Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL SEMINAR DAN PAMERAN KOPI NUSANTARA

“PENGEMBANGAN KOPI MELALUI TREN GAYA HIDUP


KAUM MILENIAL”

WANDA TRISKI HAKIM HARAHAP

D1B06065

PRODI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Seiring dengan majunya peradaban, kehidupan dan kebudayaan
masyarakat terus mengalami perubahan dan perkembangan yang seakan tidak ada
batasnya. Kemajuan dalam bidang ilmiah dan teknologi berkembang dengan sangat
pesat,manusia seolah sibuk beradaptasi pada tahap demi tahap perubahan yang terjadi
saat ini, karena perubahan mendorong manusia untuk berfikir serta bertindak secara
modern dan global. Hal ini dapat diartikan sebagai modernisasi yaitu proses perubahan
masyarakat tradisional yang bergerak menuju kearah yang lebih maju atau modern.
Berdasarkan hal tersebut dapat kita lihat fenomena perubahan yang terjadi pada
aspek budaya sudah mengalami marginalisasi,sehingga budaya tradisional telah
tergantikan dengan budaya modern yang datang dari luar, maka dari ituidentitas budaya
tradisional mengalami pergeseran dan lambat laun akan semakin memudar.

Salah satu dampak modernisasi yaitu adanya perubahan perilaku pada individu
masyarakat yang menjadi konsumtif. Hal ini disebabkan besarnya ekspansi pasar sehingga
bebasnya produk-produk luar ke masuk ke dalam negeri dan mengakibatkan perubahan
perilaku masyrakat menjadi konsumtif. selain perubahan pada perilaku individu yang
konsumtif, masyarakat juga dihadapkan pada permasalahan lain yaitu leisure time (waktu
luang). Kesibukan yang tinggi dan tekanan pada perkerjaan sehari-hari membuat
seseorang mencari suatu hal untuk melepaskan kepenatannya. Maka dari itu waktu luang
menjadi suatu kegiatan yang dicari untuk melepaskan tekanan beban pada pikiran dengan
melakukan suatu kegiatan, salah satunya adalah minum kopi.

Minum kopi kini telah berubah makna. Minum kopi saat ini bukanlah suatu kegiatan
kebutuhan minum kopi semata, tetapi telah berubah makna menjadi gaya hidup seseorang
khususnya kaum muda era milenial. Dulu, kopi biasanya menjadi minuman wajib bagi
para orang tua kita, kini kopi juga sudah menjadi minuman favorit kaum muda. Saat ini,
banyak kita temui kafe–kafe yang menjadi tempat nongkrong kaum muda, dengan menu
andalan coffee. Kedai kopi ini sepertinya berlomba untuk menawarkan cita rasa kopi khas
Indonesia dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa kopi yang terkenal diantaranya kopi
Gayo, kopi Mandailing, kopi Lampung, kopi Kintamani dan kopi Jawa.
Kebiasaan mengonsumsi kopi sekarang ini sudah menjadi salah satu
kebutuhan, karena kopi ibarat candu yang harus dipenuhi. Kopi dapat dinikmati
sambil berkumpul, sharing atau diskusi serta menyelesaikan pekerjaan. Hal ini
dapat diartikan bahwa aktivitas minum kopi dapat menunjukkan adanya sifat
kebersamaan yang terjalin antara individu satu dengan individu
lain.Kebiasaanmengonsusmsi kopi dilakukan untuk bisa mendapatkan kenikmatan rasa
dan aroma yang khas dari secangkir kopi. Dimana dalam hal ini kopi sudah
menjadi candu yang memikat hati pecinta kopi dan membuat peminumnya merasa
ketagihan. Hal ini yang telah memberikan arti dalam mengonsumsi kopi, bahwa
kopi telah memberikan kenikmatan, ketenangan pikiran dan inspirasibagi peminumnya

Dengan adanya tren minum kopi ini, banyak pihak yang terbantu terutama dari sisi
bisnis dan industri. Tingginya minat minum kopi menyebabkan menjamurnya coffee shop
di Indonesai. Selain itu dari sisi petani pun banyak yang disejahterakan mengingat
permintaan yang tinggi dan kualitas biji kopi Indonesia yang menempati posisi teratas di
dunia. Oleh karena itu, tren minum kopi dapat membantu mengembangkan komoditi kopi
di Indonesia. Semakin meningkatnya tren minum kopi sebagai gaya hidup, maka semakin
meningkat pula permintaan kopi di Indonesia. hal ini dapat membantu mensejahterahkan
petani kopi Indonesia.

