Penanganan Daging Yang Baik
Penanganan Daging Yang Baik
Oleh:
Kelompok 4
Kelas E
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
I
PENDAHULUAN
2.2.1 Pengangkutan
Faktor yang dapat mempengaruhi penampilan daging selama proses
sebelum pemotongan adalah perlakuan transportasi dan istirahat yang dapat
menentukan tingkat cekaman (stress) pada ternak yang pada akhirnya akan
menentukan kualitas daging yang dihasilkan.
Menurut Aberle et al., (2001), defisiensi glikogen terjadi apabila ternak
yang mengalami stres, seperti yang berkaitan dengan kelelahan, latihan, puasa dan
gelisah, atau yang langsung dipotong sebelum mendapat istirahat yang cukup
untuk memulihkan cadangan glikogen ototnya. Defisiensi glikogen otot pada
ternak dapat menyebabkan proses glikolisis pascamati yang terbatas dan lamban,
sehingga daging yang dihasilkan mempunyai pH yang tinggi dengan warna merah
gelap atau dikenal dengan istilah daging DFD (Dark Firm and Dry).
Penanganan ternak setelah pengangkutan dimaksudkan untuk memberi
kesempatan ternak dalam memulihkan cadangan glikogen ototnya, antara lain
dengan mengistirahatkan ternak sebelum dipotong. Selain itu, untuk mempercepat
pemulihan kondisi tubuh ternak tersebut adalah memberikan larutan gula. Selama
transportasi ternak mengalami stres dan berupaya untuk mempertahankan kondisi
fisiologis tubuhnya, sehingga otot berkontraksi lebih cepat. Keadaan ini
memerlukan laju aliran darah yang meningkat dalam otot, kondisi ini
menyebabkan peningkatan mobilisasi glukosa. Hormon insulin merangsang
pemasukan glukosa darah ke dalam sel-sel target, yang dalam hal ini kembali ke
otot (Turner-Bagnara, 1976).
Berdasarkan hasil penelitian Dewi (2012) menyatakan bahwa penanganan
ternak setelah pengangkutan, dengan lama istirahat 2 jam, pemberian gula 6 g/kg
bb dari bobot badan dapat menurunkan pH akhir daging. Pemberian insulin
sebanyak 0,3 IU dapat memperbaiki kadar glikogen daging. Dengan demikian
dapat mencegah terjadinya daging DFD yang mempunyai kualitas rendah. Selain
itu, terdapat korelasi positif yang nyata antara glikogen dan asam laktat dengan,
tetapi antara kadar glikogen dan pH daging terdapat korelasi negatif yang nyata.
Asam laktat daging dan nilai pH daging kolerasi negatif yang nyata, sedangkan
nilai pH daging dan susut masak daging korelasinya tidak nyata.
Keterangan :
1. Daging sapi paha depan (chuck), berbentuk potongan segiempat dengan
ketebalan 2-3 cm.
2. Daging iga sapi (rib).
3. Has dalam (tendrloin), terdiri dari bagian–bagian otot utama , karena otot
ini jarang dipakai untuk beraktifitas maka otot ini merupakan otot yang
paling lunak.
4. Has luar (sirloin), daging bagian ini masih lumayan keras karena otot ini
paling banyak digunakan untuk bekerja.
5. Has atas (top sirloin)
6. Has bawah (bottom sirloin)
7. Paha belakang (round)
8. Senkel (shank), daging yang berasal dari bagian depan atas kaki sapi.
9. Sandung lamur (brisket), berasal dari bagian dada bawah sekitar ketiak.
10. Sancan depan (plate), merupakan daging sapi yang berasal dari otot perut ,
bentuknya panjang dan datar tetapi kurang lunak.
11. Sancan Belakang (Flank)
2.2.4 Pelepasan Tulang
Deboning merupakan proses pemotongan karkas yang telah dilayukan
menjadi potongan-potongan daging komersial. Deboning dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu boning, cutting dan trimming (Lawrie, 1998).
Boning dilakukan untuk memisahkan daging dengan tulang. Cutting
dilakukan untuk memotong bagian-bagian daging sesuai dengan potongan
komersilnya. Sedangkan trimming dilakukan untuk membersihkan lemak yang
menempel pada daging dan daging yang menempel pada tulang. Pemotongan
dimulai dari karkas bagian bahu yaitu blade, chuck dan chuck tender. Hot carcass
yang ada dibagi menjadi dua dengan menggunakan bond saw. Karkas bagian
dada-perut dan karkas bagian punggung akan dikerjakan di atas meja, sedangkan
pemisahan daging karkas bagian paha belakang dan betis akan dilakukan dalam
posisi menggantung (Lawrie, 1998).
2.2.8.4 Iradiasi
Metode pengawetan dengan radiasi umumnya menggunakan radiasi
mengion terhadap produk. Radiasi mengion adalah radiasi yang mempunyai
energi dan cukup untuk melepaskan elektron dari atom serta menghasilkan atom.
Radiasi ini akan membunuh mikroorganisme di dalam daging yang akan
menyebabkan perubahan kimia, fisik dan organoleptik daging termasuk
diskolorisasi (Soeparno, 2005).
1. Daging adalah semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan
jaringan-jaringan tersebut yang dapat dimakan serta tidak menimbulkan
gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya.
2. Penanganan daging yang baik meliputi pelayuan, pemotongan bagian-
bagian daging, pelepasan tulang, pembekuan, pendinginan, pengangkutan,
penyimpanan, dan kegiatan lain untuk menyiapkan daging guna
penjualannya
DAFTAR PUSTAKA
Abustam, E dan H. M. Ali. 2005. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Buku Ajar. Program A2
Jurusan Produksi Ternak Fak. Peternakan Unhas.
Buckle, K.A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wooton, 1978. Food Science. Watson
Ferguson & Co. Brisbane. Australia.
Dewi, Sri Hartanti C. 2012. Korelasi Antara Kadar Glikogen, Asam Laktat, pH
Daging dan Susut Masak Daging Domba Setelah Pengangkutan. [Jurnal]
Agrisains Vol. 4 No. 5. Universitas Mercu Buana. Yogyakarta.
Judge, M. D., E. D. Aberle, J. C. Forrest, H. B. Hedrick, dan R. A. Merkel, 1989.
Principles Of Meat Science. 2nd., Kendall/Hunt Publishing Co. Dubuque, Iowa.
Komariah dan Surajudin. 2005. Aneka Olahan Daging Sapi. Agromedia Pustaka.
Lawrie, R. A., 1979. Meat Science. 3rd ed. Pergamon Press. Oxford
Muchtadi TR, Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.. PAU IPB. Bogor.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.