Anda di halaman 1dari 104

i

FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIABETIC ULCER


PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
DI RSUD AJIBARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Mencapai Derajat Sarjana

Oleh :

TATIK WAHYU ISTIKOMAH


1411020069

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADDIYAH PURWOKERTO
2018

i
ii
iii
iv
v

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Dengan rasa syukur yang tidak terhingga saya ucapkan

Alhamdulilahi robillalamin kepada Allah SWT. Karena dengan ridhoNya

akhirnya saya dapat menyelesaikan karya kecil ini”

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibuku tercinta

2. Kakak dan adikku tersayang


vi

MOTTO

Hidup ini sangat pendek, esok kita hanya akan menjadi kenangan
kematianpun takakan meminta ijin maka tersenyumlah

Maafkanlah orang yang pernah membuat senyumu meredup

Barang siapa yang bersungguh-sungguh berjalan pada jalannya


maka ia akan sampai pada tujuannya
vii

FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIABETIK ULCER


PADA PASIEN DIABETES MELITUS
DI RSUD AJIBARANG
1Tatik Wahyu Istikomah, 2Agus Santosa

ABSTRAK

Latar Belakang Masalah: Penderita Diabetes mellitus berisiko 29 X terjadi


komplikasi ulkus diabetik. Ulkus diabetik mudah berkembang menjadi infeksi
karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi
tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman, sehingga apabila dibiarkan terus
menerus akan menyebabkan amputasi atau kecacatan fisik bahkan kematian.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan penderita penyakit Diabetes Melitus
mengalami Diabetic Ulcer diabetik seperti: Durasi lama menderita Diabetes
Melitus, Usia, Indeks massa tubuh, jenis kelamin, kadar gula darah dan tekanan
darah.
Tujuan: Untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (P3K) Terhadap Tingkat Pengetahuan Anggota Disaster
Nursing Care (DNC) Emergency Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Metode: Jenis penelitian ini adalah observasi analitik, dengan desain case control.
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling dengan
jumlah sampel 120 responden dan sampel yang sesuai dengan criteria inklusi dan
eksklusi
Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa faktor umur, tekanan darah
sistolik dan diastolic, dan IMT tidak berpengaruh signifikan terhadap kejadian
ulcer diabetic, dengan p value (menggunakan Chi Square) > (α = 0,05). Variabel
jenis kelamin, durasi DM, dan gula darah yang berpengaruh signifikan terhadap
kejadian ulcer diabetic, dengan nilai p value (menggunakan Chi Square) < (α =
0,05).
Kesimpulan: Durasi DM merupakan faktor yang paling dominan terhadap
kejadian ulcer diabetic pada pasien diabetes mellitus di RSUD Ajibarang.

Kata Kunci: Resiko, Ulkus, Diabetes

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
viii

RISK FACTORS OF DIABETIC ULCER


ON DIABETES MELLITUS PATIENTS IN RSUD
(REGIONAL PUBLIC HOSPITAL) AJIBARANG
1Tatik Wahyu Istikomah, 2Agus Santosa

ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus patient has 29 times more possibility of having


diabetic ulcer complication. Diabetic ulcer easily develops into infection due to
germs or bacteria and high blood sugar where it can be a good place for germs to
grow in which it may cause amputation or physical disability or even death. There
are many factors that cause diabetic ulcer such as: having diabetes mellitus for
such a long period of time, age, body mass index, gender, blood sugar level, and
blood pressure.
Objectives: To find out the risk factors of diabetic ulcer on diabetes mellitus
patients in RSUD (Regional Public Hospital) Ajibarang.
Method: This was an analytical observation research with case control design.
There were 120 respondents taken using consecutive sampling in this research
which were based on inclusion and exclusion criteria.
Result: The results showed that the factor of age, systolic and diastolic blood
pressure, and Body Mass Index had no significant effects toward diabetic ulcer,
with p value (using Chi Square) &gt; (&alpha; = 0.05). Meanwhile, the variable of
gender, time period of having diabetes mellitus, and blood sugar had significant
effects toward diabetic ulcer with p value (using Chi Square) &lt; (&alpha; =
0.05).
Conclusion: The time period of having diabetes mellitus was the most dominant
factor of diabetic ulcer on diabetes mellitus patients at the hospital.

Keywords: Risk, Ulcer, Diabetes

1Student of Nursing Study Program S1 Faculty of Health Sciences University of


Muhammadiyah Purwokerto
2Lecturer of Nursing Faculty of Health Sciences University of Muhammadiyah
Purwokerto
ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor Resiko

Terjadinya Diabetic Ulcer Pada Penderita Diabetes Melitusdi di RSUD

Ajibarang”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

yang setulus-tulusnya kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

2. Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke

zaman islamiyah.

3. Kedua orang tuaku, kaka, dan adiku yang tersayang, terima kasih atas do’a

dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

4. Dr. H. Syamsuhadi Irsyad, S.H., M.H selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

5. Drs. H. Ikhsan Mujahid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah menyetujui penulisan

proposal skripsi ini.

6. Ns. Sri Suparti, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Progam Studi Ilmu

Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

7. Ns Agus Santosa, S.Kep., M.Kep., selaku dosen pembimbing skripsi saya.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah


x

Purwokerto yang telah berkenan memberikan ilmunya.

9. Kepala Tata Usaha Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto yang telah banyak membantu proses administrasi penelitian.

10. Teman-teman semua yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu,

11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan yang diberikan mendapat balasan dan diridhoi

Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena

memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata

semoga skripsi ini berguna bagi semua orang.

Purwokerto, Mei 2018

Penulis
xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ......................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ...................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... v

MOTTO ................................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................. vii

ABSTRACT ........................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

E. Penelitian Terkait ........................................................................ 8


xii

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 11

A. Diabetes Melitus ........................................................................ 11

1. Pengertian .............................................................................. 11

2. Faktor Resiko Ulkus Diabetik ............................................... 11

B. Kerangka Teori ......................................................................... 16

C. Kerangka Konsep ...................................................................... 17

D. Hipotesis Penelitian ................................................................... 17

BAB III : METODE PENELITIAN ................................................... 18

A. Desain Penelitian ......................................................................... 18

B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 19

C. Populasi dan Sampel ................................................................... 19

D. Variabel Penelitian ..................................................................... 21

E. Definisi Operasional ................................................................... 21

F. Instrumen Penelitian ................................................................... 22

G. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 22

H. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 22

I. Prosedur Penelitian...................................................................... 24

J. Etika Penelitian .......................................................................... 25

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 28

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 28

B. Pembahasan ................................................................................. 34

C. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 50


xiii

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 51

A. Kesimpulan ................................................................................. 51

B. Saran ............................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................. 21

Tabel 4.1 Karakteristik Responden terjadinya ulcer diabetic


pada pasien Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang................................. 28

Tabel 4.2 Faktor resiko terjadinya ulcer diabetic pada pasien Diabetes

Melitus di RSUD Ajibarang .................................................................... 30

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Faktor Dominan Terjadinya Ulcer

Diabetic Pada Pasien Diabetes Melitus Di RSUD Ajibarang ................. 33


xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori .................................................................... 16

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ................................................................ 17

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian .......................................................... 18


xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar observasi

Lampiran 2 : Surat Ijin Penelitian dari KESBANGPOL

Lampiran 3 : Surat ijin penelitian dari BAPEDA

Lampiran 4 : Jawaban permoonan ijin penelitian dari RSUD Ajibarang

Lampiran 5 : Hasil Penelitian

Lampiran 6 : Lembar persetujuan perbaikan ujian proposal

Lampiran 7 : Surat balasan penelitian dari RSUD Ajibarang

Lampiran 8 : Output SPSS

Lampiran 9 : Persetujuan untuk ujian skripsi / tugas akhir / kerja praktek

Lampiran 10 : Lembar persetujuan perbaikan skripsi

Lampiran 11 : Foto penelitian


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat

peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti.

Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-

kota besar menyebabkan peningkatkan prevalensi penyakit degenaratif, seperti

penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, danlain-lain.

Tetapi data epidemiologi di negara-negara berkembang memang masih belum

banyak. Hal ini disebabkan penelitian epidemiologik sangat mahal biayanya. Oleh

karena itu, angka prevalensi dapat ditelusuri terutama berasal dari negara maju

(Suyono, 2007)

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan

dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ

tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (Setiati S, 2013).

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya, bersifat kronik dan disertai komplikasi kronik ataupun akut

(Sudoyo, 2007).

1
2

Estimasi terakhir International Diabetes Federation (IDF), terdapat 382 juta orang

yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah

tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari

382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum

terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanda

disadari dan tanpa pencegahan (Kemenkes RI, 2014).

Bebagai penelitian epidemologi di Indonesia yang dilakukan oleh pusat-pusat

diabetes, sekitar tahun 1980-an pevalensi diabetes pada penduduk usia 15 tahun

ke atas sebesar 1,5-2,3 % dengan prevalensi di daerah rural atau pedesaan lebih

rendah dibanding perkotaan. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001

mendapatkan prevalensi diabetes melitus pada penduduk usia 25-64 tahun di Jawa

dan Bali sebesar 7,5 % dan pada tahun 2013 prevalensi penderita diabetes melitus

di Indonesia sebesar 6,9%.(Kemenkes RI, 2014).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 melakukan wawancara

untuk menghitung proporsi diabetes melitus pada usia 15 tahun le atas.

Didefinisikan sebagai diabetes melitus jika pernah didiagnosis menderita kencing

manis oleh dokter atau belum pernah didiagnosis kencing manis oleh dokter tetapi

dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang

air kecil dengan jumlah banyak dan berat badan turun (Kemenkes RI, 2014).

Individu tidak menyadari adanya gejala penyakit Diabetes Melitus (DM) pada

awal perjalanan penyakitnya, tetapi individu tersebut mulai merasakan gejala saat

sudah terjadi komplikasi. Komplikasi penyakit DM ini dapat bersifat akut atau

kronis, makrovaskuler ataupun mikrovaskuler. Sebanyak 1785 penderita DM di


3

Indonesia yang mengalami komplikasi: 16% penderita DM mengalami komplikasi

makrovaskuler, 27,6% komplikasi mikrovaskuler, 63,5% mengalami neuropati,

42% retinopati diabetes, dan 7,3% nefropati (Soewondo dkk, 2010). Angka

kejadian ulkus kaki sekitar 15% dari penderita DM. Walaupun angka kejadian

kecil terjadi gangguan padakaki, akan tetapi mempunyai dampak besar (Heitzman,

2010)

Menurut profil dinas kesehatan jawa tengah (2013), penyakit Diabetes Mellitus

berada pada urutan kedua dari lima penyakit tidak menular dengan prevalensi

14,24%. Jumlah kasus Diabetes Melitus tergantung insulin di Provinsi Jawa

Tengah pada tahun 2013 sebesar 9.376 kasus, lebih rendah dibanding tahun 2012

(19.493). Kasus tertinggi di Kabupaten Brebes dan Kota Semarang (1.095 kasus).

Sedangkan Jumlah kasus DM tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan DM

tipe II, mengalami penurunan dari 181.543 kasus menjadi 142.925 kasus. Kasus

DM tidak tergantung insulin tertinggi di Kota Surakarta (22.534 kasus).

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Purbalingga tahun 2014 terdapat 2.171

jiwa yang menderita DM dari jumlah penduduk 881.831 jiwa.(Dinkes Jateng,

2013)

Menurut laporan United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS)

Komplikasi kronis paling utama dari Diabetes Melitus adalah

penyakitKardiovaskuler dan Stroke, Diabetic diabetic ulcer, Retinopati, serta

Nefropati Diabetic. Dengan demikian sebetulnya kematian pada Diabetes terjadi

tidak secara langsung akibat hiperglikemia, melainkan berhubungan dengan

komplikasi yang terjadi. Apabila dibandingkan dengan orang normal, maka


4

penderita DM 5 kali lebih besar untuk timbul gangren, 17 kali lebih besar untuk

menderita kelainan ginjal dan 25 kali lebih besar untuk terjadinya kebutaan. Kadar

gula darah yang tinggi dan terus menerus dapat menyebabkan suatu keadaan

gangguan pada berbagai organ tubuh. Akibat keracunan yang menetap ini, timbul

perubahan-perubahan pada organ-organ tubuh sehingga timbul berbagai

komplikasi. Jadi, komplikasi umumnya timbul pada semua penderita baik dalam

derajat ringan atau berat setelah penyakit berjalan 10-15 tahun (Tandra, 2009).

Diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik dan berlangsung lama akan

mengakibatkan timbulnya komplikasi kronis. Semua organ tubuh mudah terkena,

mulai dari rambut, mata, paru, jantung, hati, ginjal, pencernaan, saraf, kulit,

sampai padaluka borok di kaki dan stroke. Gambaran komplikasi menahun dari

Diabetes Melitus yang tersering ditemukan adalah neuropati perifer yang

jumlahnya berkisar antara 10%-60% dari jumlah pasien Diabetes Melitus. Akibat

dari neuropati perifer ini adalah timbulnya ulkus (Suyono, 2007).

Penderita Diabetes mellitus berisiko 29X terjadi komplikasi ulkus

diabetik. Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang

disebabkan adanya makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan

neuropati. Ulkus diabetik mudah berkembang menjadi infeksi karena masuknya

kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang

strategis untuk pertumbuhan kuman (Riyanto, 2007).

Ulkus diabetik adalah adanya tukak, borok atau kerusakan jaringan dalam

berhubungan dengan kelainan saraf dan pembuluh darah yang diakibatkan oleh

DM pada tungkai bawah pasien DM. Masalah yang timbul pada penderita ulkus
5

diabetes ini diakibatkan oleh gangguan atau kerusakan pada saraf, gangguan atau

kerusakan pada pembuluh darah, dan infeksi (Thoha, 2006).

Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada

penyandang diabetes setiap tahunnya. Iniberarti, setiap 30 detik ada kasus

amputasi kaki diabetes di seluruh dunia (Purwanti, 2013). Kasus ulkus dan

gangrene diabetic merupakan kasus yang paling banyak dirawat di rumah sakit.

Angka kematian akibat ulkus dan gangrene berkisar17-23%, sedangkan angka

amputasi berkisar15-30%. Sementara angka kematian 1 tahun pasca amputasi

sebesar 14,8%. Jumlah itu meningkat pada tahun ketiga menjadi 37%. Rata-rata

umur pasien hanya 23,8 bulan pasca amputasi (PdPersi, 2011).

Amputasi tungkai bawah paling banyak karena luka kaki diabetes, jumlah

penderita Diabetes Melitus dengan luka kaki terus meningkat dan resiko 15-16

kali lebih besar untuk amputasi. Deteksi dini dan penanganan yang tepat pada

luka dapat mencegah 85 % amputasi. Observasi yang dilihat selama ini bahwa

penyakit Diabetes Melitus terus mengalami peningkatan jumlah penderita dari

tahun ketahun, kemudian pada sebagian besar kasus Diabetes Melitus disertai

dengan timbulnya luka pada kaki. Kebanyakan pada penderita Diabetes Melitus

yang mengalami luka jika tidak dilakukan perawatan luka dengan baik dan benar,

sehingga meningkatkan kasus amputasi bahkan kematian (Yunus, 2015).

Banyak faktor yang dapat menyebabkan penderita penyakit Diabetes Melitus

mengalami Diabetic Diabetic ulcerseperti: Durasi lama menderita Diabetes

Melitus, Usia, Merokok, Indeks massa tubuh, jenis kelamin, kadar gula darahdan

tekanan darah.
6

Hasil penelitian Brennan (2016), menunjukan ada hubungan antara umur dan jenis

kelamin dengan kejadian ulkus diabetikum. Penelitian lain yang dilakukan oleh

(Deribe, 2014), menyebutkan faktor indeks massa tubuh berperan dalam

mempercepat kejadian ulkus diabetik. Kemudian faktor merokok, durasi terkena

diabetes dan kadar glukosa darah memiliki hubungan yang signifikan terhadap

terjadinya ulkus diabetikum (Sanaa, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti

(2008), menunjukan faktor tekanan darah memiliki andil dalam kejadian ulkus

diabetikum.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di rekam medic RSUD Ajibarang

menunjukan angka kejadian pada tahun 2017, terdapat pasien yang menderita

diabetes mellitus tanpa ulkus sejumlah 132 dengan diabetes mellitus tipe 1, tipe 2

dan tipe lainnya yang menjalani rawat jalan sebanyak 102 pasien dan rawat inap

sebanyak 30 pasien. Sebanyak 60 pasien yang menderita diabetes mellitus dengan

ulkus yang menjalani rawat inap sebanyak 36 pasien dan 24 pasien yang

menjalani rawat jalan.

Berdasarkan latar belakang diata peneliti tertarik untuk meneliti tentang” faktor

resiko terjadinya diabetik ulcer pada penderita Diabetes Melitus di RSUD

Ajibarang”.

B. Rumusan Masalah

Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembangakibat

peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan akhir-akhir ini banyakdisoroti.

Individu tidak menyadari adanya gejala penyakit Diabetes Melitus (DM) pada

awalperjalanan penyakitnya, tetapi individu tersebut mulai merasakan gejala saat


7

sudah terjadikomplikasi. salah satu komplikasi kronik Diabetes Melitus yang

paling ditakuti oleh para penderita Diabetes Melitus karena dapat mengakibatkan

terjadinya cacat bahkan kematian. Banyak faktor yang dapat menyebabkan

penderita penyakit Diabetes Melitus mengalami Diabetic Diabetic ulcerseperti:

Durasi lama menderita Diabetes Melitus, Usia, Merokok, Indeks massa tubuh,

jenis kelamin, kadar gula darah, dan tekanan darah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah dari

penelitian ini, yaitu: “Faktor resiko apa sajakah yang menyebabkan terjadinya

diabetic ulcer pada pasien Diabetes Melitusdi RSUD Ajibarang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui Faktor resiko terjadinya diabetik ulcerpada pasien Diabetes Melitusdi

RSUD Ajibarang.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden seperti: usia, jenis

kelaindurasi waktu, indeks massa tubuh, kadar gula darah dan tekanan

darah.

b. Mengidentifikasi faktor resiko terjadinya diabetic ulcer pada pasien

Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang.

c. Mengidentifikasi faktor yang paling dominan terjadinya diabetic ulcer

pada pasien Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti
8

Untuk mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah dalam upaya promotif,

preventif, dan menambah reverensi penelitian dengan cara mengetahui faktor

resiko terjadinya diabetic ulcer pada pasien Diabetes Melitus di RSUD

Ajibarang.”

2. Bagi institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan keperawatan medikal

bedah tentang “faktor resiko terjadinya diabetic ulcer pada pasien Diabetes

Melitus di RSUD Ajibarang.”

3. Bagi responden

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk responden

khususnya yang menderita penyakit Diabetes Melitus disertai ulkus diabetes

dalam mencegah tingkat keparahan dan mempercepat penyembuhan pada luka

diabetes dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko yang dapat

terjadinya diabetic ulcer.

4. Bagi perawat

Penelitian ini bermanfaat untuk pelayanan kesehatan terutama perawat untuk

lebih menekankan tidak hanya pada tindakan preventif namun juga pada tindakan

promotif untuk mempercepat penyembuhan ulkus diabetes.

E. Penelitian Terkait
9

1. Brennan et al (2016), yang meneliti tentang “Diabetic Foot Ulcer

Severity Predicts Mortality Among Veterans With Type 2 Diabetes.

Penelitian ini menggunakan populasi yang berkembang adalah Kejadian

ulkus kaki diabetik antara 1 Januari 2006 dan 1 September 2010, diikuti

sampai kematian atau akhir masa studi. Ulkus ditandai sebagai tahap

awal, osteomielitis, atau gangren saat presentasi Cox proportional hazard

regression mengidentifikasi prediktor independen terhadap kematian,

pengendalian untuk komorbiditas, parameter laboratorium, dan

pemanfaatan layanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan faktor

usia (p=0,0001), dan jebis kelamin (p=0,0001) merupakan faktor yang

berhubungan dengan ulkus diabetik.

Persamaan penelitian diatas dengan penulis adalah sama-sama meneliti tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan ulkus diabetik. Perbedaan penelitian

diatas dengan peneliti adalah pada metode yang digunakan. Penelitian diatas

menggunakan metode retrospektif dengan kohort, sedangkan peneliti

menggunakan metode case kontrol.

2. Sana’a (2016), yang meneliti tentang “Prevalence Of Risk Faktors For

Egyptian Diabetic Foot Ulceration”. Jenis penelitian ini adalah

menggunakan desain Desain korelatif deskriptif yang dilakukan di klinik

rawat jalan diabetes di sebuah kelompok Rumah Sakit Universitas

(Elmina, Assiut, Kena, Aswan, Alexandria dan Mansoura). Hasil

penelitian menunjukan bahwa faktor faktor merokok, durasi terkena

diabetes dan kadar glukosa darah memiliki hubungan dengan terjadinya


10

ulkus diabetes dengan hasil pvalue masing-masing 0,001, 0,0001 dan

0,001.

Persamaan penelitian diatas dengan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang

faktor resiko kejadian ulkus diabetik.

Perbedaan penelitian diatas dengan peneliti adalah pada metode yang digunakan.

Penelitian diatas menggunakan metode Desain korelatif deskriptif, sedangkan

peneliti menggunakan metode case kontrol.

3. Hastuti (2016), yang meneliti tentang “Faktor-Faktor Risiko Ulkus

Diabetika Pada Penderita Diabetes Mellitus (Studi Kasus di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta)”. Jenis penelitian adalah observasional analitik,

dengan desain case kontrol study. Jumlah sampel 72 orang terdiri 36

kasus (penderita DM dengan ulkus diabetika) dan 36 kontrol (penderita

DM tanpa ulkus diabetika) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. hasil

penelitian dinyatakan bahwa faktor tekanan darah berpengaruh signifikan

terhadap kejadian ulkus diabetis, dengan p value (menggunakan Chi

Square) 0,018 (α = 0,05).

Persamaan penelitian diatas dengan penulis adalah sama-sama meneliti tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan ulkus diabetik. Perbedaan penelitian

diatas dengan peneliti adalah pada metode yang digunakan. Penelitian diatas

menggunakan metode penelitian epidemiologi analitik, sedangkan peneliti

menggunakan metode case kontrol secara retrospektif

4. Deribe (2014), yang meneliti tentang “Prevalence And Faktors

Influencing Diabetic Foot Ulcer Among Diabetic Patients Attending


11

Arbaminch Hospital, South Ethiopia. Jenis penelitian yang digunakan

adalah cross sectional dengan menggunakan teknik simple random

sampling. Semua subjek penelitian diwawancarai yang memberikan

tingkat respons 100% dengan rata - rata ± SD usia 50,72 ± 13,39 tahun.

Dari total 216 subjek penelitian, sekitar 32 (14,8%) menderita tukak

lambung diabetes, 129 (59,7%) laki-laki, 61 (28,2%) dari pedesaan, 132

(61,11%) kelebihan berat badan, hasil analisis menunjukan bahwa indek

massa tubuh memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya ulkus

diabetes dengan nilai p value 0,003.

Persamaan penelitian diatas dengan penulis adalah sama-sama meneliti tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan ulkus diabetik. Perbedaan penelitian

diatas dengan peneliti adalah pada metode yang digunakan. Penelitian diatas

menggunakan metode cross sectional, sedangkan peneliti menggunakan metode

case kontrol
12

BAB II

TINJAUAN PUSAKA

A. Diabetes Melitus

1. Pengertian

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang

ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau

keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan dengan

kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ,

terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah(ADA, 2009).

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi

insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin (Soegondo dkk,

2009).

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit gangguan metabolik

yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal

(hiperglikemia). Diabetes mellitus merupakan kelainan enokrin yang paling

umum dijumpai dalam praktek klinik. Diabetes mellitus didefinisikan sebagai

sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia akibat resistensi insulin atau

ketiadaan insulin mutlak atau relatif (Barasi, 2007).

2. Faktor Resiko Ulkus Diabetes

Faktor resiko yang dapat menyebabkan ulkus diabetes terdiri atas:

a. Usia

12
13

Umur ≥ 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika karena pada usia

tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi penurunan

sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap

pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal (Hastuti, 2008). Hasil

penelitian menunjukan sebagian besar responden berusia diatas 40 tahun dengan

presentase 50 dan terdapat hubungan yang signifikan antara ulkus diabetikum

dengan usia seseorang dengan nilai p value 0,038 (Deribe, 2014).

b. Durasi lama menderita Diabetes Melitus

Lamanya durasi DM menyebabkan keadaan hiperglikemia yang lama. Keadaan

hiperglikemia yang terus menerus menginisiasi terjadinya hiperglisolia yaitu

keadaan sel yang kebanjiran glukosa. Hiperglosia kronik akan mengubah

homeostasis biokimiawi sel tersebut yang kemudian berpotensi untuk terjadinya

perubahan dasar terbentuknya komplikasi kronik DM. Seratus pasien penyakit

DM dengan ulkus diabetikum, ditemukan 58% adalah pasien penyakit DM yang

telah menderita penyakit DM lebih dari 10 tahun (Roza, dkk, 2015).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, mendapatkan bahwa pasien ulkus rata-rata

mengalami DM selama 11.4 tahun (Boyko, 2004). Lama DM ≥ 5 tahun

merupakan faktor risiko terjadiya ulkus diabetikum karena neuropati cenderung

terjadi sekitar 5 tahun lebih atau sama dengan setelah menderita DM.¹³ Hal

tersebut dikarenakan semakin lama menderita DM maka kemungkinan terjadinya

hiperglikemia kronik semakin besar. Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan

komplikasi DM yaitu retinopati, nefropati, PJK, dan ulkus dabetikum (Frykberg,

2006).
14

c. Indeks massa Tubuh

Pada obesitas dengan IMT ≥ 23 kg/m2 pada wanita dan pada laki – laki dengan

IMT ≥ 25 kg/m2 akan lebih sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin

melebihi 10 μU/ml, keadaan ini menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat

menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi

gangguan sorkulasi darah sedang / besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai

akan mudah terjadi ulkus / gangren diabetik (Tandra, 2009).

Hal ini kemudian menegaskan penelitian Deribe dkk (2014), bahwa pasien yang

dengan IMT overweight akan memiliki 4 kali lebih besar resiko ulkus

dibandingkan dengan pasien yang memiliki IMT normal dengan presentase 94,73.

Chomi et al (2014), juga menambahkan bahwa overweight dan obesitas

merupakan faktor resiko penting yang memperparah resistensi insulin dan

diabetes type 2.Berat badan dan IMT juga menjadi faktor yang dapat

meningkatkan derajat keparahan ulkus diabetik, dengan resiko yang lebih tinggi

berhubungan dengan berat badan yang lebih besar dan pada peningkatan IMT

pasien

d. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah Perbedaan seks yang di dapat sejak lahir yang dibedakan

antara laki-laki dan perempuan. Baik pria maupun wanita memiliki risiko yang

sama besar untuk mengidap diabetes sampai usia dewasa awal. Setelah usia 30

tahun, wanita memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding pria (Ramaiah, 2008).

Dalam perkembangannya komplikasi ulkus diabetik banyak diderita oleh laki-

laki. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Deribe (2014), menyatakan sebagian
15

besar responden yang mengalami ulkus diabetik adalah laki-laki sebesar 62,5%.

Penyebab DFU terkait dengan jenis kelamin, mungkin merupakan cerminan

variasi dalam peran sosial antara laki-laki dan perempuandi Ethiopia selatan.

Laki-laki menghabiskan sebagian besar waktu mereka di luar rumah melakukan

pekerjaan yang membutuhkan lebih banyak energidibandingkan wanita.

Peningkatan DFU di antara pasien diabetes,terutama di daerah studi kami, adalah

situasi yang mengkhawatirkan bagi individukeluarga sebagai laki - laki adalah

tulang punggung dan satu-satunya anggota penghasilan darikeluarga.

e. Kadar gula darah

Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah. Glukosa

darah puasa merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi diabetes melitus

pada seseorang. Pada penyakit ini, gula tidak siap untuk ditransfer ke dalam sel,

sehingga terjadi hiperglikemi sebagai hasil bahwa glukosa tetap berada di dalam

pembuluh darah (Dorland, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh San’a (2015), menyebutkan bahwa sebagian

besar penderita ulkus memiliki kadar gula darah >200 g/dl dengan presentase 64,4

dan terdapat hubungan yang signifikan antara kadar gula darah dengan kejadian

ulkus diabetes dengan nilai p value 0,001. Pasien DM yang gula darahnya tidak

terkontrol, lebih mudah untuk tumbuh kembangnya bakteri-bakteri daripada

pasien yang terkendali dan orang-orang yang tidak menderita DM (Misnadiarly,

2006). Apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, akan muncul komplikasi

yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati dan

mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan


16

menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan atau luka pada kaki pasien DM

yang sering tidak dirasakan karena terjadinya gangguan neuropati perifer

(Waspadji, 2006).

f. Tekanan darah

Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah

dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Sebagai analogi, bayangkan kran

air. Jika suplai air terganggu dan ‘tekanan air rendah’, maka aliran air di kran

menjadi lambat dan hanya berupa tetesan air. Tekanan darah berperan penting,

karena tanpanya darah tidak akan mengalir (Anna & Bryan, 2007).

Tekanan darah yang melebihi 130/80 mm/Hg dapat merusak atau mengakibatkan

lesi pada endotel dan akan berpengaruh terhadap makroangopati melalui proses

adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat

terjadi hipoksia pada jaringan yang akan mnyebabkan terjadinya ulkus(Tandra,

2009).

Hasil penelitian Fahmi (2015), menyebutkan pasien ulkus diabetik yangmemiliki

status hipertensi sebanyak 18 orang atau sebesar 30%. Hasil serupadidapatkan

oleh Viswanathan (2005), yakni dengan gambaran pasien hipertensi

yangditemukan sebanyak 34%. Namun, terdapat perbedaan jumlah persentase

pasienulkus diabetik yang cukup besar antara hasil di atas dengan Chomi (2014),

yangmelaporkan sebesar 52% pasien ulkus diabetik penelitiannya memiliki

statushipertensi.

Ditemukannya perbedaan hasil kemungkinan disebabkan karena terdapatvariasi

pajanan faktor resiko yang berbeda antara pasien dalam penelitian yang
17

satudengan pasien dalam penelitian yang lain, dan seperti yang dijelaskan

dalamkepustakaan bahwa pasien diabetes mellitus yang memiliki hipertensi

memiliki faktor resiko terjadinya ulkus diabetik lebih besar dibandingkan dengan

pasiendiabetes mellitus yang tidak memiliki hipertensi (Fahmi, 2015).

B. Kerangka Teori

Diabetes Melitus

Faktor resiko diabetes


melitus retinopati
1. Faktor genetik
2. Faktor usia Mikroangiopati Kardiomiopat
3. Faktor i
kegemukan Nefropati
Tekanan darah
>130/80
Makroangiopat Neuropati
i Aterosklerosis

Kadar O2 - Kadar kolesterol


jaringan - Kadar HDL
menurun - Kadar Trigliserida
- merokok
Kematian jaringan

Perawatan kaki
diabetes
Penggunaan alas kaki

Trauma

UlkusDiabetik
Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: modifikasi dari Hastuti, (2008) Misnadiarly, (2006),Waspadji, (2006)


18

C. Kerangka Konsep

Variabel independent variabel dependent

Faktor resiko:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Indeks massa
tubuh
4. Durasi terkena
Kejadian ulcer
DM
diabetic
5. kadar gula
darah
6. tekanan darah

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

Ho:

1. Tidak ada hubungan antara faktor resiko terhadap kejadian ulcer diabetic

pada pasien diabetes melitus di RSUD Ajibarang.

2. Tidak ada faktor resiko yang dominan terhadap kejadian ulcer diabetic

pada pasien diabetes melitus di RSUD Ajibarang

Ha:

1. Ada hubungan antara faktor resiko terhadap kejadian ulcer diabeticpada

pasien diabetes melitusdi RSUD Ajibarang.

2. Ada faktor resiko yang dominan terhadap kejadian ulcer diabetic pada

pasien diabetes melitus di RSUD Ajibarang


19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan kasus kontrol dilakukan dengan

mengidentifikasi kelompok kasus dan kelompok kontrol, kemudian secara

retrospektif diteliti faktor-faktor resiko yang mungkin dapat menerangkan apakah

kasus dan kontrol dapat terkena paparan atau tidak. Desain penelitian kasus

kontrol dipilih dengan pertimbangan rancangan ini dapat digunakan untuk

mencari hubungan seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya penyakit,

selain itu rancangan ini mempunyai kelebihan yaitu hasil dapat diperoleh dengan

cepat, biaya yang diperlukan relatif lebih murah, tidak memerlukan sampel yang

besar dan memungkinkan untuk meneliti sejumlah paparan terhadap penyakit.

Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibatrancangan studi kasus kontrol lebih

kuat dibandingkan dengan studi cross sectional karena pada kasus kontrol

terdapat unsur waktu. Rancangan penelitian yang digunakan studi kasus-kontrol,

dimana kasus dan kotrol telah diketahui pada saat (awal) penelitian, kemudian

ditelusuri faktor-faktor risiko terjadinya ulkus diabetika pada penderita Diabetes

mellitus (Greenberg, 2005).

19
20

Keterangan :

Populasi = pasien diabetes melitus

Populasi kasus = pasien diabetes melitus dengan ulkus diabetik

Populasi kontrol = pasien diabetes melitus tanpa ulkus diabetik

FR = Faktor resiko

+ = Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kejadian ulkus

Diabetik

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Ajibarang Kabupaten

Banyumas, dan dilakukan pada tanggal 1 – 29 Maret 2018.

C. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah data rekam medis diabetes melitus dengan

ulkus diabetes di RSUD Ajibarang sebanyak 60 pasien dan 132 pasien dengan

diabetes mellitus tanpa ulkus pada tahun 2017


21

2. Sampel

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus rule of thumb

yang dikemukakan oleh Roscoe dalam Sekaran (2011), yang menyatakan bahwa

penelitian yang menggunakan variabel faktor, jumlah sampel paling tidak 10 kali

variabel yang digunakan dalam penelitian. Besar sampel pada penelitian ini yaitu

10 x 6 = 60 sampel untuk responden diabetes mellitus tanpa ulkus dan 10 x 6= 60

sampel untuk responden ulkus diabetik. Perhitungan sampel, maka jumlah besaran

sampel adalah 60 neonatus untuk masing masing kelompok. Penelitian ini

menggunakan perbandingan kasus dan kontrol 1:1, maka jumlah kasus dan

kontrol secara keseluruhan 120 responden. Pengambilan sampel berasal dari

rekam medis tahun 2017 yang berjumlah 60 pasien dan 132 pasien dengan

diabetes mellitus tanpa ulkus.

Setelah dilakukan perhitungan diatas maka didapat jumlah sampelsebanyak 120

sampel, terdiri dari 60 pasien DM dengan ulkus untuk kelompok kasus dan 60

pasien DMtanpa ulkus untuk kelompok kontrol. Metode pengambilan sampel

untuk penelitian ini adalah menggunakan teknik consecutive sampling yaitu

pengambilansampel dengan cara memilih sampel yang memenuhi kriteria inklusi

penelitiansampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah terpenuhi (Sugiyono,

2013). Teknik tersebut dilakukan karena pasien DM dengan ulkusdiabetik

jumlahnya sedikit. Sampel yang diambil memenuhi kriteria inklusi yaitu:

a. Sampel kasus

1) Pasien diabetes melitus dengan ulkus diabetik yang sudah didiagnosis

oleh dokter spesialis penyakit dalam.


22

2) Pasien ulkus diabetik pada tahun 2017 dengan populasi 132

3) Pasien ulkus diabteik yang dirawat di ruang rawat inap

b. Sampel kontrol

1) Pasien diabetes melitus tanpa ulkus diabetik yang sudah didiagnosis

oleh dokter spesialis penyakit dalam.

2) Pasien diabetes melitus tanpa ulkus diabetik pada tahun 2017

3) Pasien diabetes melitus tanpa ulkus diabetik yang dirawat di ruang

rawat inap.

Adapun sampel yang tidak diambil yaitu yang memenuhi kriteria eksklusi sebagai

berikut.

a. Sampel kasus

1) Pasien diabetes melitus tanpa ulkus diabetik

b. Sampel kontrol

1) Pasien diabetes melitus dengan ulkus diabetik.

D. Variabel Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan dua variabel yaitu:

1. Variabel Independen
23

Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor resiko yang terdiri atas:

umur, jenis kelamin, durasi terkena DM, IMT, kadar gula darah, dan tekanan

darah.