1.2 Nama kegiatan


Seminar dan Pameran Kopi Nusantara dengan tema Pengembangan Kopi Melalui
Tren Gaya Hidup Kaum Milenial

1.3 Landasan kegiatan


a. Program kerja Komunitas Mahasiswa Pecinta Kopi Universitas Jambi
b. Tugas mahasiswa mata kuliah Komunikasi Fakultas Pertanian

1.4 Tujuan kegiatan


a. Mengenalkan kopi-kopi Indonesia pada masyarakat Universitas Jambi
b. Mendorong minat minum kopi sebagai bentuk dukungan pada pengembangan
komoditi kopi
c. Memaparkan ide-ide dalam pengembangan kopi di Indonesia
d. Menjalin hubungan antar barista/pengusaha kopi
1.5 Bentuk kegiatan
a. Seminar kopi
b. Pameran kopi

1.6 Target peserta


a. Seluruh masyarakat Universitas Jambi
b. Masyarakat Jambi khususnya pecinta minuman kopi

1.7 Media

Media yang digunakan adalah leaflet. Leaflet berisikan informasi-informasi kopi


nusantara yang bersertifikat indikasi geografis dengan tujuan mempromosikan dan
mengenalkan kopi nusantara.

1.8 Sumber dana


Dana kegiatan seminar dan pameran ini bersumber dari badan penyelenggara dan
sponsor.

2. PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Waktu dan tempat


Kegiatan seminar dan pameran kopi nusantara ini akan diselenggarakan pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 23 Febuari 2019
Tempat : Balairung Universitas Jambi
2.2 Pemateri dan Materi
1. Ir. Agusrizal, MM (Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi). Materi : Prospek
Pengembangan Kopi Indonesia ke Depan dan Prospek Pasar Mancanegara Kopi
Indonesia.
Trend pasar kopi dalam negeri terus meningkat didorong oleh gaya hidup,
pendapatan per kapita terus meningkat, informasi dan publikasi, harga yang
semakin terjangkau dan diversifikasi produk (kopi bubuk, instant, mix, cappucino
dll). Potensi kopi Indonesia sangat besar karena mempunyai 6 pulau besar
penghasil kopi specialty yang mempunyai citarasa yang berbeda yang disukai
mancanegara. Saat ini Asosiasi Kopi Spesialty Indonesia (AKSI) sedang
mendorong 5 fine robusta menjadi kopi spesialty didunia disamping kopi arabika
yang sudah lebih dahulu menjadi inacaran konsumen kopi dunia. Kopi-kopi
tersebut adalah robusta Lampung WIB, Bengkulu, Baron Jawa Tengah, Flores
manggarai dan Jawa Timur WIB.
Peluang peningkatan produksi kopi Indonesia masih terbuka lebar, karena
permintaan komsumsi kopi baik lokal maupun internasional terus meningkat.
Masih banyaknya lahan kosong yang bisa dimanfaatkan untuk tanaman kopi,
diterapkannya sistem budidaya perkebunan kopi yang baik (Good Agriculture
Practices), penerapan sistem perkebunan kopi berkelanjutan (sustainable coffee
production) serta pengoptimalan penggunaan teknologi / tenaga peneliti yang
tersedia diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman kopi di Indonesia.
Bidang pengolahan dan pemasaranproduk kopi masih menghadapi beberapa
permasalahan. Pertama, rendahnya daya saing produk kopi, baik kopi biji maupun
kopi olahan yang disebabkan oleh rendahnya mutu dan tampilan produk,
rendahnya tingkat efisiensi produksi dan pemasaran, rendahnya akses pelaku usaha
terhadap informasi, lemahnya budaya pemasaran dan kewirausahaan pelaku, serta
minimnya sarana dan prasarana pengolahan dan pemasaran produk kopi. Kedua,
rendahnya tingkat keberlanjutan usaha-usaha pengolahan dan pemasaran produk
kopi yang disebabkan oleh kecilnya skala usaha (tidak mencapai skala ekonomi);
masih tersekatnya subsistem produksi usaha tani (on-farm) dengan pengolahan dan
pemasaran; belum berorientasi pasar; pemanfaatan teknologi yang kurang ramah
lingkungan; kurang profesionalnya sumber daya manusia; serta lemahnya
kemitraan dan kelembagaan usaha. Ketiga, pembangunan pengolahan dan
pemasaran produk kopi belum banyak menyentuh masyarakat bawah, khususnya
para petani kecil sehingga hasilnya pun belum banyak dinikmati oleh petani kopi.
Belum tercerminnya sifat kerakyatan dalam sistem dan usaha- usaha
pengolahan dan pemasaran produk kopi ini disebabkan oleh berbagai kendala
seperti: kebijakan makro yang kurang mendukung/berpihak kepada petani kecil;
rendahnya akses petani terhadap modal, teknologi dan pasar; mekanisme pasar
yang tidak sehat; kesenjangan infrastruktur antara pedesaan dan perkotaan; serta
minimnya kelembagaan ekonomi di pedesaan. Beberapa tantangan yang dihadapi
oleh industri perkopian Indonesia adalah sebagai berikut. Pertama, perlunya
menyikapi tuntutan pembangunan ekonomi domestik dan perubahan lingkungan
ekonomi internasional, baik karena pengaruh liberalisasi ekonomi maupun karena
perubahan-perubahan fundamental dalam pasar produk pertanian internasional.
Kedua, perlunya menyikapi perubahan pada sisi permintaan yang menuntut
kualitas tinggi, kuantitas besar, ukuran seragam, ramah lingkungan, kontinuitas
produk dan penyampaian secara tepat waktu, serta harga yang kompetitif. Dari sisi
penawaran yang terkait dengan produksi, perlu diperhatikan masalah pengurangan
luas lahan produktif, perubahan iklim yang tidak menentu akibat fenomena El-
Nino dan La-Nina serta pemanasan global, adanya penerapan bioteknologi dalam
proses produksi dan pasca panen, dan aspek pemasaran.
Ketiga, untuk menjadikan produk kopi dan olahannya mempunyai daya saing
kuat, baik di dalam maupun di luar negeri dibutuhkan pengetahuan secara rinci
preferensi konsumen yang berkembang, termasuk meningkatnya tuntutan
konsumen akan informasi nutrisi serta jaminan kesehatan dan keamanan produk-
produk pertanian.
Keempat, perwujudan ekonomi darikepedulian masyarakat akan kelestarian
lingkungan dan hak asasi manusia telah memaksa masuknya aspek lingkungan dan
hak asasi manusia dalam keputusan ekonomi, baik konsumsi, produksi maupun
perdagangan.
Kelima, munculnya negara-negara pesaing (competitor) yang menghasilkan
produk sejenis (Vietnam dan India) semakin mempersulit pengembangan pasar
kopi, baik di negara- negara tujuan ekspor tradisional (Amerika Serikat, Jerman
dan Jepang) maupun negaranegara tujuan ekspor baru (wilayah potensil
pengembangan). Namun demikian, masih terdapat peluang- peluang untuk
pengembangan perkopian Indonesia sebagai berikut. Pertama, permintaan produk-
produk kopi dan olahannya masih sangat tinggi, terutama di pasar domestik dengan
penduduk yang melebihi 200 juta jiwa merupakan pasar potensial. Kedua, peluang
ekspor terbuka terutama bagi negaranegara pengimpor wilayah nontradisional
seperti Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah dan Eropa Timur. Walaupun
perdagangan ke Timur Tengah masih sering terjadi dispute payment. Ketiga,
kelimpahan sumberdaya alam dan letak geografis di wilayah tropis merupakan
potensi besar bagi pengembangan agribisnis kopi. Produk kopi memiliki sentra
produksi on-farm, yang hanya membutuhkan keterpaduan dengan industri
pengolahan dan pemasarannya. Keempat, permintaan produk kopi olahan baik
pangan maupun non pangan cenderung mengalami kenaikan setiap tahun, sebagai
akibat peningkatan kesejahteraan penduduk, kepraktisan dan perkembangan
teknologi hilir. Kelima, tersedianya bengkelbengkel alat dan mesin pertanian di
daerah serta tersedianya tenaga kerja. Seperti alat pemecah biji kopi, alat pengupas
kulit kopi, dan lantai jemur.
Peluang untuk pengembangan perkopian Indonesia ditunjukkan juga oleh hasil
penelitian Desianti (2002) yang menyatakan bahwa profitabilitas yang diperoleh
petani kopi secara finansial dan ekonomi di seluruh wilayah pengamatan
mengalami keuntungan. Dengan demikian perkebunan kopi rakyat dimIndonesia
layak untuk diteruskan dan secara ekonomi perkebunan kopi rakyat mampu
berjalan secara efisien. Hasil analisis terhadap nilai DRCR untuk wilayah-wilayah
perkebunan kopi berkisar antara 0,35 dan 0,90, sementara nilai PCR berkisar
antara 0,52 dan 0,97.

