Anda di halaman 1dari 19

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN


TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

Emy Widya Kusumaningrum SP*, Eko Soponyono, Budhi Wisaksono


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : emywidya94@gmail.com

Abstrak

Pendidikan dianggap sebagai langkah awal manusia untuk memeroleh pekerjaan atau jabatan
mendorong manusia untuk mengambil jalan pintas dalam menempuh proses pendidikan. Hal ini
mendorong penyelewengan-penyelewengan dalam memeroleh ijazah tersebut. Perbuatan melawan
hukum dalam usaha mendapatkan ijazah tersebut dapat berupa pemalsuan ijazah.Penelitian ini
menggunakan metode yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder. Adapun bahan hukum
yang digunakan ialah bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Analis data yang dilakukan pada
penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif.Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil
bahwa penegakan hukum pidana dalam menanggulangi tindak pidana pemalsuan ijazah pada saat
ini menggunakan rumusan pasal pada KUHP dan juga pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pemalsuan ijazah masih digolongkan dalam tindak pidana pemalsuan surat.
Penanggulangan tindak pidana pemalsuan ijazah di masa yang akan datang dalam hukum pidana
diperlukan pembaruan yang harus memmerhatikan tentang formulasi peraturan, aturan atau
pedoman pemidanaan dan juga pertanggungjawaban pidana bagi pelaku pemalsuan ijazah.
Pembaruan hukum pidana dalam rangka menanggulangi pemalsuan ijazah wajib untuk dilakukan
mengingat masih banyaknya tindak pidana pemalsuan ijazah meskipun telah diatur dalam Undang-
Undang pada masa ini.

Kata kunci : Kebijakan Hukum Pidana, Tindak Pidana, Pemalsuan Ijazah

Abstract

Education is considered as the first step of a man to get a job or position of encouraging men to
take shortcuts in the anticipated educational process. This encourages abuses abuses in receiving
about the diploma. Tort in an attempt to get the diploma can be a counterfeit diplomas. This
research uses the juridical normative method by using secondary data. As for the legal material
used is the primary legal materials, secondary and tertiary. Data analyst who performed on this
research using qualitative methods of analysis. Based on the research results obtained the results
that the enforcement of criminal law in tackling the crime of falsification of diplomas at the
moment using the formulation of article in the CRIMINAL CODE and also in the law No. 20 of
2003 on the national education system, diploma forgery still classified in the criminal offence of
forgery of a letter. Tackling crime counterfeiting diploma in future in criminal law required
updates that need to be memmerhatikan about the formulation of regulations, rules or guidelines
on pemidanaan and also the criminal accountability for the perpetrators of the forgery of a
diploma. Renewal of criminal law in order to tackle counterfeiting diploma is mandatory to do
given the still large number of criminal acts of counterfeiting a diploma even though have been
regulated in the legislation at this time.

Keywords : Policy On Criminal Law, Criminal Acts, Forgery Of Diplomas

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN dengan tangan, dengan mesin ketik,


Dewasa ini, peranan pendidikan printer, komputer, dengan mesin
yang dianggap sebagai langkah awal cetakan, dan dengan alat dan cara
manusia untuk memeroleh pekerjaan apapun1. Kejahatan mengenai
atau jabatan mendorong manusia pemalsuan atau disingkat kejahatan
untuk mengambil jalan pintas dalam pemalsuan adalah berupa kejahatan
men-empuh proses pendidikan. yang didalamnya mengandung unsur
Proses pendidikan tidak lagi keadaan ketidak benaran atau palsu
dipandang menjadi proses atas sesuatu (objek), yang sesuatunya
pengembangan diri namun justru itu tampak dari luar seolah-olah
dipandang sebagai proses benar adanya padahal sesungguhnya
mendapatkan ijazah. Hal ini bertentangan dengan yang
mendorong penyelewengan- sebenarnya2.
penyelewengan dalam memeroleh Tindak pidana pemalsuan dapat
ijazah tersebut. Pe-nyelewengan digolongkan sebagai kelompok
terhadap cara memeroleh ijazah kejahatan penipuan, namun tidak
tersebut seringkali merupakan semua kejahatan penipuan adalah
perbuatan yang melawan hukum. pemalsuan. Tindak pidana pemalsuan
Perbuatan melawan hukum tergolong kejahatan penipuan apabila
dalam usaha mendapatkan ijazah seseorang memberikan gambaran
tersebut dapat berupa pemalsuan tentang sesuatu keadaan atas sesuatu
ijazah. Tindak pemalsuan ini bukan barang (surat) seakan-akan asli atau
merupakan hal yang asing di kebenarannya tidak sah tersebut
masyarakat. Adanya perkembangan adalah miliknya. Dengan dasar ini
teknologi dan ilmu pengetahuan yang orang lain terperdaya dan
tidak diiringi dengan kemajuan pola memercayai bahwa keadaan yang
pikir dan moral masyarakat menjadi digambarkan atas barang atau surat
pemicu maraknya pemalsuan ijazah tersebut adalah benar atau asli.
di masyarakat. Praktek pemalsuan Pemalsuan terhadap tulisan/surat
ijazah atau pun gelar akademik terjadi apabila isinya atas surat itu
kesarjanaan se-sungguhnya yang tidak benar digambarkan
merupakan suatu tindakan yang sebagai benar3.
dapat menimbulkan stigma negatif Upaya menanggulangi kejahatan
masyarakat terhadap martabat dunia pemalsuan surat yang semakin
pendidikan dan institusi pendidikan kompleks diperlukan pengetahuan
tinggi terkait. dan pemahaman yang sejalan dengan
Pemalsuan ijazah pada ketentuan hukum yang berlaku.
dasarnya merupakan suatu jenis Pengaturan mengenai penanganan
kejahatan yang digolongkan terhadap kejahatan pemalsuan ijazah
kejahatan pemalsuan surat. Surat
(geshrift) adalah suatu lembaran 1
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap
kertas yang diatasnya terdapat tulisan Pemalsuan, (Jakarta : Rajawali Pers,
yang terdiri dari kalimat dan huruf 2000), hlm. 99.
2
termasuk angka yang mengandung Ibid, Hlm. 3.
3
atau berisi buah pikiran atau makna H.A.K Moch Anwar, Hukum Pidana di
tertentu, yang dapat berupa tulisan Bidang Ekonomi, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1990), Hlm.128.

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dengan memasukannya sebagai 500.000.000,00 (Lima ratus juta


tindak pidana pemalsuan surat. rupiah)4”.
Tindak pidana pemalsuan surat Pengaturan lain tentang
sebenarnya telah diatur dalam Kitab pemalsuan ijazah tercantum pada
Undang-Undang Hukum Pidana Undang-Undang Nomor 12 Tahun
(KUHP) yang diatur dalam Bab XII 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang
Buku II KUHP yang tercantum pada menjelaskan bahwa, ”Perseorangan
Pasal 263 sampai dengan Pasal 276 yang tanpa hak dilarang meng-
KUHP. Tindak pidana pemalsuan gunakan gelar akademik, gelar
surat (valshheid in geschirften) dapat vokasi, dan/atau gelar
dibedakan menjadi 7 (tujuh) macam profesi5”.Ancaman pidana terhadap
kelompok, yakni: pelanggaran tersebut adalah pidana
1. Pemalsuan surat pada umumnya penjara paling lama 10 (Sepuluh)
bentuk pokok pemalsuan surat tahun dan/atau pidana denda paling
(Pasal 263) banyak Rp.1.000.000.000,00 (Satu
2. Pemalsuan surat yang diperberat milyar rupiah)6.
(Pasal 264) Maraknya kasus tindak
3. Menyuruh memasukkan ketera- pidana pemalsuan ijazah yang terjadi
ngan palsu kedalam akte otentik di masyarakat meskipun telah ada
(Pasal 266) undang-undang yang mengatur
4. Pemalsuan surat keterangan mengenai sanksi pidana terhadap
dokter (pasal 267, Pasal 266) kejahatan tersebut menimbulkan
5. Pemalsuan surat-surat tertentu suatu pertanyaan besar tentang
(Pasal 269, Pasal 270, Pasal 271) kebijakan pengaturan terhadap
6. Pemalsuan surat keterangan penanggulangan tindak pidana
pejabat-pejabat tentang hak pemalsuan ijazah ter-sebut dalam
milik (Pasal 274) hukum positif Indonesia. Bertolak
7. Menyimpan bahan atau benda dari pengertian di atas maka
untuk pemalsuan surat (Pasal kebijakan untuk melakukan pen-
275) anggulangan tindak pidana
pemalsuan ijazah yang dilakukan
Undang-Undang Nomor 20 dengan menggunakan sarana hukum
Tahun 2003 tentang Sistem pidana membutuhkan kajian terhadap
Pendidikan Nasional juga mengatur materi tindak pidana pemalsuan
tentang tindak pidana pemalsuan Penanggulangan melalui
ijazah. Undang-undang ini mengatur hukum pidana perlu memerhatikan
bahwa,“Setiap orang yang metode untuk memformulasikan
menggunakan ijazah, sertifikat suatu pe-raturan perundang-
kompetensi, gelar akademik, profesi, undangan yang te-pat guna
dan/ atau vokasi yang terbukti palsu menanggulangi tindak pidana di
dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau 4
Pasal 61 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
pidana denda paling banyak Rp. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
5
Pasal 28 Ayat 7 Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
6
Pasal 93 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi.

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

bidang teknologi informasi pada hukum positif tertulis.7 Selain


masa kini dan masa yang akan daripada itu, definisi lainnya
datang. mengenai penelitian yuridis
Untuk dapat melakukan pem- normatif dijelaskan oleh Zainudin
bahasan yang mendalam mengenai Ali, sebagai penelitian yang
masalah ini maka perlu dilakukan mengacu kepada norma-norma
penelitian yang mendalam agar dapat hukum yang terdapat dalam
diberikan gambaran yang jelas dalam peraturan perundang-undangan dan
menentukan kebijakan putusan-putusan pengadilan serta
penanggulangan tindak pidana norma-norma hukum yang ada
pemalsuan ijazah melalui hukum dalam masyarakat.8
pidana. Kebijakan pe-nanggulangan
hukum pidana tersebut pada B. Metode Pendekatan
hakekatnya bertujuan sebagai upaya Pendekatan terhadap rumusan
perlindungan masyarakat untuk pokok permasalahan dalam pe-
mencapai keadilan dan kesejahteraan nelitian ini adalah pendekatan
masyarakat. sekunder yang didapat dari Un-
Pembahasan dalam skripsi dang-undang, Kitab Undang-Un-
berjudul: “Kebijakan Hukum Pidana dang Hukum Pidana, dan Pe-
dalam Upaya Penanggulangan raturan Pemerintah pada
Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah”, khususnya dengan pendekatan
akan dibatasi pada permasalahan- historis dan pendekatan per-
permasalahan sebagai berikut: bandingan. Pendekatan undang-
1. Bagaimanakah kebijakan hukum undang dilakukan dengan cara
pidana dalam upaya pen- menelaah dan mengupas semua
anggulangan tindak pidana pe- undang-undang serta regulasi
malsuan ijazah saat ini? hukum lainnya yang kaitannya
2. Bagaimanakah kebijakan hukum dengan permasalahan hukum yang
pidana dalam upaya pen- sedang diteliti dan ditangani.
anggulangan tindak pidana pe- Hasil dari telaahan tersebut
malsuan ijazah di masa yang kemudian digunakan sebagai
akan datang? dasar hukum yang dibentuk dalam
bentuk suatu argumen hukum
II. METODE untuk memecahkan permasalahan
A. Jenis Penelitian hukum yang dihadapi dan diteliti.
Jenis penelitian yang
digunakan dalam penulisan skripsi C. Spesifikasi Penelitian
ini adalah jenis penelitian yuridis Spesifikasi penelitian yang
normatif. Penelitian yuridis digunakan penulis dalam pe-
normatif adalah penelitian-
penelitian atas hukum yang
7
dilakukan terhadap peraturan atau Soerjono Soekanto, Pengantar
Penelitian Hukum, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2010), hlm. 3.
8
Zainudin Ali, Metode Penelitian
Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika,
2010), hlm. 105.

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

nelitian hukum ini adalah bahan-bahan hukum yang ber-


deskriptif analistis. Deskriptif ya- hubungan dengan fokus pe-
itu bahwa penelitian ini dilakukan nelitian; bisa berupa jurnal, ar-
dengan melukiskan objek pe- tikel, makalah, dan lain se-
nelitian berdasarkan peraturan bagainya.11 Berikut ini bahan-
perundang-undangan dan ber- bahan yang dimanfaatkan secara
tujuan memberikan gambaran se- maksimal dalam penelitian ini
suatu obyek yang menjadi ma- yang meliputi:
salah dalam penelitian9. Selain itu a. Bahan hukum primer, yaitu:
juga memberikan gambaran suatu 1. Undang – Undang Dasar
objek yang menjadi masalah Republik Indonesia 1945;
dalam penelitian. Tujuan lainnya 2. Undang-Undang Nomor 1
dalam spesifikasi penelitian Tahun 1946 tentang Kitab
deksriptif ialah memberikan Undang – Undang Hukum
gambaran yang secara men- Pidana (KUHP);
yeluruh mengenai kebijakan hu- 3. Undang-Undang Nomor
kum pidana dalam pe- 20 Tahun 2003 tentang
nanggulangan tindak pidana pe- Sistem Pendidikan
malsuan ijazah. Untuk mencapai Nasional;
tujuan dari penulisan ini, 4. Undang-Undang Nomor
penelitian ini tidak hanya sekedar 48 Tahun 2009 tentang
memberikan gambaran tentang Kekuasaan Kehakiman;
keadaan obyek atau masalahnya 5. Undang-Undang Nomor
semata, akan tetapi juga 12 Tahun 2012 tentang
menganalisis, mengklarifikasi, Pendidikan Tinggi.
dan menafsirkan data tersebut dan b. Bahan hukum sekunder, ya-
tidak bermaksud mencapai itu :
kesimpulan secara umum10. 1. Buku-buku yang
membahas tentang tindak
D. Teknik Pengumpulan Data pidana pemalsuan;
Data ini diperoleh dari 2. Jurnal, majalah, makalah-
pengumpulan data melalui pen- makalah, dan dokumen-
elitian kepustakaan dengan cara dokumen yang berkaitan
mencari dan menginventarisasi, dengan pembahasan yang
menghimpun data dan fakta, penulis teliti;
memelajari buku-buku/literatur- 3. Bahan acuan lainnya
literatur yang berhubungan de- seperti berita-berita
ngan judul dalam penelitian, maupun artikel-artikel,
dokumen perundang-undangan baik di media cetak
dan dokumen lain yang berupa maupun elektronik.
data yang diperoleh melalui c. Bahan hukum tersier, yaitu:

9
Sukardi, Metodologi Penelitian 11
Pendidikan Kompetensi dan Nasution dan M. Thomas, Thesis,
Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksara, Skripsi, Disertasi, dan Makalah,
2003), hlm. 14. (Bandung: Jemmars, 1988), hlm.
10 58.
Ibid; hlm. 15.

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

1. Kamus Hukum; dan Pasal 263 ayat (1) KUHP


2. Kamus Besar Bahasa memberikan definisi pemalsuan
Indonesia; ijazah adalah membuat ijazah
E. Metode Analisis Data palsu atau memalsukan ijazah
Metode analisis data yang sehingga memberikan bukti
digunakan dalam penelitian ini bahwa seseorang yang menjadi
adalah metode kualitatif. Metode pemilik ijazah tersebut secara
kualitatif maksudnya adalah analisa tidak sah. Dalam hal ini ijazah
data di-lakukan secara kualitatif, palsu dapat terjadi dalam seluruh
komprehensif, dan lengkap. Analisis lembar ijazah atau pun sebagian
data artinya me-nguraikan data yang ijazah. Contohnya adalah
ada secara bermutu dalam kalimat membuat ijazah palsu secara
yang runtun, jelas, logis, teratur tidak utuh dan mengubah keterangan
tumpang tindih, dan efektif sehingga yang tertera pada ijazah tersebut,
memudahkan interpretasi data dan sehingga keterangan-keterangan
pemahaman hasil analisis. yang terdapat pada ijazah
tersebut tidak lagi sah.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemalsuan ijazah juga dapat
A. Kebijakan Penanggulangan terjadi pada tanda tangan pem-
Tindak Pidana Pemalsuan Ija- buat ijazah, dalam hal ini ijazah
zah Saat Ini. dinyatakan palsu apabila tidak
1.Kebijakan Penanggulangan Tin- ditandatangani oleh pembuat
dak Pidana Pemalsuan Ijazah surat yang sah dan berhak untuk
dalam KUHP melakukan penandatanganan
Kitab Undang-Undang Hukum pada ijazah tersebut
Pidana (KUHP) telah mem- Perbedaan antara membuat
berikan pengaturan mengenai ijazah palsu atau memalsukan
tindak pidana pemalsuan ijazah ijazah terletak pada waktu
yaitu dalam Pasal 263, yang dibuatnya ijazah tersebut. Pelaku
menjelaskan sebagai berikut: dalam membuat ijazah palsu
Barangsiapa membuat surat dengan melakukannya sebelum
palsu atau memalsukan surat ijazah tersebut ada, kemudian
yang dapat menimbulkan se- dibuat surat atau ijazah yang
suatu hak, perikatan, atau pem- tidak benar keterangan di
bebasan hutang, atau yang dipe- dalamnya.
runtukkan sebagai bukti da- Dalam hal memalsukan
ripada sesuatu hal dengan mak- ijazah, perbuatan tersebut di-
sud memakai atau menyuruh lakukan setelah ijazah tersebut
orang lain memakai surat ter- ada. Pelaku dalam hal ini
sebut seolah-olah isinya benar mengubah sebagian atau seluruh
dan tidak dipalsu, diancam jika keterangan dari ijazah menjadi
pemakaian tersebut dapat me- tidak benar, sehingga ijazah ter-
nimbulkan kerugian, karena pe- sebut menjadi tidak benar. Ijazah
malsuan surat, dengan pidana yang telah diubah se-bagian
penjara paling lama 6 (enam) maupun seluruhnya digolongkan
tahun sebagai ijazah palsu.

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Tindak pidana pemalsuan pun perikatan, karena se-


ijazah pada dasarnya masuk seorang dapat terperdaya
dalam kelompok Pemalsuan untuk membuat perjanjian
surat pada umumnya bentuk (misalnya: perjanjian kerja,
pokok pemalsuan surat. Menurut perjanjian jasa/ profesi dan
R. Soesilo surat yang dipalsu lainnya) karena percaya
dapat meliputi12: akan kualifikasi penge-
1. Surat yang menerbitkan tahuan pemilik ijazah.
hak: menerbitkan hak disini 3. Surat yang dapat di-
adalah dengan adanya surat pergunakan sebagai ke-
tersebut maka seseorang terangan dalam buku
dapat menimbulkan hak tabungan pos, buku kas,
untuk menikmati hak yang buku harian kapal, surat
tercantum dalam surat angkutan, obligasi dan lain
tersebut, seperti ijazah, tiket, sebagainya. Dengan di-
karcis dan lain sebagainya. selesaikannya proses pen-
Ijazah merupakan surat didikan tinggi seseorang di-
yang dapat menimbulkan nyatakan dapat menyandang
hak bagi seseorang karena gelar sesuai dengan ku-
ijazah merupakan tanda alifikasi pendidikan yang ia
telah diselesaikannya proses tempuh yang mana apabila
pendidikan sekaligus se- ijazah tersebut tidak sah
bagai bentuk penghargaan maka tidak sah pula se-
atas capaian peserta didik seorang menyandang gelar
dalam proses belajar, de- tersebut sebagai keterangan
ngan demikian seseorang pada dokumen - dokumen
yang namanya tercantum tersebut diatas.
dalam ijazah berhak untuk
melanjutkan proses belajar 2.Kebijakan Penanggulangan Tin-
maupun menggunakan dak Pidana Pemalsuan Ijazah
ijazah tersebut dalam men- diluar KUHP
dapatkan pekerjaan. Proses pendidikan adalah hak
2. Surat yang dapat me- dari setiap warga negara yang
nimbulkan perjanjian: de- diatur dalam Undang-Undang
ngan adanya surat tersebut Dasar 1945 dan Pemerintah
dapat menimbulkan per- wajib menyelenggarakan satu
janjian bagi para pihak sistem pendidikan nasional yang
untuk saling mengikatkan meningkatkan keimanan dan
diri. Ijazah termasuk sebagai ketakwaan serta akhlak mulia
surat yang dalam me- dalam rangka mencerdaskan
nimbulkan perjanjian atau- kehidupan bangsa yang diatur
oleh Undang-Undang13.
12
R.Soesilo, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP): Serta
13
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal 31 Amandemen ke IV Undang-
Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia, Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1995), hlm. 195 1945

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Proses pendidikan yang Uraian pasal di atas


bertujuan meningkatkan ke- memberikan gambaran bahwa
imanan dan ketakwaan serta penggunaan gelar yang di-
akhlak mulia tersebut kemudian nyatakan berhak memilikinya
tercoreng dengan maraknya pe- yang mana ditunjukan dengan
malsuan ijazah, padahal pe- bukti ijazah atau surat tanda
malsuan ijazah telah diatur tamat belajar sebagai bukti
dalam KUHP secara tersirat yak- bahwa yang bersangkutan ber-
ni pada dalam Bab XII Buku II hak untuk menyandang atau
KUHP yang tercantum pada menggunakan gelar tersebut,
Pasal 263 KUHP. meskipun dalam undang-undang
Upaya pemerintah dalam ini belum diatur secara jelas
penanggulangan pemalsuan ija- tentang ijazah atau surat tanda
zah secara konkret mulai di- tamat belajar. Namun dapat
rumuskan melalui Undang- disimpulkan bahwa seseorang
Undang Nomor 2 Tahun 1989 yang menggunakan gelar yang
tentang Sistem Pendidikan tidak berhak ia gunakan dapat
Nasional. Undang-undang ini dikenai sanksi pidana sesuai
menggantikan Undang-Undang dengan Pasal 55 Undang-Un-
Nomor 4 Tahun 1950 tentang dang Nomor 2 Tahun 1989
Dasar-Dasar Pendidikan dan tentang Sistem Pendidikan
Pengajaran di Sekolah yang Nasional; yang mana diancam
dianggap tidak lagi memadai dengan pidana penjara paling la-
pada masa itu. Undang-Undang ma 18 (Delapan Belas) bulan
4 Tahun 1950 tentang Dasar- atau pidana denda paling banyak
Dasar Pendidikan dan Rp.15.000.000,00 (lima belas
Pengajaran di Sekolah belum juta rupiah).
memasukkan rumusan tindak Pemerintah dalam upayanya
pidana pemalsuan Ijazah dalam untuk memperbaiki sistem
pasal di dalamnya yang mana pendidikan nasional pada
dalam Undang-Undang Nomor 2 akhirnya mengundangkan Un-
Tahun 1989 tentang Sistem dang-Undang Nomor 20 Tahun
Pendidikan Nasional telah 2003 tentang Sistem Pendidikan
memasukkan ancaman pidana Nasional menggantikan Undang-
secara tersirat14. Pasal 19 ayat 1 : Undang Nomor 2 Tahun 1989
“Gelar dan/atau sebutan lulusan yang dianggap tidak memadai
perguruan tinggi hanya lagi dan perlu diganti untuk
dibenarkan digunakan oleh disempurnakan15. Pembaruan
lulusan perguruan tinggi yang dalam undang-undang ini antara
dinyatakan berhak memiliki lain adalah fungsi pendidikan
gelar dan/atau sebutan yang untuk membentuk watak (ka-
bersangkutan.”

14 15
Pasal 55 ayat 1 Undang-Undang Konsideran Undang-Undang Nomor
Nomor 2 Tahun 1989 tentang 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional.

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

rakter) peserta didik16, penam- Nasional terdapat pula peraturan


bahan jalur informal sebagai lain yang mengatur pula tentang
salah satu dari 3 jalur ketentuan pidana bagi tindak
pendidikan17, batasan minimal pidana pemalsuan ijazah, yaitu
alokasi sebesar 20% dari APBN Undang-Undang Nomor 12
dan APBD18, dibentuknya badan Tahun 2012 tentang Pendidikan
hukum pendidikan19, pening- Tinggi
katan peran serta masyarakat B. Kebijakan Penanggulangan
dalam pendidikan dengan dewan Tindak Pidana Pemalsuan Ija-
pendidikan dan komite sekolah/ zah di Masa Yang Akan
madrasah20, pengaturan Datang
akreditasi dan sertifikasi21, Pengaturan tentang pen-
kesetaraan madrasah dan didikan nasional telah di-lakukan
sekolah, pengembangan oleh pemerintah, bahkan dari awal
kurikulum22 dan pengembangan terbentuknya undang-undang ten-
ketentuan pidana. tang sistem pendidikan yang
Pengembangan ketentuan dimulai pada Tahun 1950 dengan
pidana dalam Undang-Undang diundangkannya Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Nomor 4 Tahun 1950 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Dasar-Dasar Pendidikan dan
merupakan bukti serius Pengajaran di Sekolah. Setelah
pemerintah dalam menang- undang-undang ini dianggap tidak
gulangi tindak pemalsuan ijazah mampu dan memadai untuk
yang semakin banyak terjadi di menjawab tantangan jaman pada
masyarakat. Selain Undang- waktu itu dibentuklah Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Undang Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan tentang Sistem Pendidikan
Nasional, sampai dengan masa
sekarang berlaku Undang-Undang
16
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun Nomor 20 Tahun 2003 tentang
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional.
17
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 20
Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Tahun 2003 tentang Sistem
18
Pasal 49 Undang-Undang Nomor 20 Pendidikan Nasional diharapkan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan dapat mewujudkan sistem
Nasional. pendidikan nasional yang kuat
19
Pasal 53 Undang-Undang Nomor 20 dan dapat memberdayakan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan seluruh warga Indonesia untuk
Nasional. berkembang dan proaktif dalam
20
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 20
menjawab tantangan dunia yang
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. selalu berubah23.
21
Pasal 60 dan 61 Undang-Undang
23
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Visi Pendidikan Indonesia dikutip
Sistem Pendidikan Nasional. dari Pembukaan Penjelasaan
22
Pasal 36 Undang-Undang Nomor 20 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Tahun 2003 tentang Sistem
Nasional. Pendidikan Nasional

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Kenyataannya dunia pen- struktur dan subtansi hukum


didikan selama ini tercoreng de- pidana. Dalam hal ini kebijakan
ngan banyaknya kasus pemalsuan hukum pidana menduduki posisi
ijazah yang beredar di mas- yang strategis dalam pengem-
yarakat. Meskipun pemalsuan ija- bangan hukum pidana modern.
zah merupakan tindak pidana Barda Nawawi Arief me-
namun dapat juga dilihat sebagai nyatakan bahwa upaya melakukan
fenomena sosial yang terjadi di pembaharuan hukum pidana pada
masyarakat. Fenomena tersebut hakikatnya termasuk bidang penal
merupakan pergeseran cara policy yang merupakan bagian
pandang masyarakat tentang dan terkait dengan Law en-
pendidikan itu sendiri. Pendidikan forcement policy, Criminal policy
seharusnya merupakan usaha dan Social Policy. Ini berarti
sadar dan terencana untuk pembaharuan hukum pidana pada
mewujudkan suasana belajar dan hakikatnya25:
proses pembelajaran agar peserta 1. Merupakan bagian dari
didik secara aktif mengem- kebijakan untuk mem-
bangkan potensi dirinya untuk perbaharui substansi hukum
memiliki kekuatan spiritual dalam rangka lebih meng-
keagamaan, pengendalian diri, efektifkan penegakan hukum;
kepribadian, kecerdasan, akhlak 2. Merupakan bagian dari
mulia, serta keterampilan yang kebijakan untuk mem-
diperlukan dirinya, masyarakat, berantas/ menanggulangi ke-
bangsa dan negara24. Namun jahatan dalam rangka per-
dengan pergeseran pola pikir lindungan masyarakat;
masyarakat membuat pendidikan 3. Merupakan bagian dari
hanya dipandang sebagai kebijakan untuk mengatasi
peningkat status sosial atau pun masalah sosial dan masalah
hanya sebagai penunjang untuk kemanusiaan dalam rangka
mendapatkan pekerjaan atau mencapai tujuan nasional
jabatan tertentu saja. 4. Merupakan upaya peninjauan
Pentingnya pengaturan secara dan penilaian kembali pokok-
lanjut tentang tindak pidana pe- pokok pemikiran, ide-ide
malsuan ijazah merupakan salah dasar atau nilai sosio-fi-
satu jawaban dan upaya untuk losofik, sosio-politik dan so-
menjaga harkat dan martabat di sio kultural yang melandasi
dunia pendidikan Indonesia. kebijakan kriminal dan ke-
Penanggulangan terhadap tindak bijakan hukum pidana selama
pidana pemalsuan ijazah perlu ini
diimbangi dengan pembenahan Bertolak dari kebijakan
dan pembangunan sistem hukum tersebut di atas, usaha dan
pidana secara menyeluruh, yakni kebijakan untuk membuat
meliputi pembangunan kultur,
25
Barda Nawawie Arief, Pembaruan
24
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Hukum Pidana Dalam Perspektif
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Kajian Perbandingan, (Bandung:Citra
Sistem Pendidikan Nasional Aditya Bakti, 2005), hlm. 3.

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

peraturan hukum pidana yang KUHP maupun dalam UU


pada hakikatnya tidak dapat di- Khusus di luar KUHP.
lepaskan dari tujuan pe- Barda Nawawi Arief me-
nanggulangan kejahatan. Dengan nyatakan ada dua masalah
demikian penentuan kebijakan hu- sentral da-lam kebijakan
kum pidana menanggulangi pe- kriminal dengan menggunakan
malsuan ijazah harus dilakukan sarana penal (hukum pidana).
dengan pendekatan kebijakan dan Masalah yang harus di-
didalam setiap kebijakan ter- perhatikan dalam
kandung pula pertimbangan nilai. penganalisasian hukum pidana
Oleh karena itu, pembaharuan hu- itu adalah:26
kum pidana dalam penang- 1) Perbuatan yang seharusnya
gulangan tindak pidana pemalsuan dijadikan tindak pidana;
ijazah harus pula berorientasi 2) Sanksi yang sebaiknya di-
pada pendekatan nilai gunakan atau dikenakan kepada
1.Kebijakan Formulasi Tindak si pelanggar.
Pidana Kebijakan kriminalisasi
Kebijakan formulasi tindak adalah kebijakan menetapkan/
pidana pemalsuan ijazah harus meru-muskan/memformulasikan
memerhatikan harmonisasi in- perbuatan apa yang dapat
ternal dengan sistem hukum dipidana dan se-lanjutnya
pidana atau aturan pemidanaan diberikan sanksi pidana yang
umum yang berlaku saat ini. Ti- dapat dikenakan kepada si
daklah dapat dikatakan har- pelanggar. Perbuatan pidana
monisasi/ sinkronisasi apabila adalah perbuatan yang
kebijakan formulasi berada di- bertentangan dengan tata tertib
luar sistem. Oleh karena itu atau ketertiban yang dikehendaki
kebijakan formulasi hukum hukum. Gambaran umum
pidana tindak pidana pemalsuan perbuatan pidana adalah suatu
ijazah harus berada dalam sistem perbuatan manusia yang
hukum pidana yang berlaku saat memenuhi rumusan delik,
ini. melawan hukum dan membuat
Dengan pengertian demikian, bersalah pelaku perbuatan
maka keseluruhan peraturan tersebut. Asas legalitas
perundang-undangan yang ada mewajibkan kepada pembuat
di dalam KUHP maupun UU undang-undang untuk
khusus di luar KUHP, pada menentukan terlebih dahulu apa
hakikatnya merupakan satu yang dimaksud dengan tindak
kesatuan sistem pemidanaan, pidana, harus dirumuskan lebih
yang terdiri dari aturan umum jelas. Rumusan tersebut
(general rules) dan aturan mempunyai pe-ranan dalam
khusus (special rules). Aturan menentukan apa yang dilarang
umum terdapat di dalam Buku I
KUHP, dan aturan khusus
terdapat di dalam Buku II dan III 26
Barda Nawawi Arief , Bunga
Rampai Kebijakan Hukum Pidana,
Op.Cit., hlm. 29.

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

atau apa yang harus dilakukan dengan suatu pidana, kemudian


seseorang.27 apakah orang yang melakukan
Merumuskan perbuatan perbuatan itu juga dijatuhi
pidana dapat ditempuh dengan pidana sebagaimana telah
berbagai cara, antara lain diancamkan akan sangat
menyebutkan unsur-unsurnya tergantung pada soal apakah
saja, atau menyebutkan unsur dalam melakukan perbuatannya
dan kualifikasinya saja. Sesuai itu si pelaku juga mempunyai
dengan prinsip subsidaritas kesalahan. Sedangkan sebagai
maka dalam menentukan per- dasar pertanggungjawaban
buatan pidana, harus selektif adalah kesalahan yang terdapat
dalam memeroses perkara dan pada jiwa pelaku dalam
selektif pula dalam memilih an- hubungannya dengan
caman pidana. Cara perumusan kelakuannya yang dapat
demikian akan memudahkan dipidana serta berdasarkan
pemahaman masyarakat ter- kejiwaannya itu pelaku dapat
hadap peraturan hukum pidana dicela karena kelakuanya itu.
atau perbuatan yang dilarang Dengan kata lain, hanya dengan
2.Pertanggungjawaban Pidana hubungan batin inilah maka
Dalam hukum pidana, ada perbuatan yang dilarang itu
dua hal penting yang perlu dapat dipertanggungjawabkan
mendapatkan perhatian, yaitu pada si pelaku.
mengenai hal melakukan Berkaitan dengan kesalahan
perbuatan pidana yang berkaitan yang bersifat psikologis dan
dengan subjek atau pelaku normatif, serta unsur-unsur
perbuatan pidana, dan mengenai tindak pidana maka kesalahan
kesalahan yang berkaitan dengan memiliki beberapa unsur:28
masalah pertanggungjawaban 1) Melakukan perbuatan pi-
pidana. Berkaitan dalam asas dana (sifat melawan
hukum pidana yaitu “Geen straf hukum)
zonder schuld, actus non facit 2) Adanya kemampuan ber-
reum nisi mens sit rea”, bahwa tanggung jawab pada si
“tidak dipidana jika tidak ada pelaku (di atas umur dan
kesalahan”, maka pengertian pelaku dalam keadaan
“tindak pidana” itu terpisah sehat dan normal);
dengan yang dimaksud 3) Adanya hubungan antara si
“pertanggungjawaban tindak pelaku dengan per-
pidana”. buatannya baik yang di-
Tindak pidana hanyalah sengaja (dolus) maupun
menunjuk kepada dilarang dan karena kealpaan (culpa);
diancamnya perbuatan itu 4) Tidak adanya alasan
pelaku yang dapat meng-
27
Komariah Emong Supardjaja, Ajaran hapus kesalahan.
Sifat Melawan Hukum Materiel
dalam Hukum Pidana Indonesia,
(Bandung: Alumni, 2002), hlm. 22- 28
Moeljatno, Asas-Asas Hukum
23. Pidana, Op.Cit., hlm. 89.

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Telah dikemukakan di atas demikian unsur kesalahan


bahwa untuk adanya per- (dalam bentuk kesengajaan dan
tanggungjawaban pidana per- kealpaan) merupakan unsur yang
tama-tama harus dipenuhi hakiki. Asas kesalahan yang
persyaratan objektif, yaitu per- diterapkan dalam pertang-
buatannya harus telah me- gungjawaban pidana Undang-
rupakan tindak pidana menurut Undang Nomor 20 Tahun 2003
hukum yang berlaku. Dengan tentang Sistem Pendidikan Na-
kata lain, untuk adanya per- sional mengindetifikasikan bah-
tanggungjawaban pidana per- wa seolah-olah tidak dimung-
tama-tama harus dipenuhi asas kinkan adanya pertang-
legalitas, yaitu harus ada gungjawaban mutlak (strict
dasar/sumber hukum yang jelas, liability) karena antara pembuat
baik dibidang hukum pidana ma- ijazah palsu dan pengguna ijazah
terial/substantif maupun hukum palsu saling berkaitan.
pidana formal. Disamping itu
harus dipenuhi pula persayaratan 3.Pemidanaan
subyektif, yaitu adanya sikap Perkembangan bentuk dan
batin dalam diri si pelaku/asas dimensi kejahatan tentulah
culpabilitas. memerlukan penanganan, yang
Undang-Undang Nomor 20 salah satu cara penang-
Tahun 2003 tentang Sistem gulangannya adalah dengan sa-
Pendidikan Nasional, selalu rana penal atau sanksi pidana.
mencantumkan unsur dengan Sanksi pidana merupakan salah
sengaja dan tanpa hak. Dengan satu masalah sentral dalam hu-
tercantumnya unsur sengaja kum pidana, karena itu menjadi
maka dapat dikatakan bahwa hal yang penting untuk dikaji
pertanggungjawaban pidana bagaimana bentuk pidana yang
dalam tindak pidana pemalsuan tepat dalam menanggulangi
ijazah menganut prinsip liability tindak pidana pemalsuan ijazah.
based on fault (pertang- Masalah penalisasi atau
gungjawaban berdasarkan pemidanaan sendiri merupakan
kesalahan). Jadi, pada prinsipnya bagian masalah yang penting
menganut asas kesalahan atau dari suatu kebijakan pemidanaan
asas culpabilitas, karena dalam (sentencing policy) yang me-
Undang-Undang Nomor 20 nurut Herbert L.Packer
Tahun 2003 tentang Sistem merupakan salah satu masalah
Pendidikan Nasional semua kontroversial saat ini dalam
tindak pidana dalam undang- hukum pidana.29 Masalah kri-
undang tersebut dianggap se- malisasi dan penalisasi atau
bagai kejahatan. Berbeda dengan pidana dan pemidanaan,
Undang-Undang Nomor 2 merupakan masalah yang selalu
Tahun 1989 tentang Sistem memerlukan peninjauan kem-
Pendidikan Nasional yang masih
mencantumkan pelanggaran da- 29
Muladi dan Barda Nawawi Arief,
lam rumusan pasalnya. Dengan Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,
Op.Cit., hlm. 174.

13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

bali, mengingat sifatnya yang dan membatasi penegak hukum


melekat (inherent) dengan sifat lainnya.
dan hakekat kejahatan itu sendiri Penentuan sanksi pidana,
yang selalu mengalami peru- penjatuhan pidana dan
bahan dan perkembangan. Ke- pelaksanaan pidana berhubungan
mudian berubah dan ber- erat dengan tujuan pemidanaan,
kembangnya kejahatan selalu di- oleh karenanya tujuan pemi-
ikuti berubah dan berkembangya danaan harus dijadikan patokan
pidana itu sendiri. sebelum ditetapkannya sanksi
Pemidanaan dapat diartikan pidana. Muladi dan Barda
sebagai tahap penetapan sanksi Nawawi Arief mengatakan,30
dan pemberian sanksi dalam bahwa pidana yang akan
hukum pidana; bila seseorang ditetapkan adalah pidana yang
bersalah melanggar hukum maka diharapkan dapat menunjang
ia harus dipidana. Persoalan tercapainya tujuan. Efektifitas
pemidanaan bukanlah sekedar pidana harus diukur berdasarkan
masalah memidana seseorang tujuan atau hasil yang ingin
dengan menjebloskannya ke dicapai.
penjara, pemidanaan harus men- Dari pengertian di atas Barda
gandung unsur kehilangan atau Nawawi Arief menyatakan
kesengsaraan yang dilakukan perumusan dan tujuan dan
oleh institusi yang berwenang, pedoman pemidanaan bertolak
karenanya pemidanaan bukan dari pemikiran,sebagai berikut:31
merupakan balas dendam dari 1) Pada hakikatnya undang-
korban terhadap pelanggar undang merupakan suatu
hukum yang mengakibatkan sistem (hukum) yang
penderitaan. bertujuan (”purposive sys-
Penetapan jenis pidana oleh tem”). Dirumuskannya pida-
pembuat undang-undang antara na dan aturan pemidanaan
lain dimaksudkan untuk men- dalam undang-undang pada
yediakan seperangkat sarana hakikatnya hanya meru-
bagi penegak hukum dalam pakan sarana mencapai
rangka menanggulangi keja- tujuan.
hatan. Disamping itu dimak- 2) Dilihat secara fungsional
sudkan pula untuk membatasi dan operasional, pemi-
aparat penegak hukum dalam danaan merupakan suatu
menggunakan sarana berupa rangkaian proses dan
pidana yang telah ditetapkan itu. kebijakan yang konkret-
Mereka tidak boleh meng- isasinya sengaja diren-
gunakan sarana pidana yang canakan melalui beberapa
tidak lebih dulu ditetapkan oleh
pembuat undang-undang. De- 30
Muladi dan Barda Nawawi Arief,
ngan demikian jenis pidana yang Teori-Teori dan Kebijakan
dipilih dan ditetapkan oleh pem- Pidana, Op.Cit., hlm. 101.
buat undang-undang mengikat 31
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai
Kebijakan Hukum Pidana,
Op.Cit., hlm. 139.

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

tahap (formulasi, aplikasi, sistem pemidanaan (the


eksekusi). Agar ada keterja- sentencing system).
linan dan keterpaduan
antara ketiga tahap itu 4.Kebijakan Penanggulangan Tin-
sebagai satu kesatuan sistem dak Pidana Pemalsuan Ijazah da-
pemidanaan, diperlukan lam Konsep KUHP Rancangan
perumusan tujuan dan Tahun 2012
pedoman pemidanaan. Konsep KUHP rancangan
3) Sistem pemidanaan yang Tahun 2012 masih belum
bertolak dari paham memasukkan tindak pidana
individualisasi pidana, tidak pemalsuan ijazah secara khusus,
berarti memberi kebebasan namun apabila menganalisis
sepenuhnya kepada hakim rumusan Pasal 452 dapat
dan aparat-aparat lainnya diartikan ijazah yang merupakan
tanpa pedoman atau surat (geschrift) masuk dalam
kendali/kontrol. Perumusan rumusan pasal tersebut. Hal ini
tujuan dan pedoman dimak- dikarenakan dalam ijazah
sudkan sebagai ”fungsi memuat hak dan bukti dari suatu
pengendali/kontrol” dan hal tentang pencapaian
sekaligus memberikan dasar seseorang tersebut dalam bidang
filosofis, dasar rasionalitas akademisnya, sehingga
dan motivasi pemidanaan pemalsuan ijazah dalam Konsep
yang jelas dan terarah. KUHP masih diatur sebagai
Bertolak dari pengertian tindak pidana pemalsuan surat.
sistem pemidanaan L.H.C Rancangan KUHP tersebut
Hulsman mengemukakan telah mengatur tentang tindak
pengertian sistem pemi- pidana pemalsuan ijazah yang
danaan sebagai;32 ”Aturan dilakukan oleh korporasi,
perundang-undangan yang mengingat banyak pula tindak
berhubungan dengan sanksi pidana pemalsuan ijazah oleh
pidana dan pemidanaan” korporasi yang mengurus ijin-
(The stautory rules relating ijin surat identitas palsu, dan
to penal sanctions and tidak terkecuali pula ijazah
punishment). Oleh karena- palsu. Pengaturan tersebut
nya semua hukum pidana tercantum dalam Pasal 47
materiil/substantif, hukum Konsep KUHP rancangan 2012
pidana formal dan hukum yang menjelaskan bahwa
pelaksanaan pidana dapat “Korporasi merupakan subjek
dilihat sebagai satu kesatuan tindak pidana”. Pengaturan
korporasi sebagai subjek tindak
pidana menjelaskan bahwa
32
L.H.C Hulsman. The Dutch Criminal apabila korporasi atau seku-
Justice System From A mpulan orang yang melakukan
Comparative Legal Perspective, jasa-jasa pengurusan surat ijin,
lihat dalam Barda Nawawi Arief, surat identitas, atau bahkan
Bunga Rampai Kebijakan ijazah yang pembuatannya
Hukum Pidana, Op.Cit. hlm. 135.

15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dengan palsu dapat dikenakan cobaan tindak pidana dengan


pidana33. ancaman pidana tidak lebih dari
Pengaturan tentang perluasan ½ (satu perdua) maksimum
bentuk-bentuk tindak pidana pidana yang diancamkan untuk
berupa permufakatan jahat, per- tindak pidana pemalsuan ijazah
siapan, pembantuan dan yang berarti maksimal 3 (tiga)
pengulangan (recidive) bagi pe- tahun34
laku tindak pidana bisa didapati Bentuk-bentuk penyertaan
pengaturannya dalam Pasal 13 (deelneming) pelaku tindak
sampai dengan Pasal 24. pidana pemalsuan ijazah dalam
Pengaturan tentang per- Pasal 21 telah diuraikan dengan
mufakatan jahat dalam Konsep jelas mengenai pihak-pihak yang
KUHP rancangan Tahun 2012 dapat menjadi pelaku, membantu
memberikan pengaturan bahwa melakukan, ataupun disuruh
permufakatan jahat untuk mela- melakukan dalam tindak pidana
kukan tindak pidana pemalsuan pemalsuan ijazah. Selanjutnya
ijazah dapat dipidana. Ancaman juga dijelaskan tentang pihak-
pidana yang dijatuhkan adalah pihak yang dapat dipidana
1/3 (satu per tiga) dari ancaman sebagai pembantu tindak pidana
pidana pokok untuk tindak dalam pemalsuan ijazah yaitu35:
pidana pemalsuan surat yakni 2 1. Setiap orang yang mem-
(dua) tahun. beri kesempatan, sarana,
Percobaan dalam tindak atau keterangan untuk me-
pidana pemalsuan ijazah dalam lakukan tindak pidana;
Konsep KUHP rancangan Tahun atau
2012 tetap dipidana jika pelaku 2. Memberi bantuan pada
telah melakukan permulaan waktu tindak pidana dila-
dalam tindak pidananya yaitu kukan.
dalam pembuatan ijazah palsu Pembantu tindak pidana da-
namun tidak selesai atau tidak lam hal pemalsuan ijazah seperti
mencapai hasil atau menim- yang dimaksud di atas dapat
bulkan akibat seperti misalnya diancam dengan ancaman pidana
telah digantinya logo lembaga maksimum yang diancamkan
pendidikan yang dimaksud, ter- pada tindak pidana pemalsuan
bongkarnya pemalsuan yang ijazah dengan dikurangi 1/3
akan dilakukan dan lain (satu pertiga) yaitu 4 (empat) ta-
sebagainya. hun36.
Dalam hal tidak selesai atau
tidak mungkin terjadinya tindak 34
Pasal 20 Konsep KUHP rancangan Tahun
pidana yang disebabkan ketidak-
2012
mampuan alat yang digunakan 35
Pasal 22 Konsep KUHP rancangan Tahun
atau ketidakmampuan objek 2012
yang dituju, maka pembuat tetap 36
Pasal 23 Konsep KUHP rancangan
dianggap telah melakukan per- Tahun 2012 menjelaskan
tentangPengecualian terhadap
pembantu tindak pidana yang
33
Pasal 49 Konsep KUHP rancangan 2012 tidak diancam pidana ialah dalam

16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

IV. KESIMPULAN ini. Pertanggungjawaban pidana da-


Pemalsuan ijazah merupakan lam pemalsuan ijazah masih perlu
suatu kejahatan atau tindak pidana diatur tentang pertanggungajawaban
yang digolongkan sebagai kejahatan mutlak karena antara pelaku pembuat
pemalsuan surat. Ijazah disamakan ijazah palsu dan pengguna ijazah
dengan surat (geschrift) karena ijazah palsu saling berkaitan. Pemidanaan
menimbulkan pengakuan atau hak merupakan masalah terpenting dari
atas gelar akademik, ataupun meru- suatu kebijakan pemidanaan untuk
pakan pengakuan atas pencapaian menunjang tercapainya tujuan yaitu
seseorang yang tercantum dalam penanggulangan tindak pidana
lembaran ijazah tersebut. Pengaturan pemalsuan ijazah. Penanggulangan
dalam rangka menanggulangi tindak terhadap tindak pidana pemalsuan
pidana pemalsuan ijazah telah diatur ijazah perlu diimbangi dengan
dalam KUHP yakni terdapat pada pembenahan dan pembangunan
Pasal 263 sampai dengan Pasal 276 kultur, struktur, dan substansi hukum
KUHP, selain di KUHP pengaturan pidana. Dalam Konsep KUHP
tentang tindak pidana pemalsuan rancangan Tahun 2012 telah
surat juga terdapat pada Undang- mengatur tentang pemalsuan ijazah,
Undang Nomor 20 Tahun 2003 namun masih belum memasuk-
tentang Sistem Pendidikan Nasional. kannya sebagai suatu tindak pidana
Undang-Undang ini mengatur secara tersendiri karena masih digolongkan
terperinci tentang macam-macam sebagai tindak pidana pemalsuan
tindak pidana dalam pemalsuan surat yang diatur dalam Pasal 452
ijazah, selain itu undang-undang ini Konsep KUHP. Pengaturan tentang
juga memberikan pidana tambahan penanggulangan tindak pidana
berupa pencabutan gelar akademik. pemalsuan ijazah dalam Konsep
Kebijakan hukum pidana di masa KUHP telah mengatur tentang
yang akan datang untuk menang- perluasan subyek tindak pidana yang
gulangi tindak pidana pemalsuan juga meliputi korporasi, pengaturan
ijazah memerlukan pembaruan hu- tentang perluasan bentuk-bentuk
kum pidana yang harus me- tindak pidana berupa permufakatan
merhatikan formulasi hukum pidana, jahat, persiapan, pembantuan, dan
pertanggungjawaban pidana dan juga pengulangan sebagaimana didapati
pemidanaan. Kebijakan formulasi pada Pasal 13 sampai dengan Pasal
hukum pidana dalam penang- 24.
gulangan tindak pidana pemalsuan
ijazah harus memperhatikan V. DAFTAR PUSTAKA
harmonisasi internal dengan sistem A. Buku
hukum pidana atau aturan
pemidanaan umum yang berlaku saat Abdulkadir, Muhammad. Hukum
dan Penelitian Hukum. Jakarta.
hal keadaan seseorang yang 1988. PT Ghalia Indonesia.
menghapuskan, mengurangi,
atau memberatkan pidana hanya Ali, Zainudin. Metode Penelitian
diberlakukan terhadap pembuat Hukum. Jakarta:2010. Sinar
atau pembantu tindak pidana Grafika.
yang bersangkutan

17
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Anwar; H.A.K , Moch. Hukum Moleong , Lexy J. Metodologi


Pidana di Bidang Ekonomi. Penelitian Kualitatif. Bandung.
Bandung. 1990. Citra Aditya 1991. Remaja Rosdakarya.
Bakti. Moeljatno. Asas – asas Hukum
Arief. Barda Nawawi. Bunga Pidana. Jakarta. 2002. Rineka
Rampai Kebijakan Hukum Cipta.
Pidana (Perkembangan Muladi. Demokratisasi, Hak Asasi
Penyusunan Konsep KUHP Manusia dan Reformasi
Baru). Jakarta. 2011. Kencana. Hukum di Indonesia. Jakarta.
Black, HenryCampbel. Blacks’s 2002. The Habibie Center
Law Dictionary. St.Paul. 1990.
West Publishing Co. Santoso, Topo. Kriminologi.
Chazawi; Adami. Kejahatan Jakarta. 2001. Rajawali Pres.
Terhadap Pemalsuan. Jakarta. Schaffmeister. D. Hukum Pidana.
2000. Rajawali Pers. Bandung. 2007. PT Citra Aditya
--------------------, Tindak Pidana Bakti.
Pemalsuan : Tindak Pidana
yang Menyerang Kepentingan Soekanto, Soerjono. Faktor-faktor
Hukum Terhadap yang Mempengaruhi
Kepercayaan Masyarakat Penegakan Hukum. Jakarta.
Mengenai Kebenaran Isi 2005. PT. Raja Grafindo
Tulisan dan Berita yang Persada.
Disampaikan . Jakarta. 2014.
Rajawali Pres Soekanto, Soerjono dan Sri
Jaya, Nyoman Serikat Putra. Mamudji. Penelitian Hukum
Beberapa Pemikiran Ke Arah Normatif. Jakarta. 1986.
Perkembangan Hukum Rajawali Press.
Pidana. Bandung. 2008. PT.
Citra Aditya Bakti. Soemitro Ronny Hanitijo.
Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Penelitian Hukum.
Metodologi Research, Jakarta. 1982. Ghalia Indonesia
(Bandung: Alumni, 1976) Sudarto. Hukum dan Hukum
Lamintang P.A.F. Dasar-dasar Pidana, Bandung. 2007. Alumni
Hukum Pidana Indonesia.
Bandung. 1990. Sinar Baru. Soesilo, R. Kitab Undang-Undang
Muhammad, Abdulkadir. Hukum Hukum Pidana (KUHP): Serta
dan Penelitian Hukum. Komentar-Komentarnya
Bandung. 2004. PT Citra Aditya Lengkap Pasal Demi Pasal.
Bakti. Bogor. 1995.
Pangaribuan, Luhut
M.P.,SH.,LL.M,.Advokat dan Winarno Surakhmad, Pengantar
Contempt of Court:Satu Penelitian Hukum,
Proses di Dewan kehormatan Transito,(Yogyakarta: 1982)
Profesi. Jakarta. 2002. Penerbit
Djambatan B.Peraturan Perundang-Undangan

18
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Undang – Undang Dasar Republik


Indonesia 1945;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1946 tentang Kitab Undang –
Undang Hukum Pidana
(KUHP);
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman;

Undang-Undang Nomor 12 Tahun


2012 tentang Pendidikan Tinggi.

C. Lain-Lain

Konsep KUHP rancangan Tahun


2012

19

Anda mungkin juga menyukai