Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN KESIAPAN ANAK DAN ORANG TUA MUSLIM

DALAM MENGHADAPI MENARCHE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Pada Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran

NUR MAHARANI

NPM. 220110140118

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

BANDUNG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pubertas pada anak perempuan merupakan perubahan yang memengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan fisik yang dapat mengaktifkan reproduksi

seksual secara keseluruhan. Masa ini merupakan masa dimana terjadi perubahan

besar pada wanita yaitu pertumbuhan yang cepat yang ditandai dengan

perkembangan seksual sekunder, seperti pertumbuhan rambut pada ketiak dan

kemaluan, serta payudara remaja yang mulai membesar dan terjadi menstruasi

untuk pertama kalinya, maka dari itu jika terjadi permasalahan saat pubertas pada

anak perempuan diperlukan perhatian khusus untuk mengatasi permasalahan

tersebut (Katz, Lentz, Lobo, & Gershenson, 2007).

Pubertas terjadi pada remaja yang merupakan peralihan masa anak-anak ke

dewasa. Menurut BKKBN (2016) saat ini jumlah remaja perempuan di Indonesia

yang terdaftar pada tahun 2010 kurang lebih sebanyak 21 juta jiwa. Jumlah yang

cukup banyak ini akan sangat beresiko bila memiliki masalah kesehatan yang

masih belum teratasi. Salah satu masalah pada remaja saat ini adalah mengenai

permasalahan reproduksi yang masih perlu perhatian khusus dan cukup

mengkhawatirkan seperti tingginya hubungan seks pra nikah, pernikahan usia

muda, kehamilan pada remaja dan kesehatan reproduksi lainnya. Aftar pustaka

Hal ini dikarenakan pengetahuan remaja terkait kesehatan reproduksi masih belum

memadai dan merata, padahal seharusnya remaja sejak dini sebaiknya


mendapatkan pembelajaran terkait reproduksi dan mudah dalam mendapatkan

informasi terkait kesehatan reproduksi (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Seorang remaja harus diberikan informasi jauh sebelum menstruasi

pertama terjadi. Salah satu informasi yang harus diketahui anak adalah pengertian

dari menstruasi sendiri yang merupakan meluruhnya endometrium atau lapisan

dinding dalam rahim dan hal ini adalah proses fisiologi normal pada seluruh

wanita. Mentruasi umumnya terjadi setiap bulannya (Ricci, 2009). Ada beberapa

permasalahan pada wanita saat menstruasi berlangsung dintaranya amenore yaitu

keadaan pada wanita dimana tidak terjadi menstruasi padahal seharusnya sudah

waktunya untuk mestruasi, dismenore yaitu kondisi pada wanita dimana terjadi

nyeri saat menstruasi dengan skala nyeri yang berbeda pada tiap wanita (Reece &

Barbieri, 2010). Selain itu ada menoragia yaitu pendarahan yang berlebihan saat

menstruasi, oligomenore sedikitnya waktu menstruasi dikarnakan waktu siklus

menstruasi yang panjang, dan menstruasi yang tidak teratur (Andrews, 2009).

Menstruasi yang tidak teratur biasanya disebabkan oleh faktor stress, hormon, dan

penyakit. Akibat dari permasalahan ini wanita umumnya merasa tidak nyaman

saat akan atau sedang mengalami menstruasi (Ricci, 2009).

Salah satu permasalahan menstruasi lainnya yaitu saat menarche terjadi.

Menarche merupakan masa dimana remaja perempuan mengalami menstruasi

untuk pertama kalinya. Selama waktu menarche pada remaja menstruasi bisa saja

menjadi tidak teratur dan tidak dapat diukur (Reece & Barbieri, 2010). Di

Amerika menarche terjadi pada usia 8 sampai 18 tahun dengan rata-rata menarche

terjadi pada usia 12,8 tahun. Kejadian saat menarche ini berbeda pada setiap

wanita. Faktor yang mengambil peran penting kapan awal menarce terjadi adalah
genetik, namun kondisi lingkungan geografis, makanan atau nutrisi, berat badan,

kondisi kesehatan secara umum, aktivitas dan faktor psikologis juga sama

pentingnya terkait dengan perbedaan waktu menarche (Ricci, 2009).

Selama waktu menstruasi pertama (menarche) anak harus menyesuaikan

diri pada tahapan kehidupan yang baru yaitu dari segi emosional dan sosial.

Menarche dapat terjadi lebih awal atau lebih lambat dari yang lain tergantung dari

remaja itu sendiri dan faktor yang telah disebutkan sebelumnya. Penyesuaian

menarche bisa lebih sulit pada usia yang lebih muda dikarnakan kurang

matangnya pengetahuan dan kesiapan perilaku pada anak. Menarche berbeda

dengan perubahan pubertas yang lainnya, menarche terjadi secara mendadak,

mencolok dan merupakan peritiwa yang biasanya masih mudah diingat bagi

kebanyakan wanita karena merupakan transisi masa anak-anak menuju

kedewasaan seseorang. (Alcala-Herrera & Marvan, 2014).

Kurangnya pengetahuan akan penyesuaian diri pada remaja selama

menarche akan membuat remaja merasa cemas dan akan bingung dengan situasi

yang dihadapi dan akan berdampak pada remaja seperti merasakan kecemasan,

ketakukan, malu, terjadi penolakan fisiologis hingga pengalaman traumatik terkait

menarche. Menarche dapat memengaruhi sikap hidup seseorang sampai dewasa,

maka dari itu dibutuhkan kesiapan salah satunya kesiapan psikis dalam

menghadapinya, hal ini dapat tercapai jika informasi mudah didapatkan dan tepat

disampaikan mengenai menarche pada anak (Meilani, 2012).

Kesiapan menghadapi menarche merupakan kondisi dimana seseorang

siap untuk mengalami perubahan baik secara fisik maupun psikologi sebagai salah

satu proses dari tumbuh kembang yang dialami oleh seorang anak perempuan
yaitu dengan munculnya menstruasi, yang merupakan keluarnya darah pada

vagina yang terjadi pada waktu dan berulang selama priode tertentu Kesiapan

tentang menarche akan baik jika remaja mempunyai pemahaman yang bagus

sehingga siap menerima dan megalami menarce sebagai keadaan yang normal.

(Fajri & Khairani, 2011) Jika menarche pada sebagian anak dianggap sebagai

kejadian yang menakutkan, maka pada anak yang belum siap terkait menarche

akan mengalami penolakan seperti kecemasan dan pengalaman negatif. Mereka

akan beranggapan bahwa menarce bisa sangat berbahaya karena organ kelamin

mengalami pendarahan, padahal hal tersebut merupakan proses fisiologis yang

alamiah yang akan terjadi kurang lebih setiap bulannya pada wanita yang sehat.

Jika anak sudah siap menghadapi menarche mereka pasti akan merasa senang

karna merasa diri mereka sudah dewasa saat menarche terjadi (Rindawati, 2014).

Anggapan menarche sebagai kejadian yang negatif pada anak tersebut

didukung oleh hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Ruspawan dkk

menunjukan bahwa menarche masih di anggap sebagai respon yang negative

sebelum diberikan penyuluhan sebanyak 12 remaja dan 8 remaja dalam kategori

respon positif. Dan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, respon

positif menjadi 20 remaja atau seluruhnya. Hal ini menandakan kurangnya

pengetahuan akan membuat remaja mengalami respon negatif dan hal itu akan

berdampak pada kesiapan remaja ataupun anak dalam menghadapi menarche

(Ruspawan, Suratiah, & Rosilawati, 2014) .

Salah satu faktor yang mendukung kesiapan anak dalam menghadapi

menarche adalah orang tua. Orang tua khususnya ibu merupakan sumber

informasi utama anak tentang menstruasi. Semakin anak mengetahui tentang


menarche semakin sedikit hal yang ditutupi dan respon regatifnya. Lalu, semakin

banyak remaja yang siap untuk menarche semakin positif respon mereka terhadap

menstruasi (Marvan & Molina-Abolnik, 2012). Orang tua biasanya akan

membekali anaknya pengetahuan mentruasi lebih banyak dibandingkan orang

lain.

Pembekalan tentang kesiapan menstruasi oleh orang tua ditunjukan pada

penelitian yang dilakukan oleh Fajri dan Khairani di Aceh (2011) menunjukan

komunikasi yang efektif antara ibu dan anak akan membatu anak mempersiapkan

menstruasi pertamanya. Media informasi seperti, internet, radio, majalah maupun

surat kabar juga memberikan peran dalam kesiapan remaja menghadapi menarche.

Aspek keterbukaan menjadi faktor penting dalam komukasi ibu dan anak. Anak

sering kali mengganggap ibu sebagai teman curhat mereka (Fajri & Khairani,

2011). Anak perempuan akan lebih nyaman berdiskusi dengan ibu dibandingkan

ayahnya karena merasa topik menstruasi merupakan topik wanita, meskipun tidak

jarang anak akan mencari informasi tambahan sendiri.

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Marvan

dan Abolnik di Mexico (2012) bahwa remaja umumnya pada saat menarche

sebagian besar mengetahui apa yang harus dilakukan, namun ternyata hanya 39%

saja yang siap secara biologis dan emosional untuk memulai menstruasi.

Mengenai sikap pada menstruasi remaja lebih tinggi pada perasaan negative dan

rahasia dibandingkan dengan perasaan positive. Remaja yang sebelumnya telah

membahas tentang perubahan emosional dan fisik dengan ibunya cenderung

merasa lebih siap untuk menjalani menarche. Meski banyak sumber informasi

menegenai menarche seperti orang tua, guru, teman dll, remaja sering melaporkan
bahwa informasi yang diterima tidaklah cukup dan memadai dalam

mempersiapkan mereka mengadapi menarche. Anak yang kurang persiapan

cenderung mengasilkan respon negatif (Marvan & Molina-Abolnik, 2012).

Selain faktor orang tua yang memengaruhi kesiapan menstruasi pada anak,

faktor spiritual juga ikut memengaruhi kesiapan anak terhadap menstruasi. Karena

Indonesia merupakan negara dengan jumlah muslim terbanyak didunia dan

menstruasi merupakan salah satu peristiwa yang penting untuk seorang muslim,

maka secara Islam seorang wanita muslim dianggap dewasa jika sudah mengalami

mestruasi. Adanya kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan seperti wajib

solat, puasa dan beribadah, menandakan setelah menstruasi seorang wanita

muslim harus bertanggung jawab dengan perilakunya sendiri dan tidak lagi

bergantung pada orang tua. (Albantany, 2014). Maka dari itu, seorang wanita

apabila telah haid menandakan telah matangnya organ reproduksi dan siap untuk

dibuahi harus menjaga perilaku dan dirinya. Seorang wanita muslim yang sudah

dewasa harus mengetahui apa yang perlu dipersiapkan dan apa diwajibkan saat

dan sesudah menstruasi terjadi.

Adanya pengaruh spiritual dibuktikan menurut Omari, Razeq, & Foolady

(2015) penelitian yang dilakukan di Yordania 2015 yang merupakan negara di

Timur Tengah dengan jumlah muslim lebih dari sepertiganya dan budayanya yang

sangat dipengaruhi oleh Islam, yang mengganggap menstruasi sebagai tanda

kedewasaan seorang wanita menunjukan bahwa remaja saat mengalami menarce

mereka akan memunculkan tiga sikap seperti menstruasi merupakan topik yang

tidak boleh untuk dibicarakan, akan menyimpan topik menstruasi untuk dirinya

sendiri, dan yang terakhir membicarakannya kepada orang lain khususnya orang
tua tentang menstruasi yang dialami dan menganggap bahwa menstruasi

merupakan proses yang alamiah.

Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti akan

melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran kesiapan anak dan orang tua

dalam menghadapi menarche.

1.2 Identifikasi Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka rumusan masalah padapenelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran

Kesiapan Anak dan Orang Tua Muslim Dalam Menghadapi Menarche?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran kesiapan anak

dan orang tua dalam menghadapi menarche.

1.3.1 Tujuan Penelitian Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi:

1. kesiapan anak dalam menghadapi menarche

2. kesiapan orang tua dalam menghadapi menarche anak

3. kesiapan anak menghadapi menarche dalam aspek fisik

4. kesiapan anak menghadapi menarche dalam aspek psikis

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Memberikan sumbangan ilmiah dan menjadi literatur pada pengembangan

ilmu keperawatan sesuai dengn masalah yang diteliti, yaitu gambaran kesiapan

anak dan orang tua muslim dalam menghadapi menarche.


1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapan menjadi informasi tambahan untuk pihak-

pihak yang terkait dalam penelitian ini khususnya bagi lembaga pendidikan sepeti

pihak sekolah mengenai gambran anak dan orang tua dalam kesiapan menghadapi

menarche pada siswi-siswi remaja yang ada di sekolah. Penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi tenaga kesesehatan khususnya

keperawatan dalam membekali anak dan orang tua terkait pentinya penegtahuan

reproduksi salah satunya menstruasi pertama (menarche) pada remaja.

1.5 Kerangka Pemikiran


Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

Masa Pubertas

Remaja Awal 10-13 tahun Pengaruh Orang Tua dan


(early puberty) Agama (spiritual)

Pada wanita: Menarche


Kesiapan Anak menghadapi Pemikiran dan perilaku
menarche positif terhadap menarche
Siap
- Kesiapan fisik
- Kesiapan
Psikologis
Tidak Siap Pemikiran dan perilaku
- Kesiapan Keluarga
negatif terhadap menarche

Keterangan

: Diteliti : Tidak Diteliti Dimodifikasi dari (Soetjningsih &

Ranuh, 2016); (Marvan &

Molina-Abolnik, 2012); (Fajri &

Khairani, 2011);

Anda mungkin juga menyukai