2. Ronald Fredriek Rivelino Suorapto (Ketua Umum Komunitas Koperasi Kopi


Indonesia). Materi : Perilaku Konsumsi Kopi sebagai Budaya Masyarakat
Konsumsi

Perkembangan globalisasi pada abad 21 ini telah mengalami kemajuan yang


pesat, hal ini terbukti dengan adanya globalisasi ekonomi, teknologi, informasi,
politik, budaya, dan lain-lain yang dirasakan oleh masyarakat. Munculnya arus
globalisasi dewasa ini mengakibatkan luruhnya nilai nilai budaya lokal yang
kemudian diganti dengan budaya modern. Globalisasi merupakan proses
meluasnya pengaruh kapitalisme dan sistem demokrasi liberal yang menggiring ke
arah hegemoni budaya yang menyebabkan setiap tempat menjadi sama, baik
bentuk arsitektur, fashion, gadget, dan lain-lain. Pengaruh globalisasi dan wacana
modernisasi menyebabkan semakin mudahnya budaya barat masuk ke Indonesia
dan dianggap modern oleh sebagian masyarakat. Modernisasi di tandai oleh
berubahnya sikap dan perilaku, pengeluaran (belanja) pendidikan berat, revolusi
pengetahuan melalui sarana komunikasi, industrialisasi, urbanisasi, sekularisasi,
dan teknologi yang maju. Modernisasi ini yang mengubah gaya hidup menjadi
lebih seirama dengan gaya hidup barat bahkan terkadang dengan menanggalkan
nilai-nilai budaya lama. Negara-negara barat dipandang sebagai kiblat
perkembangan zaman. Sementara itu, industrialisasi berkaitan dengan
melimpahruahnya barang-barang produksi yang menawarkan serba kemewahan
dan instan menjadikan masyarakat berperilaku konsumtif.
Konsumsi dalam masyarakat kapitalisme global, tidak hanya untuk memenuhi
nilai fungsional melainkan untuk memenuhi nilai simbolik. Barang-barang yang
semula sebatas kebutuhan sekunder dapat menjadi primer. Perubahan konsumsi
masyarakat di sini dalam arti konsumsi masyarakat bukan hanya sekedar
memenuhi kebutuhan, akan tetapi juga pemenuhan kebutuhan yang
memperhitungkan gengsi atau prestise. Perilaku konsumtif ini telah menjadi bagian
dari gaya hidup dalam kehidupan masyarakat sekarang ini. Perilaku konsuntif yang
dimaksud disini adalah perilaku konsumsi peminum kopi yang berkaitan dengan
budaya masyarakat konsumsi. Di mana budaya konsunsi kopi ini biasanya
dilakukan masyarakat di warung-warung kopi. Tetapi seiring dengan
perkembangannya istilah baru untuk menyebut warung kopi dengan sebutan kedai
kopi. Minum kopi bukan hanya sekedar tuntutan selera, melainkan bagi sebagian
masyarakat perkotaan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Di mana-mana sudah
menjamur kedai-kedai kopi ternama. Bagi mereka yang hidup di kota-kota besar
bisa menikmati kopi yang ada di mall atau pusat perbelanjaan seperti Starbucks,
Excelso, Coffee Luwak, J’Co Donuts and Coffee dan lain sebagainya. Dalam
budaya minum kopi pada kenyataannya telah mengalami pergeseran. Dalam
minuman kopi mengandung berbagai zat yang bersifat psikotripika salah satunya
adalah kafein, yang mampu menstimulasi produksi dua hormon perangsang yaitu
kortison dan adrenalin. Akibatnya kopi memberikan efek menghilangkan rasa
kantuk, meningkatkan kesadaran mental, pikiran, fokus dan respon. Minum kopi
juga dapat menjadikan tubuh tetap terjaga dan meningkatkan energi. Sementara itu,
kenyataan tentang kedai kopi sebagai gaya hidup ini makin dipertegas dengan
kebutuhan modernisasi, kedai kopi kini sebagai tempat proses pergaulan sosial,
tempat nongkrong anak-anak muda, sebagai tempat rapat yang nyaman, sebagai
tempat sarapan dengan makanan cepat saji. Masyarakat bisa menikmati kopi
sambil beristirahat dan berbincang bincang dengan rekan yang lain. Kebiasaan
sebagian masyarakat tersebut dalam mengisi waktu luang dan menghabiskan
uangnya dengan minum kopi di kedai kopi menjadi kegiatan tersebut sebagai salah
satu gaya hidup.
Manusia hidup dengan kebutuhan inilah yang akan menjadi satu elemen
penting motivasi yang mengarahkan individu untuk berperilaku konsumtif. Tak
jarang kemudian gaya hidup ini mendasari perilaku konsumen. Hal ini
dimanfaatkan oleh produsen dan pemasar untuk memasarkan bisnisnya, seperti
fenomena bergesernya fungsi kedai kopi yang kini tidak hanya menyediakan kopi,
tetapi juga menjual gaya hidup yang digemari oleh semua kalangan masyarakat.
Perilaku konsumtif sebagai bentuk penipuan massa, bagaimana citra-citra
digunakan sebagai alat untuk mengendalikan selera massa konsumer. Dalam
masyarakat kontemporer, budaya konsumsi dibentuk oleh kenyataan bahwa
manusia sekarang dikelilingi oleh faktor konsumsi di mana yang dikonsumsi
adalah tanda, simbol dan citra. Dalam hal ini kedai kopi merupakan salah satu
peluang tempat usaha yang telah terkontaminasi oleh budaya materialism.
Dalam budaya masyarakat konsumsi masyarakat akan berperilaku konsumtif
terhadap produk komoditi dari industri budaya. Produk komoditi yang telah di
konsumsi masyarakat akan berubah menjadi objek tanda yang akan memberikan
identitas bagi yang mengonsumsinya. Fungsi produk komoditi tidak hanya sekedar
fungsi guna melainkan juga fungsi simbolik. Berbicara mengenai perilaku
konsumtif tidaklah selalu berarti negatif. Tetapi terkadang perilaku konsumtif yang
dijalani sebagian orang, justru hanya didasarkan pada prinsip kesenangan semata.
Masyarakat konsumen akan merasa ketinggalan zaman jika masyarakat tidak
membeli komoditas atau produk baru dari industri budaya yang telah dipersepsikan
bagian dari identitas atau simbol status pada masyarakat post-modern. Hal tersebut
telah dipengaruhi oleh tekanan kebutuhan yang terus menerus untuk menunjukkan
gaya hidup, dan tekanan perusahaan atau industri komersial yang terus
memproduksi barang sesuai perkembangan zaman yang semakin global. Ciri dari
masyarakat konsumen adalah masyarakat yang didalamnya terjadi pergeseran
logika konsumsi yaitu dari logika kebutuhan menjadi logika hasrat, masyarakat
tidak mengonsumsi nilai guna produk melaikan nilai tanda. Pada budaya
masyarakat konsumsi peminum kopi dipahami sebagai suatu kebudayaan yang
melihat eksistensi diri peminum kopi dari segi banyaknya tanda yang dikonsumsi
dan ditawarkan saat ini. Masyarakat konsumsi akan melihat identitas diri ataupun
kebebasan mereka sebagai kebebasan mewujudkan keinginan pada barang-barang
industri.
Konsumsi dipandang sebagai usaha masyarakat untuk merebut fungsi-fungsi
sosial atau posisi sosial. Hal ini tentunya menjadi mungkin karena dalam
kapitalisme global kegiatan produksi sudah bergeser dari penciptaan barang
konsumsi, ke penciptaan tanda. Problem modernitas yang pertama adalah malaise
kebudayaan (kebangkrutan kebudayaan) yang merupakan suatu keterputusan
antara daya kebudayaan dan sistem kebudayaan yang disebabkan oleh
individualisasi kreativitas kebudayaan. Kedua subyektivisme dan obyektivisme
berlebihan, dalam hal ini dapat dipahami melalui budaya konsumtif yang dilihat
sebagai suatu proses demokratisasi fungsi yang ditawarkan oleh hukum-hukum
pembatasan pembelanjaan uang dibarengi dengan maraknya perataan perimbangan
kekuasaan, yakni ketika pihak kekuasaannya kecil mulai mampu menirukan
praktik konsumsi dan gaya dari pihak yang berkekuasaan lebih besar.Problem
ketiga tragedi kebudayaan, dalam hal ini dapat dilihat dari rasionalitas budaya dan
peningkatan tekanan ekonomi uang ke dalam kehidupan sosial mencerminkan
hubungan yang erat antara pengalaman hidup sehari-hari yang terfragmentasi dan
kegagalan kebudayaan untuk memberikan suatu tujuan penyatuan yang lebih tinggi
(pemekaran subyek). Dalam hal ini subyek sebagai pencipta kebudayaan, selain itu
subyek juga sebagai resipien kebudayaan yang menjadi sasaran dari pengaruh
budaya obyektif yang destruktif. Sehingga budaya subyektif yang problematis ini
yang disebut sebagai tragedi kebudayaan.
Kebudayaan modern digunakan untuk memahami tragedi budaya pada
peminum kopi, dimana individu akan menginternalisasi budaya obyektif yang
dipengaruhi oleh industri budaya atau pasar yang nantinya akan terjadi pemekaran
subyek. Budaya obyektif yang berlebihan telah ditandai munculnya budaya
konsumtif. Tragedi budaya mengonsumsi kopi akan terjadi ketika individu tidak
mampu menginternalisasi budaya obyektif secara sempurna. Selanjutnya perilaku
konsumtif dari masyarakat kontemporer juga ditandai oleh pemanfaatan waktu
senggang. Di mana waktu senggang menjadi kebutuhan tersendiri, tidak hanya
untuk istirahat sejenak dari rutinitas kerja yang dilakukan melainkan juga untuk
mengekspresikan simbol dan gaya hidup. Dalam masyarakat konsumsi, masyarakat
akan memanfaatkan waktu luang dengan perilaku konsumtif, hal ini disebut
sebagai kelas pemboros atau the leisure class. Berasal dari kata leisure yang berarti
”waktu luang” dan berarti leisure class sendiri teori yang menjelaskan tentang
perilaku seseorang dalam memanfaatkan waktu luang mereka. Pada akhirnya
istilah ”leisure class” diterjemahkan menjadi kelas pemboros. Kelompok the
leisure class untuk memperlihatkan dan membedakan mereka dengan kelas sosial
lainnya, maka mereka akan berperilaku konsumtif yang cenderung berlebihan dan
boros yang menjadi gaya hidup untuk menunjukkan simbol status mereka. Di
dalam gaya hidup masyarakat konsumsi, kehidupan sehari-hari cenderung bergaya
untuk memamerkan diri. Theleisure class menghabiskan waktu dengan
mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk mengonsumsi kopi. Jadi, bisa
dikatakan bahwa kelompok yang dimasukkan dalam leisure class ini menjadikan
gaya hidup merupakan bagian dari diri peminum kopi. Konsumsi yang dilakukan
tidak hanya untuk kepuasan sendiri tetapi untuk membuat orang lain iri dan
bertujuan untuk meningkatkan status sosial.

3. Muhammad Aga (Finalis Indonesia Barista Championship 2018). Materi: Ngopi


sebagai Gaya Hidup

1. Pergeseran Budaya Ngopi Dikalangan Generasi Muda


Pergeseran – pergeseran yang terjadi antara setiap subbudaya kerap berjalan
tidak sejalan, ada yang secara rupa, sangat cepat, namun secara teknologis agak
tertinggal, ada pula yang secara keseluruhan fisiktelah bergeser jauh kedepan,
tetapi secara mentalitas masih terbelakang. Telah terjadi pergeseran budaya ngopi
saat ini terlihat dari adanya perbedaan pengunjung kedai kopi dari kaun laki – laki
dewasa hingga berkembangannya pengunjungnya dari kalangan anak muda tidak
hanya dari kalangan laki – laki tetapi juga kaum perempuan juga. Perubahan pola
penikmat ngopi di kedai kopi ini terjadi akibat perubahan tujuan dari minum kopi
tersebut. Dahulu tujuan orang minum kopi hanya untuk menikmati secangkir kopi
dan hanya untuk bersantai. Adanya pergeseran budaya ngopi saat ini terjadi
dikarenakan adanya perubahan kebutuhan dari setiap individu dan berkembangnya
gaya hidup masyarakat yang lebih mementingkan persaingan antar kelompok
maupun induvidu dari pada kebutuhan yang sebenarnya.
Kedai kopi dan budaya minum kopi bukanlah hal yang baru. Ia sejarah yang
terus berangsung dari dahulu hingga kini. Ngopi pada hakikatnya bukanlah
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, akan tetapi dengan berkembangnya
zaman ngopi dijadikan budaya bagi para anak muda. Ngopi dijadikan lambang
pergaulan masa kini, setiap ada kesempatan untuk berkumpul dengan teman atau
sahabat tempat yang dipilih adalah kedai kopi. Dengan demikian Kedai Kopi ini
menjadi salah satu tempat ngongkrong yang nyaman dengan menikmati secangkir
kopi. Sehingga ngopi sekarang telah menjadi kebiasaan dan gaya hidup generasi
muda. Seiring perkembangan di era modern saat ini, Ngopi menjadi sebuah budaya
dan gaya hidup. Ini sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada
beberapa orang yang terdiri dari pemilik kedai kopi, pelanggan maupun karyawan
kedai kopi.
Pergeseran budaya Ngopi ini menemukan titik temunya dengan
bermunculanya café atau kedai kopi yang memenuhi setiap tempat. Eksistensinya
menjadikan suatu sarana pelepasan hasrat, selera serta ajang pembentukan budaya
dan gaya hidup masyarakat saat ini. Kedai kopi pada awalnya merupakan sarana
untuk menyediakan kopi sebagai komoditi utama. Namun dalam perkembangannya
kini kedai kopi menjadi salah satu ikon tempat tongkrongan favorite khususnya
kaum muda. Dapat dilacak keberadaan kedai kopi kini menjadi tongkrongan yang
ramai dikunjungi dengan aktivitas mulai dari sikusi, pacaran, weekend keluarga,
internet-an, nonton bola, main game online dan sebagainya.

2. Ngopi sebagai Gaya Hidup


Dalam gaya hidup ada interaksi yang menunjukan identitas individu tersebut.
Apa yang melekat pada diri individu menunjukan gaya hidup yang ada dalam
kehidupannya. Modal yang dimiliki dapat menciptakan gaya hidup yang
diinginkannya, juga dipengaruhi dari media, status sosial bukan didefinisikan dari
kedudukan seseorang dalam kelompok atau kelas sosial, melainkan dari apa yang
mereka konsumsi, misalnya, perbedaan hasrat gaya hidup antarkelas sosial maupun
kelompok muncul dalam pilihan mengenai hal – hal seperti cara berbusana, cara
mengisi waktu luang dan selera musik memberi tanda mengenai kedudukan dan
mempertahankan struktur sosial yang ada sebelumnya.
Kebiasaan minum kopi atau Ngopi pada saat sekarang ini bukan hanya sekedar
untuk bersantai dan menikmati secangkir kopi tetapi juga Ngopi sudah menjadi
gaya hidup bagi masyarakat. Ngopi bagi sebagian orang bukan hanya sekedar
minum kopi tetapi juga sebagai gaya hidup. Ngopi juga menjadi salah satu sarana
melepaskan kejenuhan dengan rutinitas sehari-hari serta Ngopi menjadi ajang
sosialisasi dan memperoleh informasi. Mereka yang datang ke kedai kopi bukan
hanya untuk menikmati kopi akan tetapi ngopi juga bersosialisai dan berkumpul
bersama teman, sahabat dan rekan.
Fungsi kedai kopi mengalami pergeseran dari nilai guna (use value) mengarah
pada nilai tanda (sign value). Semula orang pergi ke kedai kopi guna mendapatkan
secangkir kopi. Tapi kini telah bergeser ke arah kepentingan yang lain seperti
prestise, status sosial, tempat yang romantis, hostspot-an, nonton bola, main game
online dan sebagainya. Pergeseran budaya Ngopi sangat jelas terasa di kedai kopi.
Kedai kopi telah berubah fungsi dari nilai guna (use value) menjadi nilai tanda
(sign value). Semula orang pergi ke kedai kopi guna mendapatkan secangkir kopi,
tetapi kini telah berubah menjadi kepentingan lainnya.

3. Ngopi sebagai Budaya


Budaya anak muda dan perkotaan yaitu budaya yang dinikmati untuk
bersenang-senang diantara teman sebaya, dengan menekankan pada penampilan
dan gaya, di kalangan remaja atau kaum muda perkotaan. Budaya anak muda erat
kaitannya dengan trend. Trend adalah suatu arah yang umum dimana sesuatu
berkembang atau berubah.
Ada nilai serta tanda tersendiri sampai kenapa banyak masyarakat yang lebih
memilih untuk minum ataupun mengkonsumsi kopi di warung kopi. Warung kopi
adalah sebuah wadah yang dapat memberikan tempat bagi masyarakat untuk
berkomunikasi satu sama lain. Kondisi di mana orang-orang dengan cara
berinteraksi di kedai kopi. Kedai kopi selalu dijadikan opsi untuk melakukan
interaksi oleh masyarakat. Selain itu tidak sedikit yang mengaku bahwa Kedai kopi
dapat memberikan inspirasi dan informasi. Hal ini tidak terlepas dari manfaat
Kedai kopi yaitu sebagai tempat menemukan ide dan gagasan.
Ngopi dijadikan sebagai gaya ekspresi dan tanda prestise, kemewahan,
kekuasaan, dan sebagainya. Konsumsi kopi bukan lagi atas esensi nilai guna dan
juga kebutuhan dari barang komiditi tersebut. Saat ini sulit membedakan
mahasiswa atau anak muda yang datang ke kedai kopi karena ingin mengkonsumsi
kopi atau mempunyai keinginan dan motivasi lain selain untuk Ngopi. Saat ini café
atau kedai kopi menjadi salah satu tempat waralaba yang sangat digandrungi kaum
muda atau mahasiswa. Bagaikan sebuah magnet yang membuat kaum muda atau
mahasiswa berlomba-lomba mengisi waktu luang mereka hanya sekedar untuk
menghabiskan secangkir kopi dan bersantai berlama-lama di kedai kopi yang
menyediakan berbagai fasilitas seperti wifi. Dengan berkembangnya budaya Ngopi
dikalangan anak muda akan menghasilkan tindakan-tindakan yang sesuai dengan
kepribadian masing-masing individu misalnya bagi para anak muda yang
mempunyai penghasilan akan memilih tempat-tempat Ngopi yang lebih berkelas
sedangkan bagi para anak muda yang berstatus mahasiswa akan memilih kedai
kopi yang sesuai dengan kemampuan mereka.
2.3 Susunan Acara

No Waktu Acara Keterangan

1 Sabtu 08.00 Wib Registrasi peserta Panitia

2 Sabtu 09.00 Wib Pembukaan acara seminar dan pembacaan Moderator


susunan acara
3 Sabtu 09.10 Wib Sambutan-sambutan : Moderator
1. Ketua Panitia
2. Ir. AGUSRIZAL, MM
3. Ronald Fredriek Rivelino Suorapto
4. Muhammad Aga
4 Sabtu 09.30 Wib Pemutara video

5 Sabtu 09.40 Wib Peluang Usaha Kopi Indonesia 5 Tahun Pemateri


ke Depan dan Prospek Pasar Mancanegara
Kopi Indonesia
6 Sabtu 10.10 Wib Pergeseran Makna Minum Kopi di Pemateri
Indonesia
7 Sabtu 10.40 Wib Ngopi sebagai Gaya Hidup Pemateri
8 Sabtu 11.10 Wib Coffea break Moderator
9 Sabtu 11.20 Wib Tanya jawab Moderator
10 Sabtu 12.00 Wib Penutupan seminar Moderator + Ketua
Panitia

11 Senin 12. 10 Wib Istirahat dan persiapan pameran Panitia

12 Sabtu 15.30 Wib Pembukaan pameran MC

13 Sabtu 15.40 Sambutan ketua umum Komunitas Ketua Umum


Mahasiswa Pecinta Kopi Universitas KMPK-Unja
Jambi
14 Sabtu 15.50 Wib Menikmati pameran dan penyelenggaraan Peserta
musik
15 Sabtu 17.20 Wib Penutupan pameran MC
2.3 Anggaran Dana