2. Varibel dependen

Variabel dependen atau yang disebut terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen yang ada

dipenelitian ini adalah kejadian ulkus diabetik di RSUD Ajibarang Kabupaten

Banyumas.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Variabel independent
1. Umur Umur responden pada saat Data rekam 0. <40 tahun Ratio
penelitian berdasarkan data rekam medis
medis yang dimiliki, dihitung 1. >40 tahun
dalam satuan tahun

2. Jenis Perbedaan seks yang di dapat sejak Data rekam 0. Laki-laki Nominal
Kelamin lahir yang dibedakan antara laki- medis
laki dan perempuan. 1. Perempuan

3. Durasi lama Lamanya subyekmenderita DM Data rekam 0. <5 tahun Ratio


terkena DM sejak awal pertama kalididiagnosis medis
terkena DM oleh dokter sampai 1. ≥5 tahun
saatdilakukan penelitian,dihitung
dalam satuan tahun
4. Indeks Hasil pembagian antar berat badan Data rekam 0. Nilai IMT Interval
Massa dengan tinggi badan kuadrat dalam medis antara 16-24,5
Tubuh metersetelahdidiagnosismenderita
diabetes mellitus 1. Nilai IMT
antara 24,5-29,9

5. Kadar gula Kadar gula darah sewaktu dalam Data rekam 0. <200 g/dl Ratio
darah rentang 60- >200 g/dl medis
1. ≥200 g/dl

6. Tekanan Tekanan darah responden yang Data rekam 0. ≤140/90 mmHg Ratio
darah telah didiagnosis oleh medis
dokter menderita hipertensi 1. >140/90 mmHg
setelah didiagnosis menderita
ulkus diabetika,diukur dalam
dalam satuan mmHg.
24

Variabel dependent

1. Ulkus Pasien didiagnosa ulkus Data rekam 0. Non Ulkus Nominal


diabetik diabetik melalui gejala medis
klinis, pemeriksaan fisik, 1. Ulkus
hasil laboratorium, dan
pemeriksaan radiologi oleh
dokter spesialis penyakit dalam

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Lembar observasi yang dibuat sendiri

2. Data rekam medis tahun 2017

G. Prosedur pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari responden sejumlah 60

responden yang menderita ulkus diabetik untuk kelompok kasus dan 60 responden

yang menderita diabetes melitus tanpa ulkus untuk kelompok kontrol. Diagnosis

ulkus diabetikum diambil dari data rekam medis pasien yang menjadi subyek

penelitian. Teknik pengumpulan data terdiri atas:

1. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari berbagai catatan atau

informasi yang telah ada (Sastroasmoro, 2014). Data sekunder dalam penelitian

ini yaitu data yang diambil dari rekam medis pasien pada tahun 2017 yang

menjadi responden.

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengelolahan data

a. Editing

Memeriksa hasil observasi pada responden untuk memastikan seluruh data


25

penelitian yang diperlukan diperoleh secara lengkap.

b. Coding

Dilakukan setelah editing berupa pemberian nilai untuk memudahkan

pengelolahan data dalam penelitian ini, memberikan kode hasil observasi dengan

angka.

1) Umur

a) usia ≥40 tahun diberi kode0

b) usia<40 tahun diberi kode1

2) Jenis kelamin

a) Perempuan diberi kode1

b) Laki-laki diberi kode0

3) Durasi lama terkena diabetes melitus

a) <5 tahun diberi kode0

b) ≥5 tahun diberi kode`1

4) Indeks massa tubuh

a) Jika nilai IMTantara 16-24,5 diberi kode 0

b) Jika nilai IMT antara 24,5-29,9diberi kode1

5) Kadar glukosa darah

a) Jika nilai gula darah ≤200 mg/dl diberi kode0

b) Jika nilai gula darah ≥201 mg/dl diberi kode1

6) Tekanan darah
26

a) Jika tekanan darah ≤120/80 mmHg diberi kode0

b) Jika tekanan darah >120/90 mmHg diberi kode1

c. Scoring

Dilakukan setelah coding hasil observasi responden sebagai berikut:

d. Transfering

Memindahkan data hasil observasi atau kode kedalam master tabel

e. Tabulating

Dari data mentah dilakukan penataan dan kemudian menyusun dalam bentuk tabel

2. Analisis Data

a. Analisis univariat

Penyajian ini dalam bentuk rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan nilai

maksimum dari setiap faktor resiko yang mempengaruhi diabetic ulcer.

b. Analisis bivariat

Tujuan dari analisa bivariate adalah untuk melihat hubungan antara kedua variabel

pada penelitian ini menggunakan analisa data chi-square dengan kriteria untuk

melihat signifikasi hubungan dengan program komputerisasi. Jika nilai p < 0,05 di

anggap hubungan tidak signifikan atau tidak bermakna.

Rumus chi-square sebagai berikut :

Keterangan :

= Chi-kuadrat

fo = Frekuensi yang diperoleh responden


27

fh = Frekuensi yang di harapkan

c. Analisis multivariate

Analisis multivariate digunakan untuk mengetahui variabel independen mana

yang paling erat hubunganya dengan variabel dependen. Uji statistic yang

digunakan biasanya regresi logistic. Dalam analisis multivariate dilakukan

berbagai langkah pembuatan model. Model terahir terjadi apabila semua variabel

independen dengan dependen sudah tidak mempunyai nilai p<0,05.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur pengumpulan data penelitian ini sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Persiapan ini berisikan beberapa kegiatan pengumpulan data meliputi:

a. Penyusunan proposal penelitian.

b. Seminar dan ujian proposal penelitian.

c. Melakukan koordinasi dan meminta ijin pada tempat penelitian

yaitu RSUD Ajibarang untuk melakukan penelitian dan

pengumpulan data.

2. Pengambilan data

Pengambilan data dengan cara mencari data pasien pada rekam medis pada tahun

2017 dengan jumlah sampel sebanyak 60 untuk pasien yang menderita diabetes

melitus tanpa ulkus dan 60 untuk pasien yang menderita ulkus, kemudian peneliti

memilih yang sesuai kriteria inklusi dan menuliskan ke dalam lembar observasi.

3. Tahap Pelaksanaan
28

Pengumpulan data menggunakan lembar observasi, tahapan pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Rekam medis yang sudah ditemukan sesuai kriteria inklusi,

selanjutnya dilakukan pendataan pada lembar observasi.

b. Mendokumentasi responden yang mengalami ulkus diabetik RSUD

Ajibarang KabupatenBanyumas sebanyak 120rekam medis yang

sesuai kriteria inklusi yang terdiri dari sampel kasus 60 rekam

medis dan sampel kontrol 60 rekam medis.

4. Tahap akhir

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dan dibahas untuk menjawab tujuan

penelitian.

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitan, peneliti sebelumnya mengajukan permohonan ijin

kepada RSUD Ajibarang. Kemudian lembar observasi di ditulis oleh peneliti

sesuai dengan data rekam medis dengan menekankan masalah etika yang

meliputi:

1. Informed concent (lembar persetujuan)

Informed concent dalam penelitian ini berupa surat ijin penelitian yang berasal

dari Bappeda, yang kemudian diserahkan ke RSUD Ajibarang. Selanjutnya pihak

rumah sakit akan memberikan ijin kepada peneliti unutk membuka dan

mengambil data di rekam medis untuk kepentingan penelitian..

2. Anonimity (tanpa nama)


29

Anonimity merupakan masalah etik dalam penelitian keperawatan dengan cara

tidak memberikan data rekam medis pada lembar alat ukur hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data dengan nama inisialnya saja.

3. Confidentially (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi rekam medis dijamin peneliti hanya kelompok data

tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4. Beneficence (manfaat)

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi perawat RSUD

Ajibarang untuk disampaikan melalui pendidikan kesehatan kepada pasien yang

menderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya ulkuc diabetes, terutama

faktor yang berpengaruh seperti : Durasi lama menderita, Kadar gula darah, dan

Usia.

5. Non-maleficience (tidak membahayakan)

Peneliti sudah memperhitungkan bahwa pihak rumah sakit terutama bagian rekam

medis tidak dirugikan sedikitpun baik dari segi materil maupun non-materil,

karena menggunakan data dari rekam medis dan tidak melakukan tindakan

intervensi.

6. Balancing Harms and Benefits

Peneliti berusaha meminimalisasir dampak yang merugikan bagi pihak rumah

sakit terutama rekam medis. Peneliti mencari data di rekam medis hanya menulis

bagian yang menjadi bahan penelitian sesuai kode etik keperawatan. Hasil peneliti

ini dapat digunakan untuk rumah sakit yang diteruskan kepada pasien-pasien yang

menderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya ulkus.


30

7. Respect of Person (data rekam medis)

Penelitian ini menghormati martabat manusia, setiap data rekam medis yang

digunakan dalam rangka penelitian untuk ilmu pengetahuan.


31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang Faktor resiko terjadinya ulcer

diabetic pada pasien Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Data yang diperoleh

selama penelitian yang dilakukan mulai tanggal 1 Maret 2018 sampai 29 Maret

2018. Didapatkan 120 rekam medik pasien Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang

tahun 2017. Pengumpulan data dan pelaksanaan penelitian dilakukan langsung

oleh peneliti.

1. Karakteristik responden Terjadinya Ulcer Diabetic Pada Pasien

Diabetes Melitus Di RSUD Ajibarang

Karakteristik pasien diabetes melitus di RSUD Ajibarang. Ditampilkan pada tabel

4.1

Tabel 4.1 Karakteristik Responden terjadinya ulcer diabetic pada pasien


Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang
KejadianUlkus
Variabel DM tanpa Ulkus Ulkus
n (%) n (%)
Umur
>40 Tahun 57 (95) 59 (98,3)
<40 Tahun 3 (5) 1 (1,7)
JenisKelamin
Laki-laki 19 (31,7) 30 (50)
Perempuan 41 (68,3) 30 (50)
Durasi DM
<5 Tahun 53 (88,3) 37 (61,7)
>5 Tahun 7 (11,7) 23 (38,3)
Tekanan Darah Sistolik
<140 mmHg 44 (73,3) 47 (78,3)
>140 mmHg 16 (26,7) 13 (21,7)
Tekanan Darah Diastolik
<90 mmHg 51 (85) 57 (95)
>90 mmHg 9 (15) 3 (5)
Kadar Gula Darah

31
32

<200 39 (65) 22 (36,7)


>200 21 (35) 38 (63,3)
Indeks Massa Tubuh
<24,5 44 (73,3) 38 (63,3)
>24,5 16 (26,7) 22 (36,7)
Data diolah 2018

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui responden dengan umur > 40 tahun sebagian

besar mengalami ulkus yaitu 59 pasien (98,3%). Responden dengan umur < 40

tahun sebagian besar mengalami DM tanpa ulkus yaitu 3 pasien (5%).

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui responden dengan jenis kelamin laki-laki dan

perempuan sama-sama mengalami ulkus yaitu 30 pasien (50%). Responden

dengan jenis kelamin perempuan sebagian besar mengalami DM tanpa ulkus yaitu

41 pasien (68,3%).

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui responden dengan riwayat DM < 5 tahun

sebagian besar mengalami diabetes mellitus tanpa ulkus yaitu 53 pasien (88,3%).

Responden dengan riwayat DM > 5 tahun sebagian besar mengalami DM dengan

ulkus yaitu 23 pasien (38,3%). Berdasarkan tabel 4.1 diketahui responden dengan

tekanan darah sistolik < 140 mmHg sebagian besar mengalami ulkus yaitu 47

pasien (21,3%). Responden dengan tekanan darah sistolik > 140 mmHg sebagian

besar mengalami DM tanpa ulkus yaitu 16 pasien (26,7%).

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui responden dengan tekanan darah diastolic < 90

mmHg sebagian besar mengalami ulkus yaitu 57 pasien (95%). Responden

dengan tekanan darah diastolic >90 mmHg sebagian besar mengalami DM tanpa

ulkus yaitu 9 pasien (15%). Berdasarkan tabel 4.1 diketahui responden dengan

kadar gula darah < 200 g/dl sebagian besar mengalami diabetes tanpa ulkus yaitu

39 pasien (65%). Responden dengan kadar gula darah > 200 g/dl sebagian besar
33

mengalami ulkus yaitu 38 pasien (63,3%). Berdasarkan tabel 4.1 diketahui

responden dengan IMT < 24,5 sebagian besar mengalami diabetes tanpa ulkus

yaitu 44 pasien (73,3%). Responden dengan IMT >24,5 sebagian besar

mengalami ulkus yaitu 22 pasien (36,7%).

