Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologisnya yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatannya.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang sangat primer dan mutlak harus
dipenuhi untuk memelihara homeostatis biologis dan kelangsungan kehidupan
setiap manusia, lebih bersifat mendesak untuk didahulukan dibandingkan
kebutuhan lainnya. Kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan oksigen, cairan,
eliminasi, istirahat dan tidur, terbebas dari rasa nyeri,pengaturan suhu
tubuh,seksual, dan lain sebagainya. (susanto A V, 2017)

Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan oksigen. Oksigen


(O2) merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat vital. Oksigen
dibutuhkan tubuh untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel sehingga dapat
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel,jaringan dan organ. Oksigen
diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas. Di atmosfer, gas selain
oksigen juga terdapat karbondioksida ( CO2 ), nitrogen (N2), dan unsur lain
seperti argon dan helium. Untuk memperoleh oksigen kita membutuhkan suatu
proses yaitu proses oksigenasi. (wartonah dan tarwoto, 2015)

Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem


(kimia dan fisika). Penambahan oksigen ke dalam tubuh dapat dilakukan secara
alami dengan cara bernafas. Pernafasan atau respirasi merupakan proses
pertukaran gas antara individu dan lingkungan. Pada saat bernafas, tubuh
menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan
menghembuskan udara untuk mengeluarkan karbondioksida ke lingkungan.
(Saputra, 2013)

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

Oksigenasi secara adekuat diterima dari lingkungan ke dalam paru-paru,


pembuluh darah, dan jaringan. Apabila terjadi gangguan pada oksigen,maka
akan berdampak kepada tiga proses yaitu ventilasi,difusi dan perfusi yang akan
menimbulkan masalah dalam kebutuhan oksigenasi. (Manurung, 2016)

Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan


kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti pada seseorang yang
kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan akan terjadi kematian.
Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi karena jika kebutuhan oksigen
dalam tubuh berkurang,maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan
apabila hal itu berlangsung lama akan menimbulkan kematian. Sistem yang
berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen adalah sistem persarafan,
kardiovaskular dan sistem pernafasan (susanto A V, 2017).

Sistem pernafasan merupakan permasalahan dari pemenuhan oksigen baik pada


anatomi maupun fisiologis dari organ-organ respirasi. Permasalahan dalam
pemenuhan tersebut juga dapat disebabkan karena adanya gangguan pada
sistem tubuh yang lain. Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan
diantaranya karena peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degenerative dan
lain lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam
tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. (Abdullah, 2014)

Dampak dari oksigenasi yang terganggu bagi tubuh yaitu hipoksemia,


hipoksia, gagal nafas, obstruksi jalan nafas, dan perubahan pola nafas bahkan
jika kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan
pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi
kematian. Penyakit yang terganggu dalam pemenuhan gangguan kebutuhan
oksigenasi seperti penyakit asma, Congesti High Failure (CHF), paru paru
obstruktif kronik(PPOK) , gagal jantung kronik (GGK), dan tuberculosis Paru
(TBC). (wartonah dan tarwoto, 2015)

Poltekkes Kemenkes Padang


3

Menurut Hockenberry dan Wilson dikutip dari hasil penelitian Maryam, dkk
(2013) bahwa gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi disebabkan karena
adanya disfunsi sistem pernafasan. Salah satu disfungsi pernafasan yang
menyebabkan terganggunya pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah
tuberculosis paru.

Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebaban oleh kuman


Mycobacterium tuberculosis masuk dalam saluran pernafasan. Setelah itu
mycobacterium tuberculosis berada dalam ruang alveolus ,yang akan
menimbulkan reaksi peradangan pada saluran pernafasan dan menyebabkan
gangguan pernafasan pada kasus tuberculosis paru. Mekanisme gangguan yang
paling utama dirasakan oleh penderita Tuberculosis Paru adalah pada gangguan
oksigenasi. (Manurung, 2016)

World Healt Organization (WHO) pada tahun 2017, menyatakan bahwa


Tuberculosis Paru menempati urutan ke10 penyabab kematian di dunia. Secara
global terdapat 10,4 juta kasus insiden Tuberculosis paru (8,8 juta- 12 juta)
yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima Negara dengan
insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina dan Pakistan.
Sebagian besar estimasi insiden tuberculosis pada tahun 2016 terjadi di
kawasan Asia Tenggara ( 45%) dimana Indonesia merupakan salah satu
didalamnya daan 25% terjadi dikawasan Asia Afrika. (WHO, 2018)

