Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Batu Bara Di Indonesia

Batubara adalah bagian kekayaan alam yang tak dapat diperbaharui (unrenewable
resources), namun memiliki deposit yang tak terhingga, setidak nya belum ada angka
pasti yang akurat, berapa besar depositnya dibumi INDONESIA. Penambangan batu
bara Indonesia telah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda, seperti halnya sumber
kekayaan alam lainnya misalnya minyak bumi dan terus saja dilakukan eksploitasi,
namun tidak pernah kering hingga saat ini. Hal itu terjadi karena dimana-mana
ditemukan singkapan-singkapan sumber kekayaan alam baru, dengan deposit yang
sebagian besar belum dapat diperkirakan kandungannya.
Sejarah Dan Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika barat, merupakan tanaman
penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan
tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia
oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848. Saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang
ditanam di Kebun Raya bogor (Botanical Garden) Bogor, dua berasal dari Bourbon (Mauritius)
dan dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda). Awalnya tanaman kelapa sawit
dibudidayakan sebagai tanaman hias, sedangkan pembudidayaan tanaman untuk tujuan
komersial baru dimulai pada tahun 1911.

Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng.
Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki
kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga dapat diolah menjadi bahan baku minyak alkohol,
sabun, lilin, dan industri kosmetika. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi
bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos. Tandan kosong dapat
dimanfaatkan untuk mulsa tanaman kelapa sawit, sebagai bahan baku pembuatan pulp dan
pelarut organik, dan tempurung kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan
pembuatan arang aktif.

Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak
nabati lainnya (seperti kacang kedele, kacang tanah dan lain-lain), sehingga harga produksi
menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang (22 tahun) juga akan
turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha kelapa sawit.
Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit dibandingkan
tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita minyak nabati
dunia mencapai angka rata-rata 25 kg / th setiap orangnya, kebutuhan ini akan terus meningkat
sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya konsimsi per kapita.
Pemanfaatan Gas Alam di Indonesia

Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an dimana produksi gas alam dari ladang
gas alam PT Stanvac Indonesia di Pendopo, Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk
Pusri IA, PT Pupuk Sriwidjaja di Palembang. Perkembangan pemanfaatan gas alam di Indonesia
meningkat pesat sejak tahun 1974, dimana PERTAMINA mulai memasok gas alam melalui pipa gas dari
ladang gas alam di Prabumulih, Sumatera Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di
Palembang. Karena sudah terlalu tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup,dan digantikan
oleh Pusri IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia sendiri. Pada masa itu Pusri IB
merupakan pabrik pupuk paling modern di kawasan Asia, karena menggunakan teknologi tinggi. Di Jawa
Barat, pada waktu yang bersamaan, 1974, PERTAMINA juga memasok gas alam melalui pipa gas dari
ladang gas alam di lepas pantai (off shore) laut Jawa dan kawasan Cirebon untuk pabrik pupuk dan
industri menengah dan berat di kawasan Jawa Barat dan Cilegon Banten. Pipa gas alam yang
membentang dari kawasan Cirebon menuju Cilegon, Banten memasok gas alam antara lain ke pabrik
semen, pabrik pupuk, pabrik keramik, pabrik baja dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap.

Selain untuk kebutuhan dalam negeri, gas alam di Indonesia juga di ekspor dalam bentuk LNG (Liquefied
Natural Gas)

Salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah Nanggröe Aceh Darussalam.
Sumber gas alam yang terdapat di daerah Kota Lhokseumawe dikelola oleh PT Arun NGL Company.
Gas alam telah diproduksikan sejak tahun 1979 dan diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Selain itu di
Krueng Geukuh, Nanggröe Aceh Barôh (kabupaten Aceh Utara) juga terdapat PT Pupuk Iskandar
Muda pabrik pupuk urea, dengan bahan baku dari gas alam.

Anda mungkin juga menyukai