhi ketentuan peraturan
perundangan dalam upaya untuk pengembangan pelabuhan Tanjung Geliga
sebagai pelabuhan Multifungsi.
4. Bab 4 Rencana Kerja dan Tenaga Ahli, menguraikan tentang rencana kerja
selama masa kontrak dan distribusi pekerjaan dari masing-masing tenaga ahli.
Lokasi pelabuhan yang menjadi pekerjaan ini adalah Pelabuhan Tanjung Geliga, di
Senggarang, Kota Tanjung Pinang. (lih Peta).
Lokasi
2.1.1. Fisiografi
Kota Tanjungpinang berada di Pulau Bintan dengan letak geografis berada pada 00 51'
s/d 00 59' LU dan 104 23' s/d 104 34' BT
Batas Wilayah :
Wilayah Kota Tanjungpinang mencapai 239,50 KM2 dengan keadaan geologis sebagian
berbukit-bukit dan lembah yang landai sampai tepi laut.
2.1.2. Topografi
Wilayah Kota Tanjungpinang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang pada
umumnya merupakan daerah dengan dataran landai di bagian pantai, memiliki
topografi yang bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0-
2% hingga 40% pada wilayah pegunungan. Sedangkan ketinggian wilayah pada pulau-
pulau yang terdapat di Kota Tanjungpinang berkisar antara 0-50 meter di atas
permukaan laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan laut.
Secara keseluruhan kemiringan lereng di Kota Tanjungpinang relatif datar, umumnya
didominasi kelerengan yang berkisar antara 0-2% dengan luas wilayah mencapai 75,30
Km², dan kemiringan lereng 2-15% mempunyai luas sekitar 51,15 Km². Sedangkan
kemiringan lereng 15- 40% memiliki luas wilayah paling sedikit yaitu 5,09 Km².
Berikut data Luasan Kelerengan Lahan masing- masing kelurahan.
2.1.3. Iklim
Kondisi iklim dan curah hujan di Kelurahan Dompak dan Senggarang secara umum
memiliki kondisi yang sama dengan Kota Tanjungpinang. Perubahan angin di wilayah
ini dapat dilihat dari musim angin. Musim angin utara berlangsung dari Bulan Desember
sampai dengan Bulan Februari. Angin musim timur berlangsung dari Bulan Desember
sampai dengan Bulan Febuari. Angin musim selatan berlangsung Bulan Maret sampai
dengan Bulan Mei. Musim Angin Selatan berlangsung dari Bulan September sampai
November. Pergantian musin yang terjadi setiap waktu ini menyebabkan arah angin
tidak menentu atau disebut musim pancaroba. (RDTRK BWK IV Kota Tanjungpinang,
2009)
Pada umumnya daerah Tanjungpinang beriklim tropis basah, dengan temperatur
berkisar antara 18-30oC. Rata-rata kelembaban udara pada tahun 2008 sekitar 86%,
sedangkan yang tertinggi mencapai 99% dan terendah 58%. Gugusan kepulauan di
Tanjungpinang mempunyai curah hujan cukup dengan iklim basah, berkisar antara
2000-2500 mm/th. Rata-rata curah hujan per hari ± 17,0 milimeter, dengan jumlah hari
hujan sebanyak ± 16,8 per bulan. (RTRW Kota Tanjungpinang Tahun 2010 - 2030,
2011)
Curah hujan tertinggi tahun 2008 terjadi pada bulan Maret Desember (472,5 mm),
sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei (135,2 mm). Temperatur rata-
rata terendah 22,50C dengan kelembaban udara 83-89%.Kota Tanjungpinang
mempunyai 4 (empat) macam perubahan arah angin yaitu (RTRW Kota Tanjungpinang
Tahun 2010 - 2030, 2011):
Bulan Desember-Februari : Angin Utara
Bulan Maret-Mei : Angin Timur
Bulan Juni-Agustus : Angin Selatan
BulanSeptember-November : AnginBarat
2.1.4. Hidrografi
Keberadaan air permukaan di area FTZ Dompak terdistribusi oleh sungai Dompak dan
Sungai Belading sedangkan Kelurahan Senggarang terdistribusi oleh sungai Papah dan
sungai Senggarang. Dalam siklus hidrologi, keberadaan air tanah dipengaruhi oleh air
tertekan (semi confined aquifer), sehingga secara umum sistem akuifer yang
berkembang di wilayah Pulau Bintan, Kota Tanjungpinang tergolong multi-layer dimana
antara satu lokasi dengan lokasi lain kedalaman lapisan akuifernya tidak berada pada
level yang sama. Pada bagian bawah dari lapisan akuifer dalam dibatasi oleh granit yang
bersifat kedap air sampai mempunyai sifat kelulusan terhadap air yang kecil tergantung
adanya celah atau rekahan pada tubuh granit tersebut. Ketebalan rata-rata lapisan
akuifer air bawah tanah dalam berkisar sekitar 26 m.
