Anda di halaman 1dari 9

IFRS Conceptual Framework

Kerangka Konseptual membentuk konsep yang mendasari financial reporting.


Kerangka Konseptual merupakan sistem yang koheren, yang dikembangkan dari
suatu tujuan.

Overview of the Conceptual Framework

IFRS Conceptual Framework by Internal Auditor Corner

Kerangka Koseptual dapat digambarkan ke dalam 3 (tiga) tingkatan:


First Level = Basic objective.
Second Qualitative characteristics and elements of financial
=
Level statements.
Third Level = Recognition, measurement, and disclosure concepts.
IFRS Framework Level by Yulias C Sihombing

First Level: Basic Objective

Objective of Financial Reporting:

“To provide financial information about the reporting entity that is useful to
present and potential equity investors, lenders, and other creditors in making
decisions in their capacity as capital providers.”

1. Tujuan tersebut dicapai dengan cara menerbitkan general-purpose financial


statements.
2. Users diasumsikan memiliki pengetahuan bisnis dan masalah akuntansi,
yang cukup untuk memahami informasi dalam financial statements.

Contoh Keputusan Ekonomi:


Keputusan terkait beli, jual, atau menahan instrumen ekuitas dan hutang,
keputusan memberi atau melunasi suatu pinjaman dan bentuk kredit lainnya.
Second Level: Fundamental Concepts

Qualitative Characteristics of Accounting Information

Suatu informasi memiliki karakteristik kualitatif decision usefullness, jika


informasi tersebut relevance dan faithfull representation.
a. Fundamental Quality - Relevance
Informasi disebut relevan, jika informasi keuangan tersebut mampu membuat
perbedaan dalam proses pengambilan keputusan. Financial information mampu
membuat perbedaan jika informasi tersebut memiliki predictive value,
confirmatory value, atau keduanya.

 Predictive value: jika informasi tersebut memiliki nilai sebagai input bagi
proses prediktif, untuk membentuk ekspektasi user terkait masa depan.
Contoh:
Jika investor potensial tertarik untuk membeli saham biasa dari PT
Indonesia, maka mereka akan menganalisis aset dan klaim atas aset
tersebut, pembayaran dividen, dan kinerja pendapatan tahun-tahun
sebelumnya, untuk memprediksi nilai, waktu, dan tidak kepastian dari arus
kas PT Indonesia di masa mendatang.

 Confirmatory value: informasi relevan juga membantu para user untuk


menkonfirmasi atau mengkoreksi ekspektasinya.
Contoh:
Ketika PT Indonesia menerbitkan laporan keuangan akhir tahun, maka
informasi keuangan tersebut mengkonfirmasi atau merubah ekspektasi
masa lalu (atau masa kini), yang berdasarkan evaluasi sebelumnya.
Predictive value dan confirmatory value saling berkaitan. Contoh: informasi
tentang ukuran dan struktur aset dan liabilitas PT Indonesia membantu
users untuk memperkirakan kemampuannya untuk mengambil keuntungan
atau untuk menghindari kerugian. Informasi yang sama membantu untuk
mengkonfirmasi atau mengkoreksi prediksi masa lalu terkait kemampuan
tersebut.

 Materiality.
Informasi menjadi material, ketika tidak disajikan atau salah saji informasi
tersebut akan mempengaruhi keputusan user. Masing-masing individu
perusahaan menentukan apakah suatu informasi adalah material, dengan
mempertimbangkan sifat dan ukuran dari item-item tersebut. Singkatnya,
informasi tersebut harus membuat perubahan, jika tidak maka perusahaan
tidak perlu mengungkapkannya.
Suatu item menjadi material ketika pengungkapan atau tidak disajikan
item tersebut, akan mempengaruhi atau merubah keputusan dari orang
yang reasonable.
Contoh:
Pengeluaran peralatan Rp50 juta akan tidak material bagi perusahaan
dengan aset Rp50 milyard (0,1%), sehingga diperlakukan sebagai beban
(expense), tapi akan material bagi perusahaan dengan aset Rp1 milyard
(5%), sehingga diperlakukan sebagai aktiva tetap.
Perusahaan dan auditors umumnya menerapkan rule of thumb bahwa item
yang bernilai < 5% dari net income, dipertimbangkan immaterial. Namun,
perusahaan tidak boleh menggunakan alasan materiality dalam rangka
mempertahankan positive earnings trend, mengkonversi kerugian menjadi
keuntungan, meningkatkan kompensasi manajemen, atau
menyembunyikan transasksi ilegal seperti suap. Dengan kata lain,
perusahaan harus mempertimbangkan baik faktor quantitative dan
qualitative dalam penentuan apakah suatu item material atau tidak.

b. Fundamental Quality – Faithful Representation

Faithful representation berarti bahwa angka-angka dan deskripsi-nya sesuai dengan


apa yang sebenarnya ada atau terjadi. Contoh: ketika PT Indonesia melaporkan
penjualan $60,510 million, ketika penjualan sebenarnya $40,510 million, maka
Laporan Keuangan PT Indonesia tidak jujur dalam menyajikan nilai penjualan
sebenarnya.
Agar faithful representation, informasi harus lengkap, neutral, dan bebas dari
kesalahan material.

Completeness.

Completeness berarti bahwa seluruh informasi yang diperlukan untuk faithful


representation, disajikan. Contoh, ketika PT Indonesia gagal menyediakan
informasi yang dibutuhkan untuk menilai value allowance dari receivables,
informasi tersebut tidak lengkap, dan maka tidak faithful representation.

Neutrality.

Neutrality berarti bahwa perusahaan tidak memilih informasi tertentu yang hanya
menguntungkan pihak tertentu, tetapi tidak menguntungkan bagi yang
lain. Contoh: dalam notes to financial statements, perusahaan rokok seharusnya
tidak menyembunyikan informasi terkait beberapa tuntutan hukum yang
dihadapi karena masalah kesehatan,—meskipun pengungkapan tersebut dapat
merusak perusahaan.

Free from Error.


Item informasi yang bebas dari error akan lebih akurat (faithful)
representation. Contoh, jika PT Indonesia salah saji kerugian atas pinjamannya,
laporan keuangannya akan misleading dan tidak faithful representation. Contoh,
management harus mengestimasi nilai uncollectible accounts untuk menentukan
bad debt expense.

Enhancing Qualities

Membedakan antara more-useful information dari less-useful information.


Enhancing qualitative characteristics merupakan pelengkap dari fundamental
qualitative characteristics. Karakteristik ini membedakan antara more-useful
information dari less-useful information. Enhancing characteristics: comparability,
verifiability, timeliness, and understandability.

Comparability.

Agar dapat dibandingkan maka informasi perlu diukur dan dilaporkan dengan
cara yang similar oleh perusahaan-perusahaan berbeda dalam industri yang sama.
Contoh, agar dapat dibandingkan, informasi aset PT Indonesia dan PT Singapura,
maka informasi tersebut perlu diukur dan dilaporkan dengan perlakuan akuntansi
yang simiar.
Tipe lainnya dari comparability adalah consistency, dimana perusahaan
menerapkan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian yang similar, dari
periode ke periode. Contoh, ketika perusahaan menggunakan metode FIFO untuk
menilai inventoriesnya, maka perlakuan tersebut seharusnya diterapkan
seterusnya dari periode ke periode, kecuali terjadi perubahan yang justified.

Verifiability.

Verifiability terjadi pihak independen yang mengukur, dengan menggunakan


metode yang sama, akan mendapatkan hasil yang sama. Verifiability terjadi
dalam situasi sbb:

1. Dua auditor independen yang berbeda menghitung persediaan PT Indonesia


dan mendapatkan hasil yang sama terkait perhitungan fisik persediaan.
Verifikasi nilai dari suatu aset dapat terjadi dengan menghitung persediaan
(disebut sebagai direct verification).
2. Dua auditor independen yang berbeda menghitung nilai persediaan PT
Indonesia pada akhir tahun dengan menggunakan metode FIFO. Verifikasi
dapat terjadi dengan menguji input (kuantitas dan biaya) dan menghitung
ulang output (nilai persediaan akhir) dengan menggunakan konvesi atau
metodologi akuntansi yang sama (disebut sebagai indirect verification).

Timeliness.

Timeliness berarti menyediakan informasi kepada decision-makers sebelum


informasi tersebut kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan.
Contoh, jika PT Indonesia menunggu untuk melaporkan hasil interim-nya setelah
9 bulan dari akhir periode, informasi tesebut akan kurang bernilai bagi tujuan
decision making.

Understandability.

Decision-makers sangat bervariasi terkait tipe keputusan yang mereka buat,


bagaimana mereka membuat keputusan, informasi yang telah mereka miliki atau
informasi yang dapat mereka peroleh dari sumber lainnya, dan kemampuan
mereka untuk memproses informasi tersebut. Agar informasi menjadi berguna,
perlu ada hubungan (linkage) antar user dan keputusan yang mereka
buat. Hubungan ini, understandability, merupakan kualitas dari informasi yang
membuat informed user melihat signifikansi informasi tersebut. Understandability
meningkat ketika informasi diklasifikasikan, dikarakteristikan, disajikan secara
jelas dan padat.
Contoh, asumsikan PT Indonesia menerbitkan laporan triwulan yang menunjukan
pendapatan interim telah turun secara signifikan. Laporan interim ini memberikan
informasi yang relevant dan faithfully represented untuk tujuan decision-making.
Bagi yang paham informasi keuangan, mereka akan menjual saham PT Indonesia,
namun bagi yang tidak paham, mereka akan mengabaikan informasi tersebut.
Maka, meskipun PT Indonesia telah menyajikan informasi relevant dan faithful
representation, informasi tersebut kurang berguna bagi mereka yang tidak paham
informasi keuangan.

Third Level: Recognition, Measurement, and Disclosure Concepts

Konsep ini menjelaskan bagaimana perusahaan seharusnya mengakui, mengukur,


dan melaporkan elemen dan kejadian keuangan.