2. Faktor Resiko Terjadinya Ulcer Diabetic Pada Pasien Diabetes Melitus

Di RSUD Ajibarang

Faktor resiko pasien diabetes melitus di RSUD Ajibarang. Ditampilkan pada tabel

4.2

Tabel 4.2 faktor resiko terjadinya ulcer diabetic pada pasien Diabetes
Melitus di RSUD Ajibarang
Variabel p value OR CI 95 %
Umur
>40 Tahun 0,309 0,322 0,033 3,187
<40 Tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan 0,041 0,463 0,220 0,974
Durasi DM
<5 Tahun
>5 Tahun 0,001 4,707 1,830 12,103
Tekanan Darah
Sistolik
<140 mmHg
>140 mmHg 0,522 0,761 0,329 1,761
Tekanan Darah
Diastolik
<90 mmHg
>90 mmHg 0,068 0,298 0,077 1,162
Kadar Gula Darah
<200
>200 0,002 3,208 1,521 6,767
Indeks Massa
Tubuh
<24,5
>24,5 0,239 1,592 0,732 3,461
34

Hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,309 yang lebih besar dari  =

0,05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada

hubungan Antara faktor resiko Umur dengan terjadinya ulcer diabetic pada pasien

Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Nilai OR sebesar 0,322 artinya pasien

dengan umur > 40 tahun memiliki kecenderungan untuk terkena ulkus 0,322 kali

lebih tinggi dibandingkan pasien yang berusia <40 tahun.

Hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,041 yang lebih kecil dari  = 0,05,

artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan ada hubungan

Antara faktor resiko jenis kelamin dengan terjadinya ulcer diabetic pada pasien

Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Nilai OR sebesar 0,463 artinya pasien

dengan jenis kelamin perempuan memiliki kecenderungan untuk terkena ulkus

0,463 kali lebih tinggi dibandingkan pasien yang berjenis kelamin laki-laki.

Hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,001 yang lebih kecil dari  = 0,05,

artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan ada hubungan

antara faktor resiko durasi DM dengan terjadinya ulcer diabetic pada pasien

Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Nilai OR sebesar 4,707 artinya pasien

dengan riwayat DM > 5 tahun memiliki kecenderungan untuk terkena ulkus 4,707

kali lebih tinggi dibandingkan pasien dengan riwayat DM < 5 tahun.

Hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,522 yang lebih besar dari  =

0,05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada

hubungan antara faktor resiko tekanan darah sistolik dengan terjadinya ulcer

diabetic pada pasien Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Nilai OR sebesar


35

0,761 artinya pasien dengan tekanan darah sistolik < 140 mmHg memiliki

kecenderungan untuk terkena ulkus 0,761 kali lebih tinggi dibandingkan pasien

dengan tekanan darah sistolik > 140 mmHg.

Hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,068 yang lebih besar dari  =

0,05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada

hubungan Antara faktor resiko tekanan darah diastolik dengan terjadinya ulcer

diabetic pada pasien Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Nilai OR sebesar

0,298 artinya pasien dengan tekanan diastolic < 90 mmHg memiliki

kecenderungan untuk terkena ulkus 0,298 kali lebih tinggi dibandingkan pasien

dengan tekanan darah diastolic > 90 mmHg.

Hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,002 yang lebih kecil dari  = 0,05,

artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan ada hubungan

antara faktor resiko kadar gual darah dengan terjadinya ulcer diabetic pada pasien

Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Nilai OR sebesar 3,208 artinya pasien

dengan kadar gula darah > 200 g/dl memiliki kecenderungan untuk terkena ulkus

3,208 kali lebih tinggi dibandingkan pasien dengan kadar gula darah < 200 g/dl.

Hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,239 yang lebih besar dari  =

0,05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada
36

hubungan antara faktor resiko IMT dengan terjadinya ulcer diabetic pada pasien

Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Nilai OR sebesar 1,592 artinya pasien

dengan IMT > 24,5 memiliki kecenderungan untuk terkena ulkus 1,592 kali lebih

tinggi dibandingkan pasien dengan IMT < 24,5.

3. Faktor Dominan Terjadinya Ulcer Diabetic Pada Pasien Diabetes

Melitus Di RSUD Ajibarang

Faktor Dominan Terjadinya Ulcer Diabetic Pada Pasien Diabetes Melitus Di

RSUD Ajibarang. Ditampilkan pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Faktor Dominan Terjadinya Ulcer


Diabetic Pada Pasien Diabetes Melitus Di RSUD Ajibarang
95,0% C.I.for
EXP (B)
Variabel
p value OR lower upper
Umur
>40 Tahun 0,501 0,426 0,36 5,101
<40 Tahun
JenisKelamin
Laki-laki
Perempuan *0,047 2,441 1,013 5,885
Durasi DM
<5 Tahun
>5 Tahun *0,001 6,186 2,050 18,660
Tekanan Darah Sistolik
<140 mmHg
>140 mmHg 0,997 0,998 0,310 3,217
37

Tekanan Darah Diastolik


<90 mmHg
>90 mmHg 0,156 0,262 0,041 1,670

Kadar Gula Darah


<200
>200 *0,000 5,628 2,264 13,991
Indeks Massa Tubuh
<24,5
>24,5 0,126 2,035 0,819 5,058
Constant 0,0001 0,178
*= p value<0,05 (ada hubungan)

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui dari hasil uji regresi logistic di atas, dinyatakan

bahwa faktor umur, tekanan darah sistolik dan diastolic, dan IMT yang tidak

berpengaruh signifikan terhadap kejadian ulcer diabetic, dengan p value

(menggunakan Chi square) > (α = 0,05). Variabel jenis kelamin, durasi DM, dan

gula darah yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian ulcer diabetic, dengan

nilai p value (menggunakan Chi square) < (α = 0,05). Hasil odds ratio atau nilai B

sebesar 6,186 menunjukan durasi DM merupakan faktor yang paling dominan

terhadap kejadian ulcer diabetic pada pasien diabetes mellitus di RSUD

Ajibarang.

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden Terjadinya Ulcer Diabetic Pada Pasien

Diabetes Melitus Di RSUD Ajibarang

a. Umur

Tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian besar responden berumur > 40 tahun

sebanyak 116 (96,7%) dan < 40 tahun sebanyak 4 (3,3%). Hasil penelitian ini

sejalan dengan Nurhanifah (2017), menunjukan bahwa sebagian besar responden

berusia > 40 tahun yaitu sebanyak 47 responden (94%).Hal ini menunjukkan


38

pasien yang rawat inap di RSUD Ajibarang lebih banyak usia berisiko (> 40

tahun) dari pada usia tidak berisiko (≤ 40 tahun). Responden yang berusia tidak

berisiko (≤ 40 tahun) diharapkan mewaspadai serta memahami faktor risiko

diabetes mellitus agar komplikasi tidak terjadi seperti ulkus kaki diabetik

khususnya faktor usia, semakin bertambah usia kemungkinan terkena diabetes

menjadi semakin besar. Faktor risiko yang dapat diubah seperti

obesitas/kegemukan dan hipertensi juga perlu diwaspadai sebagai faktor risiko

diabetes mellitus yang akan berdampak pada komplikasi ulkus kaki diabetik.

Menurut Tandra (2014) semakin bertambah umur, kemungkinan anda kena

diabetes menjadi semakin besar.Ketika masih berumur di bawah 30 tahun,

kemungkinan diabetes hanya ditemukan kurang 1%.Artinya dari 100 penduduk

yang berumur di bawah 30 tahun kemungkinan 1 orang harus berobat ke dokter

karena gula darahnya tinggi.Bila di atas umur 40 tahun, kemungkinan terkena

diabetes menjadi 8 persen. Di atas 50 tahun, kemungkinan mengidap diabetes naik

sampai 20%, kemungkinan penduduk di atas umur 60 tahun menjadi diabetes

menjadi 25%.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden yang mengalami

ulkus berusia > 40 tahun. Usia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya

ulkus, semakin usia bertambah maka organ-organ didalam tubuh akan mengalami

penurunan fungsi. diabetes mellitus dengan komplikasi ulkus kaki diabetik

merupakan penyakit degeneratif yang berkaitan dengan penurunan fungsi tubuh

yang diakibatkan oleh proses penambahan umur, sehingga menyebabkan


39

penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga menyebabkan kemampuan

fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal.

b. Jenis Kelamin

Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan sebanyak 71 (59,2%) dan laki-laki sebanyak 49 (40,8%)

dengan perbandingan 1,4:1. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ardiyati (2014),

menunjukkan bahwa perbandingan jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak

jauh berbeda yaitu 1:1.06, jenis kelamin laki-laki lebih sedikit (48.6%) di

bandingkan jenis kelamin perempuan (51.4%).

Hal tersebut dikarenakan perubahan hormonal pada perempuan menopause akan

meningkatkan resiko DM tipe 2 dan diikuti pula berbagai komplikasi baik akut

maupun kronis, salah satunya neuropati dan angiopati perifer yang dapat

mengakibatkan ulkus diabetika (Mayasari, 2012). Perempuan yang telah

mengalami menopause, kadar gula darah menjadi tidak terkontrol karena terjadi

penurunan hormon estrogen dan progesteron. Hormon-hormon tersebut

mempengaruhi bagaimana sel-sel tubuh merespon insulin. perempuan lebih

beresiko menderita DM karena secara fisik memiliki peluang peningkatan BMI

lebih besar (Irawan, 2010).

Hasil penelitian, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebesar

59,2%. Perempuan memiliki resiko lebih besar terkena ulkus dikarenakan faktor

tingkat stress dan kegiatan atau aktivitas yang kurang dilakukan terutama oleh ibu

rumah tangga. Tingkat stress dan kurangnya aktivitas menyebabkan nutrisi yang

tidak digunakan dalam tubuh meningkat sehingga gula dalam darah bertambah.
40

c. Durasi DM

Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa sebagian besar responden memiliki

riwayat diabetes mellitus selama < 5 tahun sebanyak 90 (90%) dan > 5 tahun

sebanyak 30 (25%). Gambaran ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

Syadzwina (2013), yang mendapatkan distribusi terbanyak lama pasien ulkus

diabetik yang menderita diabetes mellitus berada pada kelompok 0-5 tahun

dengan persentase sebesar 48,72%. Responden yang memiliki durasi diabetes

tidak berisiko (< 5 tahun) diharapkan mengontrol kadar gula darah dalam rentang

normal melalui gaya hidup sehat seperti tidak merokok, olahraga, manajemen

diet, dan istirahat yang cukup agar tidak mengalami komplikasi dari ulkus kaki

diabetik yang parah karena kadar gula darah yang tinggi.

Menurut Tarwoto (2011) prinsip penatalaksanaan pasien DM adalah mengontrol

gula darah dalam rentang normal. Untuk mengontrol gula darah, ada 5 faktor

penting yang harus diperhatikan, yaitu asupan makanan atau manajemen diet,

latihan fisik atau exercise, obat-obatan penurun gula darah, pendidikan kesehatan

dan monitoring.

Hasil penelitian ini, sebagian besar responden yang memiliki riwayat diabetes

mellitus selama < 5 tahun. Hasil ini terjadi karena ketidaktahuan pasien tentang

waktu pasti perjalanannya penyakitnya, sehingga mereka hanya memperkirakan

waktu mengidap penyakitnya.

d. Tekanan Darah
41

Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa sebagian besar responden memilki

tekanan darah sistolik dibawah 140 mmHg sebanyak 91 (75,8%) dan diatas 140

mmHg sebanyak 29 (24,2).Tabel 4.5 memberikan informasi bahwa sebagian besar

responden mempunyai tekanan darah diastolic dibawah 90 mmHg sebanyak 108

(90%) dan diatas 90 mmHg sebanyak 12 (10%). Hasil ini menunjukan bahwa

sebagian besar responden memiliki tekanan darah normal atau dibawah 140/90

mmHg. Peneliti Fahmi (2015), menyebutkan sebagian besar responden memilki

tekanan darah dalam rentang normal sebanyak 34 (58%).

Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita Diabetes mellitus karena adanya

viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga

terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari

130/80 mm Hg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan

pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi

dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi

hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya ulkus.

Hasil penelitian ini, sebagian besar responden memiliki tekanan darah dalam

rentang normal. Hubungan tekanan darah dengan kejadian ulkus bukan

merupakan faktor utama, Banyaknya tekanan darah normal yang diderita ulkus

tidak terbukti sebagai faktor risiko terjadinya ulkus kaki diabetik karena

dipengaruhi oleh variabel yang lebih kuat seperti: pola makan dan keterpaparan

asap rokok yang dapat menyebabkan kada gula darah meningkat.

e. Kadar Gula Darah


42

Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa sebagian besar responden mempunyai

kadar gula darah kurang dari 200 g/dl sebanyak 61 (50,8%) dan diatas 200 g/dl

sebanyak 59 (49,2%). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Mustafa (2016),

yang menunjukan sebagian besar responden memilki kadar gula darah > 200

mg/dl sebanyak 50 (66,6%).

Hasil ini tidak sejalan dengan Priyanto (2010) yang juga mempunyai hasil yaitu

hiperglikemia cukup berpengaruh terhadap kejadian UKD. Hiperglikemia kronik

menyebabkan perubahan-perubahan metabolik, yaitu: 1) perubahan pelepasan

oksigen dari sel darah merah. 2) perubahan pola aliran darah mikrovaskuler. 3)

perubahan pada mikrovaskuler itu sendiri. Secara keseluruhan menyebabkan

mikrohipoksia endoneuron yang mempengaruhi perubahan-perubahan struktural

dan fungsional pada serabut-serabut saraf. Kurangnya aliran darah pada penderita

DM disertai penurunan oksigen endoneural yang akan menurunkan kecepatan

saraf, kandungan mioinositol, transport aksoplasmik, aktivitas Na-K-ATP ase dan

konsumsi oksigen yang menyebabkan kerusakan saraf.

Kadar glukosa darah tidak terkendali akan muncul komplikasi berhubungan

dengan vaskuler sehingga mengalami neuropati yang mengakibatkan

menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita yang

tidak dirasakan, hal inilah yang merupakan awal munculnya ulkus diabetes.

f. Indeks Massa Tubuh


43

Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa sebagian besar responden memilki indeks

massa tubuh kurang dari 24,5 sebanyak 82 (68,3%) dan diatas 24,5 sebanyak 38

(31,7%). Hasil penelitian ini sejalan dengan Fahmi (2015), yang menyebutkan

sebagian besar responden memilki indeks massa tubuh dalam rentang normal

sebanyak 38 pasien (64,4%).

Hal ini tidak sejalan dengan teori. Menurut Morison (2004), obesitas termasuk

dalam salah satu faktor risiko UKD pada pasien DM. Obesitas merupakan salah

satu faktor utama dalam kejadian ulkus kaki diabetik karena secara mekanis,

orang yang mengalami obesitas, berat badan yang berlebih cenderung menambah

tekanan plantar (ONeals, 2008). Orang yang obesitas cenderung mengalami

diabetik, hal ini terjadi karena terjadi penurunan sensitivitas terhadap insulin

(resistensi insulin) atau akibat penurunan produksi insulin. Keterbatasan

kemampuan sel beta pulau langerhans memproduksi insulinsecara kuantitas

maupun kualitasnya mengakibatkan peningkatan gula darah pada golongan orang

dengan obesitas. Dengan IMT normal dimungkinkan adanya keseimbangan antara

insulin yang diproduksi dengan jumlah gula darah yang beredar. Gula darah

yangnormal akan merupakan suasana kondusif bagi viskositas darah, perfusi

oksigen dan nutrisi serta imunitas ke dalam sel otot, hati dan lemak. Keadaan ini

akanmendukung proses penyembuhan luka yang bisa dibuktikan dengan

tumbuhnya granulasi dan epithelisasi luka (Supriyatin et al, 2007).

Hasil penelitian sebagian besar responden memiliki indeks massa tubuh kurang

dari 24,5 sebesar 68,3%, yang berarti dalam kategori normal dan Obesitas sebesar

31,7%. Obesitas merupakan salah satu faktor utama dalam kejadian ulkus kaki
44

diabetik karena secara mekanis, orang yang mengalami obesitas, berat badan yang

berlebih cenderung menambah tekanan pada kaki, sehingga jika kaki melewati

jalanan yang berbatu walaupun memakai alas kaki akan terjadi gesekan yang

memudahkan terjadinya luka yang dapat mengarah ke ulkus diabetes

2. Faktor Resiko Terjadinya Ulcer Diabetic Pada Pasien Diabetes

Melitus Di RSUD Ajibarang

a. Faktor Resiko Umur Terjadinya Ulcer Diabetic Pada Pasien

Diabetes Melitus Di RSUD Ajibarang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden dengan umur > 40 tahun

sebagian besar mengalami ulkus yaitu 59 pasien (98,3%). Responden dengan

umur < 40 tahun sebagian besar mengalami DM tanpa ulkus yaitu 3 pasien (5%).

Hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,309 yang lebih besar dari  =

0,05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada

hubungan antara faktor resiko Umur dengan terjadinya ulcer diabetic pada pasien

Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Nilai OR sebesar 0,322 artinya pasien

dengan umur > 40 tahun memiliki kecenderungan untuk terkena ulkus 0,322 kali

lebih tinggi dibandingkan pasien yang berusia <40 tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Putri (2015), yang menyatakan tidak ada

hubungan antara faktor umur dengan kejadian ulkus diabetic dengan nilai

signifikansi sebesar 0,154. Karakteristik usia pada penelitian ini dinyatakan tidak

signifikan sebagai faktor risiko terjadinya ulkus diabetic, tetapi secara statistik

jumlah penderita ulkus sebagian besar berusia diatas 40 tahun. Pada usia tua tubuh

secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi penurunan sekresi atau
45

resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian

glukosa darah yang tinggi kurang optimal. Proses aging menyebabkan penurunan

sekresi atau resistensi insulin sehingga terjadi makroangiopati, yang akan

mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar

atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus kaki diabetik (Waspadji

dalam Hidayah, 2012).

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Zahtamal dalam Nurhanifah (2017)

pada 79 responden terdapat 70 responden (88,61%) yang berusia >45 tahun

menderita diabetes melitus tipe 2 dan akan meningkat kasusnya sejalan dengan

pertambahan usia karena adanya penurunan fungsi organ tubuh, terutama

gangguan organ pankreas dalam menghasilkan hormon insulin..

Hasil penelitian menunjukan responden dengan umur > 40 tahun sebagian besar

mengalami ulkus yaitu 59 pasien (98,3%), dan hasil analisis tidak ada

hubungannya antara umur dengan kejadian ulkus diabetes. Menurut peneliti

dikarenakan faktor usia bukanlah faktor utama terjadinya ulkus diabetikum karena

apabila responden dapat melakukan penatalaksanaan diabetes melitus dengan

baik, maka risiko terjadinya komplikasi dapat terminimalisir. Selain itu juga

kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan pentingnya menjaga kulit agar

tidak mengalami luka dengan selalu memakai alas kaki yang tertutup dan tebal

bagian bawah alas setiap bepergian. Peningkatan jumlah peserta yang mengikuti

kegiatan prolanis melalui pemeriksaan rutin dapat menjadi faktor pencegahan

terjadinya ulkus.
46

b. Faktor Resiko Jenis Kelamin Terjadinya Ulcer Diabetic Pada

Pasien Diabetes Melitus Di RSUD Ajibarang.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden dengan jenis kelamin laki-laki

dan perempuan sama-sama mengalami ulkus yaitu 30 pasien (50%). Responden

dengan jenis kelamin perempuan sebagian besar mengalami DM tanpa ulkus yaitu

41 pasien (68,3%). Hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,041 yang lebih

kecil dari  = 0,05, artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan Antara faktor resiko jenis kelamin dengan terjadinya

ulcer diabetic pada pasien Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Nilai OR sebesar

0,463 artinya pasien dengan jenis kelamin perempuan memiliki kecenderungan

untuk terkena ulkus 0,463 kali lebih tinggi dibandingkan pasien yang berjenis

kelamin laki-laki.

Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian Sanaa (2016), yang menunjukan

terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian ulkus diabetik dengan

nilai pvalue 0,001. Adanya hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit

diabetes melitus, dan cenderung perempuan lebih berisiko dibanding laki-laki

adalah karena pada perempuan banyak mengalami obesitas seperti pada penelitian

Riskesdas 2007 bahwa obesitas pada perempuan sebesar (23,8%) lebih tinggi

dibanding laki-laki sebesar (13,9%). Walaupun pada kejadian ulkus sebagian

besar diderita oleh laki-laki. Menurut Chomi (2014), tingginya distribusi ulkus

diabetik pada jenis kelamin laki-laki kemungkinan disebabkan karena laki-laki

dibandingkan dengan perempuan lebih jarang datang berkonsultasi kepada dokter


47

dan kalaupun mereka datang untuk berkonsultasi ke dokter, sangat sedikit

informasi yang mereka ceritakan tentang kondisi mereka.

Hasil penelitian diketahui responden dengan jenis kelamin laki-laki dan

perempuan sama-sama mengalami ulkus yaitu 30 pasien (50%). Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki faktor resiko

yang sama untuk mengalami ulkus. Mulai dari pekerjaan, aktivitas, tingkat stress

dan gaya hidup seperti merokok baik aktif maupun pasif dan konsumsi

karbohidrat yang berlebih akan menyebabkan kadar gula darah bertambah.

c. Faktor Resiko Durasi DM Terjadinya Ulcer Diabetic Pada Pasien

Diabetes Melitus Di RSUD Ajibarang.

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui responden dengan riwayat DM < 5 tahun

sebagian besar mengalami diabetes mellitus tanpa ulkus yaitu 53 pasien (88,3%).

Responden dengan riwayat DM > 5 tahun sebagian besar mengalami DM dengan

ulkus yaitu 23 pasien (38,3%). Hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,001

yang lebih kecil dari  = 0,05, artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan antara faktor resiko durasi DM dengan terjadinya ulcer

diabetic pada pasien Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Nilai OR sebesar

4,707 artinya pasien dengan riwayat DM > 5 tahun memiliki kecenderungan untuk

terkena ulkus 4,707 kali lebih tinggi dibandingkan pasien dengan riwayat DM < 5

tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Nurhanifah (2017), yang menunjukan adanya

hubungan yang signifikan antara faktor durasi DM dengan nilai p = 0,001.

Penderita Ulkus diabetika terutama terjadi pada penderita diabetes mellitus yang
48

telah menderita 5 tahun atau lebih apabila kadar glukosa darah tidak terkendali,

karena akan munculkomplikasi berhubungan dengan vaskuler sehingga

mengalami makroangiopati mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati

danneuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah danadanya

robekan/luka pada kaki penderita diabetik yang sering tidakdirasakan (Riyanto,

2007).

Gangguan pembuluh darah pada kaki diabetes, keadaan hiperglikemia yang terus-

menerus akan mempunyai dampak pada kemampuan pembuluh darah tidak

berkontraksi dan relaksasi berkurang, hal ini mengakibatkan sirkulasi darah tubuh

menurun (Maryunani, 2013).

Menurut Purwanti (2013) bahwa semakin lama seseorang mengalami diabetes

melitus maka semakin berisiko mengalami komplikasi, salah satunya yaitu

neuropati sensorik dan beresiko 6,525 kali terjadi ulkus dibandingkan 65

responden yang tidak mengalami neuropati sensorik terhadap terjadinya ulkus

kaki diabetik.

Lamanya seseorang menderita penyakit diabetes mellitus dapat menjadi penyebab

terjadinya ulkus. Penyakit diabetes mellitus yang semakin lama diderita dapat

menyebabkan kulit menjadi tidak peka atau mengalami neuropati, sehingga

apabila terjadi tusukan atau luka pada kaki tidak terasa.

d. Faktor Resiko Tekanan Darah Terjadinya Ulcer Diabetic Pada

Pasien Diabetes Melitus Di RSUD Ajibarang.


49

Hasil penelitian menunjukan sebagian besar respondne mempunyai tekanan darah

dibawah 140/90 mmHg. Hasil uji Chi square diperoleh pada tekanan darah

sistolik dan diastolik nilai p value sebesar 0,522 dan 0,068 yang lebih besar dari 

= 0,05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada

hubungan antara faktor resiko tekanan darah sistolik dan diastolik dengan

terjadinya ulcer diabetic pada pasien Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang.

Hasil penelitian ini didukung Saleem (2017), yang menyebutkan tidak ada

hubunganya antara tekanan darah dengan kejadian ulkus dengan nilai p value

0,958. Apabila dilihat secara keseluruhan, maka pasien ulkus diabetik yang

memiliki status hipertensi sebanyak 16 orang. Hasil serupa didapatkan oleh

Viswanathan (2005), yakni dengan gambaran pasien hipertensi yang ditemukan

sebanyak 34%. Namun, terdapat perbedaan jumlah persentase pasien ulkus

diabetik yang cukup besar antara hasil di atas dengan Chomi (2014) yang

melaporkan sebesar 52% pasien ulkus diabetik penelitiannya memiliki status

hipertensi.

Ditemukannya perbedaan hasil kemungkinan disebabkan karena terdapat variasi

pajanan faktor resiko yang berbeda antara pasien dalam penelitian yang satu

dengan pasien dalam penelitian yang lain, dan seperti yang dijelaskan dalam

kepustakaan bahwa pasien diabetes mellitus yang memiliki hipertensi memiliki

faktor resiko terjadinya ulkus diabetik lebih besar dibandingkan dengan pasien

diabetes mellitus yang tidak memiliki hipertensi. Faktor gaya hidup juga berperan

dalam kejadian ulkus, diet garam dan gula dapat menekan tekanan darah dan
50

kadar gula, sehingga walaupun seseorang mengalami hipertensi belum tentu akan

mengalami ulkus diabetes.

e. Faktor Resiko Kadar Gula Darah Terjadinya Ulcer Diabetic Pada

Pasien Diabetes Melitus Di RSUD Ajibarang.

Hasil penelitian menunjukan responden dengan kadar gula darah < 200 g/dl

sebagian besar mengalami diabetes tanpa ulkus yaitu 39 pasien (65%). Responden

dengan kadar gula darah > 200 g/dl sebagian besar mengalami ulkus yaitu 38

pasien (63,3%). Hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,002 yang lebih

kecil dari  = 0,05, artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan antara faktor resiko kadar gual darah dengan

terjadinya ulcer diabetic pada pasien Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Nilai

OR sebesar 3,208 artinya pasien dengan kadar gula darah > 200 g/dl memiliki

kecenderungan untuk terkena ulkus 3,208 kali lebih tinggi dibandingkan pasien

dengan kadar gula darah < 200 g/dl.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Sanaa (2016), yang menunjukan ada hubungan

yang signifikan antara kadar gula darah dengan kejadian ulkus diabetes dengan

nilai p value 0,001. Pasien diabetes dengan kadar glukosa darah tinggi terkena

komplikasi mikrovaskular dan neuropati, dan terjadinya neuropati dapat

meningkatkan risiko untuk ulkus karena peningkatan beban tekanan dan gaya

geser. Selain itu, pasien diabetes kronis pada periode postpartum awal yang

menggunakan kombinasi metode kontrasepsi hormonal mungkin memiliki efek

pada risiko trombosis vena dalam, yang juga memiliki risiko neuropati dan dapat

memperberat terjadinya ulkus kaki diabetic (Abera, 2015).


51

Kadar gula darah yang semakin tinggi didalam tubuh dapat menyebabkan semakin

lama proses penyembuhan luka pada pasien diabetes mellitus. Gula dara yang

semakin pekat membuat pasokan oksigen dan nutrisi penting untuk antibody dan

penutupan luka di dalam darah berkurang,

f. Faktor Resiko Indeks Massa Tubuh Terjadinya Ulcer Diabetic

Pada Pasien Diabetes Melitus Di RSUD Ajibarang.

Hasil penelitian menunjukan uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,239 yang

lebih besar dari  = 0,05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat

disimpulkan tidak ada hubungan antara faktor resiko IMT dengan terjadinya ulcer

diabetic pada pasien Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang. Nilai OR sebesar

1,592 artinya pasien dengan IMT > 24,5 memiliki kecenderungan untuk terkena

ulkus 1,592 kali lebih tinggi dibandingkan pasien dengan IMT < 24,5.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Yusuf (2016), yang menunjukan bahwa ada

hubugan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan kejadian ulkus dengan

nilai p value 0,974. Walaupun hasil penelitian ini tidak signifikan, tapi responden

dengan IMT >24,5 sebagian besar mengalami ulkus yaitu 22 pasien (36,7%).

Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan kondisi obesitas mempunyai

peluang 6 kali lebih tinggi mengalami ulkus kaki dibandingkan dengan pasien

tanpa kondisi obesitas. Suatu hasil penelitian yang merupakan bagian dari

penelitian kohort The Nurse Health Study menunjukkan bahwa faktor predictor

utama terjadinya DM ialah berat badan lebih atau gemuk. Orang gemuk, terdapat

kalori yang berlebihan karena konsumsi makanan yang banyak menyebabkan

penimbunan jaringan lemak di bawah kulit. Insulin resistance atau resisten insulin
52

akan timbul, dimana jaringan lemak menumpuk akan menghambat kerja insulin

dijaringan tubuh dan otot sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan

menimbun di dalam pembuluh darah, dan glukosa akan meningkat (Sohn, 2011).

Orang yang mengalami kelebihan berat badan akan menimbulkan berbagai

macam penyakit. Asupan lemak dan kalori yang berlebih membuat tubuh

mengalami kelebihan nutrisi yang kemudia akan meningkatkan berat badan dan

kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang terus mengalami peningkatan

dapat menyebabkan neuropati dan gagal ginjal.

3. Faktor paling Dominan Terjadinya Ulcer Diabetic Pada Pasien

Diabetes Melitus Di RSUD Ajibarang

Hasil penelitian diketahui dari hasil uji regresi logistik di atas, dinyatakan bahwa

faktor umur, tekanan darah sistolik dan diastolic, dan IMT yang tidak

berpengaruh signifikan terhadap kejadian ulcer diabetic, dengan p value

(menggunakan Chi square) > (α = 0,05). Variabel jenis kelamin, durasi DM, dan

gula darah yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian ulcer diabetic, dengan

nilai p value (menggunakan Chi square) < (α = 0,05). Hasil odds ratio atau nilai B

sebesar 1,822 menunjukan durasi DM merupakan faktor yang paling dominan

terhadap kejadian ulcer diabetic pada pasien diabetes mellitus di RSUD

Ajibarang.

Ulkus diabetikum terutama terjadi pada penderita diabetes mellitus yang telah

menderita 10 tahun atau lebih dengan kadar glukosa darah yang tidak terkendali.

Kadar glukosa darah yang tidak terkendali akan memunculkan komplikasi yang

berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati-


53

mikroangiopati yang akan yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan

adanya robekan/luka pada kaki. Menurut kepustakaan lama DM ≥ 5 tahun

merupakan faktor risiko terjadiya ulkus diabetikum karena neuropati cenderung

terjadi sekitar 5 tahun lebih atau sama dengan setelah menderita DM (Frykberg,

2006).

Semakin lama menderita DM maka kemungkinan terjadinya hiperglikemia kronik

semakin besar. Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan komplikasi diabetes

mellitus yaitu retinopati, nefropati, PJK, dan ulkus diabetikum. Hiperglikemia

dapat meningkatkan kerja enzim aldoreduktase dan sorbitol dehydrogenase.

Hasilnya konversi glukosa di intrasel menjadi sorbitol dan fruktosa. Akumulasi

dari zat tersebut, menurunkan sintesis myoinositol sel saraf, yang dapat

mempengaruhi konduksi saraf normal. Hasil tambahan, konversi kimia pada

glukosa menghasilkan menurunnya cadangan nicotinamide adenine di nucleotide

phosphate, yang diperlukan untuk detoksikasi reaktif oksigen dan mensintesis

vasodilator nitric oxide. Hal ini akan menghasilkan peningkatan stres oksidatif di

saraf dan peningkatan vasokontriksi yang berakibat iskemia, hal ini meningkatan

sel saraf mengalami injuri dan mati, hal ini dapat mengakibatkan neuropati perifer

(Clayton, 2009). Polineuropati dapat terdeteksi pada responden DM tipe 1 atau

tipe 2 yang lama menderita DM 10 tahun sebesar 40-50%. Neuropati jarang

terjadi pada DM tipe 1 dalam 5 tahun awal didiagnosis DM, sedangkan DM tipe 2

dapat terjadi neuropati pada saat didiagnosis DM (Bril, 2008).

Faktor durasi DM yang merupakan paling dominan menunjukan bahwa semakin

lama pasien menderita diabetes mellitus maka akan beresiko lebih tinggi terkena
54

ulkus. Lamanya waktu menderita diabetes mellitus akan meningkatkan kadar gula

darah sehingga elastisitas pembuluh darah dan kecepatan proses penyembuhan

luka akan menurun, sehingga ketika terjadi luka maka proses terjadinya infeksi

akan semakin besar.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Variabel durasi lama menderita DM dapat terjadi prevalence-incidence

bias karena keterlambatan penegakan diagnosa DM atau ketidaktepatan

menentukan awal timbulnya penyakit DM karena penderita sering tidak

menyadari bahwa dirinya sebenarnya sudah menderita DM dan diagnosa

DM baru ditegakkan oleh dokter jauh setelah penyakit DM timbul.

2. Pengambilan data sekunder berupa rekam medis dari RSUD Ajibarang

memiliki mobilisasi yang tinggi, sehingga mengganggu proses pendataan

penelitian.
55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian tentang “Faktor resiko

terjadinya diabetik ulcer pada pasien Diabetes Melitusdi RSUD Ajibarang”, maka

dapat disimpulka sebagai berikut:

1. Responden dengan umur > 40 tahun sebagian besar mengalami ulkus

yaitu 59 pasien (98,3%). Responden dengan umur < 40 tahun sebagian

besar mengalami DM tanpa ulkus yaitu 3 pasien (5%). Responden

dengan jenis kelamin laki sebagian besar mengalami ulkus yaitu 30

pasien (50%). Responden dengan jenis kelamin perempuan sebagian

besar mengalami DM tanpa ulkus yaitu 41 pasien (68,3%). Responden

dengan riwayat DM < 5 tahun sebagian besar mengalami diabetes

mellitus tanpa ulkus yaitu 53 pasien (88,3%). Responden dengan

riwayat DM > 5 tahun sebagian besar mengalami DM dengan ulkus

yaitu 23 pasien (38,3%). Responden dengan tekanan darah sistolik <

140 mmHg sebagian besar mengalami ulkus yaitu 47 pasien (21,3%).

Responden dengan tekanan darah sistolik > 140 mmHg sebagian besar

mengalami DM tanpa ulkus yaitu 16 pasien (26,7%). Responden

dengan tekanan darah diastolic < 90 mmHg sebagian besar mengalami

ulkus yaitu 57 pasien (95%). Responden dengan tekanan darah

diastolic >90 mmHg sebagian besar mengalami DM tanpa ulkus yaitu


56

9 pasien (15%). Responden dengan kadar gula darah < 200 g/dl

sebagian besar mengalami diabetes tanpa ulkus yaitu 39 pasien (65%).

Responden dengan kadar gula darah > 200 g/dl sebagian besar

mengalami ulkus yaitu 38 pasien (63,3%). Responden dengan IMT <

24,5 sebagian besar mengalami diabetes tanpa ulkus yaitu 44 pasien

(73,3%). Responden dengan IMT >24,5 sebagian besar mengalami

ulkus yaitu 22 pasien (36,7%).

2. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor resiko jenis kelamin, durasi

DM, dan kadar gula darah memiliki hubungan yang signifikan

terjadinya ulcer diabetic pada pasien Diabetes Melitus di RSUD

Ajibarang. Sedangkan faktor resiko umur, tekanan darah, dan IMT

tidak memiliki hubungan dengan terjadinya ulcer diabetic pada pasien

Diabetes Melitus di RSUD Ajibarang

3. Hasil odds ratio atau nilai B sebesar 6,186 menunjukan durasi DM

merupakan faktor yang paling dominan terhadap kejadian ulcer

diabetic pada pasien diabetes mellitus di RSUD Ajibarang.

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan tambahan tentang faktor resiko

terjadinya ulcer diabetic pada pasien diabetes melitus.

2. Bagi Institusi Pendidikan

56
57

Hasil penelitian ini dapat menambah sumber referensi keilmuan keperawatan

medikal bedah tentang faktor resiko terjadinya ulcer diabetik pada pasien

Diabetes Melitus.

3. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang faktor resiko

terjadinya ulkus diabetes, sehingga responden dapat lebih waspada dalam

mengendalikan kadar gula darahnya.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik pada penelitian selanjutnya,

maka sebaiknya dilakukan pengambilan sampel dengan rentang waktu yang

panjang dan dengan jumlah sampel yang lebih besar pada lokasi yang berbeda

dengan mengembangkan kriteria inklusi sampelnya.

57
58

DAFTAR PUSTAKA

Abera, Y., Mengesha, Z., Tessema, G.(2015). Postpartum contraceptive use in


Gondar town, Northwest Ethiopia: a community based cross-sectional
study. BMC Women’s Health. 15(1)

American Diabetes Association. (2009). Diabetes Care. Retrieved 15 Desember


2017,
darihttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2992225/?tool=pmce
ntrez

American Diabetes Association.(2010). Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus.Diabetes Care, 33: 562-569

Anna, P., & Bryan, W. (2007). Simple Guides tekanan darah tinggi. Jakarta:
Erlangga.

Ardiyati. (2014). Hubungan Antara Skor Monofilamen Dengan Ulkus Diabetika


Di Klinik Perawatan Luka Rumat Bekasi. Skripsi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Baker, D. (2005). Smoking and peripheral arterial disease. Retrieved24 Desember


2017 fromhttp://ash.org.uk/files/documents/ASH_190.pdf

Barasi, M. (2007).At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta. Erlangga Departemen


Kesehatan.

Boyko, E., Ahroni, J., Stensel, V., Forsberg, R., Davignon D., & Smith, D. (2004).
A Prospective Study of Risk Factors for Diabetic Foot Ulcer. Diabetes
Care. 22(7): 1036-42.

Brennan.(2016). Diabetic foot ulcer severity predicts mortality among veterans


with type 2 diabetes. Journal of Diabetes and Its Complications xxx
(2016) xxx–xxx.

Bril, V., & Perkins, B. (2008). Neuropathy. Diakses pada tanggal 7 April 2018
http://guidelines.diabetes.ca.

Chomi E.I.,& Nuneza O.M. (2014).Clinical Profile and Prognosis of


DiabetesMellitus Type 2 Patients with Diabetic Foot Ulcers in Chomi
Medical andSurgical. Phillipines: Department of Biological Sciences,
College ofScience and Mathematics, Mindanao State University-Iligan
Institute ofTechnology.

58
59

LAMPIRAN

59
60

LEMBAR OBSERVASI
FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIABETIC ULCER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
DENGAN ULKUS DI RSUD AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

No. Nama Umur Jenis Kelamin Durasi DM Tekanan Darah Gula Darah BB TB IMT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
61

21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47

61
62

48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

62
63

LEMBAR OBSERVASI
FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIABETIC ULCER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
TANPA ULKUS DI RSUD AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

No. Nama Umur Jenis Kelamin Durasi DM Tekanan Darah Gula Darah BB TB IMT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

63
64

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

64
65

50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

65
66
67

67
68

68
69

69
70

70
71

OUTPUT SPSS

A. Analisisi Univariat
1. Umur

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid >40 tahun 116 96.7 96.7 96.7

<40 tahun 4 3.3 3.3 100.0

Total 120 100.0 100.0

2. Jenis kelamin

Jenis_Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 49 40.8 40.8 40.8

perempuan 71 59.2 59.2 100.0

Total 120 100.0 100.0

3. Durasi DM
Durasi_DM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 5 tahun 90 75.0 75.0 75.0

> 5 tahun 30 25.0 25.0 100.0

Total 120 100.0 100.0

4. Tekanan Darah
Tekanan_Darah_Sistolik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 140 91 75.8 75.8 75.8

> 140 29 24.2 24.2 100.0

71
72

Tekanan_Darah_Sistolik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 140 91 75.8 75.8 75.8

> 140 29 24.2 24.2 100.0

Total 120 100.0 100.0

Tekanan_Darah_Diastolik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <90 108 90.0 90.0 90.0

>90 12 10.0 10.0 100.0

Total 120 100.0 100.0

5. Gula Darah
Gula_Darah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 200 61 50.8 50.8 50.8

> 200 59 49.2 49.2 100.0

Total 120 100.0 100.0

6. IMT
IMT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <24.5 82 68.3 68.3 68.3

>24.5 38 31.7 31.7 100.0

Total 120 100.0 100.0

7. Kejadian Ulkus

72
73

Kejadian_Ulkus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid DM tanpa Ulkus 60 50.0 50.0 50.0

Ulkus 60 50.0 50.0 100.0

Total 120 100.0 100.0

B. Analisis Bivariat
1. Umur

Umur * Kejadian_Ulkus Crosstabulation

Kejadian_Ulkus

DM tanpa Ulkus Ulkus Total

Umur >40 tahun Count 57 59 116

Expected Count 58.0 58.0 116.0

% within Kejadian_Ulkus 95.0% 98.3% 96.7%

<40 tahun Count 3 1 4

Expected Count 2.0 2.0 4.0

% within Kejadian_Ulkus 5.0% 1.7% 3.3%

Total Count 60 60 120

Expected Count 60.0 60.0 120.0

% within Kejadian_Ulkus 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.034a 1 .309

Continuity Correctionb .259 1 .611

Likelihood Ratio 1.081 1 .298

Fisher's Exact Test .619 .309

73
74

N of Valid Casesb 120

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Umur (>40


.322 .033 3.187
tahun / <40 tahun)

For cohort Kejadian_Ulkus =


.655 .361 1.188
DM tanpa Ulkus

For cohort Kejadian_Ulkus =


2.034 .369 11.212
Ulkus

N of Valid Cases 120

2. Jenis Kelamin

Jenis_Kelamin * Kejadian_Ulkus Crosstabulation

Kejadian_Ulkus

DM tanpa Ulkus Ulkus Total

Jenis_Kelamin laki-laki Count 19 30 49

Expected Count 24.5 24.5 49.0

% within Kejadian_Ulkus 31.7% 50.0% 40.8%

perempuan Count 41 30 71

Expected Count 35.5 35.5 71.0

% within Kejadian_Ulkus 68.3% 50.0% 59.2%

Total Count 60 60 120

Expected Count 60.0 60.0 120.0

% within Kejadian_Ulkus 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

74
75

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.174a 1 .041

Continuity Correctionb 3.449 1 .063

Likelihood Ratio 4.202 1 .040

Fisher's Exact Test .063 .031

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


Jenis_Kelamin (laki-laki / .463 .220 .974
perempuan)

For cohort Kejadian_Ulkus =


.671 .448 1.006
DM tanpa Ulkus

For cohort Kejadian_Ulkus =


1.449 1.019 2.059
Ulkus

N of Valid Cases 120

3. Durasi DM

Durasi_DM * Kejadian_Ulkus Crosstabulation

Kejadian_Ulkus Total

75
76

DM tanpa Ulkus Ulkus

Durasi_DM < 5 tahun Count 53 37 90

Expected Count 45.0 45.0 90.0

% within Kejadian_Ulkus 88.3% 61.7% 75.0%

> 5 tahun Count 7 23 30

Expected Count 15.0 15.0 30.0

% within Kejadian_Ulkus 11.7% 38.3% 25.0%

Total Count 60 60 120

Expected Count 60.0 60.0 120.0

% within Kejadian_Ulkus 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 11.378a 1 .001

Continuity Correctionb 10.000 1 .002

Likelihood Ratio 11.852 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Durasi_DM (<


4.707 1.830 12.103
5 tahun / > 5 tahun)

For cohort Kejadian_Ulkus =


2.524 1.290 4.938
DM tanpa Ulkus

For cohort Kejadian_Ulkus =


.536 .391 .736
Ulkus

N of Valid Cases 120

76
77

4. Tekanan Darah Sistolik

Tekanan_Darah_Sistolik * Kejadian_Ulkus Crosstabulation

Kejadian_Ulkus

DM tanpa Ulkus Ulkus Total

Tekanan_Darah_Sistolik < 140 Count 44 47 91

Expected Count 45.5 45.5 91.0

% within Kejadian_Ulkus 73.3% 78.3% 75.8%

> 140 Count 16 13 29

Expected Count 14.5 14.5 29.0

% within Kejadian_Ulkus 26.7% 21.7% 24.2%

Total Count 60 60 120

Expected Count 60.0 60.0 120.0

% within Kejadian_Ulkus 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

77
78

Pearson Chi-Square .409a 1 .522

Continuity Correctionb .182 1 .670

Likelihood Ratio .410 1 .522

Fisher's Exact Test .670 .335

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


Tekanan_Darah_Sistolik (< .761 .329 1.761
140 / > 140)

For cohort Kejadian_Ulkus =


.876 .593 1.295
DM tanpa Ulkus

For cohort Kejadian_Ulkus =


1.152 .735 1.807
Ulkus

N of Valid Cases 120

5. Tekanan darah Diastolik

Tekanan_Darah_Diastolik * Kejadian_Ulkus Crosstabulation

Kejadian_Ulkus Total

78
79

DM tanpa Ulkus Ulkus

Tekanan_Darah_Diastolik <90 Count 51 57 108

Expected Count 54.0 54.0 108.0

% within Kejadian_Ulkus 85.0% 95.0% 90.0%

>90 Count 9 3 12

Expected Count 6.0 6.0 12.0

% within Kejadian_Ulkus 15.0% 5.0% 10.0%

Total Count 60 60 120

Expected Count 60.0 60.0 120.0

% within Kejadian_Ulkus 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 3.333a 1 .068

Continuity Correctionb 2.315 1 .128

Likelihood Ratio 3.473 1 .062

Fisher's Exact Test .125 .063

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


Tekanan_Darah_Diastolik .298 .077 1.162
(<90 / >90)

For cohort Kejadian_Ulkus =


.630 .429 .923
DM tanpa Ulkus

For cohort Kejadian_Ulkus =


2.111 .780 5.716
Ulkus

79
80

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


Tekanan_Darah_Diastolik .298 .077 1.162
(<90 / >90)

For cohort Kejadian_Ulkus =


.630 .429 .923
DM tanpa Ulkus

For cohort Kejadian_Ulkus =


2.111 .780 5.716
Ulkus

N of Valid Cases 120

6. Gula Darah

Gula_Darah * Kejadian_Ulkus Crosstabulation

Kejadian_Ulkus

DM tanpa Ulkus Ulkus Total

Gula_Darah < 200 Count 39 22 61

Expected Count 30.5 30.5 61.0

% within Kejadian_Ulkus 65.0% 36.7% 50.8%

> 200 Count 21 38 59

Expected Count 29.5 29.5 59.0

% within Kejadian_Ulkus 35.0% 63.3% 49.2%

Total Count 60 60 120

Expected Count 60.0 60.0 120.0

% within Kejadian_Ulkus 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.636a 1 .002

Continuity Correctionb 8.536 1 .003

Likelihood Ratio 9.769 1 .002

80
81

Fisher's Exact Test .003 .002

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 29.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Gula_Darah


3.208 1.521 6.767
(< 200 / > 200)

For cohort Kejadian_Ulkus =


1.796 1.214 2.657
DM tanpa Ulkus

For cohort Kejadian_Ulkus =


.560 .381 .822
Ulkus

N of Valid Cases 120

7. IMT

IMT * Kejadian_Ulkus Crosstabulation

Kejadian_Ulkus

DM tanpa Ulkus Ulkus Total

IMT <24.5 Count 44 38 82

Expected Count 41.0 41.0 82.0

% within Kejadian_Ulkus 73.3% 63.3% 68.3%

>24.5 Count 16 22 38

Expected Count 19.0 19.0 38.0

% within Kejadian_Ulkus 26.7% 36.7% 31.7%

Total Count 60 60 120

Expected Count 60.0 60.0 120.0

% within Kejadian_Ulkus 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

81
82

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.386a 1 .239

Continuity Correctionb .963 1 .326

Likelihood Ratio 1.391 1 .238

Fisher's Exact Test .327 .163

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for IMT (<24.5 /


1.592 .732 3.461
>24.6)

For cohort Kejadian_Ulkus =


1.274 .834 1.947
DM tanpa Ulkus

For cohort Kejadian_Ulkus =


.800 .560 1.144
Ulkus

N of Valid Cases 120

3. Analisis Mulrivariat
Variables in the Equation

95.0% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a Umur -.853 1.267 .454 1 .501 .426 .036 5.101

Jenis_Kelamin(1) .893 .449 3.954 1 .047 2.441 1.013 5.885

Durasi_DM 1.822 .563 10.463 1 .001 6.186 2.050 18.660

Tekanan_Darah_Sistolik -.002 .597 .000 1 .997 .998 .310 3.217

Tekanan_Darah_Diastolik -1.339 .945 2.008 1 .156 .262 .041 1.670

Gula_Darah 1.728 .465 13.830 1 .000 5.628 2.264 13.991

IMT .710 .465 2.339 1 .126 2.035 .819 5.058

Constant -1.726 .476 13.132 1 .000 .178

82
83

Variables in the Equation

95.0% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a Umur -.853 1.267 .454 1 .501 .426 .036 5.101

Jenis_Kelamin(1) .893 .449 3.954 1 .047 2.441 1.013 5.885

Durasi_DM 1.822 .563 10.463 1 .001 6.186 2.050 18.660

Tekanan_Darah_Sistolik -.002 .597 .000 1 .997 .998 .310 3.217

Tekanan_Darah_Diastolik -1.339 .945 2.008 1 .156 .262 .041 1.670

Gula_Darah 1.728 .465 13.830 1 .000 5.628 2.264 13.991

IMT .710 .465 2.339 1 .126 2.035 .819 5.058

a. Variable(s) entered on step 1: Umur, Jenis_Kelamin, Durasi_DM, Tekanan_Darah_Sistolik,


Tekanan_Darah_Diastolik, Gula_Darah, IMT.

83
84

84
85

85
86

86
87

87
88

88

Anda mungkin juga menyukai