Sedangkan keterdapatan mata air muncul pada batuan sedimen yang terdapat dalam
mata air bawah tanah perbukitan bergelombang.Tipe pemunculannya umumnya
diakibatkan oleh pemotongan topografi pada tekuk lereng dengan dataran. Mata air
tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum penduduk sekitarnya.
2.1.5. Geologi
Tekstur tanah kasar. Menyebar di sebagian kecil tanah dengan kelerengan 2-15%,
sebagian besar tanah dengan kelerengan 25-40% dan sebagian tanah dengan
kelerengan > 40.
Kondisi tekstur tanah di Kelurahan Dompak sebagian besar didominasi oleh tekstur
tanah halus yang memiliki luas 838,5 Ha atau 63,5% (Sedangkan Kondisi tekstur tanah
yang dominan di Kelurahan Senggarang sebagian besar berupa tekstur tanah halus yang
memiliki luas 837 Ha atau 64,3% (Peta Jenis dan Karakter Tanah Kota Tanjungpinang,
2008)
2.1.7.1. Kependudukan
Suku Melayu merupakan kelompok etnik yang dominan di kota ini, selain itu terdapat
juga etnik Tionghoa, Jawa, Minang, Bugis dan Batak. Sementara bahasa yang digunakan
umumnya Bahasa Melayu selain dari pada Bahasa Indonesia. Selain itu Bahasa Tiochiu
juga masih digunakan oleh komunitas masyarakat tertentu di Kota Tanjungpinang.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Tanjungpinang sampai
dengan tahun 2009 terus mengalami kenaikan. Hal ini telah menjadi perhatian
Pemerintah Kota Tanjungpinang, sehingga pertumbuhan penduduk yang ada terkendali
dan dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, bukan justru menimbulkan
berbagai masalah sosial.
2.1.7.1. Pendidikan
Berhasil atau tidaknya pembangunan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan penduduknya. Semakin maju pendidikan berarti akan membawa berbagai
pengaruh positif bagi masa depan berbagai bidang kehidupan. Sumber daya manusia
yang berkualitas tentu dihasilkan oleh proses pendidikan yang berkualitas pula. Upaya
memperbaiki tingkat pendidikan adalah masalah prinsip dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
terdapatnya sarana pendidikan dari berbagai jenjang, mulai pendidikan pra sekolah
(TK) hingga tingkat menengah. Data jumlah sarana pendidikan di Kota Tanjungpinang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan data BPS Kota Tanjungpinang tahun 2009, jumlah penduduk berusia 10
tahun keatas yang tidak atau belum pernah sekolah mencapai 19,39% dari total
penduduk di Kota Tanjungpinang. Adapun komposisi tingkat pendidikan tertinggi
berada pada tingkat SLTP dan SMU dengan persentase masing-masing mencapai
21,11% dan 21,11%. Sedangkan penduduk yang mencapai jenjang pendidikan tinggi
mencapai 0,93% dari total penduduk Kota dengan komposisi tertinggi berada pada
jenjang pendidikan S2/S3.
Pada tahun 2010 laju pertumbuhan Kota Tanjungpinang mencapai level 7,08%. Laju
pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2009
sudah mulai menggunakan tahun dasar 2000 sehingga mengakibatkan adanya
perubahan angka PDRB dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010.
Trend pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang pada tahun 2007 berada pada level
6,92%. Pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 7,07%.
Kemudian pada tahun 2009 mengalami penurunan pada level 6,97%. Namun, di tahun
2010 kembali mengalami peningkatan dengan laju ekonomi pada level 7,08 %. Laju
pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang dari tahun 2000 sampai dengan 2009
masih menggunakan tahun dasar 2000. Secara riil, laju pertumbuhan ekonomi yang
diukur dari besaran PDRB atas dasar harga konstan, mengalami kenaikan sebesar
7.08% pada tahun 2010, yaitu dari 2.209.298,52 juta rupiah pada tahun 2009 menjadi
2.530.705,74 juta rupiah pada tahun 2010. Pertumbuhan ini didorong oleh karena Kota
Tanjungpinang sebagai ibukota Provinsi Kepri yang terbentuk dari tahun 2006.
Sehingga laju perekonomian di Kota Tanjungpinang mulai meningkat secara bertahap
Pertumbuhan ekonomi sektoral yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor
listrik, gas dan air bersih yaitu mencapai 20,88%, dimana pada tahun sebelumnya
hanya sebesar 5,07%. Hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah
bangunan di Kota Tanjungpinang sehingga berimplikasi meningkatnya kebutuhan
listrik, gas dan air bersih
Ada beberapa kelurahan yang memiliki tanah yang bisa dikembangkan untuk sektor
pertanian bukan sawah, diantaranya yaitu Kelurahan Batu Sembilan, Kelurahan Melayu
Kota Piring, Kelurahan Pinang Kencana, Kelurahan Penyengat, Kelurahan Kampung
Bugis dan Kelurahan Senggarang. Kelurahan yang memiliki lahan sektor pertanian
bukan sawah terbesar yaitu Kelurahan Senggarang Kecamatan Tanjungpinang Kota
dengan perkiraan luas lahan sebesar 1.725 Ha. Hal ini memberikan gambaran kepada
kita mengenai kelurahan yang memiliki potensi pertanian bukan sawah yang bisa
dikembangkan menjadi sentra pertanian di Kota Tanjungpinang . Pada umumnya lahan
pertanian bukan sawah tersebut merupakan lahan yang digunakan untuk sektor
perkebunan, palawija dan juga hutan lindung.
1. Jl. Merdeka
2. Jl. Ketapang
Selain itu, pelabuhan Tanjung Geliga juga dipersiapkan sebagai pelabuhan baru yang
akan dikembangkan dengan konsep pengembangan yang lebih luas diantaranya untuk
mendukung pengembangan kawasan pariwisata di Tanjungpinang dan lebih luas adalah
untuk mendukung pengembangan kawasan Pulau Bintan. Selain itu sesuai dengan visi
dan misi dari Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Tanjungpinang, pelabuhan ini diharapkan dapat bertumbuh dan berkembang menjadi
pelabuhan multifungsi yakni sebagai pelabuhan penumpang (penyeberangan) juga
pelabuhan yang terintegrasi dengan kawasan perdagangan perbelanjaan dan wisata.
Gambar 2. 10. Program Pengembangan Pelabuhan Tanjung Geliga Dalam Perpres 87/2011
Hirarki
No Kabupaten/Kota Pelabuhan/ Terminal Pelabuhan/Terminal Ket
2011 2015 2020 2030
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tanjung Pinang Batu Anam PR PR PR PR
2 Tanjung Pinang PP PP PP PP
3 Tg. Moco PP PP PP PP
4 Balai Adat Indra Sakti PL PL PL PL
5 Daeng Celak PL PL PL PL
6 Daeng Marewa PL PL PL PL
7 Dompak PP PP PP PP
8 Dompak Sebrang PL PL PL PL
9 Kampung Bugis PL PL PL PL
10 Kampung Lama Dompak PL PL PL PL
11 Kelam Pagi PL PL PL PL
12 Madong PL PL PL PL
13 P. Penyengat PL PL PL PL
14 Pelantar Asam PL PL PL PL
15 Pelantar I PL PL PL PL
16 Pelantar II PR PR PR PR
17 Sei Jang PR PR PR PR
18 Sei Ladi PL PL PL PL
19 Sekatap Darat PL PL PL PL
20 Senggarang PL PL PL PL
21 Tanjung Ayun PL PL PL PL
22 Tanjung Duku PL PL PL PL
23 Tanjung Geliga PR PR PR PR
24 Tanjung Lanjut PL PL PL PL
25 Tanjung Sebauk PL PL PL PL
26 Tanjung Siambang PL PL PL PL
27 Tanjung Unggat PR PR PR PR
28 Wisata Penyengat PL PL PL PL
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk
menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya.
Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan
membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga
disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan. Sering
pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan
barang. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 mengatur tentang pelabuhan dan
fungsi serta penyelengaraannya.
Pelabuhan juga dapat di definisikan sebagai daerah perairan yang terlindung dari
gelombang laut dan di lengkapi dengan fasilitas terminal meliputi :
Dermaga, tempat di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang.
Gudang laut (transito), tempat untuk menyimpan muatan dari kapal atau yang
akan di pindah ke kapal.
Pelabuhan juga merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu daerah tertentu
dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara.
(Triatmodjo, 2009)
a. Alamnya
Pelabuhan tertutup, kapal masuk harus melalui pintu air seperti dapat kita temui
di Liverpool, Inggris dan terusan Panama.
b. Pelayanannya
c. Lingkup Pelayaran
Pelabuhan Ekspor
Pelabuhan Impor
Free port. adalah wilayah pelabuhan yang bebas diluar pengawasan bea cukai.
g. Kegiatan Pelayarannya
h. Peranannya
Kata pelabuhan laut digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal laut.
Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang digunakan untuk berlabuhnya kapal-kapal
penangkap ikan serta menjadi tempat distribusi maupun pasar ikan.
Adalah terusan atau saluran pelabuhan bagi masuknya kapal dan atau untuk
mengangkat kapal. Terusan ialah laluan air buatan manusia yang selalunya
disambungkan dengan tasik, sungai, atau laut. Terdapat dua jenis terusan iaitu terusan
untuk tujuan pertanian (mengalirkan air ke tanaman) dan terusan untuk tujuan
pengangkutan air.
Gambar 3. 2. Kanal
Sumber: City of Elblag, northern Poland. This is the tidewater beginning for the Elblag Canal in the Vistula
estuary. Photo date 9/93, © J.S. Aber.
Kolam pelabuhan adalah lokasi tempat dimana kapal berlabuh, berolah gerak,
melakukan aktivitas bongkar muat, mengisi perbekalan yang terlindung dari ombak dan
mempunyai kedalaman yang cukup untuk kapal yang beroperasi dipelabuhan itu. Agar
terlindung dari ombak biasanya kolam pelabuhan dilindungi dengan pemecah
gelombang.
3.5. Pengerukan
Hidrografi (atau geodesi kelautan menurut pandangan awam) adalah ilmu tentang
pemetaan laut dan pesisir. Hidrografi menurut International Hydrographic Organization
(IHO) adalah ilmu tentang pengukuran dan penggambaran parameter-parameter yang
diperlukan untuk menjelaskan sifat-sifat dan konfigurasi dasar laut secara tepat,
hubungan geografisnya dengan daratan, serta karakteristik-karakteristik dan dinamika-
dinamika lautan. Secara etimologi, Hidrografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
dari kata “hidro” yang berarti air dan “grafi” yang berarti menulis, hidrografi artinya
gambaran permukaan bumi yang digenangi air.
mengembangkan tentang :
1. Sifat-sifat dan Konfigurasi dasar laut yang dihasilkan oleh kegiatan survey
bathimetrik, geologi dan geofisika.