Third Level: Assumptions


Asumsi Dasar

Economic Entity.

Aktifitas Perusahaan terpisah dari dan berbeda dengan aktifitas pemilik dan unit
usaha lainnya. Maka, PT Indonesia mencatat aktifitas keuangannya terpisah dari
para pemilik dan manajernya, serta unit usaha lainnya.

Going Concern

Perusahaan diasumsikan beroperasi cukup lama untuk memenuhi tujuan dan


komitmennya. Asumsi ini memiliki implikasi:

1. Dengan pendekatan likuidasi, Perusahaan seharusnya mencatat nilai


assetnya pada net realizable value (sales price less costs of disposal), dan
bukan pada acquisition cost. Jika perusahaan mengadopsi pengekatan
likuidasi, klasifikasi current/noncurrent assets dan liabilities menjadi
kehilangan maknanya. Justru, penyajian aset dan liabilities berdasarkan
prioritas likuidasinya akan menjadi lebih masuk akal.
2. Kebijakan depresiasi dan amortisasi dapat diterapkan dan layak hanya jika
kita mengasumsikan beberapa sifat permanen pada perusahaan.

Monetary Unit

Asumsi monetary unit berarti bahwa uang merupakan denominator umum dari
aktifitas ekonomi dan memberikan basis untuk pengukuran dan analisis akuntansi.
Maka itu, monetary unit merupakan alat yang paling efektif untuk
mengekspresikan kepada pihak yang berkepentingan terhadap modal dan
pertukaran barang dan jasa. Akuntansi mengabaikan perubahan tingkat harga
(inflation dan deflation) dan mengasumsikan bahwa ukuran unit Rupiah tetap
stabil.
Periodicity

Perusahaan dapat membagi aktifitas ekonominya ke dalam beberapa periode.


Users perlu mengetahui kinerja dan status ekonomi perusahaan, secara regular dan
tepat waktu, sehingga users dapat mengevaluasi dan membandingkan antar
perusahaan, dan mengambil tindakan yang tepat. Oleh karena itu, perusahaan
harus melaporkan informasi secara periodik.
Pertimbangan periodesitas melibatkan trade-off antara relevance dan faithful
representation. Semakin pendek periode pelaporan, maka semakin kurang verified
informasinya (faithful representation), namun semakin real-time informasi yang
disajikan (relevance). Dengan teknologi informasi saat ini, maka masalah trade-off
dapat diminimalkan.

Third Level: Principles

Measurement

Cost / biaya dipertimbangkan sebagai nilai yang faithful representation atas


jumlah yang dibayar untuk item tertentu.
Fair value merupakan “nilai untuk suatu aset dapat dipertukarkan, liabilitas
dapat diselesaikan, atau instrument ekuitas dapat dipertukarkan, antara pihak
yang memiliki pengetahuan, dalam suatu transaksi yang suka rela (the amount for
which an asset could be exchanged, a liability settled, or an equity instrument
granted could be exchanged, between knowledgeable, willing parties in an arm’s
length transaction).”
IASB memperkenankan perusahaan untuk menggunakan fair value sebagai basis
untuk pengukuran financial assets dan financial liabilities.

Third Level: Principles

Revenue Recognition

Revenue diakui ketika terdapat probable bahwa manfaat ekonomi masa depan
akan mengalir ke perusahaan dan nilai revenue dimungkinkan untuk diukur secara
reliable.

Expense Recognition

Arus keluar atau penggunaan assets atau timbulnya liabilities (atau kombinasi
dari keduanya) selama suatu periode, sebagai konsekuensi dari penyerahan atau
produksi goods dan/atau services.
Full Disclosure

Menyajikan informasi yang cukup penting untuk mempengaruhi pertimbangan


dan keputusan dari informed user. Full disclosure disediakan melalui:
Financial Statements
Notes to the Financial Statements
Supplementary information.

Third Level: Constraints

Cost

Biaya untuk menyajikan informasi harus seimbang dengan manfaat yang


diperoleh dari pemanfaatan informasi tersebut.
Contoh:
Biaya penyajian termasuk: biaya pengumpulan dan pemrosesan, penyebarluasan,
audit, potential litigation, pengungkapan ke pihak competitors, dan analisis dan
interprestasi. Manfaat yang diperoleh: kontrol management yang lebih baik dan
akses ke sumber modal, yang menawarkan biaya modal yang rendah.

Industry Practices – Sifat khusus dari beberapa industri dan bisnis kadang-kadang
memerlukan perlakuan khusus dan perlu menyimpang dari teori dasar.
Contoh:
Perusahaan public-utility melaporkan noncurrent assets diurutan atas dalam
Financial Position Report untuk meng-highlight sifat industry yang capital-
intensive. Perusahaan agricultural sering melaporkan panen/crop-nya pada fair
value karena akan terlalu mahal untuk mengukur biaya yang akurat, terkait
individual crops.

Anda mungkin juga menyukai