Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa tujuan
penyelenggaraan penataan ruang adalah untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Lebih jauh diuraikan bahwa salah satu poin
penting dari tujuan tersebut adalah terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Namun
demikian setelah satu dekade pasca diterapkannya Undang-Undang ini relatif belum juga
meningkatkan kualitas lingkungan seperti yang diharapkan. Belakangan ini, yang terjadi
justru adalah indikasi semakin menurunnya kualitas lingkungan. Indikasi tersebut ditandai
dengan tingginya angka kejadian bencana baik fisik maupun sosial. Hal ini makin
diperparah dengan munculnya isu perubahan iklim (climate change) sebagai akibat dari
era industrialisasi dan semakin terbatasnya sumberdaya pendukung kehidupan (( finite
resources).
Dalam Undang-Undang, penataan ruang meliputi seluruh kegiatan yang termasuk
dalam sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang keterkaitan satu sama lainnya bersifat sekuensial. Pemahaman
bahwa sistem ini merupakan siklus menyebabkan hasil-hasil yang diperoleh dari proses
perencanaan tata ruang ditempatkan sebagai acuan dari kegiatan-kegiatan pemanfaatan
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Rencana
Tata Ruang Wilayah adalah wujud formal kebijakan, rencana, dan program (KRP) acuan
yang mengatur penataan ruang sebuah wilayah tertentu.
Dalam pelaksanaannya, perbedaan cara penanganan dan karakteristik khusus sebuah
satuan wilayah membedakan jenis rencana tata ruang tersebut. Sebuah RTRW yang
mengatur satuan wilayah yang luas memuat arahan dan acuan yang lebih strategis dan
umum daripada RTRW yang mengatur satuan wilayah yang lebih kecil. Akibatnya, semakin
luas wilayah yang diatur, semakin panjang dimensi kerangka waktu (time-frame) yang bisa
dicakup aturan tersebut. Oleh sebab itu, hirarki rencana tata ruang yang disusun
berdasarkan luasan wilayah sebenarnya juga mencerminkan hierarki operasionalitas
arahan yang dimuat. Sebuah RTRW skala nasional sebenarnya memuat kebijakan-
kebijakan, sementara RTRW skala dibawahnya seperti RTRW Provinsi lebih banyak
memuat kumpulan program.
Kebijakan penataan ruang sejatinya adalah salah satu instrumen untuk perbaikan
kualitas lingkungan hidup. Dengan diberlakukannya kebijakan tersebut, maka setiap
daerah wajib melaksanakan penyelenggaraan penataan ruang. Penataan ruang sebagai
serangkaian proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang merupakan instrumen penting dalam pelaksanaan pembangunan baik
ditingkat pusat maupun didaerah. Oleh karena itu, penerapan sanksi yang tegas atas
pelanggaran pemanfaatan ruang sebagaimana diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007
menuntut agar penyelenggaraan penataan ruang justru menghindari rendahnya kualitas
lingkungan hidup. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu dilaksanakan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau Strategic Environmental Assesment (SEA)
sebagai instrumen untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan hidup yang dimaksud.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menetapkan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib
membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ke dalam penyusunan atau evaluasi
terhadap Rencana Tata Ruang baik di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah men.adi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program'. Kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup akan lebih efektif dicegah
bila sejak proses formulasi Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) telah
mempertimbangkan masalah lingkungan hidup dan ancaman terhadap keberlanjutannya.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah sebuah bentuk tindakan strategik
dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin efek negatif terhadap lingkungan dan
keberlanjutan dipertimbangkan dalam KRP tata ruang. Posisinya berada pada relung
pengambilan keputusan. Oleh karena siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan tata ruang tidak selalu gamblang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi
masing-masing rencana tata ruang. KLHS bisa menentukan substansi rencana tata ruang,
bisa memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai
instrumen metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari
penjabaran rencana tata ruang, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi
diatas.
Dalam Pasal 15 Undang-Undang No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
keberlanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program. KLHS juga memiliki relevansi yang tinggi
di dalam konteks pembangunan daerah, karena KLHS menawarkan dua manfaat utama,
yaitu: (a) mengatasi kelemahan dan keterbatasan AMDAL, dan (b) mempromosikan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran


1.2.1. Maksud
Maksud dari kegiatan Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kolaka Timur adalah untuk memastikan
bahwa kebijakan, rencana dan/atau program pembangunan yang telah dituangkan
kedalam RTRW Kabupaten Kolaka Timur 2015-2035 menerapkan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan.

1.2.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kolaka Timur adalah untuk mewujudkan
kebijakan, rencana dan/atau program pembangunan yang tertuang dalam RTRW
Kabupaten Kolaka Timur 2015-2035 mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.2.3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kolaka Timur ini adalah
terwujudnya RTRW Kabupaten Kolaka Timur 2015-2035 yang telah terintegrasi dengan
prinsip pembangunan berkelanjutan.

1.3 Ruang Lingkup dan Metodologi


1.3.1. Lingkup Wilayah Perencanaan
Sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran kegiatan Penyusunan Dokumen Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kolaka Timur
2015-2035 ini, maka lingkup wilayah kajian adalah seluruh kawasan diwilayah
administrasi Kabupaten Kolaka Timur dengan luas ± 4136,58 km2 yang mencakup 12
Kecamatan.
Gambar 1.1. Peta Administrasi Kabupaten Kolaka Timur
1.3.2. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan dalam Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kolaka Timur 2015-2035 disusun
dengan mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 69 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun
2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Adapun
lingkup kegiatan yang dimaksud terdiri dari:
1) Tahap Persiapan KLHS
Dalam tahap ini dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain:
1. Pengumpulan dokumen atau materi teknis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
dalam hal ini dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kolaka
Timur 2015-2035 yang telah memiliki delineasi wilayah yang tetap;
2. Penyusunan format data dan informasi yang akan dikumpulkan;
3. Penyiapan peta dasar guna lahan dengan skala sesuai dengan RTRW; dan
4. Penyusunan jadwal pelaksanaan KLHS.
2) Tahap Pelaksanaan KLHS
Secara garis besar kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Penyusunan KLHS
RTRW Kabupaten Kolaka Timur yaitu pembuatan dan pelaksanaan KLHS dilakukan
melalui mekanisme:
1. Pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terhadap kondisi
Lingkungan Hidup;
2. Perumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program; dan
3. Penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan Kebijakan,
Rencana, dan/atau
Program yang mengintegrasikan prinsip Pembangunan Berkelanjutan. Mekanisme
tersebut sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 69 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
46 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

1.3.3. Metodologi
Metode dan teknik analisis dalam masing-masing mekanisme tahapan pelaksanaan
Penyusunan KLHS RTRW Kabupaten Kolaka Timur meliputi :
a. Pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terhadap kondisi
Lingkungan Hidup, meliputi :
1) Identifikasi dan perumusan isu Pembangunan Berkelanjutan
a) Pra Pelingkupan
Teknik dan metode pra pelingkupan dilakukan dengan menggunakan metode
curah pendapat dalam kelompok kecil, Focus Group Discussion (FGD) sebagai
pendekatan untuk menemukan isu pembangunan berkelanjutan di Kabupaten
Kolaka Timur. Sedangkan teknik yang digunakan yaitu metaplan yang
dilanjutkan dengan pengelompokkan isu pembangunan berkelanjutan.
Untuk melaksanakan pra-pelingkupan KLHS, POKJA KLHS, Tim konsultan
KLHS dan Tim Pendamping KLHS menggunakan metode curah pendapat dalam
kelompok kecil sebagai pendekatan untuk menemukan isu-isu strategis
pembangunan di Kabupaten Kolaka Timur. Tim konsultan KLHS dan Tim
Pendamping KLHS bertindak sebagai fasilitator dan POKJA KLHS sebagai
narasumber. Curah pendapat dimulai dengan menemukan isu/masalah dari
tiap anggota POKJA KLHS menggunakan teknik metaplan yang akhirnya
menghasilkan daftar panjang masalah. Langkah awal ini kemudian diikuti
dengan diskusi panjang untuk mengidentifikasi hubungan antara isu-isu. Isu-
isu tersebut selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan komponen lingkungan
pada umumnya, yaitu: (a) lingkungan (udara dan ikilm, air, tanah, rawan
bencana, dan biodiversity/keanekaragaman hayati); (b) ekonomi (kemiskinan,
dan kesejangan pendapatan/wilayah); dan (c) sosial-budaya (konflik sosial
dan kesehatan masyarakat).
Setelah itu, Pokja KLHS, Tim konsultan KLHS dan Tim Pendamping KLHS
mengidentifikasi data dan informasi untuk menggambarkan status terkini dari
masing-masing kelompok isu strategis pembangunan yang terkait dengan
RTRW. Proses prapelingkupan juga menyiapkan kebutuhan data dan informasi
lebih lanjut serta pemangku kepentingan yang perlu dilibatkan dalam tahap
berikutnya.
Data dan informasi tentang isu-isu strategis pembangunan yang terkait dengan
RTRW telah dikumpulkan dari berbagai macam sumber, on-line dokumen,
dokumen penelitian sebelumnya, pemerintah daerah dan instansi pemerintah,
LSM, masyarakat akademis dan pemangku kepentingan lainnya.
Kegiatan pra-pelingkupan adalah:
 Pelaksanaan Curah Pendapat dalam kelompok kecil Pra-Pelingkupan selama
pelatihan KLHS untuk POKJA KLHS dan Tim Konsultan KLHS.
 Mengidentifikasi masalah, penyebab dan akar penyebab masalah
 Mengidentifikasi data dan informasi yang terkait dengan isu-isu
 Kerja studio dan konsultasi jarak jauh setelah kegiatan pra-pelingkupan
b) Pelingkupan
Teknik dan metode pelingkupan dilakukan dengan menggunakan metode
Focus Group Discussion (FGD), verifikasi daftar panjang isu pembangunan
berkelanjutan, teknik pengkodean pengelompokan isu pembangunan
berkelanjutan, crosstabb/ uji silang isu pembangunan berkelanjutan terhadap
kriteria dampak strategis/penting isu pembangunan berkelanjutan.
Tahap Pelingkupan KLHS terdiri atas 2 (dua) langkah sebagai berikut:
a. Melakukan Lokakarya Pelingkupan KLHS yang meliputi :
 Pemaparan tentang KLHS kepada semua pemangku kepentingan dengan
penekanan pada pentingnya partisipasi pemangku kepentingan dalam
seluruh proses KLHS.
 Pemaparan proses dan hasil pra pelingkupan yang dilakukan oleh POKJA
KLHS, Tim KonsultanKLHS dan Tim Pendamping KLHS kepada pemangku
kepentingan.
 Penjelasan tentang bagaimana pelingkupan akankepada pemangku
kepentingan.
 Pembagian peserta ke dalam tiga kelompok kerja dan distribusi lembar
kerja pelingkupan dan bahan-bahan lainnya.
 Diskusi dan verifikasi daftar isu-isu strategis dan isu-isu terkait/faktor
penyebab terjadinya isu.
 Identifikasi jenis dan sumber data, serta penanggungjawab penyedia
data.
 Pemufakatan isu-isu strategis.
b. Melakukan koordinasiinternaloleh POKJA KLHS, Tim Konsultan dan Tim
Pendamping untuk menyusun draft Laporan Pelingkupan KLHS yang
meliputi :
 Finalisasi isu strategis dan isu terkait dengan baseline data/informasi
 Finalisasi laporan pelingkupan KLHS oleh Tim Konsultan.
c) Baseline Data pembangunan berkelanjutan
Teknik dan metode pelingkupan dilakukan dengan menggunakan metode
analisis diskriptif, trend analisis, analisis spasial Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan Hidup (D3TLH), Focus Group Discussion (FGD), dan
expert judgement (pertimbangan ahli) yang salah satunya dilakukan dengan
diskusi kelompok.
2) Identifikasi materi muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang
berpotensi menimbulkan terhadap kondisi Lingkungan Hidup
Teknik dan metode yang digunakan dalam identifikasi muatan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program atau tahapan penapisan program yaitu : crosstabb/
uji silang program RTRW terhadap isu pembangunan berkelanjutan. Hasil
crosstabb/ uji silang tersebut diolah dengan teknik penilaian (angka “0” dan “1”)
terhadap program-program yang ada, dengan keterangan penilaian dan skor
sebagai berikut :
a. Angka 0 = apabila tidak ada keterkaitan antara program prioritas dengan isu
PB (program tidak mempunyai dampak negatif terhadap isu yang ada).
b. Angka 1= apabila ada keterkaitan antara program dan isu strategis (program
kemungkinan dapat mempengaruhi isu, dan mempunyai dampak negatif
terhadap isu yang ada)
Adapun interval yang digunakan sebagai berikut :
a. Skor 0 – 3= Aman
b. Skor 4 – 6 = Signifikan
3) Menganalisis pengaruh hasil identifikasi dan perumusan
Teknik dan metode yang digunakan dalam menganalisis pengaruh atau dampak
isu dan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yaitu metode analisis diskriptif,
trend analisis, analisis spasial Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Hidup (DDDTLH), Focus Group Discussion (FGD), expert judgement
(pertimbangan ahli) yang salah satunya dilakukan dengan diskusi kelompok, dan
penilaian ranking/skor dalam penetapan evaluasi dampak strategis. Secara rinci
yang dilakukan dalam tahapan analisis pengaruh dalam penyusunan KLHS RTRW
Kabupaten Kolaka Timur sebagai berikut :
a. Pengkajian
Tim Konsultan KLHS secara internal melakukan pengkajian dampak RTRW
Kabupaten Kolaka Timur untuk mengidentifikasi potensi dampak strategis
terhadap kondisi lingkungan dan sekaligus mencari langkah-langkah mitigasi
dan/atau alternatif yang diperlukan. Proses pengkajian dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis diskriptif, trend analisis, spasail analisis yaitu
overlay atau tumpang-susun peta-peta tematik, dan menggunakan matrik
pengkajian. Proses pengkajian difokuskan pada hal-hal, yaitu:
 Baseline data;
 Tumpang-susun atau overlay peta tematik, peta daya dukung daya
tampung lingkungan hidup (DDDTLH) berbasis jasa ekosistem dan peta
KRP; dan
 Identifikasi potensi dampak/risiko lingkungan.
Pengkajian mengevaluasi apakah rancangan RTRW Kabupaten Kolaka Timur
sudah secara memadai mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan
keberlanjutan dan mengidentifikasi perbaikan (mitigasi/alternatif) yang
diperlukan.
b. Diskusi/workshop dengan POKJA KLHS Kabupaten Kolaka Timur
Hasil kajian oleh Tim Konsultan dikonsultasikan dengan POKJA KLHS
Kabupaten Kolaka Timur dalam suatu Diskusi Kelompok Terfokus (Focus
Group Discussion/ FGD) untuk memperkaya dan mempertajam hasil kajian.
c. Diskusi/workshop dengan Pemangku Kepentingan
Hasil kajian yang telah dikonsultasikan dengan POKJA KLHS Kabupaten
Kolaka Timur kemudian dikonsultasikan lebih lanjut dengan para pemangku
kepentingan terkait dalam suatu Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group
Discussion/ FGD) untuk memperkaya dan mempertajam hasil kajian.
d. Analisis Mendalam
Tim Konsultan melakukan kajian mendalam atas potensi dampak yang telah
disepakati bersama POKJA KLHS Kabupaten Kolaka Timur dan para
pemangku kepentingan terkait sebagai dampak strategis.
b. Perumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program; dan
Teknik dan metode yang digunakan dalam merumuskan alternatif Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program yaitu metode analisis diskriptif, trend analisis, analisis
spasial dalam perumusan mitigasi/alterntaif, Focus Group Discussion (FGD), expert
judgement (pertimbangan ahli) yang salah satunya dilakukan dengan diskusi
kelompok, dan perumusan mitigasi .
Dengan fasilitasi Tim Pendamping dan Tim Konsultan, POKJA mengidentifikasi dan
merumuskan langkah-langkah mitigasi/alternatif. Hasil rumusan langkah-langkah
mitigasi/alternatif kemudian dikonsultasikan oleh POKJA dengan seluruh pemangku
kepentingan terkait. Rumusan langkah-langkah mitigasi/alternatif kemudian
dipaparkan oleh kepala SKPD yang membidangi urusan perencanaan penataan
ruang kepada kepala-kepala SKPD terkait di Kabupaten Kolaka Timur.
c. Penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program yang mengintegrasikan prinsip Pembangunan
Berkelanjutan.
Teknik dan metode yang digunakan dalam merumuskan rekomendasi perbaikan
untuk pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yaitu metode
analisis diskriptif, trend analisis, analisis spasial dalam perumusan
mitigasi/alterntaif, Focus Group Discussion (FGD), expert judgement (pertimbangan
ahli) yang salah satunya dilakukan dengan diskusi kelompok dalam pengambilan
keputusan/kesepakatan rekomendasi perbaikan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program.
Dengan fasilitasi Tim Pendamping dan Tim Konsultan, POKJA mengidentifikasi dan
merumuskan rekomendasi perbaikan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program. Hasil
rumusan langkah-langkah rekomendasi kemudian dikonsultasikan oleh POKJA
dengan seluruh pemangku kepentingan terkait. Rumusan langkah-langkah
rekomendasi kemudian dipaparkan oleh kepala SKPD yang membidangi urusan
perencanaan penataan ruang kepada kepala-kepala SKPD terkait di Kabupaten
Kolaka Timur. Selanjutnya tahap terakhir, rumusan rekomendasi yang telah
mengintegrasikan hasil pertemuan dengan kepala-kepala SKPD terkait dengan
dihadiri oleh kepala-kepala SKPD terkait untuk pembuatan keputusan.
Pembuatan keputusan terhadap rekomendasi terpilih dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan hasil kajian dan analisis mengenai potensi dampak rancangan
RTRW terhadap isu strategis, kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup, hasil identifikasi dan rumusan langkah-langkah mitigasi dan alternatif
kesepakatan antar Pokja KLHS dan kemampuan pemerintah daerah dalam
penyelesaian kebijakan.

1.4. Dasar Hukum


1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412);
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4412);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
7. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
8. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
9. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
10. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.15/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.16/PRT/M/2009 tentang Pedoman
PenyusunanRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.17/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan
Tata KerjaKementerian Pekerjaan Umum;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang;
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Umum
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional;
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 09 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah.
20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 69 Tahun 2017
Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 Tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

Anda mungkin juga menyukai