Hanya terbatas pada pengertian survey dan pemetaan batimetrik, disertai penentuan
posisi yang berkaitan dengan pemetaan batimetri itu sendiri. Dari Definisi Tersebut,
1. Pantai (coastal)
Pengadaan data dan informasi hidrografis sbg. Kelanjutan dari zone pantai
(coastalzone) s/d kedalaman 200m, pertambangan sumber daya alam mineral
termasuk hidrokarbon (crude oil) dan pengadaan data dan informasi utk. Manajemen
perikanan
Pengadaan data dan informasi di daerah lautan bebas (oceanic) mencakup pengadaan
data dan informasi di daerah lautan dalam untuk menggambarkan geomorfologi dasar
laut.
Kalibrasi dilaksanakan minimal sebelum dan setelah dilaksanakan survei pada hari
yang sama. Kalibrasi juga selalu dilaksanakan setelah adanya perbaikan apabila terjadi
kerusakan alat selama periode survei. Pekerjaan survei Batimetri tidak boleh
dilaksanakan pada keadaan ombak dengan ketinggian lebih dari 1,5m bila tanpa heave
compensator, atau hingga 2,5m bila menggunakan heave compensator.
Survei topografi adalah suatu metode untuk menentukan posisi tanda-tanda (features)
buatan manusia maupun alamiah diatas permukaan tanah. Survei topografi juga
digunakan untuk menentukan konfigurasi medan (terrain). Kegunaan survei topografi
adalah untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk gambar peta topografi.
Gambar peta dari gabungan data akan membentuk suatu peta topografi. Sebuah
topografi memperlihatkan karakter vegetasi dengan memakai tanda-tanda yang sama
seperti halnya jarak horizontal diantara beberapa features dan elevasinya masing-
masing diatas datum tertentu.
Metode-metode yang umum digunakan untuk pemetaan topografi antara lain adalah :
1. Metode tachymetri
2. Metode offset
3. Fotogrametri
5. Beberapa rincian topografi hilang, seperti misalnya batas lereng atau titik tinggi atau
titik rendah setempat.
Demikian pula wahana pemetaan tidak hanya dapat dilakukan secara teristris, namun
dapat pula secara fotogrametris radargrametris, videografis, bahkan sudah merambah
pada wahana ruang angkasa dengan teknologi satelit dengan berbagai kelebihannya.
Secara garis besar langkah-langkah pemetaan secara teristris adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Dalam proses pemetaan teristris, banyak hal yang harus dipersiapkan agar pemetaan
dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Persiapan dalam hal ini adalah persiapan
peralatan, perlengkapan dan personil.
2. Survei Pendahuluan
Penentuan posisi titik-titik kerangka peta yang representative dalam arti distribusinya
merata, intervalnya seragam, aman dari gangguan, mudah untuk mendirikan alat ukur,
mempunyai kapabilitas yang baik untuk pengukuran detil, saling terlihat dengan titik
sebelum dan sesudahnya, dan lain-lain.
4. Survei Pengukuran
2. Pengukuran detil
Perhitungan detil (X, Y, Z) atau cukup sudut arah / azimuthnya, jarak datar, dan beda
tinggi dari titik ikat.
4. Editing
5. Simbolisasi
Masa Balik Modal adalah payback period yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk
memperoleh kembali modal yang ditanamkan dalam suatu investasi; jangka waktu
pengembalian modal dihitung atas dasar nisbah (rasio) dan investasi awal terhadap
arus kas masuk tahunan.
ARR (Average Rate of Return) adalah Tingkat pengembalian investasi yang dihitung
dengan mengambil arus kas masuk total selama kehidupan investasi dan membaginya
dengan jumlah tahun dalam kehidupan investasi. Tingkat pengembalian rata-rata tidak
menjamin bahwa arus kas masuk adalah sama pada tahun tertentu; itu hanya jaminan
yang kembali rata-rata untuk tingkat rata-rata kembali.
Keuntungan neto tahunan / nilai investasi awal = nett income / initial investment
Penilaian investasi dengan metode Average Rate of Return didasarkan pada jumlah
keuntungan bersih sesudah pajak.
ARR = ———————————————
1. Metode Payback
NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan
menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata
lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang
didiskonkan pada saat ini.Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan
biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari
proyek yang direncanakan.
Arus kas masuk dan keluar yang didiskonkan pada saat ini (present value (PV)). yang
dijumlahkan selama masa hidup dari proyek tersebut dihitung dengan rumus:
dimana:
R_t - arus kas bersih (the net cash flow) dalam waktu t
Suku bunga yang dipakai harus sejalan (satuan yang sama) dengan waktu arus kas. Bila
waktu arus kas dalam satuan tahun, maka suku bunga juga dalam periode satu tahun,
demikian pula bila waktunya dalam satuan bulan.
Pada tabel berikut ditunjukkan arti dari perhitungan NPV terhadap keputusan investasi
yang akan dilakukan.
Sumber: Wikipedia.org
IRR berasal dari bahasa Inggris Internal Rate of Return disingkat IRR yang merupakan
indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek/investasi dapat dilakukan
apabila laju pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian
apabila melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito bank, reksadana dan lain-
lain).
IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dilaksanakan atau tidak, untuk itu
biasanya digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan harus lebih tinggi dari
Minimum acceptable rate of return atau Minimum atractive rate of return. Minimum
acceptable rate of return adalah laju pengembalian minimum dari suatu investasi yang
berani dilakukan oleh seorang investor.
IRR merupakan suku bunga yang akan menyamakan jumlah nilai sekarang dari
penerimaan yang diharapkan diterima (present value of future proceed) dengan jumlah
nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi.
Bila suatu investasi mempunyai arus kas sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut;
Untuk mempermudah perhitungan IRR, yaitu dengan mencoba suku bunga yang
diperkirakan akan memberikan nilai NPV positif misalnya 10 % yang akan memberikan
NPV sebesar 382 dan dilanjutkan dengan perhitungan NPV yang negatif, Misalnya pada
20 % akan memberikan NPV sebesar -429. Dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
dari data di atas akan diperoleh IRR Sebesar 14,71 %, angka ini sedikit berbeda dari
hasil hitungan di atas karena merupakan perhitungan empiris, angka ini bisa diperbaiki
kalau rentang bunga tinggi dengan bunga rendah lebih kecil.
Benefit cost ratio adalah perbandingan nilai ekuivalen semua manfaat terhadap nilai
ekuivalen semua biaya. Perhitungan nilai ekuivalen dapat dilakukan menggunakan
salah satu dari analisis nilai sekarang, nilai pada waktu yang datang atau nilai tahunan.
- beberapa alternatif (incremental ), jika nilai B/C ≥ 1 (alternatif terpilih: biaya yang lebih
besar)
f. Menyusun rencana induk pelabuhan serta daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan;
Selain tugas dan tanggung jawab tersebut Otoritas Pelabuhan melaksanakan kegiatan
penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan yang diperlukan oleh pengguna
jasa yang belum disediakan oleh Badan Usaha Pelabuhan. Dalam kondisi tertentu
pemeliharan penahan gelombang, kolam pelabuhan, alur-pelayaran, dan jaringan jalan
dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha Pelabuhan atau pengelola terminal untuk
kepentingan sendiri yang dituangkan dalam perjanjian konsesi.
Unit Penyelenggara Pelabuhan dibentuk pada pelabuhan yang belum diusahakan secara
komersial. dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada:
e. Menyusun rencana induk pelabuhan serta daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan;
3.8.4.3. Syahbandar
1. Kepala Syahbandar;
Penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang terdiri atas:
7. Penyediaan Dan/Atau Pelayanan Jasa Terminal Peti Kemas, Curah Cair, Curah
Kering, Dan Ro-Ro;
3. Penyediaan pergudangan;
Badan Usaha Pelabuhan dapat melakukan kegiatan pengusahaan pada 1 (satu) atau
beberapa terminal dalam 1 (satu) pelabuhan. Badan Usaha Pelabuhan dalam melakukan
kegiatan usahanya wajib memiliki izin usaha yang diberikan oleh:
2. Berbentuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Atau Perseroan
Terbatas Yang Khusus Didirikan Di Bidang Kepelabuhanan;
2. Desain tata letak terminal barang dan penumpang yang paling optimal dari
beberapa alternatif perencanaan terminal barang dan penumpang di pelabuhan
Tanjung Geliga di Senggarang, sehingga diharapkan akan diperoleh desain tata letak
yang paling menguntungkan;
3. Peta GIS tata batas dengan referensi patok terkalibrasi di lapangan sebagai bahan
pembebasan lahan sesuai peraturan yang berlaku;
Data-data yang dibutuhkan untuk setiap keluaran pekerjaan adalah seperti yang ada di
tabel berikut ini;
Rencana kerja konsultan akan mengikuti sesuai dengan kerangka acuan pekerjaan yang
telah didapat dari panitia lelang, lebih detail dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Bulan Ke -
No Uraian Ket
1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7
1 Persiapan █
2 Pengumpulan Data dan Informasi ███ ████
3 Kajian Data dan Analisis ██ ████
4 Penyusunan DED ██ ████
5 Rapat di Tanjung Pinang █
Pemasukan Laporan
Pendahuluan █
6 Antara █
Draf Akhir █
Akhir █
Sumber: Konsultan, 2013
Tenaga ahli yang terlibat adalah tenaga ahli yang telah berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan yang sama. Total orang/bulan yang terlibat adalah 35
orang/Bulan. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Lama
No Jabatan Tugas dan Tanggung-jawab
Penugasan
Memimpin dan 4
bertanggungjawab kepada
Team Leader (Ahli Teknik
1 perusahaan.
Sipil)
Bertanggungjawab terhadap
kesempurnaan materi hingga
Lama
No Jabatan Tugas dan Tanggung-jawab
Penugasan
layak untuk di masukkan
kedalam peraturan menteri
perhubungan.
Memimpin jalannya survey dan
keabsahan data lapangan.
Menyiapkan laporan
pendahuluan, antara, draf akhir
dan akhir.
Menyampaikan kemajuan
pekerjaan sesuai dengan kontrak
kerja.
Bertanggungjawab terhadap 4
keabsahan dan kajian peraturan
perundangan yang berlaku
terhadap lokasi pelabuhan yang
ada.
Menjaga konsistensi penyusunan
2 Ahli Kepelabuhanan
laporan dalam upaya
menselaraskan dengan pedoman
penyusunan masterplan
pelabuhan.
Bertanggungjawa terhadap
keahliannya.
Bertanggungjawab terhadap 3
kajian wilayah baik dari sisi
Ahli Perencanaan Wilayah
3 nasional, regional dan lokal.
dan Kota
Memberikan rekomendasi sesuai
dengan keahliannya.
Bertanggungjawab terhadap 2
seluruh peta dan kegiatan survey
4 Ahli GIS dilapangan.
Bertanggungjawab terhadap
penyiapan peta.
Bertanggungjawab terhadap 2
kajian investasi pelabuhan
5 Ahli Ekonomi Bertanggungjawab terhadap
hasil analisis dan proyeksi
investasi pelabuhan
Membantu para ahli professional 4
6 Asisten Teknis dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab
Membantu para ahli dalam 4
7 Asisten Lapangan
pelaksanaan tugas dilapangan
Bertanggungjawa terhadap hasil 4
8 Surveyor (2 orang) penggunaan alat survey untuk
dapat dikaji dan dianalisis oleh
Lama
No Jabatan Tugas dan Tanggung-jawab
Penugasan
ahli profesional
Bertanggungjawab terhadap 4
hasil lapangan dan gambar
lapangan serta rencana gambar
9 CAD Operator kerja
Bertanggungjawab terhadap
keseluruhan gambar pelabuhan
baik itu 3D maupun 2D.
Bertanggungjawab terhadap 4
proses administrasi proyek dan
10 Staff Administrasi
pemenuhan kebutuhan data
sekunder dan primer.
Sumber: Konsultan, 2013
Bab 5 Penutup
Masukan dan saran terhadap laporan pendahuluan ini dapat disampaikan kepada :