Di Indonesia jumlah kasus Tuberculosis pada tahun 2017 data per 17 Mei
2018, di semua tipe menurut jenis kelamin ada sebanyak 420.994 kasus,
terdapat 245.298 kasus pada laki laki dan 175.696 kasus pada perempuan.
Prevalansi tuberculosis terjadi di umur antara 65-74 tahun, pada tingkat
pendidikan tidak sekolah dan social ekonomi yang rendah. Angka keberhasilan
pengobatan pasien tuberculosis untuk semua kasus pada tahun 2014 ada 85,1%,
tahun 2015 ada 85,8%, tahun 2016 ada 85% dan pada tahun 2017 ada 85,1
%,sedangkan hasil pengobatan untuk kasu tuberculosis pada tahun 2017
dimana terdapat 43,1% yang pengobat lengkap,42% sembuh, 5,4% yang hilang

Poltekkes Kemenkes Padang


4

dari pengamatan, 2,7% tidak dievaluasi, 2,5% meninggal,4% yang pindah


pengobatan, dan 0,4 % yang gagal pengobatan. ( Kementrian Kesehatan RI,
2018)

Dinas kesehatan propinsi Sumatera Barat menyatakan capaian cakupan


penemuan kasus tuberculosis paru dari tahun ke tahun menunjukan
peningkatan secara bermakna,berdasarkan laporan kabupaten/kota. Pada tahun
2017 menurut jenis kelamin terdapat 8.277 jumlah kasus tuberculosis, 5.910
kasus pada laki laki dan 3.087 pada perempuan disemua tipe, dan jumlah BTA
positif 4 .541 per 100.000 penduduk. (Dinas Kesehatan Sumatera Barat, 2018)

Di kota Padang jumlah kasus tuberculosis mengalami peningkatan dari tahun


ke tahun, pada tahun 2016 terdapat 1.557 kasus dan tahun 2017 ada 2.029
kasus. Tahun 2017 BTA (+) diobati sebanyak 869 pasien, pasien sembuh 757
orang dan pasien yang melakukan pengobatan lengkap sebanyak 92 orang.
Jumlah kematian selama pengobatan meningkat dari tahun sebelumnya dari 22
kasus pada tahun 2016 menjadi 34 kasus di tahun 2017.(Dinas Kesehatan Kota
Padang, 2017)

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.M.Djamil Padang merupakan salah satu
rumah sakit milik pemerintahan pusat dan berada di kota Padang. Rumah sakit
ini membrikan pelayanan terhadap penderita tuberculosis paru. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUP.DR.M.Djamil Padang, pasien
yang mengalami tuberculosis paru pada tahun 2017 adalah sebanyak 406 orang
(Rekam Medik RSUP Dr.Mdjamil Padang, 2018)

Data yang diperoleh dari Ruangan Paru RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada


priode 1 September sampai 16 Desember 2018 yang mengalami tuberculosis
ada sebanyak 66 Orang (Ruangan Paru RSUP.Dr.M.Djamil.Padang)

Proses keperawatan sebagai metode pengorganisasian yang sistematis dalam


melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang

Poltekkes Kemenkes Padang


5

berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap
penyakitnya termasuk pada pasien yang mengalami masalah oksigenasi,
sehingga dapat membantu perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan
secara sistematis dalam pemecahan masalah keperawatan. (wartonah dan
tarwoto, 2015)

Tahapan pertama dari proses keperawatan adalah pengkajian yang berguna


untuk mengumpulkan imformasi dari pasien, membuat data dasar tentang
pasien dan membuat catatan tentang respon kesehatan pasien. Pengakajian
keperawatan dapat dilakukan dengan metode wawancara yang berkaitan
dengan keluhan pasien antara lain, batuk dan lendir, sesak nafas, serta keluhan
lain yang berkaitan dengan masalah transportasi oksigen. Selanjutnya dapat
dilakukan pemeriksaan diagnostik yang relevan, serta pemeriksaan langsung
kepada pasien. Selanjutnya data ini dapat didukung oleh hasil pemeriksaan
penunjang seperti analisa gas darah dan foto thoraks. (Mulyanti, 2017)

Masalah keperawatan yang mungkin pada pasien pemenuhan kebutuhan


oksigenasi diantaranya bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran
gas, dan pola nafas tidak efektif. Diagnosa lain terkait dengan masalah
oksigenasi yang nantinya akan disusun rencana keperawatan sesuai dengan
kebutuhan masing masing pasien. (PPNI, 2017)

Intervensi keperawatan tujuannya untuk mempertahankan tingkat kesehatan


optimal pasien dalam upaya menurunkan jumlah dan atau keparahan gejala
gangguan pernafasan, hal ini meliputi tindakan keperawatan mandiri, seperti
prilaku peningkatan kesehatan dan upaya pencegahan, melakukan pengaturan
posisi, mengajarkan pasien melakukan teknik nafas dalam, mengajarkan cara
batuk efektif, dan intervensi tidak mandiri seperti memberikan terapi oksigen,
melakukan pengisapan lendir, melakukan fisioterapi dada. Evaluasi masalah
oksigen secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam
mempertahankan jalan nafas, pola nafas, dan pertukaran gas. (Rahayu, 2016)

Poltekkes Kemenkes Padang


6

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arif Bachtiar tahun 2015 cara pemberian
oksigen yang dilakukan oleh perawat bervariasi. Maksud bervariasi itu cara
pemberiannya antara masing masing perawat, ada yang saat pemberian terapi
lupa mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, ada yang lupa tidak
mengisi tabung humidifier dengan air steril, dan ada juga yang lupa tidak
memberikan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi ) tentang terapi oksigen,
dan lupa tidak mengobservasi setelah melakukan tindakan.

Survay awal yang dilakukan pada tanggal 17 Desember 2018 terdapat 3 orang
pasien Tuberculosis Paru dengan komplikasi tambahan yang sedang dirawat di
Ruangan Paru RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Diantara pasien ada yang
menggunakan oksigen nasal kanul 5 liter/menit dengan frekuensi pernafasan
25x/menit. Dari hasil pengamatan peneliti terhadap salah seorang perawat
ruangan perawat hanya berfokus pada pemberian oksigen, perawat tidak
memeriksa aliran pada selang oksigen, perawat tidak memperhatikan cairan
humidifier habis atau tidak, dan perawat juga tidak memonitor tekanan oksigen
serta pengaturan posisi pada pasien. Pada dokumentasi keperawatan yang
dibuat perawat, perawat sudah melakukan pengakajian keperawatan seperti
identifikasi pasien, namun dalam menegakan diagnosa dan evaluasi
keperawatan masih sama dengan hari sebelumnnya tanpa melihat langsung
kondisi dan keluhan yang dirasakan pasien saat itu.

Berdasarkan berbagai data dan informasi diatas maka peneliti tertarik untuk
membandingkan konsep asuhan keperawatan antara teori dengan kenyataan
yang ada di klinik melalui pendekatan kebutuhan dasar manusia yaitu
pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Dengan berbagai data dan pertimbangan
maka peneliti tertasik malaksanakan “Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan oksigenasi pada pasien Tuberculosi Paru di ruangan Paru
RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada tahun 2019” .

Poltekkes Kemenkes Padang


7

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan oksigenasi pada pasien Tuberculosi Paru
di ruangan Paru RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada tahun 2019.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan oksigenasi pada pasien Tuberculosis Paru di
ruangan Paru RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Menderskripsikan hasil pengkajian pemenuhan kebutuhan oksigenasi
pada pasien Tuberculosi Paru di ruangan Paru RSUP.Dr.M.Djamil
Padang pada tahun 2019.
b. Mendeskripsikan diagnosa Pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
pasien Tuberculosi Paru di ruangan Paru RSUP.Dr.M.Djamil Padang
pada tahun 2019.
c. Mendeskripsikan rencana tidakan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
oksigenasi pada pasien Tuberculosi Paru di ruangan Paru
RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada tahun 2019.
d. Mendeskripsikan tindakan asuhan keperawatan pemenuhan
Kebutuhan oksigenasi pada pasien Tuberculosi Paru di ruangan Paru
RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada tahun 2019.
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada pasien Tuberculosi Paru di ruangan Paru
RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian
1. Aplikatif
a. Bagi penelit
Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk
mengaplikasikan dan penambah wawasan kemampuan peneliti dalam

Poltekkes Kemenkes Padang


8

menerapkan asuhan keperawatan pemenuhan oksigenasi pada pasien


Tuberculosis Paru.
b. Bagi direktur Rsup. Dr . M. Djamil Padang
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi perawat melalui
direktur RSUP. Dr . M. Djamil Padang untuk meningkatkan asuhan
keperawatan pemenuhaan oksigenasi pada pasien Tuberculosis Paru di
ruangan paru Rsup. Dr . M. Djamil Padang.

2. Pengembangan Keilmuan
a. Institusi Direktur Poltekkes Kemenkes RI Padang
Melalui direktur data dan hasil penelitian yang diperoleh dari laporan
karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan
dan pembelajaran khususnya untuk mengetahui asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien Tuberculosis Paru bagi
junior dijurusan keperawatan Padang.
b. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
peneliti berikutnya untuk meneambah pengetahuan dan data dasar
dalam penelitian selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai