Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS ASFIKSIA
DI RUANG CUT NYAK DIEN RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

NAMA : MUHAMMAD BAIHAQI


NIM : 201810461011035

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
I. Kasus (Masalah Utama)
Asfiksia

II. Proses Terjadinya Masalah


a. Pengertian
Asfiksia berarti hipoksia progresif penimbunan CO2 dan asidosis jika
prosese ini berlangsung terlalu jauh dapat mengaibatkan kerusakan otak
atau kematian, mempengaruhi fungsi vital lainnya. Asfiksia lahir ditandai
dengan hipoksemia (PaO2 menurun) dan hiperkarnia (peningkatan PaCO2).

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.

b. Etiologi
1. Factor ibu
a) Pre eklams dan eklamsi, DM, anemia, HT
b) Perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta)
c) Partus lama dan macet
d) Demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e) Kehamilan lewat waktu
2. Factor tali pusat
a) Lilitan tali pusat
b) Tali pusat pendek
c) Simpul tali pusat
d) Prolapus tali pusat
3. Factor bayi
a) Bayi premature ( < 37 minggu)
b) Presentasi janin abnormal
c) Persalinan dengan tindakan ( ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep)
4. Factor yang mendadakan
a. Bayi
1) Gangguan peredaran darah pada tali pusat karena tekanan tali pusat
2) Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi atau analgetik yang
diberikan pada ibu, perdarahan itral karnial, dan kelainan bawaan.
b. Ibu
1) Gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani
2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
3) Hipertensi eklamsi
4) Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio

c. Manifestasi Klinis
1. Pada kehamilan
a. DJJ > 160 x permenit atau < 100 x permenit,
b. Halus dan ierguler,
c. Adanya pengeluaran mekonium
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi pucat dan sianosis
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosi metabolic dan respiratorik
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologic, kejang, nistagamus, menangis kurang baik/tidak
menangis
g. Bayi tidak bernafas/ nafas megap-megap, tidak ada reflex
rangsangan, denyut jantung < 100 kali permenit, kulit sianosis,pucat,
tonus otot mneurun, apgar Skor menurun.

d. Klasifikasi
1. Vigorous Baby”
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
2. “Mild Moderate asphyksia/asphyksia sedang”
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi
jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asphyksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat,
dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada
asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau
bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada
asphyksia berat.

e. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin
pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan agar terjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan
berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini
akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau
tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang
terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi
jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian
diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak
tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan
ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping
terjadinya perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan
keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal
menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi
metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang
terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada
paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan resistensi pembuluh darah paru.
Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan
kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
TANDA Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 JUMLAH
NILAI
Frekwensi Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
jantung X/menit X/menit
Usaha Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat
bernafas teratur
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
fleksi sedikit
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis

Warna Biru / pucat Tubuh Tubuh dan


kemerahan, ekstremitas
ekstremitas biru kemerahan

APGAR SCORE
nilai 0-3 : asfiksia berat
nilai 4-6 : asfiksia sedang
nilai 7-10 : normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar).
f. Path Way

Persalianan lama, lilitan tali Paralisis pusat pernafasan Factor lain : anestesi, obat-
pusat, presentasi janin obatan narkotik
abnormal

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 dan Paru-paru terisi air


Kadar CO2 meningkat

Ketidakefektifan
Nafas cepat Suplai O2 Keparu Suplai O2 dalam bersihan jalan
Ketidakefektifan
Menurun darah Menurun nafas
pola nafas
Apneu
Kerusakan Otak Risiko G3 Metabolisme
Hipotermia & perubahan
DJJ&TD menurun asam basa
Kematian Bayi

Janin tidak bereaksi Asidosis respiratorik


Ansietas Kematian
terhadap rangsangan

G3 Perfusi Ventilasi

Gangguan
Pertukaran Gas
g. Komplikasi
- otak : edema otak,perdarahan otak,
- jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus,
perdarahan paru, edema paru.
- ginjal : tubular nekrosis akut.
- hiperbilirubenimia

III. Pemeriksaan
- Laboratorium AGD : mengkaji tingkat dimana paru-paru mampu
memberikan O2 yang adekuat.
- Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
- Babygram (photo rongten dada)
- Ekstrolit darah
- Gula darah
- Pulse oximetry : metode pemantauan non invasive secara kontinau
terhadap saturasi O2 Hb, pemantauan SPO2

IV. Penatalaksanaan Medis


Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut
resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin
muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal dengan ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastika saluran nafas terbuka :
 Meletakan bayi dalam posisi yang benar
 Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
 Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
 Lakukan rangsangan taktil, beri rangsangan taktil dengan
menyentil atau menepuk telapak kaki bayi. Lakukan
penggosokan punggung bayi secara cepat, mengusap atau
mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi.
 Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
 Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.

Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :


1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asphyksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan
tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi
endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg.
Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis. Koreksi
dengan bikarbonat natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula
glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini
disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena
umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi
paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan
biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3
kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan
pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung
eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100x/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan
1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali
kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi
harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi
atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau
stenosis jalan nafas.
b. Asphyksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila
dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan,
ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana
dengan kateter O2 intranasal dengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi
diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut
disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi
20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks
dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan
pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut,
ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit,
sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi
ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut,
sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi
dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan
perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul.
Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan
berberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau
perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera
dilakukan, bikarbonat natrikus dan glukosa dapat segera
diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi
telah dilakukan dengan adekuat
V. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien dan keluarga
b. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu
1. Riwayat Kehamilan Sekarang
2. Riwayat Persalinan ibu
c. Objektif
d. Pemeriksaan Umum
e. Pemeriksaan Fisik
f. Antropometri
g. Eliminasi

VI. Planing intervensi keperawatan

Risiko Hiportermia NOC NIC


Batasan Karakteristik :  Thermoregulation Temperature regulation
- Akrosianosis  Thermoregulation : neonate - Monitor suhu minimal tiap 2
- Bradikardia jam
- Dasar kuku sianotik Kriteria Hasil : - Rencanakan monitoring suhu
- Hipertensu  Suhu tubuh dalam rentang normal secara kontinyu
- Hipoglikemia - Monitor TD, nadi, dan RR
- Hipoksia  Nadi dan RR dalam rentang normal - Monitor warna dan suhu kulit
- Kulit dingin - Monitor tanda-tanda
- Mengigil hipertermi dan hipotermi
- Trauma - Tingkatkan intake cairan dan
- Malnutrisi nutrisi
- Piloreksia - Selimuti pasien untuk
- Takikardia mencegah hilangnya
- Vasokonstraksi perifer kehangatan tubuh
- Suhu dibawah 32oC - Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
- Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif
dari kedinginan
- Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
- Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
- Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


- Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan
abnormal
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

Ketidakefektifan bersihan jalan NOC NIC


nafas - Respiratory status : Ventilation Airway suction
Batasan Karakteristik : - Respiratory status : Airway patency - Pastikan kebutuhan oral /
- Dispneu, Penurunan suara nafas - Aspiration Control tracheal suctioning
- Orthopneu - Auskultasi suara nafas sebelum
Kriteria Hasil : dan sesudah suctioning.
- Cyanosis
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan - Informasikan pada klien dan
- Kelainan suara nafas (rales, suara nafas yang bersih, tidak ada keluarga tentang suctioning
wheezing)
sianosis dan dyspneu (mampu - Minta klien nafas dalam
- Kesulitan berbicara mengeluarkan sputum, mampu sebelum suction dilakukan.
- Batuk, tidak efekotif atau tidak bernafas dengan mudah, tidak ada - Berikan O2 dengan
ada pursed lips) menggunakan nasal untuk
- Mata melebar - Menunjukkan jalan nafas yang paten memfasilitasi suksion
- Produksi sputum (klien tidak merasa tercekik, irama nasotrakeal
- Gelisah nafas, frekuensi pernafasan dalam - Gunakan alat yang steril sitiap
- Perubahan frekuensi dan irama rentang normal, tidak ada suara nafas melakukan tindakan
nafas abnormal) - Anjurkan pasien untuk istirahat
- v Mampu mengidentifikasikan dan dan napas dalam setelah kateter
Faktor-faktor yang berhubungan: mencegah factor yang dapat dikeluarkan dari nasotrakeal
- Lingkungan : merokok, menghambat jalan nafas - Monitor status oksigen pasien
menghirup asap rokok, perokok - Ajarkan keluarga bagaimana
pasif-POK, infeksi cara melakukan suksion
- Fisiologis : disfungsi - Hentikan suksion dan berikan
neuromuskular, hiperplasia oksigen apabila pasien
dinding bronkus, alergi jalan menunjukkan bradikardi,
nafas, asma. peningkatan saturasi O2, dll.
- Obstruksi jalan nafas : spasme
jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya jalan
nafas buatan, sekresi bronkus, Airway Management
adanya eksudat di alveolus, - Buka jalan nafas, guanakan
adanya benda asing di jalan teknik chin lift atau jaw thrust
nafas. bila perlu
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2

Ketidakefektifan pola nafas NOC NOC


Batasan Karakteristik :  Respiratory status : Ventilation Airway Management
 Penurunan tekanan  Respiratory status : Airway patency - Buka jalan nafas, guanakan
inspirasi/ekspirasi  Vital sign Status teknik chin lift atau jaw thrust
 Penurunan pertukaran udara per Kriteria Hasil : bila perlu
menit  Mendemonstrasikan batuk efektif dan - Posisikan pasien untuk
 Menggunakan otot pernafasan suara nafas yang bersih, tidak ada memaksimalkan ventilasi
tambahan sianosis dan dyspneu (mampu - Identifikasi pasien perlunya
 Nasal flaring mengeluarkan sputum, mampu bernafas pemasangan alat jalan nafas
 Dyspnea dengan mudah, tidak ada pursed lips) buatan
 Orthopnea  Menunjukkan jalan nafas yang paten - Pasang mayo bila perlu
 Perubahan penyimpangan dada (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, - Lakukan fisioterapi dada jika
 Nafas pendek frekuensi pernafasan dalam rentang perlu
 Assumption of 3-point position normal, tidak ada suara nafas abnormal) - Keluarkan sekret dengan batuk
 Tanda Tanda vital dalam rentang atau suction
 Pernafasan pursed-lip
normal (tekanan darah, nadi, - Auskultasi suara nafas, catat
 Tahap ekspirasi berlangsung adanya suara tambahan
sangat lama pernafasan)
- Lakukan suction pada mayo
 Peningkatan diameter anterior- - Berikan bronkodilator bila perlu
posterior - Berikan pelembab udara Kassa
 Pernafasan rata-rata/minimal basah NaCl Lembab
- Bayi : < 25 atau > 60 - Atur intake untuk cairan
- Usia 1-4 : < 20 atau > 30 mengoptimalkan keseimbangan.
- Usia 5-14 : < 14 atau > 25 - Monitor respirasi dan status O2
- Usia > 14 : < 11 atau > 24
- Kedalaman pernafasan Terapi Oksigen
- Dewasa volume tidalnya 500ml - Bersihkan mulut, hidung dan
saat istirahat secret trakea
- Bayi volume tidalnya 6-8 - Pertahankan jalan nafas yang
ml/Kg paten
 Timing rasio - Atur peralatan oksigenasi
 Penurunan kapasitas vital - Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan
abnormal
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

Gangguan Pertukaran Gas NOC NIC


Batasan karakteristik : - Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
- Gangguan penglihatan - Respiratory Status : ventilation - Buka jalan nafas, guanakan
- Penurunan CO2 - Vital Sign Status teknik chin lift atau jaw thrust
- Takikardi Kriteria Hasil : bila perlu
- Hiperkapnia - Mendemonstrasikan peningkatan - Posisikan pasien untuk
- Keletihan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat memaksimalkan ventilasi
- somnolen - Memelihara kebersihan paru paru dan - Identifikasi pasien perlunya
- Iritabilitas bebas dari tanda tanda distress pemasangan alat jalan nafas
pernafasan buatan
- Hypoxia
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan - Pasang mayo bila perlu
- kebingungan
suara nafas yang bersih, tidak ada - Lakukan fisioterapi dada jika
- Dyspnoe
sianosis dan dyspneu (mampu perlu
- nasal faring
mengeluarkan sputum, mampu bernafas - Keluarkan sekret dengan batuk
- AGD Normal dengan mudah, tidak ada pursed lips) atau suction
- sianosis - Tanda tanda vital dalam rentang normal - Auskultasi suara nafas, catat
- warna kulit abnormal (pucat, adanya suara tambahan
kehitaman)
- Lakukan suction pada mayo
- Hipoksemia
- Berika bronkodilator bial perlu
- hiperkarbia
- Barikan pelembab udara
- sakit kepala ketika bangun
- Atur intake untuk cairan
- frekuensi dan kedalaman mengoptimalkan keseimbangan.
nafas abnormal
- Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring
- Monitor rata – rata, kedalaman,
irama dan usaha respirasi
- Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
- Monitor suara nafas, seperti
dengkur
- Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
- Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
- Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
utama
- auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A.2008. pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan


kebidanan. Jakarta : Medika Selemba.

Mohan, H. 2013. Pathology practical book. Ed 3. Jaypee Replika press PVT

Manuaba, dkk. 2007. Pengantar kuliah obstetric. Cet . penerbit buku


kedokteran EGC : Jakarta

http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/18/jhptump-a-mayanginda-896-1-
babi.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37594/4/Chapter%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai