Anda di halaman 1dari 6

Biangnya Penyakit Ngorok

Written by Cindy Hartono on 27 June 2017. Posted in Artikel Layer Penyakit

Ngorok atau bahasa kerennya CRD (Chronic Respiratory Disease) bagi manusia bisa jadi hanya sebatas
gangguan kesehatan ringan. Namun, lain ceritanya bagi unggas. CRD adalah penyakit yang menyerang
saluran pernapasan ayam dan bersifat kronis. Disebut “kronis” karena penyakit ini berlangsung secara
terus menerus dalam jangka waktu lama dan sulit untuk disembuhkan. Dari data tim Technical Education
and Consultation (TEC) Medion dilaporkan bahwa di tahun 2016 penyakit ngorok menempati posisi
pertama dan kedua dari 10 penyakit yang sering menyerang ayam pedaging (broiler) maupun ayam
petelur (layer) (Grafik 1 dan 2). Telah kita ketahui bahwa CRD bersifat imunosupresif atau mampu
menekan sistem kekebalan ayam. Di lapangan, kejadian CRD murni jarang ditemui dan umumnya telah
disertai komplikasi dengan penyakit lain terutama E. Coli, sehingga disebut CRD kompleks. Berdasarkan
data lapangan, CRD kompleks menduduki peringkat ke-2 pada ayam pedaging dan ke-6 pada ayam
petelur.Kemarau panjang, cekaman panas, lingkungan berdebu, polusi asap, ditambah menurunnya
kualitas air akibat kekeringan, semua itu memicu kejadian penyakit CRD pada ayam, baik ayam pedaging
(broiler) maupun ayam petelur (layer). Gambaran iklim tersebut sangat relevan dengan situasi terkini di
hampir seluruh wilayah tanah air.

Penyebab

CRD pada ayam disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum (MG), yang merupakan organisme
mirip bakteri (bacteria-like organism). Ayam yang telah sembuh akan bertindak sebagai pembawa bibit
penyakit (carrier) dan sebagai sumber penularan ke ayam lain yang sehat. CRD dapat menyerang ayam
pada semua umur, dengan angka kesakitan tinggi tetapi angka kematian rendah.

M. gallisepticum sensitif terhadap sinar matahari dan berbagai golongan desinfektan, misalnya Iodine,
Benzalkonium chloride (BKC), atau Formaldehyde. Mikroorganisme ini memiliki karakter yang khas yaitu
tidak memiliki dinding sel, maka M. gallisepticum tahan terhadap antibiotik golongan penisilin. M.
gallisepticum dapat hidup di dalam feses selama 1-3 hari pada suhu 20 °C, dalam kuning telur selama 18
minggu pada suhu 37 °C atau selama 6 minggu pada temperatur 20 °C. Di dalam cairan allantois,
mikroorganisme ini tetap infektif selama 4 hari dalam inkubator, 6 hari dalam suhu ruang dan 32 – 60
hari dalam lemari es.

Dampak Penyakit CRD

Penularan penyakit CRD terjadi secara horizontal dan vertikal. Penularan secara horizontal terjadi melalui
kontak langsung dengan ayam sakit atau ayam carrier. Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung
melalui udara yang tercemar oleh leleran hidung ayam yang mengandung M. gallisepticum, ransum, air
minum, peralatan kandang, transportasi atau pekerja yang tercemar oleh bakteri tersebut. Sedangkan
penularan secara vertikal terjadi secara transovarial yaitu dari induk penderita CRD ke anak ayam melalui
telur.

Serangan CRD sangat erat kaitannya dengan sistem pernapasan ayam. Saluran pernapasan ayam secara
alami dilengkapi dengan pertahanan mekanik. Permukaannya dilapisi mukosa dan terdapat silia (bulu-
bulu getar) serta mukus yang berfungsi menyaring udara yang masuk.
M. gallisepticum sering terdapat di saluran pernapasan ayam ini,
masuk bersamaan dengan aliran udara yang sebelumnya telah
terkontaminasi. Ketika memasuki saluran pernapasan ayam, agen
penyakit ini menempel pada mukosa saluran pernapasan dan
merusak sel-selnya. Adanya bakteri ini akan memicu terjadinya
radang dan aliran darah di daerah tersebut menjadi meningkat.
Bakteri akan ikut aliran darah dan menuju kantung udara, dimana
kantung udara merupakan tempat yang cocok (predileksi) untuk M. gallisepticum hidup dan berkembang
biak.

Sebagai penyakit tunggal, CRD pada ayam dewasa jarang sampai menimbulkan kematian, meskipun
angka kesakitannya cukup tinggi. CRD kompleks dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar.
Timbulnya CRD kompleks di farm saat cuaca fluktuatif bisa menyebabkan kematian hingga 30%.
Sedangkan kematian pada ayam kecil berkisar 5-10%. Selain itu, kerugian yang ditanggung peternak yaitu
penurunan produksi telur dan konversi ransum yang meningkat hingga 10-20%. Dampaknya yakni
pertumbuhan bobot badan terhambat, penurunan mutu karkas, penurunan produksi telur, tidak
tercapainya keseragaman bobot badan serta banyaknya ayam yang harus diafkir. Adanya gangguan pada
sistem pernapasan akibat infeksi CRD kompleks, akan menyebabkan asupan oksigen berkurang dan
proses metabolisme tubuh akan terganggu sehingga pertumbuhan ayam pun terhambat serta efisiensi
ransum menjadi jelek.

CRD kompleks juga dapat menyebabkan kegagalan vaksinasi karena bersifat imunosupresi (menekan
kekebalan). Sistem pernapasan merupakan pintu gerbang pertahanan primer tubuh karena di dalamnya
terdapat jaringan mukosa bersilia yang berfungsi menangkap partikel asing yang masuk melalui saluran
pernapasan. Tidak berfungsinya sistem pertahanan primer terutama pernapasan menjadi pemicu utama
masuknya agen penyakit lain seperti virus penyebab IB dan ND. Virus yang menyerang sebelum vaksinasi
akan menghambat sistem kekebalan tubuh dalam memproduksi antibodi sehingga kemungkinan hasil
vaksinasi yang akan dilakukan selanjutnya akan gagal karena kondisi ayam sudah menurun.

Gejala Klinis dan Patologi Anatomi

Gejala klinis yang muncul dapat bervariasi, dari subklinis sampai kesulitan bernapas, tergantung derajat
keparahan penyakit. Masa inkubasi berkisar 6 – 21 hari. Gejala klinis yang terlihat antara lain adalah
keluar lendir dari hidung dan ngorok. Gejala lain yang muncul adalah radang pada konjungtiva mata
sehingga bengkak dan berair. Penurunan konsumsi ransum juga terjadi diikuti dengan perkembangan
bobot badan yang berada di bawah standar. Ayam penderita mengalami gangguan pertumbuhan
ataupun penurunan produksi telur. Namun jika sudah berkomplikasi dengan colibacillosis, maka gejala
klinis yang muncul pada ayam umur muda di antaranya ayam terlihat
menggigil, kehilangan nafsu makan, penurunan bobot badan, dan
peningkatan rasio konversi ransum. Anak ayam lebih sering terlihat
bergerombol di dekat pemanas.

Perubahan patologi anatomi yang terlihat antara lain rongga dan sinus hidung berlendir. Jika perubahan
ini terjadi dalam waktu yang lama, lendir akan berwarna kuning dengan konsistensi seperti keju. Kantung
udara menjadi keruh atau mengandung lendir. Pada stadium
selanjutnya, lendir menjadi berwarna kuning dan berkonsistensi
seperti keju. Eksudat seperti ini juga dapat ditemukan di jantung
dan pericardium.

Pada ayam yang menderita komplikasi dapat ditemukan


peradangan pada pericardium, kapsula hati dan pada kantung
udara. Peradangan pada saluran telur juga seringkali ditemukan.
Perubahan lain yang dapat ditemukan antara lain selaput lendir
trakea terselaputi dengan cairan lendir, bengkak dan berwarna merah kekuning-kuningan.

Di pembibitan (hatchery) ketika akan menetas, anak ayam dari telur tertular CRD tidak mempunyai
tenaga untuk mematuk kulit telur, sehingga tidak dapat menetas. Kerapkali juga ditemukan ayam
mengalami diare berwarna hijau, kuning keputih-putihan. Ayam yang
menunjukkan gejala klinis ini akan mati dalam waktu singkat. CRD jika
menyerang ayam yang masih berumur muda, gejala yang muncul
berupa tubuh yang lemah, sayap terkulai dan feses berwarna seperti
tanah.

Adanya gangguan sistem pernapasan dan peradangan pada trakea


merupakan gejala yang mirip dengan penyakit IB atau ILT. Pada kasus
CRD maka akan dapat dijumpai adanya peradangan pada trakea
disertai kantung udara yang keruh. Sedangkan pada kasus ILT, perdarahan trakea lebih spesifik disertai
dengan adanya lendir merah kental dari sel-sel trakea yang mengelupas. Pada kasus IB, peradangan
trakea disertai kebengkakan ginjal dan penimbunan asam urat.

Faktor Pemicu CRD dan CRD Kompleks

Faktor pemicu CRD bisa kita bagi menjadi 2 macam, yaitu dari faktor anatomi tubuh ayam (sistem
pernapasan) dan faktor manajemen pemeliharaan di kandang. Dari faktor anatominya, diketahui bahwa
ayam memiliki sistem pernapasan yang berbeda dengan mamalia, karena terdapat kantung udara yang
merupakan lokasi predileksi dari Mycoplasma. Kantung udara tersebut memiliki kelemahan karena hanya
terdiri dari beberapa lapis sel dan sedikit pembuluh darah. Pada bagian ini juga sangat sedikit memiliki
sel fagosit, sedangkan agen infeksi di lingkungan sangat banyak. Hal ini akan memudahkan agen infeksi
seperti Mycoplasma untuk melakukan kolonisasi dan merusak sel-sel epitel.
Sedangkan dari faktor manajemen pemeliharaannya, kandang dengan tingkat kepadatan tinggi dan masa
istirahat kandang yang pendek menjadi penyebab CRD sering menyerang dan terjadi berulang. Selain itu,
litter (alas lantai sekam) yang terlalu banyak debu atau sangat lembap di musim hujan juga berkontribusi
signifikan memicu CRD. Umur 3 minggu ke atas merupakan masa kritis terjadinya serangan CRD karena di
umur tersebut feses dan amonia mulai menumpuk. Amonia dengan kadar yang tinggi diketahui dapat
merusak membran saluran pernapasan sehingga bibit penyakit dengan leluasa masuk dan menyerang
ayam, termasuk Mycoplasma dan bibit penyakit pengikutnya.

Pencegahan yang Perlu Dilakukan

Agar penyakit CRD dan pengikutnya dapat dicegah, kita perlu melakukan perbaikan sistem manajemen
pemeliharaan yang komprehensif, yaitu dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:

Manajemen litter

Kondisi litter sebaiknya tetap dijaga agar selalu dalam kondisi kering terutama saat musim penghujan.
Litter yang basah dan kotor akan memicu timbulnya penyakit gangguan saluran pernapasan dan
pencernaan, karena di litter banyak berkembang bakteri, virus, dan parasit. Maka perlu dilakukan
strategi penanganan litter agar tidak menimbulkan masalah terutama menjadi sumber penularan
penyakit. Gunakan litter dengan ketebalan awal sekitar 8-12 cm untuk kandang postal dan 5-8 cm untuk
kandang panggung.

Perlu dilakukan manajemen bolak-balik litter untuk mencegah litter basah. Pembolak-balikkan litter
dilakukan secara teratur setiap 3-4 hari sekali mulai umur 4 hari sampai umur 17 hari. Saat musim
penghujan kondisi litter akan mudah basah dan menggumpal. Jika jumlah litter yang menggumpal
sedikit, maka dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang. Namun jika jumlah litter yang menggumpal
atau basah sudah banyak, lebih baik tumpuk dengan litter yang baru hingga yang menggumpal tidak
tampak. Litter pengganti yang digunakan sebelumnya harus disemprot terlebih dahulu menggunakan
desinfektan seperti Medisep atau Zaldes.

Saat musim hujan, perlu dilakukan perbaikan pada struktur kandang yang rusak. Misalnya perbaikan
pada atap yang bocor, perbaikan atap sehingga mampu mencegah tampias air hujan. Pemeriksaan
kondisi tirai, apakah ada yang bolong atau tidak dan cara membuka tirai dari bawah yang menyebabkan
ayam terkena tampias air hujan. Simpan litter pada tempat yang terhindar dari tampias air hujan.

2. Kepadatan kandang

Standar kepadatan ayam yang ideal adalah 15 kg/m2 atau setara dengan 6-8 ekor ayam pedaging
dewasa dan 12-14 ekor ayam petelur grower (pullet) per m2-nya. Jika kepadatan kandang melebihi
kapasitas kandang maka jumlah kotoran ayam juga semakin banyak dan hal ini tentu tidak sebanding
dengan jumlah litter yang ada di kandang akibatnya litter tidak mampu menyerap sempurna feses
tersebut. Feses akan menumpuk dan menyebabkan kadar amonia di dalam kandang tinggi sehingga
saluran pernapasan ayam akan mengalami iritasi dan memicu infeksi penyakit pernapasan.

3. Menjaga ventilasi kandang


Sistem ventilasi udara yang baik akan menjaga kualitas udara tetap optimal bagi ayam. Udara kotor yang
bercampur dengan amonia dan CO2 akan bisa terbuang keluar kandang digantikan dengan oksigen.
Pengaturan buka tutup tirai, tinggi lantai panggung maupun lebar dan jarak antar kandang sangat
berpengaruh terhadap sistem ventilasi udara. Saat musim penghujan sistem buka tutup tirai harus
diperhatikan supaya ayam tidak kedinginan dan tidak terkena tampias air hujan maupun aliran udara
yang terlalu kencang. Sistem ventilasi yang baik akan menghasilkan kualitas udara yang baik. Selain itu,
ventilasi yang baik akan mengurangi tingkat kelembapan di dalam kandang dan secara tidak langsung
berpengaruh pula pada kualitas litter.

4. Mempertahankan kondisi ayam agar tetap sehat

Hal utama yang diusahakan dalam menjaga kondisi ayam tetap sehat adalah menghindari faktor stres.
Faktor penyebab stres antara lain agen penyakit, lingkungan yang tidak nyaman dan tata laksana
pemeliharaan yang tidak baik. Berikan multivitamin (Strong n Fit, Vita Strong, Vita Stress atau Fortevit)
dan Imustim untuk meningkatkan stamina serta daya tahan tubuh ayam. Lakukan pula cleaning program
dengan memberikan antibiotik seperti Therapy, atau Neo Meditril sesuai dengan dosis dan aturan pakai
guna membasmi bibit penyakit pada masa inkubasi atau sebelum gejala penyakit muncul.

5. Melaksanakan biosecurity secara ketat

Umumnya peternak yang menjalankan program biosecurity dengan baik mempunyai kemampuan dan
kepekaan mendeteksi secara dini akan munculnya infeksi CRD pada kandangnya. Sehingga langkah cepat
antisipasi dapat menekan menyebarnya penyakit itu.

Adapun penerapan biosecurity tersebut antara lain dengan memperbaiki tata laksana kandang,
melakukan sanitasi dan desinfeksi di areal lingkungan kandang menggunakan Formades atau Sporades,
melakukan pembersihan dan desinfeksi peralatan kandang (tempat ransum, tempat minum, dll.)
menggunakan Medisep secara rutin, melakukan sanitasi air minum menggunakan Desinsep untuk
membunuh E.coli yang terdapat dalam air minum dengan program 3-2-3, kosong kandang harus
diterapkan minimal 14 hari setelah kandang dibersihkan dan pengontrolan lalu lintas dengan mengontrol
kendaraan maupun tamu yang keluar masuk lokasi peternakan

Pengobatan dan Penanganan CRD

Salah satu prinsip pengobatan yaitu obat harus sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang.
Bagaimanapun baiknya cara pemberian obat, tetapi bila kita salah dalam memilih jenis obat, maka tidak
akan diperoleh efek pengobatan yang diinginkan. Dalam melakukan pengobatan CRD kompleks
menggunakan antibiotik, perlu diketahui bahwa M. gallisepticum tidak dapat dibunuh dengan antibiotik
yang bekerja dengan cara merusak atau menghambat pembentukan dinding sel bakteri.

Penanganan untuk M. gallisepticum yaitu dengan memberikan antibiotik yang bekerja pada membran
dan inti sel, terutama yang aktif menghambat pembentukan asam folat dan protein bakteri M.
gallisepticum serta mempunyai konsentrasi tinggi di tempat bakteri tersebut berada (saluran
pernapasan), bukan yang berkonsentrasi tinggi di dalam darah. Sedangkan bakteri E. coli merupakan
bakteri Gram (-) yang hampir bisa dilawan oleh hampir semua golongan antibiotik kecuali golongan
makrolida. Contoh produk yang dapat digunakan untuk membasmi CRD maupun CRD kompleks antara
lain Doctril, Neo Meditril, Therapy, Doxytin, atau Trimezyn. Pilih salah satu obat tersebut dan berikan
sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang tertera pada etiket atau leaflet produk. Lakukan rolling atau
penggantian antibiotik yang dipilih setiap 3-4 periode pemeliharaan untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.

Selain pemberian antibiotik, beberapa tindakan yang harus dilakukan dalam menangani kasus CRD
antara lain:

 Pemberian multivitamin dosis tinggi Fortevit pada malam harinya untuk mengatasi stres dan
meningkatkan stamina tubuh ayam. Atau dapat juga diberikan Egg Stimulant atau Neobro untuk
memperbaiki produksi.
 Saat masa brooding, beri celah ± 20 cm di bagian atas kandang untuk lubang sirkulasi udara.
Meskipun saat awal masa brooding, setiap sisi kandang harus ditutup dengan tirai, namun tetap
harus disisakan celah untuk memperlancar sirkulasi udara dalam kandang.
 Perhatikan kepadatan kandang, apakah benar-benar padat atau hanya kepadatan semu. Bila
ternyata padat, lakukan penjarangan (seleksi). Sedangkan kepadatan semu terjadi saat ayam
berkumpul di tempat tertentu di sisi kandang untuk menghindari kondisi yang tidak nyaman,
misalnya sinar matahari yang berlebihan atau angin yang kencang. Untuk kondisi ini, maka atur
buka tutup tirai dengan baik.
 Jika perlu pasang kipas atau blower untuk membantu perputaran sirkulasi udara.
 Keruk sebagian litter yang menggumpal atau tambahkan dengan litter baru untuk menekan
produksi amonia. Saat mengganti atau melepas litter, lakukan secara bertahap agar ayam tidak
stres. Di saat bersamaan bisa ditambahkan taburan kapur untuk menyerap kelembapan pada
litter. Kurangi kadar amonia dalam kandang dengan menyemprotkan Ammotrol pada feses.
 Lakukan penyemprotan dalam kandang dengan desinfektan Antisep atau Neo Antisep untuk
membasmi bakteri Mycoplasma penyebab CRD.

Dengan menerapkan beberapa langkah di atas, diharapkan peternak mendapat pencerahan mengenai
cara mencegah CRD. Semoga bermanfaat. Salam.

Anda mungkin juga menyukai