1 Interferensi Cahaya
Pada materi sebelumnya tentang gerak gelombang, telah dibahas mengenai iterferensi
geombang pada tali, gelombang permukaan air, dan gelombang bunyi. Peristiwa yang terjadi pada
gelombang berlaku pula pada cahaya karena cahaya di dalam perambatannya merupakan sebuah
gelombang. Perpaduan dua buah gelombang cahaya akan dapat mengasilkan sebuah gelombang.
Proses perpaduan kedua gelombang ini disebut interferensi cahaya.
Untuk dapat mengamati interferensi cahaya dalam pola yang teratur dibutuhkan suatu
persyaratan, yaitu kedua gelombang cahaya tersebut harus koheren. Artinya, kedua gelombang
cahaya yang berinterferensi tersebut memiliki frekuensi yang sama serta memiliki selisih fase yang
tetap.
2.1.1 Percobaan Fresnell
Untuk mendapatkan dua sumber cahaya koheren, A. J Fresnell dan Thomas Young
menggunakan sebuah lampu sebagai sumber cahaya. Dengan menggunakan sebuah sumber cahaya
S, Fresnell memperoleh dua sumber cahaya S1 dan S2 yang koheren dari hasil pemantulan dua
cermin. Sinar monokromatis yang dipancarkan oleh sumber S, dipantulkan oleh cermin I dan
cermin II yang seolah-olah berfungsi sebagai sumber S1 dan S2. Sesungguhnya, S1 dan S2
merupakan bayangan oleh cermin I dan Cermin II (Gambar 1.)
Berbeda dengan percobaan yang dilakukan oleh Fresnell, Young menggunakan dua
penghalang, yang pertama memiliki satu lubang kecil dan yang kedua dilengkapi dengan dua
lubang kecil. Dengan cara tersebut, Young memperoleh dua sumber cahaya (sekunder) koheren
yang monokromatis dari sebuah sumber cahaya monokromatis (Gambar 2). Pada layar tampak
pola garis-garis terang dann gelap. Pola garis-garis terang dan gelap inilah bukti bahwa cahaya
dapat berinterferensi. Interferensi cahaya terjadi karena adanya beda fase cahaya dari kedua celah
tersebut.
Gambar 2. Percobaan dua celah oleh Young
Pola interferensi yang dihasilakan oleh kedua percobaan tersebut adalah garis-garis terang
dan garis-garis gelap pada layar yang silih berganti. Garis terang terjadi jika kedua sumber cahaya
mengalami interferensi yang saling menguatkan atau interferensi maksimum. Adapun garis gelap
terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi yang saling melemahkan atau interferensi
minimum. Perlu diketahui, jika kedua sumber cahaya memiliki amplitudo yang sama, pada tempat-
tempat terjadinya interferensi minimum, akan terbentuk garis gelap. Sebaliknya jika amplitudo
tidak sama, interferensinya tidak gelap sama sekali. Untuk mengetahui lebih rinci mengenai pola
yang terbentuk dari interferensi dua celah.
Pada Gambar 3, tampak bahwa lensa kolimator menghasilkan berkas sejajar. Kemudian,
berkas cahaya tersebut melewati penghalang yang memiliki celah ganda sehingga S1 dan S2 dapat
dipandang sebagai dua sumber cahaya monokromatis. Setelah keluar dari S1 dan S2, kedua cahaya
digambarkan menuju sebuah titik A pada layar. Selisih jarak yang ditempuhnya (S2A – S1A) disebut
beda lintasan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
. . . . (1)
Untuk θ kecil, berarti p/l kecil atau p<<l sehingga selisih kecepatan yang ditempuh oleh
cahaya dari sumber S2 dan S1 akan memenuhi persamaan berikut ini.
Sehingga
𝑑𝑝
∆𝑆 = .... (2)
𝑙
Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang yang tiba di titik A sefase. Dua
gelombang memiliki fase sama bila beda lintasannya merupakan kelipatan bilangan cacah dari
panjang gelombang.
ΔS = mλ .... (3)
Jadi, persamaan interferensi maksimum menjadi
𝑑𝑝
= 𝑚λ .... (4)
𝑙
Jika kedua gelombang cahaya dari sumber S1 dan S2 yang sampai pada layar berlawanan
fase (berbeda sudut fase 180°), maka pada layar akan terjadi interferensi minimum atau garis-
garis gelap. Untuk mendapatkan beda fase sebesar 180°, beda lintasan harus merupakan kelipatan
bilangan ganjil dari setengah panjang gelombang, yaitu
.... (5)
dengan m = 1, 2, 3, 4, …
Berdasarkan persamaan (5) dan (2) maka diperoleh interferensi minimum yang memnuhi
persamaan berikut.
𝑑𝑝 1
= (2𝑚 − 1) 2 λ .... (6)
𝑙
Gambar 5. Terjadinya interferensi yaitu perpaduan dua gelombang cahaya a yang jatuh pada
selaput tipis, seperti selaput air sabun
Jika cahaya yang dijatuhkan pada selaput tipis cahaya monokhromatik, maka pada
gelembung sabun tidak akan terlihat warna pelangi, melainkan warna terang dan gelap.
Selisih lintasan yang ditempuh oleh sinar datang hingga menjadi sinar pantul ke-1 dan sinar
pantul ke-2 adalah
∆𝑆 =S2 – S1
∆𝑆 = 𝑛(𝐴𝐵 + 𝐵𝐶) − 𝐴𝐷 = 𝑛(2𝐴𝐵) − 𝐴𝐷 . . . . (8)
dengan n adalah indeks bias lapisan tipis.
Jika tebal lapisan adalah d, hubungan antara panjang AB dan d akan menjadi d = AB cos r
sehingga AB = d/cos r dan AD = AC sin i, dengan AC = 2d tan r. Dengan memasukkan nilai-nilai
tersebut dalam persamaan 8, akan diperoleh
𝑑
∆𝑆 = 2𝑛 ( ) − (2 𝑑 tan 𝑟) sin 𝑖
cos 𝑟
2𝑛𝑑 2𝑑 sin 𝑟 sin 𝑖
∆𝑆 = −
cos 𝑟 cos 𝑟
Sesuai dengan Hukum Snellius, n sin r = sin i, selisih jarak tempuh kedua sinar menjadi
2𝑛𝑑 2𝑛𝑑𝑠𝑖𝑛2 𝑟
∆𝑆 = −
cos 𝑟 cos 𝑟
2𝑛𝑑 2𝑛𝑑
∆𝑆 = (1 − 𝑠𝑖𝑛2 𝑟 ) = (𝑐𝑜𝑠 2 𝑟)
cos 𝑟 cos 𝑟
∆𝑆 = 2𝑛𝑑 cos 𝑟 .... (9)
Agar terjadi interferensi maksimum, ∆𝑆 harus merupakan kelipatan dari panjang
1
gelombang (), tetapi karena sinar pantul di B mengalami perubahan fase 2, ∆𝑆 menjadi
1 1
∆𝑆 = (𝑚 + 2) = (2𝑚 + 1) 2 .... (10)
Interferensi maksimum sinar pantul pada lapisan tipis akan memenuhi persamaan berikut.
1
2𝑛𝑑 cos 𝑟 = (2𝑚 + 1) 2 .... (11)
Persamaan 11. berlaku untuk indeks bias lapisan tipis lebih besar daripada 1 atau n>1
karena indeks bias udara n = 1. Persamaan 11 juga dapat dituliskan menjadi
1
2𝑛𝑑 cos 𝑟 = (𝑚 + 2) .... (12)