Anda di halaman 1dari 19

Hujan dan Manfaatnya bagi Tumbuhan Menurut Al-Qur’an dan

Hadits

Dosen Pengampu :

Dr. Ujang Maman, M.Si. / Dr. Iwan Aminudin, S.Hut., M,Si.

Disusun oleh Kelompok 16 (W2) :


1. Ardana Nur Alamsyah (11180920000144)
2. Naeli Choeria (11180920000037)
3. Ridho Amirulloh (11180920000102)
4. Salwa Safira (11180920000094)
5. Wildan Febi Al Habib. R (11180920000042)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

2019
Hujan dan Manfaatnya bagi Tumbuhan Menurut Al-Qur’an dan
Hadits

 Air dan Kehidupan


Tatkala Allah telah menciptakan bumi serta langit dan Dia hendak menciptakan
manusia di atas bumi, Dia terlebih dahulu mencptakan air, yang merupakan sendi
kehidupan manusia dan segenap makhluk hidup di sekitar manusia.

Allah berfirman, “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa


langit dan bumi dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan
bahwa Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa
mereka tidak beriman?” (Al-Anbiya’: 30).

Ayat mulia ini dianggap sebagai salah satu mukjizat ilmiah terbesar dalam Al-
Quran. Sebab, ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk hidup tersusun dari air. Jadi,
sendi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan adalah air. Air adalah satu-
satunya perantara yang mengandung mineral-mineral dan zat-zat makanan yang
dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kalau bukan karena air niscaya tak ada kehidupan di
permukaan bumi. Allah menyebut kata ma’ (air) dalam Al-Quran sebanyak 33 kali
dalam bentuk nakirah dan 16 kali dalam bentuk ma’rifah.

Allah memberikan anugerah kepada orang-orang yang beriman dengan


menurunkan kepada mereka air yang menjadi sendi kehidupan mereka. Dia berfirman,
“Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu; sebagiannya
menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, dan padanya kamu
menggembalakan ternakmu. Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu
tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sungguh,
pada demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang
yang berpikir.” (An-Nahl: 10-11).

Allah pun menyematkan pada air sifat mubarak, banyak memberi berkah. Dia
berfirman, “Dan, dari langit Kami turunkan air yang banyak memberi berkah, lalu
Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat
dipanen.” (Qaf: 9).

Allah menyebutkan bahwa penurunan air dari langit dan penghidupan bumi
setelah sebelumnya tanpa kehidupan adalah suatu bukti dan tanda atas eksistensi Allah
dan keesaan-Nya.

Allah berfirman, "Sesungguhnya, pada penciptaan langit dan bumi, pergantian


malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi
manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu
dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-
macam binatang dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-
orang yang mengerti." (Al-Baqarah: 164).

Allah pun berfirman, "Dan, di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia


memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakukan dan harapan, dan
Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi
setelah mati (kering). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang mengerti." (Ar-Rum: 24).

Allah pun menjelaskan bahwa air merupakan salah satu kenikmatan yang
disediakan di surga dan bahwa para penghuni neraka dihukum dengan embago air. Dia
telah berfirman, "Para penghuni neraka berseru kepada para penghuni surga,
'Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau rezeki apa saja yang telah dikaruniakan
Allah kepadamu.' Para penghuni surga menjawab, 'Sungguh, Allah telah
mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir,' (yaitu) orang-orang yang
menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda-gurau, dan mereka telah tertipu
oleh kehidupan dunia. Maka pada hari ini (Kiamat), Kami melupakan mereka
sebagaimana pula mereka mengingkari ayat-ayat Kami." (Al-A'raf: 50-51).
Sesungguhnya, air adalah salah satu unsur di permukaan bumi yang paling
penting. Buktinya, hujanlah yang menumbuhkan tetumbuhan dan segala hal yang
dimakan oleh manusia. Kalau bukan karena air, niscaya tidak pernah ada kehidupan di
permukaan bumi.

Jumlah debit air hujan yang mengguyur permukaan bumi rata-rata mencapai 16
juta ton air per detik. Fakta ini tentu sangat mengagumkan. Allah telah berfirman,
"Sesungguhnya, Kamilah yang telah mencurahkan air dengan melimpah (dari langit)."
('Abasa: 25).

Dengan asma-Nya yang al-Lathif (Mahalembut), Allah menjadikan jumlah air


yang sangat besar itu berjatuhan ke bumi dalam bentuk rintik-rintik kecil. Seandainya
jumlah air tersebut turun dalam satuan yang lebih besar dan secara terus-menerus, tentu
air hujan akan menghancurkan segala seseuatu yang ada di permukaan bumi.

Sungguh, Allah telah menjadikan air memiliki suatu keistimewaan yang tidak
dimiliki oleh unsur-unsur lain yang ada di permukaan bumi. Hal itu dalam rangka
kelangsungan kehidupan di permukaan bumi.

 Semua Makhluk Hidup Tersusun dari Air

Allah berfirman, “Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari
air.” (Al-Anbiya’: 30).

Ayat tersebut menunjukkan bahwa semua makhluk hidup yang ada di


permukaan bumi tersusun dari air. Namun, kadar air pada tiap-tiap makhluk berbeda-
beda satu sama lain. Jadi, air adalah asal-usul kehidupan. Darinya tercipta tumbuh-
tumbuhan, hewan, dan manusia.

Ayat ini sejalan dengan berbagai penemuan ilmiah kontemporer. Para ahli telah
menyatakan bahwa semua makhluk hidup tersusun dari 80 persen air, 70 persen tubuh
manusia tersusun dari air sehingga manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa air lebih
dari empat hari. Adapaun tumbuh-tumbuhan terbukti makan dari air, bukan dari tanah,
di mana ia mampu tumbuh di air yang jauh dari tanah.

Banyak penyakit yang menyerang mabusia disebabkan oleh kondisi


kekurangan air atau kekeringan. Maka, jika sebagian jaringan tubuh mulai terasa
kering, timbullah gejala-gejala penyakit. Dokter kadang-kadang salah dalam
mendiagnosis kondisi seperti ini. Padahal, obat yang sesungguhnya aras kondisi
demikian adalah minum air. Semua manusia, baik yang sehat maupun yang sakit, harus
meminum air setidaknya dua liter dalam sehari.

Semua fungsi organ tubuh makhluk hidup berhenti seiring dengan


menghilangnya air. Organ-organ itu tidak bisa beraktivitas tanpa air. Jadi, air bukan
hanya unsur pembentuk tubuh, semua aktivitas kehidupam dalam tubuu manusia,
hewan, san tetumbuhan bergantung pada air. Tubuh tidak bisa melakukan aktivitas
kehidupannya tanpa air.

Air adalah tempat pertama diciptakannya kehidupan. Telah terbukti secara


ilmiah bahwa makhluk hidup di laut dan samudra serta sungai lebih dahulu ada jutaan
tahun daripada makhluk hidup yang ada di tempat kering. Sewaktu kehidupan sudah
berkembang pesat di lautan, daratan masih sepi dari jenis kehidupan apa pun. Allah
telah berfirman, "Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan
bumi dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya, dan bahwa
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak
beriman?" (Al-Anbiya': 30).

Ayat di atas menjelaskan bahwa bentuk fisik semua makhluk hidup diciptakan
dari air, bahwa fungsi-fungsi organ penunjang kehidupan tidak bisa bekerja tanpa
adanya air, dan bahwa kehidupan pada awalnya diciptakan di air kemudian di tempat
kering. Ayat di atas merupakan ayat yang teliti dan mengagumkan dalam
membicarakan sutu fakta alam semesta yang baru beberapa tahun belakangan ini
dimengerti oleh para ahli.
Kita tahu bahwa bumi adalah planet yang paling kaya akan air. Para ahli pun
menamainya "planet biru" atau "planet air" karena memiliki banyak air. Para ahli sejak
dahulu kala telah dibuat bingung dengan asal-muasal air yang ada di permukaan bumi
tersebut. Barulah belakangan diketahui bahwa air di permukaan bumi berasal dari perut
bumi.

Al-Quran telah mendahului penemuan tersebut lebih dari 1.400 tahun, di mana
ayat Al-Quran yang mulia telah menyatakan, "Dan setelah itu bumi Dia hamparkan.
Darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditunbuhkan) tumbuh-tumbuhannya." (An-
Nazi'at: 30-31).

Dalam Surah al-Waqi'ah pun Al-Quran berbicara mengenai air. Dia berfirman,
"Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang
menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami
menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin. Lalu mengapa kamu tidak mau
bersyukur?" (Al-Waqi'ah: 68-70).

Jadi, hujan adalah nikmat dan anugerah dari Allah, tak ada yang
menurunkannya selain Dia. Allah berfirman, "Dan tidak ada sesuatu pun, melainkan
dari Kamilah sumbernya; Kami tidak menurunkannya (hujan) melainkan dengan
ukuran tertentu." (Al-Hijr: 21). Ayat ini berbicara tentang turunnya hujan. Allah juga
berfirman, "Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang
menurunkan?" (Al-Waqi'ah: 69).

Kata al-muzn pada ayat di atas berarti awan tebal yang membawa uap air. Akan
tetapi, awan tebal kadang-kadang mandul, tidak menurunkan hujan. Jadi, Allah-lah
yang menganugerahkan kepada kita hujan yang menurunkan air tawar yang
menyegarkan.

 Air yang Dipancarkan Mata Air Berasal dari Hujan

Allah telah berfirman, “Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah


meurunkan air dari langit, lalu diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi,
kemudian dengan air itu ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-macam
warnanya.” (Az-Zumar: 21).

Ayat mulia ini menjelaskan bahwa air yang berasal dari hujan merupakan air
yang sama yang memancar dari mata-mata air. Penemuan ilmiah modern telah
membuktikan bahwa air tanah yang terkandung di dalam perut bumi, ia akan meresap
melalui bebatuan dan tanah menuju lapisan bawah bumi yang ada di perut bumi, lalu
disimpan di ruang-ruang penyimpanan raksasa yang ada di perut bumi. Air itu
kemudian memancar keluar dari bumi dalam bentuk mata-mata air dan menyebabkan
terbentuknya sungai-sungai yang mengalir di antara pegunungan dan perkebunan,
untuk mengairi tetumbuhan dan pepohonan. Kemudian, air tersebut pun jatuh ke laut.

 Manusia Tidak Mampu Menyimpan Air Hujan di Bumi

Allah berfirman, "Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan


(tetumbuhan); dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu
dengan (air) itu, dan tidaklah kamu bisa menyimpannya." (Al-Hijr: 22).

Ayat mulia ini menjelaskan bahwa manusia tidak memiliki kemampuan untuk
menyimpan air hujan dan hanya Allah yang mampu menyimpannya.

Menurut pakar geologi, meskipun sudah terjadi kemajuan yang sangat besar
dalam bidang teknologi modern dan infrastruktur, manusia tetap saja tidak mampu
menyimpan air hujan. Bahkan seandainya semua ahli, insinyur, pekerja, semua sumber
daya, dan semua peralatan modern dikumpulkan, manusia tetap takkan mampu.
Pasalnya, penyimpanan air hujan berlangsung melalui proses penyedotan air oleh tanah
yang dipenuhi dengan pori-pori di permukaan bumi. Setelah itu, air tersebut sampai
pada lapisan bebatuan yang sangat keras. Di atas lapisan bebatuan yang sangat keras
inilah air hujan disimpan.

Apa yang diungkapkan para ahli geologi di atas juga menguatkan bahwa
penemuan-penemuan modern yang mereka hasilkan telah disebutkan oleh Al-Quran
sejak 1.400 tahun yang lalu.
 Air Hujan Terasa Tawar, Bukan Asin

Allah berfirman, “Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum?


Kamukah yang menurunkan dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya
Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin atau pahit. Lalu mengapa kamu
tidak mau bersyukur?” (Al-Waqi’ah: 68-70).

Kata ujajan dalam ayat tersebut berarti asin atau pahit yang tidak bisa diminum.
Air hujan secara alamiah terasa tawar dan merupakan air yang paling bersih.
Seandainya Allah menghendaki untuk menjadikan air hujan terasa asin atau pahit, tentu
Dia sudah melakukannya. Jika bukan karena rahmat dan anugerah Allah, tentu air hujan
akan berubah menjadi asin sehingga tidak bisa dimanfaatkan oleh manusia, hewan, dan
binatang.

Air tawar bergerak dalam ruang lingkup atmosfer. Jika ada zat-zat yang
mencemarinya, baik yang berupa karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen,
maupun zat-zat pencemar yang lain, maka ketika air itu turun dalam bentuk hujan, ia
akan mengalir sekali lagi dalam bentuk hujan asam. Sebab, sebagian besar oksida itu
ketika mengalir di dalam air akan berubah menjadi zat asam yang berdampak terhadap
bebatuan dan makhluk-makhluk hidup. Faktanya, ada banyak pengaruh negatifnya
terhadap manusia. Oleh karena itu, Allah menganugerahkan kepada kita suatu proses
yang alamiah. Anugerah tersebut adalah uap air yang bersumber dari air lautan,
samudra dan daratan, serta melalui proses fotosintesis dan pernapasan tumbuhan. Uap
air itu kemudian naik dan menebal, lalu turunlah air yang bersih tersebut.

Salah satu keajaiban dari bentuk sungai adalah kemiringan bumi yang
menjadikan air sungai mengalir dengan baik. Air sungai dapat mengalir dari mata air
sungai menuju muara, meskipun menempuh jarak ribuan kilometer. Allah SWT
berfirman :
‫ت َجعَ َل فِي َها زَ ْو َجي ِْن اثْنَي ِْن ۖ يُ ْغ ِشي اللَّ ْي َل‬ ً ‫ي َوأ َ ْن َه‬
ِ ‫ارا ۖ َو ِم ْن ُك ِل الث َّ َم َرا‬ َ ‫ض َو َجعَ َل فِي َها َر َوا ِس‬ َ ‫َوه َُو الَّذِي َمدَّ ْاْل َ ْر‬
ٍ ‫ار ۚ إِ َّن فِي َٰذ َلِكَ ََليَا‬
َ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَتَ َف َّك ُرون‬ َ ‫النَّ َه‬

Yang artinya: “Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan
gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-
buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.” (QS Al-Ra'd[13]:3).

Karena air hujan hanya turun pada bulan tertentu dalam satu tahun di hampir
semua daratan, maka Allah SWT menyediakan berbagai macam sarana untuk
menyimpan air hujan sebagai cadangan air dalam kehidupan selama satu tahun. Karena
tidak mungkin bagi semua makhluk hidup untuk tetap hidup tanpa mengonsumsi air
lebih dari satu hari, sebagai wujud kemurahan Allah. Ada banyak sekali sumber air di
setiap jengkal bumi ini, sehingga manusia dan makhluk hidup lainnya menyebar ke
segala penjuru dunia, Allah SWT berfirman :

َ ‫ي بِ ِه بَ ْلدَة ً َمي‬
ُ‫ْتونُ ْس ِقيَه‬ َ ِ‫( ِلنُحْ ي‬48) ‫ورا‬ ً ‫ط ُه‬ َ ‫اء َما ًء‬ ِ ‫س َم‬ َّ ‫ي َرحْ َمتِ ِه َوأَ ْنزَ ْلنَا ِمنَ ال‬
ْ َ‫الريَا َح بُ ْش ًرا بَيْنَ يَد‬
ِ ‫س َل‬ َ ‫َوه َُو الَّذِي أ َ ْر‬
ً ُ‫اس إِ ََّّل ُكف‬
‫ورا‬ ِ َّ‫ص َّر ْفنَاهُ بَ ْي َن ُه ْم ِليَذَّ َّك ُروا فَأ َ َبى أَ ْكثَ ُر الن‬
َ ْ‫( َولَقَد‬49) ‫يرا‬ ً ِ‫ي َكث‬َّ ‫( ِم َّما َخلَ ْقنَا أَ ْنعَا ًما َوأَنَا ِس‬50)

Yang artinya: “Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat
sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang
amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan
agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami,
binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. Dan sesungguhnya Kami telah
mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil
pelajaran (darinya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali
mengingkari (nikmat).” (QS Al-Furqan[25]:48-50).
Ketika Allah memberi kuasa kepada hewan-hewan untuk bergerak mencapai
sumber air dan makanan, dan mengambil kebutuhan mereka, maka Allah telah
mendesain sebuah sistem yang kompleks untuk menyediakan air bagi tumbuhan-
tumbuhan yang tidak dapat bergerak sama sekali. Allah juga telah menyempurnakan
kondisi tanah dengan berbatuan yang ada di bawahnya agar bebatuan tersebut menjaga
air hujan dalam waktu yang lama, sehingga tumbuh-tumbuhan di berbagai tempat dapat
memenuhi kebutuhan air mereka ketika hujan tidak turun.

Selain itu, Allah SWT juga membekali tumbuh-tumbuhan dengan akar yang
mampu menembus kedalaman tanah dan gurun sehingga dapat mencapai tempat
tersedianya air. Allah SWT yang berfirman :

ٍ ‫( فَأ َ ْنشَأْنَا لَ ُك ْم ِب ِه َجنَّا‬18) َ‫ب ِب ِه لَقَاد ُِرون‬


{ ‫ت ِم ْن‬ ٍ ‫ض َو ِإنَّا َعلَى ذَهَا‬ ِ ‫اْلر‬ ْ ‫اء َما ًء ِبقَدَ ٍر فَأ َ ْس َكنَّاهُ فِي‬ ِ ‫س َم‬ ْ َ ‫َوأ‬
َّ ‫نزلنَا ِمنَ ال‬
َ‫يرة ٌ َو ِم ْن َها ت َأ ْ ُكلُون‬ ٍ ‫( ن َِخي ٍل َوأ َ ْعنَا‬19)
َ ‫ب لَ ُك ْم ِفي َها فَ َوا ِكهُ َك ِث‬

Yang artinya: “Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran: lalu Kami
jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya. Lalu dengan air itu Kami tumbuhkan untuk kalian kebun-kebun
kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kalian peroleh buah-buahan yang
banyak dan sebagian dari buah-buahan itu kalian makan.” (QS Al-Mu’minun[23]:18-
19).

Para ahli menguatkan bahwa kehidupan yang tampak di bumi adalah karena
keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki air. Air memiliki susunan zat kimia dan
fisika dengan benda cair lainnya. Para ahli menemukan bahwa air adalah benda cair
yang paling utama, karena merupakan penghantar listrik yang paling cepat,
keistimewaan air ini sangat penting dalam kehidupan. Selanjutnya keistimewaan air
adalah bahwa air memiliki kemampuan untuk mendatangkan sebagian unsurnya,
kemampuannya yang tinggi untuk meresap pada semua benda yang di kenainya,
naiknya temperatur khusus air, dan kejernihannya untuk cahaya, keistimewaan
selanjutnya adalah kemampuannya untuk berubah menjadi uap dan titik beku air yang
lebih kecil dari pada nol derajat Celsius, keistimewaan selanjutnya yaitu kapilaritas dan
hasil dari ketegangan permukaan atas air, selanjutnya bahwa air tidak memiliki rasa
dan juga tidak mengeluarkan aroma.

Peran penting yang dimainkan oleh air dalam kehidupan makhluk hidup dapat
kita temukan ketika kita membandingkan keadaan bumi sebelum dan sesudah turunnya
hujan. Bumi ketika belum turun hujan itu masih gundul dan kering karena tidak adanya
air, tetapi setelah turunnya air hujan bumi menjadi hijau menyala. Allah SWT
berfirman :

‫( يُ ْن ِبتُ لَ ُك ْم بِ ِه‬10) َ‫ش َج ٌر فِي ِه تُسِي ُمون‬ َ ُ‫اء َما ًء لَ ُك ْم ِم ْنهُ ش ََرابٌ َو ِم ْنه‬ َّ ‫ه َُو الَّذِي أَنز َل ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬
َ‫ت إِ َّن فِي ذَلِكَ َليَةً ِلقَ ْو ٍم يَتَ َف َّك ُرون‬
ِ ‫َاب َو ِم ْن ُك ِل الث َّ َم َرا‬
َ ‫الز ْيتُونَ َوالنَّ ِخي َل َواْل ْعن‬ َّ ‫ع َو‬ َّ (11)
َ ‫الز ْر‬

Yang artinya: “Dialah Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kalian,
sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan,
yang pada (tempat tumbuhnya) kalian menggembalakan ternak kalian. Dia
menumbuhkan bagi kalian dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma,
anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS Al-Nahl
[16]:10-11).

 Sifat-sifat air hujan

Air hujan bisa mengangkat segala kotoran yang ada pada kulit manusia, jauh lebih
baik dari pada air biasa. Dengan kata lain thaharah yang berarti menghilangkan
berbagai macam kotoran dan najis. Al-Ma’ Al-furat, yaitu bahwa air hujan dapat
memperbarui organ-organ di dalam tubuh dengan kemampuan yang lebih baik dari
pada air biasa. Dalam hal ini Allah SWT berfirman :

‫ط َعلَ َٰى‬
َ ِ‫ان َو ِليَ ْرب‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬ َ ‫ط ِه َر ُك ْم ِب ِه َويُذْه‬
َّ ‫ِب َع ْن ُك ْم ِرجْ زَ ال‬ َ ُ‫اء َما ًء ِلي‬ َّ ‫اس أ َ َمنَةً ِم ْنهُ َويُن َِز ُل َعلَ ْي ُك ْم ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬ َ َ‫إِذْ يُغَشِي ُك ُم النُّع‬
َ َ‫قُلُوبِ ُك ْم َويُثَبِتَ بِ ِه ْاْل َ ْقد‬
‫ام‬
Yang artinya: “(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu
penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit
untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-
gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya
telapak kaki(mu).” (QS Al-anfal [8]: 11).

Al-Ma' Al-ujaj, Allah SWT berfirman :

ً‫ط ِريًّا َوت َ ْست َْخ ِرجُونَ ِح ْليَة‬ َ ‫سائِ ٌغ ش ََرابُهُ َو َهذَا ِم ْل ٌح أ ُ َجا ٌج َو ِم ْن ُك ٍل ت َأ ْ ُكلُونَ لَحْ ًما‬ ِ ‫َو َما يَ ْست َ ِوي ْالبَحْ َر‬
َ ٌ‫ان َهذَا َعذْبٌ فُ َرات‬
َ‫ض ِل ِه َولَعَلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون‬ ِ ‫سو َن َها َوت ََرى ْالفُ ْلكَ فِي ِه َم َو‬
ْ َ‫اخ َر ِلت َ ْبتَغُوا ِم ْن ف‬ ُ َ‫ت َْلب‬

Yang artinya: “Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap
diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat
memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat
kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar
membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.”
(QS Fathir [35] :12).

Sebagaimana kita ketahui bahwa air sungai memiliki rasa tawar, dan air laut
asin. Sebenarnya, air tawar juga mengandung sejumlah kadar garam, tetapi kita tidak
merasakannya, dengan kata lain kadar garamnya hanya sedikit sekali.

 Bukti keistimewaan Al-Qur'an

Salah satu bukti keistimewaan Al-Quran memiliki keistimewaan di bandingkan


dengan kitab lainnya dalam hal air. Al-Qur'an adalah kitab pertama yang menjelaskan
mengenai kemampuan air hujan dalam membersihkan segala hal.

Ternyata, tentang hujan, Al-Qur’an telah menyinggungnya sejak 14 abad yang


lalu, ketika proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang
dalam waktu yang lama.
Al-Qur’an mengungkap, pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap;
bahan baku hujan naik ke udara melalui angin, lalu awan itu terbentuk dan digerakkan
angin, hingga akhirnya curahan hujan terlihat.

َّ ‫الريَا َح ي ُْر ِس ُل الَّذِي‬


ُ‫ّللا‬ ِ ‫ير‬ ُ ِ‫س َحابًا فَتُث‬َ ُ ‫طه‬ ُ ‫س‬
ُ ‫اء فِي فَيَ ْب‬ِ ‫س َم‬
َّ ‫ْف ال‬ َ ‫ِخ ََل ِل ِه ِم ْن يَ ْخ ُر ُج ْال َودْقَ فَت ََرى ِك‬
َ ‫سفًا َويَجْ عَلُهُ يَشَا ُء َكي‬
‫اب فَإِذَا‬
َ ‫ص‬َ َ ‫يَ ْست َ ْبش ُِرونَ ُه ْم إِذَا ِعبَا ِد ِه ِم ْن يَشَا ُء َم ْن بِ ِه أ‬

“Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka,
apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba
mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum: 48).

Penjelasan lebih rincinya, dipaparkan sebagai berikut:

َّ ‫)الر َيا َح ي ُْر ِس ُل الَّذِي‬


1. Tahap pertama, (ُ‫ّللا‬ ِ “Dialah Allah Yang mengirimkan angin…”

Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan


pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air
tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut
oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfer. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol,
membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari
laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”.

ُ ِ‫س َحابًا فَتُث‬


2. Tahap kedua, (‫ير‬ ُ ‫س‬
َ ُ ‫طه‬ ُ ‫اء فِي فَيَ ْب‬
ِ ‫س َم‬ َ ‫سفًا َويَجْ عَلُهُ يَشَا ُء َكي‬
َّ ‫ْف ال‬ َ ‫…“ ) ِك‬lalu angin itu
menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang
dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”

Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam
atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan
diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan
terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
3. Tahap ketiga, (‫)خ ََل ِل ِه ِم ْن يَ ْخ ُر ُج ْال َودْقَ فَت ََرى‬
ِ “…lalu kamu lihat air hujan keluar dari
celah-celahnya…”

Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu
mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat
daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an.


Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana
fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan
penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan
fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu
pengetahuan.

 Turunnya Hujan Sesuai Kadar

Fakta lain yang diberikan dalam Al Qur’an mengenai hujan adalah bahwa hujan
diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah
ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta
ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun.

Air sebanyak 505,000 kubik kilometer (121,000 cu mi) jatuh sebagai hujan
setiap tahunnya di seluruh dunia. Air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang
seimbang menurut “ukuran atau kadar” tertentu. Mengenai kadar hujan, telah
disampaikan dalam firman Allah Ta’ala:

َ ‫وم ِبقَدَ ٍر ِإ ََّّل نُن َِزلُهُ َو َما خَزَ ائِنُهُ ِع ْندَنَا ِإ ََّّل‬
‫ش ْيءٍ ِم ْن َو ِإ ْن‬ ٍ ُ‫َم ْعل‬

Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami
tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (QS. Al-Hijr: 21).

Dalam ayat yang lainnya disebutkan,

‫اء ِمنَ ن ََّز َل َوالَّذِي‬ َّ ‫ت ُ ْخ َرجُونَ َكذَلِكَ َم ْيتًا َب ْلدَة ً ِب ِه فَأ َ ْنش َْرنَا ِبقَدَ ٍر َما ًء ال‬
ِ ‫س َم‬
“Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami
hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari
dalam kubur).” (QS. Az Zukhruf: 11).

Perhatikan penjelasan Al-Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas.

‫زياد أبي بن يزيد قال‬، ‫جحيفة أبي عن‬، ‫هللا عبد عن‬: ‫عام من بأمطر عام من ما‬، ‫( شاء حيث يقسمه هللا ولكن‬2)
َ ‫وم ِبقَدَ ٍر ِإَّل نُنزلُهُ َو َما خَزَ ا ِئنُهُ ِع ْندَنَا ِإَّل‬
‫هاهنا عا ًما‬، ‫هاهنا وعا ًما‬. ‫قرأ ثم‬: { ‫ش ْيءٍ ِم ْن َو ِإ ْن‬ ٍ ُ‫جرير ابن رواه } َم ْعل‬

Yazin bin Abu Ziyad meriwayatkan dari Abu Juhaifah, dari ‘Abdullah, bahwa tidak
ada tahun yang lebih banyak hujannya daripada tahun yang lain, tetapi Allah
membaginya sesuai dengan kehendak-Nya, satu tahun hujan turun di sini dan satu
tahun di sana. Kemudian membaca ayat: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada
sisi Kami-lah khazanahnya; “dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan
ukuran yang tertentu.” Diriwiyatkan oleh Ibnu Jarir.

َ ‫ ُه‬، ‫سالم بن إسماعيل أخبرنا‬، ‫عت َ ْيبَة بن الحكم عن‬


‫أيضا وقال‬: ‫القاسم حدثنا‬، ‫شيْم حدثنا الحسن حدثنا‬ ُ ‫قوله في‬: {
‫وم بِقَدَ ٍر إَِّل نُنزلُهُ َو َما‬
ٍ ُ‫قال } َم ْعل‬: ‫مطرا بأكثر عام ما‬
ً ‫أقل وَّل عام من‬، ‫كان وربما آخرون ويحرم قوم يُمطر ولكنه‬
‫البحر في‬.

Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah
menceritakan kepada kami Al Hasan, telah menceritakan kepada kami Hutsaim, telah
mengabarkan kepada kami Ismail ibnu Salim, dari Al-Hakam ibnu Uyainah
sehubungan dengan makna firman Allah Ta’ala, “Dan Kami tidak menurunkannya
melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (QS. Al-Hijr: 21). Bahwa tiada satu tahun
pun yang lebih banyak hujannya daripada tahun yang lain, tidak pula kurang; tetapi
sautu kaum diberi hujan, sedangkan kaum yang lain tidak diberi, berikut semua hewan
yang ada di laut.

 Hujan Buatan

Allah berfirman, "Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum?


Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?
Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin atau pahit. Lalu
mengapa kamu tidak mau bersyukur?" (Al-Waqi'ah: 68-70).

Kata muzn pasa ayat tersebut adalah mendung. Ungkapan "ataukah Kami yang
menurunkan?" pada ayat di atas merupakan isyarat yanv jelas bahwa hanya Allah yang
mampu menurunkan hujan.

Air hujan pada mulanya terasa asin, yaitu saat masih menjadi air laut. Zat
penyebab asin telah dihilangkan melalui suatu siklus daur ulang yang diciptakan Allah,
di mana air laut menguap sebagai akibat dari panasnya sinar matahari, kemudian uap
air itu diubah menjadi air tawar yang terasa tawar.

Para ilmuwan modern memang telah berhasil membuat hujan buatan, tetapi
mereka tidak mampu membuat awan buatan. Untuk membuat hujan buatan tersebut,
mereka menggunakan pesawat untuk menyemprotkan debu untuk mempercepat awan
menjatuhkan air hujan, atau menyemprotkan air pada lapisan bawah awan atau di
lapisan atasnya. Mereka tidak bisa membuat awan hujan karena awan harus mencapai
kondisi kematangan tertentu sehingga ia bisa menjatuhkan air hujan. Selain itu,
teknologi modern pun tidak mampu melepaskan uap air ke udara dan
menyampaikannya pada awan agar hujan bisa turun.

Semua fakta di atas semakin menguatkan betapa besar kekuasaan Allah dalam
mengatur alam jagat raya ini, juga menguatkan betapa lemahnya manusia dalam
persoalan ini, dan bahwa penemuan-penemuan yang telah dicapai oleh ilmu
pengetahuan modern telah disebutkan oleh Al-Quran sejak 1.400 tahun yang lalu.

 Manfaat Hujan Untuk Tumbuhan

‫ض َوت ََرى‬ ِ ‫ت ْال َم ۤا َء َعلَ ْي َها اَ ْنزَ ْلنَا فَ ِاذَا ه‬


َ ‫َامدَة ً ْاَّلَ ْر‬ ْ ‫ت ا ْهت ََّز‬ ْ ‫( بَ ِهيْجٍ زَ ْو ْۢجٍ ُك ِل ِم ْن َواَ ْۢ ْن َبت‬QS. Al-Hajj: 5)
ْ َ‫َت َو َرب‬

“Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di
atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis
pasangan (tetumbuhan) yang indah”.

Keajaiban Ilmiah Ayat:


Ayat itu menyebutkan bahwa ada tanah yang kering, mati, dan diam yang
engkau lihat. Diatas tanah itu tidak satu benda pun yang bergerak. Ia hanya dihuni oleh
benda mati, yang tidak mendapat air, yakni bakteri, jamur, ganggang, biji tanaman,
pokok kayu, bawang-bawangan, umbi-umbian, larva, dan telur serangga.semua itu
adalah makhluk yang hidup di bawah permukaan tanah dengan berdiam diri, tidak
bergerak, dengan ukuran sangat kecil, menghuni tempat yang sangat sempit yang
dialami oleh makhluk hidup. Hal itu dialami bahkan oleh partikel-pertikel tanah. Bumi
“Bergerak” dengan tenang, seakan diam seperti suasana di pekuburan.

Proses penggemburan partikel-partikel tanah pun berlangsung. Proses ini


diperkenalkan pertama kali oleh ilmuwan inggris, Brown, pada tahun 1827 M, yang
menemukan bahwa ketika air hujan jatuh ke tanah, menyebabkan tanah itu gembur,
sehingga butiran-butiran tanah pun menjadi subur. Ukuran terbesar dari butiran tanah
adalah tiga milimeter. Setiap butiran tanah terdiri dari berbagai kandungan mineral
yang berbeda-beda, yang tersusun bertingkat-tingkat satu sama lain. Ketika hujan
turun, terkandung muatan listrik yang berbeda dari satu mineral ke mineral lainnya
pada masing-masing butiran, karena perbedaan mineral yang dikandungnya pertikel
tanah bergerak saling menjauh karena perbedaan muatan listrik, sehingga butiran tanah
pun bergetar. Akhirnya, proses ini menyebabkan air dapat meresap dengan mudah
diantara lapisan mineral, lalu lapisan itu pun terangkat ke permukaan tanah. Seluruh
proses yang rumit itulah yang menyebabkan permukaan tanah bergetar.

 Ketakutan dan Hujan

Para dokter menjelaskan bahwa ketika seseorang dirundung ketakutan, darah akan
mengeluarkan semacam enzim tertentu yang bisa menggetarkan ujung-ujung anggota
tubuh hingga tidak stabil. Diantara cara untuk menenangkan enzim tersebut adalah
menyiram orangnya dengan air. Turunnya air hujan adalah salah satu faktor materialis
yang dibuat Allah ‘Azza Wa Jalla sebagai cara untuk menenangkan hamba-hamba Nya.
Dengan begitu, aura ketakutan yang terdapat pada diri mereka. Hal itu karena apalabila
pasir itu basah, ia akan semakin kuat dan orang yang lewat bisa berjalan dengan mudah,
tenang, dan terjaga dengan tenang tanpa beban.

“Sungguh, telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang berhadap-hadapan.
Satu golongan berperang di jalan Allah dan yang lain (golongan) kafir yang melihat
dengan mata kepala, bahwa mereka (golongan Muslim) dua kali lipat mereka. Allah
menguatkan dengan pertolongan-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki. Sungguh, pada
yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan
(mata hati)” (QS. Ali Imran [3] 13).
DAFTAR PUSTAKA

An-najjar, Zaglul., Kahil, Dahim. 2012. Ensiklopedia Mukjizat Ilmiah Al-Quran Dan
Hadis. Jakarta: Lentera Abadi

Thayyarah, Nadiah. 2013. Buku Pintar Sains dalam Al-Quran. Jakarta: Zaman

Thalbah, Hisham. 2009. Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadits Jilid 3. Bandung:
Sapta Sentosa

Yahya, Harun. 2009. Ensiklopedia Mukjizat Al-Quran dan Hadis Jilid 6. Bandung:
Sapta Sentosa

Anda mungkin juga menyukai