RANCANGAN BIAYA PENGELUARAN


ANGGARAN (RUPIAH)
A. Kesekretariatan
Surat menyurat 100,000.00
Stempel dan landasan 50,000.00
Alat tulis 50,000.00
Total 200,000.00
B. Publikasi, Dokumentasi dan Dekorasi
1) Publikasi
Stiker 500,000.00
Pamflet 50,000.00
Spanduk 200,000.00
Undangan 50,000.00
Buklet 300,000.00
Total 1,100,000.00
2) Dokumentasi
Dokumentasi elektronik 100,000.00
Sewa kamera 200,000.00
Total 300,000.00
3) Dekorasi
Sewa tenda 1,200,000.00
Tali 40,000.00
Selotip 30,000.00
Total 1,900,000.00
C. Perlengkapan
Sound system dan alat band 1,000,000.00
Total 1,000,000.00
D. Pemateri
Transportasi Pemateri 2,000,000.00
Penginapan Pemateri 500,000.00
Honor Pemateri 2,000,000.00
Total 4,500,000.00
E. Konsumsi
Makan Panitia 400,000.00
Aqua 50,000.00
Total 450,000.00
F. Produk Pameran
1. Kopi 1 kg (20 macam) 2,000,000.00
2. Gelas plastik kecil 400,000.00
3. Sewa alat penyeduh kopi 2,000,000.00
4. Kompor dan tabung gas 400,000.00
5. Termos 1,400,000.00
6. Gula 200,000.00
Total 6,870,00.00
Total Dana yang Dibutuhkan 13,390,000.00

2.4 Susunan Panitia


Penasehat : Dosen Pengampu Mata Kuliah Komunikasi Pertanian, Pera
Nurfathiyah, S.P, M.Si
Penanggung Jawab : Ketua Umum Komunitas Mahasiswa Pecinta Kopi
Universitas Jambi, Wanda Triski Hakim Harahap
Ketua Panitia : Ilham Daus
Sekretaris : Agus Prayetno
Bendahara : Adi Suryadi
Seksi- Seksi:
1. Acara
Koordinator : Daniel Ridho
Anggota : - Riski Aulia
- Ahmad Riski
- Ananta frimawan
- Mujib Faturrahman
- Anang Suramat
- Reynaldo
2. Humas
Koordinato : Muhammad Tachya
Anggota : - Prabowo
- Jokowi
- Modric
- Sergio Ramos
3. Kestari
Koordinator : Naufal Yulian
Anggota : - Paul Pogba
- Ander Herrera
- Alexis Sanchez
4. Konsumsi
Koordinato : Febriansyah
Anggota : - Monkey D. Luffy
- Roronoa Zoro
- Sanji Vinsmoke
5. Perlengkapan
Koordinator : Rey Misterio
Anggota : - Undertaker
- Brock Lesnar
- John Cena
- Rikishi

2.5 Evaluasi

No Evaluasi Skor

1 2 3 4 5
1 - Pengetahuan
- Mengetahui
- Memahami
- Menganalisis
2 - Sikap
- Interesting
- Minat / Tertarik
3 - Keterampilan
- Adanya prosedur
- Aplikatif / penerapan
2.6 Kuisioner

NO Pertanyaan Jawaban

1 Nama peserta kegiatan

2 Umur peserta kegiatan

3 Jenis kelamin □ laki-laki


□ perempuan
4 Bagaimana tanggapan Anda tentang □ menarik
materi seminar secara keseluruhan? □ tidak menarik
5 Apakah materi yang diberikan telah □ ya
sesuai dengan tema seminar yaitu
Pengembangan Kopi Melalui Tren
□ tidak
Gaya Hidup Kaum Millenial
6 Apakah narasumber telah □ ya
menyampaikan materinya dengan
jelas
□ kurang jelas
□ tidak jelas
7 Bagaimana tanggapan anda tentang □ baik
penjelasan moderator dalam □ kurang baik
membawakan acara? □ tidak baik
8 Manfaat yang Anda dapatkan dari
seminar ini
9 Apakah sebelumnya Anda pernah □ ya
mengikuti pameran kopi □ tidak
10 Apakah informasi mengenai kopi □ ya
nusantara telah disampaikan dengan □ kurang baik
baik selama pameran berlangsung □ tidak
11 Bagaimana pelayanan penyaji kopi □ baik
selama pameran □ kurang baik
□ tidak baik
12 Penilaian Anda terhadap seminar
(1-10)
13 Penilaian Anda terhadap pameran
(1-10)
3. PENUTUP

Demikian proposal ini kami buat sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan
Seminar dan Pameran Kopi Nusantara “Pengembangan Kopi Melalui Gaya Hidup Kaum
Milenial”. Atas bantuan dan kerjasama dari semua pihak terutama dari pihak Fakultas
Pertanian Universitas Jambi dan Komunitas Koperasi Kopi Indonesia sangat kami
harapkan demi suksesnya kegiatan ini. Semoga Allah SWT meridhoi setiap usaha kita.
Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai