Anda di halaman 1dari 19

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

A. Pendahuluan
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai
macam perspektif, ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional)
dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Pemikiran tentang hakikat manusia sejak
zaman dahulu kala sampai sekarang belum juga berakhir dan memiliki kemungkinan hal
tersebut tidak akan pernah berakhir. Pada kenyataannya, orang menyelidiki manusia itu dari
berbagai sudut pandang. Banyak yang menyelidiki manusia dari segi fisik yaitu antropologi
fisik, adapula yang menyelidiki dengan sudut pandang budaya yaitu antropologi budaya,
sedangkan yang menyelidiki manusia dari sisi hakikatnya disebut antropologi filsafat.
Memikirkan dan membicarakan hakikat manusia inilah yang menyebabkan orang tak henti-
hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar
tentang manusia itu sendiri, yaitu apa dari mana dan mau kemana manusia itu. Manusia
dalam perkembangannya dipengaruhi lingkungan dan pembawaan dari orang tua mereka.
Al-Qur’an memberi keterangan tentang manusia dari banyak seginya, untuk menjawab
pertanyaan siapakan manusia itu?. Dari ayat-ayat Qur’an tersebut, dapat disimpulkan
bahwa manusia adalah makhluk fungsional yang bertanggungjawab. Pada surat al-
Mu’minun ayat 115 Allah bertanya kepada manusia sebagai berikut : “Apakah kamu
mengira bahwa kami menciptakan kamu sia-sia, dan bahwa kami tidak akan
dikembalikan kepada kami.”
Dari ayat ini, menurut Ahmad Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan Allah yaitu [1]
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, [2] Manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi
berfungsi, dan [3] Manusia akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan, untuk
mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup di dunia ini,
dan perbuatan itu tidak lain adalah relisasi daripada fungsi manusia itu sendiri.Berdasarkan
fakta dan paparan tersebut, maka diperlukan adanya suatu pemahaman lebih lanjut tentang
hakekat manusia menurut Islam.
B. Rumusan Masalah
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam menulis makalah ini tiada lain adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian hakikat.
2. Mengetahui konsep manusia dalam konteks islam.
3. Memahami teori-teori asal mula manusia.
4. Apa tujuan diciptakannya manusia?
5. Mengetahui fungsi dan peranan manusia dimuka bumi.
6. Bagaimana eksistensi dan martabat manusia?
7. Apa tanggung jawab manusia sebagai hamba?
8. Apa tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah?

C. Pengertian Hakikat
Hakikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di artikan inti sari atau dasar juga
diartikan kenyataan yang sebenarnya (sesungguhnya). Hakikat juga bisa dikatakan inti dari
segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Di kalangan tasawuf orang mencari hakikat
diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benarnya.
Jadi Sama halnya dengan pengertian dalam mencari suatu hakikat roh, nyawa dan lain-lain.

D. Konsep Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal
dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung
metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.Para penganut teori
psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan).
Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksiantara
komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri
manusiatedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mehanibcus(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme
(aliran yangmenganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis
(aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang
menganalisis prilakuyang Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia
terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan
aspek.Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang
bereaksisecara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori
kognitifmengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena
tampak tidakmempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan,
memahami, dansebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan
maknamanusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-
nas. Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa
basyarunmitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata
basyar selaludihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau
lempung kering (al-hijr : 33 ; ar-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu‟minuun :
33).Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaituallamal insaana maa lam ya‟ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya).
Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai
makhluk yang berpikir, diberi ilmu,dan memikul amanah (al-ahzar:72).Insan adalah
makhluk yangmenjadi dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.Kata al-nas disebut
sebanyak 240 kali, seperti az-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasifii haadzal quraani min
kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap
macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagaimakhluk
social atau secara kolektif.Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai
makhlukbiologis, psikologis, dan social.Manusia sebagai basyar,diartikan sebagai makhluk
social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada
saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal
yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya
menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi.
Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan
hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain
manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup
berkumpul bersama manusia.

E. Asal Mula Manusia “Teori Evolusi Darwin dan Nabi Adam a.s”
1. Teori Asal Mula Manusia menurut Charles Darwin
Pernyataan Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis
makhluk yang mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah dimulai
dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan
antara manusia modern dan nenek moyangnya. Ditetapkanlah empat kelompok dasar
sebagai berikut di bawah ini :
a. Australophithecines
b. Homo habilis
c. Homo erectus
d. Homo sapiens
Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut oleh
evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari selatan".
Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba yang telah punah, ditemukan
dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar dan kuat dan tegap, sementara
yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah. Dengan menjabarkan hubungan dalam rantai
tersebut sebagai "Australopithecus > Homo Habilis> Homo erectus > Homo sapiens,"
evolusionis secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah nenek moyang
jenis selanjutnya.

2.Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s).


Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat
“cerita” tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia
akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu diabadikan.

"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya,Aku


akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpurhitam
yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan
telahmeniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud"(QS. Al Hijr: 28-29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetapdalam
kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang pertamakali
dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan tersebut
Iblismenjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka. Kemudian
Allahmenciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa
untuktidak mendekati salah satu buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga
terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan
Hawasehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat
merekaditerima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-
Baqarah Ayat33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan,
bisamenerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan
manusiayang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan
memelihara bumiyang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh
permukaan bumi.Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang
menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung,gurun
pasir dan wilayahlainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah
SWT yang berbunyi:
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut merekadidaratan dan
di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkanmereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan."(QS.
Al-Isra' [17]: 70)

F. Tujuan Penciptaan Manusia


Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu
Allah.Pengertian penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan
hanyamembayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan
berartiketundukan manusia dalam hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka
bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan maupun manusia dengan
manusia.Oleh kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Allah
tidakmembutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual
penyembahannya.Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan
menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola alam semesta.
Keseimbangan padakehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan
yang telah Allah ciptakan.
G. Fungsi dan Peran Manusia
Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36 dan berfirman
Yang artinya :
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana[35]."
33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini."
Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?"
34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah[36] kamu
kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia
termasuk golongan orang-orang yang kafir.
35. Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu dekati pohon ini[37], yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang
zalim.
36. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu[38] dan dikeluarkan dari
keadaan semula[39] dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh
bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai
waktu yang ditentukan."
status dasar manusia yang mempelopori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika
khalifah diartikan sebagai penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus
pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt. Peran
yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di
antaranya adalah:
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia
dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri,
pada masyarakat, pada Allah SWT.

H. Eksistensi dan Martabat Manusia


Eksitensi manusia di dunia ditandai dengan upaya tidak henti-hentinya menjadi
manusia. Al-Qur’an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai
khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk yang semi samawi dan semi duniawi,
yang dalam dirinya ada fitrah mengakui Tuhan, bebas terpercaya, rasa tanggung jawab
terhadap dirinya maupun alam semesta; serta karunia keunggulan atas alam semesta, langit
dan bumi.
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat Allah yang harus
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas yang dipikul manusia di muka bumi adalah
tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola
dan memelihara alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah, berarti manusia mendapatkan mandat dari Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran
dimuka bumi. Kekuasaan mengolah serta mendaya gunakan apa yang ada dimuka bumi
untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.
Agar manusia dapat menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah
mengajarkan kepada manusia kebenaran dalam segala ciptaan-Nya, manusia dapat
menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk wujud baru dalam alam
kebudayaan.
Disamping peran manusia sebagai khalifah di muka bumi yang memiliki kebebasan,
ia juga sebagai hamba Allah (Abdullah). Seorang hamba Allah harus ta’at dan patuh kepada
perintah Allah.
Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum
Tuhan baik yang tertulis dalam kitab suci al-Qur’an, maupun yang tersirat dalam
kandungan alam semesta (al-Kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang
diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati
kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawabannya
terhadap penggunaan kewenangannya dihadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman
Allah dalam Al-Quran :
Q.S Fathir (35): 39, yang artinya :
“Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir,
maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri.”
Makna yang esensial dari kata ’abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan.
Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah yang
dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Dua peran yang dipegang manusia di muka bumi, sebagai khalifah dan ’abdun
merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang
sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada kebenaran. Dengan akal dan
ilmu yang dikuasainya akan mampu menjalankan kedudukannya sebagai khalifah
mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini untuk kepentingan
hidup dan kepentingan manusia serta makhluk hidup lain dilingkungannya. Untuk
pelaksanaan kedudukan itu, manusia akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat
kelak. Manusia akan ditanya apakah dalam menjalankan “amanat” yang dipercayakan
kepadanya itu, ia mengikuti atau tidak mengikuti pola dan garis-garis besar kebijaksanaan
yang diberikan kepadanya melalui nabi dan rasul yang termuat dalam ajaran agama.
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami, bahwa kualitas kemanusiaan sangat
tergantung pada kualitas komunikasinya dengan Allah dan kualitas interaksi sosialnya
dengan sesama manusia melalui muamalah.

I. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Dan Khalifah Allah

a. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah


Posisi dan tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT diterangkan oleh
Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat 17 Ayat 3, Surat 38 Ayat 30, 41, 45, Surat 43 Ayat
59, Surat 24 Ayat 32, Surat 17 Ayat 30, Surat 22 Ayat 10, Surat 3 Ayat 182, Surat 8
Aayat 51, Surat 41Ayat 46, dan Surat 50 Ayat 29. Ayat-ayat tersebut mengandung
pengertian bahwa kata hamba Allah di sini merupakan posisi manusia dalam
masyarakat tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan kehendaknya. Manusia
sebagai hamba ciptaan tugan (manusia) menempatkan manusia pada posisi yang harus
tunduk dan patuh kepadaa-Nya.
Penghambaan pada hakikatnya hanya layak terjadi manusia dan Tuhan. Manusia
perlu menghambakan dirinya kepada Tuhan karena Tuhanlah yang menciptakannya.
Ketidakmampuan manusia menghambakan dirinya kepada Tuhan akan mengakibatkan
ia akan menghamba pada dirinya, menghamba pada hawa nafsunya, dan lain-lain.
Kesediaan manusia untuk menghamba hanya kepada Tuhan yang menciptakannya akan
dapat mencegah penghambaannya terhadap manusia atau kepada makhluk lain di dunia
ini.
Esensi kata Abdun (hamba) adalah ketaatan dan ketundukan. Ketaatan dan ke-
tundukan yang terwujud dari sikap penghambaan diri, ini merupakan konsekuensi dari
manusia sebagai abdun atau hamba Allah. Maka, manusia harus menghambakan dirinya
hanya kepada Allah dan dilarang menghambakan diri kepada yang selain Allah.

Ada tanggung jawab yang dipikul manusia sebagai hamba Allah, yaitu memeli-
hara iman dan takwa, karena ketaatan dan ketundukan itu ada jika ada iman dalam hari.
Iman baru dipelihara karena iman itu bersifat fluktuatif, dan takwa juga harus dipelihara
karena takwa merupakan aplikasi dari iman.

Seseorang harus senantiasa kontinuitas ibadahnya, terutama salat, agar dapat


menghindarkan diri dari kekejian dan kemungkaran. Oleh karena itu, amar makruf nahi
mungkar harus dilakukan mulai dari diri sendiri, keluarga, selanjutnya kepada orang
lain (Qs. At Tahrim : 6 ). 1

b. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah


Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia
menjadi Khalifah memegang mandate dari Allah untuk mewujudkan kemakmuran di
bumi (alam). Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang
memungkinkan dirinya mengelola, mendayagunakan, dan memelihara apa yang ada di
alam ini untuk kepentingan hidupnya (Qs. Al A’rof : 10).
Kreatifitas manysia dengan kekhalifahannya merupakan implementasi dari ket-
aatan dan ketundukan. Ia tidak tunduk kepada siapapun kecuali kepada Allah yang telah
memberikan mandate dan amanat sebagai kalidah (Qs. Al An’am: 165).

Kekuasaan yang dipegang manusia dibatasi oleh hukum Allah, baik yang tertu-
lis dalam kita suci (Al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta
(Al Kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakilkannya adalah
wakil yang mengingkari kedudukan dan kewenangannya, serta mengkhianati amanat
yang diwakilinnya. Oleh karena itu, bertanggung jawab atas mandat yang diemban ada-
lah suatu keharusan (Qs. Al A’rof : 56 dan Qs. Fathir : 39). 2

Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua
peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Per-
tama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya pe-
rusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).
1. Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus
mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka
sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap
menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan
eksplorasi itu.
2. Memelihara Bumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusian-
ya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu
merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya
manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal sema-
cam itu perlu dihindari.
KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta
memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Manusia dikatakan makhluk monodualisme karena manusia terdiri atas: raga dan jiwa,
individu dan sosial, pribadi dan makhluk Tuhan. Islam adalah berserah diri kepada Al-
lah dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan taat dan berlepas diri dari perbuatan
syirik dan pelakunya. Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yakni
jasmani dan rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur-unsur sa-
ripati tanah. Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh
yang bersifat immateri itu ada dua daya, yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di otak,
serta daya rasa (kalbu). Keduanya merupakan substansi dari roh manusia.
Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh ma-
khluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah
mempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancur-
kannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah
mengamanatkan alam seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi amanat itu, yaitu
manusia sebagai khalifah di bumi. Dan oleh karenanya manusia adalah makhluk Allah
yang dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan fisik dan kekuatan ra-
sio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah amanat Al-
lah yang kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang selama
hidupnya di dunia ini pasti terlibat dalam amanat itu.
Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang
Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Hubungan manusia
dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan tuannya. Si
hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya. Demikian-
lah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah
kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati . Manusia menjadi khalifah, berarti manusia
memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan
yang diberikan kepadamanusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah
danmendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Dua peran yang dipegang manusia dimu-
ka bumi, sebagai khalifah dan‘abdun merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab
yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan kreatifitas dan amaliyah yang selalu
berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Dua sisi tugas dan tanggungjawab ini tertata dalam
diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan la-
hir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat
yang paling rendah, seperti firman Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Abdul. Dkk. 2016. Pendidikan Agam Islam, Purwokerto: Percetakan dan Pen-
erbitan Unsoed.

Syukur, M. Amin. dkk. 2003. Teologi Islam Terapan, Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.

Wahyuddin, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Surabaya:
Grasindo.

Pusat Makalah. 2014. Makalah Tugas dan Peran Manusia Sebagai Khalifah Di Muka
Bumi. http://www.pusatmakalah.com/2014/12/makalah-tugas-dan-peran-manusia-
sebagai.html, diakses tanggal 10 Oktober 2016.

Makalah Eksistensi dan Martabat Manusia . 2014.


http://pls140087uly.blogspot.co.id/2014/12/makalah-eksistensi-dan-martabat-man
usia.html?m=1, diakses tanggal 10 Oktober 2016

Eksistensi dan Martabat Manusia. 2013.


http://belajartanpabuku.blogspot.co.id/2013/04/eksistensi-dan-martabat-
manusia.html?m=1, diakses tanggal 10 Oktober 2016

Makalah Hakikat Manusia Dalam Islam. 2014.


https://sukirman722.wordpress.com/2014/05/23/makalah-hakikat-manusia-dalam-
islam/, diakses tanggal 10 oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai