LP Hipoglikemia6 2015
LP Hipoglikemia6 2015
OLEH
2. Klasifikasi Hipoglikemia
Paramita (2011) dan Corwin (2009), menggambarkan bahwa hipoglikemia dapat
digolongkan menjadi:
a. Hipoglikemia reaktif
Jenis hipoglikemia yang terjadi sebagai bentuk reaksi terhadap disposisi makan atau
pemberian insulin yang berlebihan.
b. Hipoglikemia puasa
Jenis hipoglikemia yang terjadi sebagai akibat puasa dalam jangka waktu yang lama
atau puasa yang disertai dengan olahraga karena olahraga meningkatkan pemakaian
glukosa oleh sel-sel otot rangka.
c. Hipoglikemia pada bayi dan anak-anak
Hipoglikemia yag disebabkan oleh adanya gangguan maternal atau kondisi pada sel
pulau yang memproduksi insulin.
3. Epidemiologi
Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) mencatat bahwa penderita
Diabetes Melitus (DM) dengan terapi ketat dan intensif memiliki insiden 3 kali lebih
besar mengalami hipoglikemia berat dibandingkan dengan penderita yang mendapat
protokol kurang ketat. Kondisi hipoglikemia diketahui (Morton, dkk, 2012).
United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa peningkatan insiden hipoglikemia di antara penderita Diabetes Tipe
II. Dilaporkan pula bahwa kejadian hipoglikemia reaktif sering terjadi pada usia
pertengahan (Morton, dkk, 2012).
4. Penyebab
a. Hipoglikemia reaktif
Pemberian insulin yang terlalu banyak
Pemberian medikasi antidiabetik yang terlalu banyak
Produksi insulin yang terhambat/tertunda dan berlebihan akibat tercernanya
karbohidrat
Sindrom penimbunan gastrik
Idiopatik
Gangguan toleransi glukosa
Meningkatnya output insulin secara tajam setelah makan (hipoglikemia
postprandial).
(Paramita, 2011)
b. Hipoglikemia puasa
Insulin atau substansi mirip insulin yang berlebihan atau hormone
konterregulatorik berkurang
Faktor eksternal, misalnya tercernanya alkohol atau obat
Tumor
(Paramita, 2011)
Mengaktifkan
system saraf Otak Perubahan keseimbangan
8. Komplikasi
Morton, dkk (2012), menyebutkan bahwa hipoglikemia berat yang tidak tertangani
dapat menimbulkan kejang, koma, dan bahkan kematian. Semakin berat dan semakin
lama hipoglikemia terjadi maka semakin besar kemungkinan terjadi kerusakan otak
sementara atau permanen walaupun setelah kadar glukosa kembali dipulihkan.
9. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Pengobatan reaksi insulin selalu glukosa. Jika pasien dapat menelan dengan baik
cara terbaik adalah dengan memberikan minuman yang mengandung glukosa. Berikut
penanganan segera terhadap penderita hipoglikemi:
a. Berikan suplai oksigen
b. Monitor frekuensi pernafasan, suara nafas, tanda-tanda keadekuatan oksigenasi,
pertahankan jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi.
c. Suction bila diperlukan
d. Bantu dengan intubasi endotrakeal jika PaO2 < 70-80 mmHg
e. Berikan Thiamine IM atau IV jika pasien malnourish.
f. Tentukan kadar glukosa darah.
g. Berikan glukosa jika menunjukkan tanda-tanda gag reflek.
h. Awali pemberian cairan dekstrose 5% IV, jika pasien tidak berespon atau tidak dapat
melakukan per oral.
i. Berikan dekstrose 50% : jika tidak berespon, ulangi; dekstrose 25% jika umurnya
kurang dari 2 tahun.
j. Berikan glukagon IM atau SC jika tidak dapat dipertahankan, IV 0,5-2 mg dan dapat
diulang 2x. tidak akan efektif dalam keadaan alcohol induced hipoglicemia (tidak ada
glikogen yang tersisa)
k. Monitor status mental secara berkelanjutan.
l. Berikan restrain pada pasien yang melawan.
m. Berikan edukasi pada pasien
Jelaskan tentang mekanisme penyakit
Dukung pasien untuk makan secara teratur
Bawalah makanan yang dapat memberikan glukosa dengan cepat: karbohidrat
sederhana (perment, gula, atau just jeruk, soft drink yang dibuat dengan gula),
karbohidrat tidak kompleks (permen batangan), karena lemak menghambat
kemampuan untuk menggunakan glukosa).
Menurunkan dosis insulin jika olahraga.
Hindari konsumsi alkohol
n. Siapkan pasien untuk hospitalisasi jika hipoglikemia diakibatkan oleh agen oral
karena perpanjangan waktu paruh obat.
o. Rujuk ke layanan sosial atau komunitas yang cocok jika dibutuhkan.
p. Berikan waktu pada pasien untuk mengomunikasikan perasaannya tentang
pembatasan diet.
q. Instruksikan pada pasien tentang tanda dan gejala yang mengindikasikan nutrisi yang
tidak adekuat dan mengembalikan dengan penggunaan perawatan kegawatdaruratan
Gejala persisten dari hipoglikemi walaupun asupan makanan sudah adekuat
Kegagalan untuk mengembalikan status mental menjadi normal setelah episode
hipoglikemia.
b) Data obyektif:
Airway/C-spine : -
Breathing/pernafasan: Takipneu,Dispneu
Circulation/sirkulasi: takikardi, hipertensi, bradikardi, hipotensi, disritmia, jantung
berdebar, dingin, kulit berkeringat, pucat
Disability : bingung, lelah, koma
d. Give Comfort : -
e. Head to toe :
Pemeriksaan kepala, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan : dilatasi pupil,
penglihatan kabur
Pemeriksaan jantung : jantung berdebar, takikardi, bradikardi, hipertensi,
hipotensi
Pemeriksaan dada dan paru : nafas dangkal, tetapi frekuensi normal, takipneu,
dispneu
Pemeriksaan abdomen : mual, muntah, kontraksi perut, lapar
Kulit : kulit berkeringat dingin, lembab
Neurologis : kebingungan, kejang, hemiplegia atau gejala lain dari stoke, koma,
lelah, bingung, sulit berbicara
f. Inspect the posterior surface (I)
Dikaji jika ada mengalami cedera
3. Diagnosa Keperawatan
a. PK Hipoglikemia
b. PK Kejang
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan transportasi
oksigen melewati membran kapiler atau alveolar ditandai dengan kulit teraba hangat
atau menunjukkan tanda dehidrasi dengan melihat penurunan turgor, takikardia,
perubahan reaksi pupil, dispnea, nausea, muntah, hipotermia.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi : peningkatan asam laktat pada
otot ditandai dengan diaforesis, takikardia, dispnea, takipnea, dilatasi pupil,
gelisah,menangis, meringis.
e. Resiko cidera
4. Perencanaan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan transportasi
oksigen melewati membran kapiler atau alveolar ditandai dengan abnormalitas
berbicaar, kelemahan, edema paru, perubahan status mental, frekuensi napsa tidak
dapat ditolerir, dispnea, aritmia, dan nausea.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3x4 jam menit diharapkan perfusi jaringan
kembali efektif
Kriteria Hasil :
- Tidak ada abnormalitas berbicara
- Tidak tampak adanya kelemahan
- Kesadaran komposmentis
- Frekuensi napas teratur (RR=12-20 kali/menit)
- Tidak ada dispnea
- Tidak ada edema paru
- Tidak ada aritmia
- Klien tidak mengeluh mual (nausea)
Intervensi :
a. Kaji penyebab gangguan perfusi
R/: Untuk memudahkan dalam proses penanganan dan pemberian tindakan
keperawatan
b. Awasi tanda vital, dispnue, takipneu, nausea, edema paru, kemampuan berbicara
R/: Untuk mengetahui sejauh mana gangguan yang terjadi
c. Monitor status mental secara berkelanjutan.
R/: Penurunan perfusi jaringan ke otak ditandai dengan penurunan status mental
d. Awasi pemenuhan O2 perifer (saturasi O2)
R/: Mengetahui pemenuhan O2 ke jaringan
Kolaborasi :
e. Kolaborasi Pemeriksaan AGD
R/: Membantu menganalisis pemenuhan O2 ke seluruh organ tubuh
b. PK hipoglikemi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 3 jam diharapkan
hipoglikemia teratasi atau tidak terjadi
Kriteria Hasil :
Pasien melaporkan tidak pusing
Tidak lemah
Tanda-tanda vital stabil
TD : 100/60 – 140/90 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
RR : 12-20 x/menit
Status mental composmentis
Tidak pucat
Gula darah normal (120-140 gr/dl)
Intervensi :
Mandiri :
a. Pantau tanda-tanda vital
R/ : adanya hipotensi biasanya berpengaruh pada peningkatan TTV
b. Kaji dan laporkan konjungtiva dan membrane mukosa yang pucat
R/: penurunan glukosa darah akan menurunkan sirkulasi perifer sehingga
membrane mukosa pucat
c. Kaji dan laporkan keluhan pasien tentang adanya keluhan pusing, lemah
R/ : hipoglikemia menurukan asupan nutrisi ke organ dan perifer sehingga
menimbulkan gejala pusing, lemas
d. Monitor status mental secara berkelanjutan.
R/ : hipoglikemia menurunkan suplai nutrisi ke otak yang dapat menyebabkan
penurunan kesadaran
Kolaboratif :
e. Berikan dengan cairan yang tepat atau kombinasinya:
- Awali pemberian cairan dekstrose 5% IV, jika pasien tidak berespon atau tidak
dapat melakukan per oral.
- Berikan dekstrose 50% : jika tidak berespon, ulangi; dekstrose 25% jika
umurnya kurang dari 2 tahun.
R/: untuk meningkatkan jumlah glukosa darah
5. Implementasi
Implementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi yang telah dibuat dalam rencana
perawatan
6. Evaluasi
Evaluasi yang dibuat bisa dalam bentuk formatif dan sumatif (SOAP). Evaluasi yang
dilakukan berdasarkan pencapaian yang didapatkan sesuai dengan kriteria hasil/ kriteria
evaluasi yang dibuat dalam rencana perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Paramita. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT. Indeks
Potter, P. A.& Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4, Volume 1, Jakarta : EGC (terjemahan).