Anda di halaman 1dari 50

ASKEP GANGGUAN MENSTRUASI

2.1 Konsep haid


Haid adalah proses bulanan tumpahan lapisan bagian dalam dan darah uterus
melalui liang kelamin wanita atau vagina. Keluarnya cairan yang mengandung darah ini
terjadi pada wanita yang sudah memasuki usia subur dan yang sedang tidak hamil.
Peristiwa ini dimulai dengan adanya pengeluaran selaput lendir rahim di bagian dalam
rahim atau endometrium.
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi
secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam
reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan
menopause. Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya
fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus haid), dan timbulnya
perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan hormonal yaitu estrogen dan progesteron
(Hawari, 1997).
Haid adalah darah yang keluar dari uterus perempuan sehat :

 Lamanya 3-6 hari


 Ganti pembalut 2-5 pembalut perhari
 Satu siklus normal 21-35 hari
 Terjadi akibat penurunan kadar progesteron, siklus haid yang berovulasi

2.2 Fisiologi menstruasi


Usia normal bagi seorang perempuan mendapatkan menstruasi untuk kali pertama
adalah 12 atau 13 tahun. Namun kalau sampai usia 16 tahun belum juga datang bulan perlu
di waspadai, mungkin ada kelainan.
Menstruasi itu sendiri nantinya akan berhenti saat perempuan memasuki masa
menopause, yakni sekitar usia 50 tahun. Namun sebelum memasuki masa menopause, haid
tetap datang hanya jangka waktunya lebih lama dan prosesnya cepat, paling hanya 2-3
hari. Siklus haid/ menstruasi pada perempuan (reproduksi) normalnya terjadi setiap 23-35
hari sekali dengan lama haid berkisar 5-7 hari. Namun ada sebagian perempuan yang
mengalami haid tidak normal. Diantaranya mulai dari usia haid yang datang terlambat,
darah haid sangat banyak sampai harus berulang kali mengganti pembalut wanita, nyeri
atau sakit saat haid, gejala PMS (pree menstruasi syndrom), siklus haid yang tidak teratur
dan masih banyak lagi.
Gangguan ini jangan didiamkan karena dapat berdampak serius, haid yang tidak
teratur misalnya dapat menjadi pertanda seorang perempuan kurang subur (infertil).
Gangguan yang terjadi saat haid dinilai masih normal jika terjadi selama dua tahun
pertama setelah haid kali pertama. Artinya, bila seorang perempuan telah mendapatakan
haid pertamanya saat berusia 11 tahun, maka hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak
teratur. Tapi bila setelah usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur juga, dipastikan ia
mengalami gangguan haid.
Haid Dipengaruhi berbagai hormon:
GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) yang dikeluarkan oleh hipothalamus dan
memicu hipofisis anterior mengeluarkan hormon FSH. FSH (Folikel Stimulating Hormon)
memicu pematangan folikel diovarium, sehingga terjadi sintesis estrogen dalam jumlah
besar. Estrogen akan mengakibatkan proliferasi sel endometrium (penebalan dari
endometrium). Estrogen yang tinggi memberi tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan
hormon LH (Luteinizing hormon). LH akan mengakibatkan ovulasi dan memicu korpus
luteum untuk mensintesis progesterone. Progesteron sendiri menyebabkan perubahan
sekretorik pada endometrium sehingga terjadi Fase sekresi / fase luteal. Fase sekresi selalu
tetap 14 hari, meskipun siklus haid bervariasi, yang berbeda adalah fase proliferasinya,
sehingga harus berhati2 untuk menentukan masa subur
2.1.1 Siklus Menstruasi
Panjang siklus haid ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid
berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus
menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Siklus
menstruasi berkisar antara 21-40 hari, hanya 10-15%wanita yang memiliki siklus 28 hari.
Tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita
yang sama, bahkan kakak beradik dan saudara kembar jarak antara siklus yang paling
panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause.
Lama haid biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-
sedikit kemudian ada yang 7 – 8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata + 16 cc, pada
wanita yang lebih tua darah yang keluar lebih banyak begitu juga dengan wanita yang
anemi.
Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa berlangsung
selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini adalah normal, setelah
beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur. Siklus dan lamanya menstruasi bisa
diketahui dengan membuat catatan pada kalender dengan menggunakan kalender tersebut,
tandailah siklus anda setiap bulannya. Setelah beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola
siklus anda dan hal ini akan membantu anda dalam memperkirakan siklus yang akan
datang. Tandai setiap hari ke-1 dengan tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang
berikutnya dengan demikian anda dapat mengetahui siklus anda.
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh
dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari
ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk ke dalam salah
satu tuba falopii dan di dalam tuba bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi
pembuahan, sel telur akan masuk kedalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin.
Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium akan
dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini berlangsung selama 3 – 5
hari kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian
dimulai lagi pada siklus berikutnya.
Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:
1. Fase Folikuler
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel
telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel
di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga
merangsang pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel
telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus,
sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan
lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan
menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan.
Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang
hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika
perdarahannya sangat hebat.
2. Fase ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur
biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH.
Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan
melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada
perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama
beberapa menit sampai beberapa jam.
3. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah melepaskan
telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang
menghasilkan sebagian besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit
meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai.
Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14
hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi
pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG (hormone
chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan
progesterone sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan
didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.

Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu :


1. Fase Menstruasi atau dekuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan hanya
stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dangan
sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang
mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-kelenjar
vulva. Fase ini berlangsung 3 – 4 hari.
2. Fase pasca haid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh
dan ditutup kembali oleh selaput lendir yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini
telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.
3. Fase Proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari
hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase Proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase,
yaitu:
a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)

Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel
permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.
b. Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)

Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan
dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya
banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (nake nukleus).
c. Fase proliferasi akhir (late proliferation)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal dari
permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar
membentuk pseudostratifikasi. Stoma bertumbuh aktif dan padat.
4. Fase pra haid atau fase sekresi
Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase
ini endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk,
dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Di dalam endimetrium tertimbun
glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.

2.3 Jenis-jenis gangguan haid


a). Hipermenore (Menorraghia)
Definisi
Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari),
kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
Etiologi

1. Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi


: uterotonika
2. Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.
3. Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas,
bendungan pembuluh darah balik.
4. Hipertensi
5. Dekompensio cordis
6. Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
7. Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
8. Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili

Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing
hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating
hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan
matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan
ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi
endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah.
Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus
luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium
untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi.
Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar
esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal
yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada
beberapa kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari
FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada
korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium
berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun
dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan
pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung
tidak mengakibatkan pendarahan hebat.

Manifestasi Klinis
Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga
sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.

b). Hypomenorhoe (kriptomenorrhea)

Definisi
Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya.
Lama perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama
dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.

Etiologi
1.Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin
2.kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal.

Patofisiologi

Manifestasi klinis
Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya
berupa spotting.

c).Polimenorea (Epimenoragia)
Definisi
Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan
jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
Etiologi
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek
sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25 hari).

d). Oligomenorrhoe
Definisi
Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari
Etiologi
 Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari hari ke-5 menstruasi )
 Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah ovulasi )
 Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan siklus haid.

Patofisiologi
Manifestasi klinis
 Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali
 Perdarahan haid biasanya berkurang
e).Amenorea

Definisi
Adalah keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut.

Klasifikasi

1. Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.
2. Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah
mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.

Etiologi
1. Gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus (endometrium), dan
vagina
2. Adanya tanda-tanda maskulinisasi, adanya galaktore, cacat bawaan, uji estrogen dan
progesteron negatif.
3. penyakit TB, penyakit hati, diabetes melitus, kanker, infertilitas, stress berat.
4. kelainan kongenital
5. ketidastabilan emosi dan kurang zat makanan yang mempunyai nilai gizi lebih.

Patofisiologi
Amenore primer dapat diakibatkan oleh tidak adanya uterus dan kelainan pada
aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan
keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya,
ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk
melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron
akan menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang.
Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi
hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer.
Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang
cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen
dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap
rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur
menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang
masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis
gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak
memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang
dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-
hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat
bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya
obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya
abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic
ovary syndrome.

Manifestasi klinis
f). Metroragia
Definisi
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.
Klasifikasi

1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.


2. Metroragia diluar kehamilan.

Etiologi

1. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh;
carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis
(seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia); hormonal.
2. Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis,
neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan
gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat
korpus luteum persisten, kelainan pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan
darah dan penyakit akut ataupun kronis.

Manifestasi klinis
Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun keadaan
ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak.
Terapi : kuretase dan hormonal.
g). Pra Menstruasi Syndrom
Definisi
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai
menstruasi berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesterom menjelang menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40 tahun.
PMS merupakan sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari
ke-2 sampai hari ke-4 sebelum menstruasi dan segera mereda setelah menstruasi dimulai.
Disebabkan oleh :
 Sekresi estrogen yang abnormal
 Kelebihan atau defisiensi progesteron
 Kelebihan atau defisiensi kortisol, androgen, atau prolaktin
 Kelebihan hormon anti diuresis
 Kelebihan atau defisiensi prostaglandin

Etiologi
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah
ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium,
penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan
hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi
progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang
peranan penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih
peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor
psikologis.

Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah,
yang akan menyebabkan gejala depresi. Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia
tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah
prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi
jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin
yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol
produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi
tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid
(GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek
hormon esterogen, progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.

Manifestasi klinis
Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah. Nafsu
makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam. Emosi menjadi labil.
Biasanya perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan negatif lainnya.

h).Dismenore
Definisi
Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan
pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas.
Klasifikasi
1.Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah
nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan.
Karakteristik dismenorea primer menurut Ali Badziad (2003):

1. Sering ditemukan pada usia muda.


2. Nyeri sering timbul segera setelah mulai timbul haid teratur.
3. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spastik dan sering disertai
mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala.
4. Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau
kedua haid.
5. Jarang ditemukan kelainan genitalia pada pemeriksaan ginekologis.
6. Cepat memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa.

Etiologi : psikis; (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic


sempit, hyperanteflexio, retroflexio); endokrin (peningkatan kadar prostalandin, hormon
steroid seks, kadar vasopresin tinggi).
Manifestasi klinis
Beberapa gejala yang kerap menyertai saat menstruasi antara lain : perasaan malas
bergerak, badan lemas, mudah capek, ingin makan terus, emosi jadi lebih labil, sensitif,
mudah marah. Bukan itu saja, pengaruh pelepasan dinding rahim selama menstruasi juga
kerap memunculkan rasa pegal dan sakit pada pinggang serta membuat kepala terasa nyeri,
kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai
gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum.
Terapi : psikoterapi, analgetika, hormonal.
2. Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami
dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri,
endometriosis, retroflexio uteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya
AKDR, tumor ovarium.
Manifestasi klinis

Berikut ini merupakan manifestasi klinis dismenorea sekunder (Smith, 1993; Smith, 1997):
1. Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche (haid pertama),
yang merupakan indikasi adanya obstruksi outflow kongenital.
2. Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun.
3. Terdapat ketidaknormalan (abnormality) pelvis dengan pemeriksaan fisik: pertimbangkan
kemungkinan endometriosis, pelvic inflammatory disease, pelvic adhesion (perlengketan
pelvis), dan adenomyosis.

Terapi : causal (mencari dan menghilangkan penyebabnya), pemberian obat analgetik


(biasanya diberikan aspirin, fenasetin dan kafein), terapi hormonal (Tujuannya untuk
menekan ovulasi)
i).Mastodinia atau Mastalgia
Definisi
Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid.
Etiologi
Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam yang
disertai hiperemia didaerah payudara.

PATHWAY AMENORE
PATHWAY DISMENORE
PATHWAY PMS (PRE MENSTRUAL SINDROM)

BAB 3
PEMBAHASAN
Kasus
Nona L, 17 tahun datang ke rumah sakit dengan mengeluh lemas letih dan lesu serta nyeri
hebat ketika haid, sampai tidak mampu melakukan aktivitas karena nyeri abdomen akan
bertambah. Pasien juga mengeluh mual, muntah dan diare.

3.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan dismenore dapat dilakukan dengan mengadakan wawancara
mengenai aspek-aspek umum seperti:
 Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit dahulu
pasien-pasien dengan dismenore mungkin menceritakan riwayat nyeri serupa yang timbul
pada setiap siklus haid. Dismenore primer biasanya mulai sesaat setelah menarche.
Kadang-kadang pasien mengemukakan riwayat kelelahan yang berlebihan dan ketegangan
saraf.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Tidak Ada
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
 Nutrisi
 Pola Latihan
 Pengetahuan Klien mengenai penyakitnya
 Konsep diri (body image)
 Skala nyeri 4-6

Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6


B1 (Breath)
 Pernapasan tidak teratur
B2 (Blood)
 Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg)
 Akral Basah dan dingin
B3 (Brain)
 Penurunan Konsentrasi
 Pusing
 Konjungtiva Anemia
B4 (Bladder)
 Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari
B5 (Bowel)
 Nyeri pada adomen
 Nafsu makan Menurun
B6 (Bone)
 Badan mudah capek
 Nyeri pada punggung

Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau suatu
keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus normal
 Pemeriksaan Pelvis : Pada kasus dismenore Primer, pemeriksaan pelvis adalah normal.
3.2 Analisis Data
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS: Menstruasi Nyeri akut
 Penyebab timbulnya ↓
nyeri: disminore. Regresi korpus luteum
 Nyeri dirasakan ↓
meningkat saat aktivitas progesteron↓

 Lokasi nyeri abdomen ↓

 Skala nyeri 4-6 Miometrium terangsang



 Nyeri sering dan terus –
Kontraksi&disritmia
menerus
uterus↑
DO:

 Wajah tampak menahan
Aliran darah ke uterus↓
nyeri

Iskemia

Nyeri haid

2 DS: Menstruasi Intoleran aktivitas


 Pasien menyatakan ↓
mudah lelah Pendarahan
DO: ↓
 Nadi lemah (TD 90/60 Anemia
mmHg) ↓

 Px. terlihat pucat Kelemahan

 Sclera/ konjungtiva ↓

anemi Intoleran aktivitas

3 DS: Menstruasi Ansietas


 Px. menyatakan merasa ↓
gelisah Nyeri haid
DO: ↓
 Pucat Kurang pengetahuan
Memperlihatkan kurang ↓
Ansietas
inisiatif

3.3 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
3.4 Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

 Tujuan:
Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien

 Kriteria hasil:
 Skala nyeri 0-1
 Pasien tampak rileks
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri linkungan tenang dan kurangi 1. Meningkatkan istirahat dan
rangsangan penuh stress meningkatkan kemampuan koping
2. Kolaborasi dengan dokter dalam 2. Analgesik dapat menurunkan nyeri
pemberian analgesic
3. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya
nafas berirama lambat, nafas dalam, 3. Memudahkan relaksasi, terapi non
bimbingan imajinasi farmakologi tambahan
4. Evaluasi dan dukung mekanisme 4. Penggunaan persepsi sendiri atau
koping px prilaku untuk menghilangkan nyeri
dapat membantu mengatasinya lebih
efektif
5. Kompres hangat 5. Mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar aliran darah

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen

 Tujuan:
Pasien dapat beraktivitas seperti semula

 Kriteria hasil:
 Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat dan memperingan intoleran
aktivitas
 Pasien mampu beraktivitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan perode 1. Menghemat energi untuk aktivitas
istirahat tanpa gangguan, dorong dan regenerasi seluler/
istirahat sebelum makan penyembuhan jaringan
2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap 2. Tirah baring lama dapat menurunkan
kemampuan
3. Menurunkan penggunaan energi dan
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan membantu keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen

4. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

 Tujuan:

Pasien bisa kembali

 Kriteria hasil:
 Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas
 Pasien menunjukkan relaksasi
 Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres
INTERVENSI RASIONAL
1. Libatkan pasien/ orang terdekat 1. Keterlibatan akan membantu pasien
dalam rencana perawatan merasa stres
berkurang,memungkinkan energi
untuk ditujukan pada penyembuhan

2. Berikan lingkungan tenang dan


istirahat 2. Memindahkan pasien dari stress luar
meningkatkan relaksasi; membantu
menurunkan ansietas
3. Perilaku yang berhasil dapat
3. Bantu pasien untuk dikuatkan pada penerimaan masalah
mengidentifikasi/ memerlukan stress saat ini, meningkatkan rasa
perilaku koping yang digunakan control diri pasien
pada masa lalu
4. Belajar cara baru untuk mengatasi
4. Bantu pasien belajar mekanisme masalah dapat membantu dalam
koping baru, misalnya teknik menurunkan stress dan ansietas
mengatasi stres

http://perawathati.blogspot.com/2012/06/askep-gangguan-menstruasi.html
SIKLUS HAID, SINDROM PRA-HAID, SERTA GANGGUAN HAID

DALAM MASA REPRODUKSI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan kehendak-

Nyalah makalah yang berjudul “Siklus Haid, Sindrom Pra-Haid, serta Gangguan Haid

dalam Masa Reproduksi” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menemukan kesulitan yang disebabkan oleh

kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat dorongan dan bimbingan berbagai pihak,

akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Dosen pembimbing, Bapak Usman, DCN, M. Kom. atas ilmu yang telah Ibu berikan kepada

penulis.

2. Teman-temanku dan semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan

masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah ini, bahwa makalah ini masih banyak

memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang

positif dan bersifat membangun agar makalah ini memiliki daya guna di masa yang akan

datang.

Harapan penulis, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan rekan

mahasiswa.

Padang, Februari 2009

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDUHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3 Tujuan.............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ....................................................................................... 3
2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi ............................................... 3
2.3 Sindrom Pra-Haid............................................................................ 4
2.4 Siklus Haid....................................................................................... 7
2.5 Siklus Haid Perempuan Aktif............................................................ 10
2.6 Gangguan Haid................................................................................. 10
2.6.1 Hipermenorea......................................................................... 11
2.6.2 Hipomenorea.......................................................................... 12
2.6.3 Polimenorea............................................................................ 12
2.6.4 Oligomenorea.......................................................................... 12
2.6.5 Amenorea............................................................................... 13
2.6.6 Premenstrual Tension............................................................... 13
2.6.7 Mastalgia................................................................................ 13
2.6.8 Mittelschmerz.......................................................................... 14
2.6.9 Dismenorea............................................................................. 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................... 15
3.2 Saran................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Haid atau yang sering disebut dengan menstruasi merupakan pelepasan lapisan
dalam (endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi berulang setiap bulan secara
periodik, kecuali pada saat hamil. Sedangkan siklus haid adalah waktu sejak hari pertama
haid sampai datangnya haid periode berikutnya.
Siklus haid setiap perempuan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, bukan
saja antara beberapa perempuan, tetapi juga pada perempuan yang sama. Juga pada kakak
beradik bahkan saudara kembar siklus haidnya tidak terlalu sama.
Sebelum datangnya haid, setiap perempuan umumnya mengalami sindrom bulanan
atau yang lebih dikenal dengan sindrom pra-haid. Sindrom ini sangat mengganggu aktifitas
perempuan, terutama mereka yang aktif bekerja diluar rumah.
Selain itu, gangguan haid juga sering terjadi seperti: dismenorea, hipermenorea,
hipemenorea, amenorea, dan masih banyak gangguan haid lainnya yang sering dialami
oleh para perempuan.
Karena kurangnya pengetahuan serta informasi yang dimiliki oleh sebagian besar
perempuan tentang siklus haid, sindrom pra-haid, serta gangguan haid dalam masa
reproduksi, maka penulis tertarik untuk membahas tentang masalah yang sering dialami
oleh setiap perempuan ini.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai siklus haid, sindrom
pra-haid, serta gangguan-gangguan haid apa saja yang dialami oleh perempuan dalam
masa reproduksi.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar para perempuan lebih mengetahui tentang sindrom pra-haid, siklus haid, gangguan-
gangguan selama haid, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan haid.
2. Agar perempuan aktif dapat mengatur siklus haidnya tanpa mengalami gangguan selama
beraktifitas.
3. Agar perempuan tahu bagaimana cara mengurangi sindrom pra-haid yang sering
mengganggu aktifitas mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium (Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG , 2005: 103).
Menstruasi adalah penumpahan lapisan uterus yang terjadi setiap bulan berupa
darah dan jaringan, yang dimulai pada masa pubertas, ketika seorang perempuan mulai
memproduksi cukup hormon tertentu (‘kurir’ kimiawi yang dibawa didalam aliran darah)
yang menyebabkan mulainya aliran darah ini (Robert P. Masland dan David Estridge,
2004: 51).
Menstruasi adalah puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi karena adanya
serangkaian interaksi antara beberapa kelenjer didalam tubuh (Virnye Winiastri,dkk, 2002:
19).
2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya haid antara lain :
1) Faktor hormon
Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita yaitu:
 FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dikeluarkan oleh Hipofise
 Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium
 LH (Luteinizing Hormone) dihasilkan oleh Hipofise
 Progesteron dihasilkan oleh ovarium
2) Faktor Enzim
Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam
sintesa protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi
endometrium dan perdarahan.
3) Faktor vascular
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional
endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-arteria, vena-vena
dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium timbul statis dalm vena-vena serta
saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan
perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.
4) Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi endometrium,
prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi myometrium sebagai suatu faktor untuk
membatasi perdarahan pada haid.
Secara khusus, perempuan mengalami haid pada usia dua belas dan tiga belas tahun, tetapi
selalu terdapat perempuan yang mengalaminya pada usia lebih awal, kira-kira sepuluh
tahun, dan beberapa diantaranya bahkan lebih dini. Dilain pihak , beberapa perempuan
mungkin belum mengalami haid pada usia lima belas atau enam belas tahun. Ini semua
bergantung pada produksi dan pelepasan hormon.
Cepat atau lambatnya haid (kematangan seksual) ini kecuali ditentukan oleh konstitusi
fisik individual, juga dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara
hidup, dan milieu yang melingkungi anak. Badan yang lemah atau penyakit yang mendera
seorang anak gadis, umpamanya bisa memperlambat tibanya menstruasi.
Selanjutnya , rangsangan-rangsangan kuat dari luar, umpamanya saja berupa film-film sex
(blue film) buku bacaan dan majalah-majalah bergambar sex godaan dan rangsangan dari
kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan sex/coitus, semua itu tidak
hanya meningkatkan memuncaknya atau semakin panasnya reaksi-reaksi sexual saja, akan
tetapi juga mengakibatkan kematangan sexual yang lebih cepat pada diri anak. Maka
pengaruh kultur dan peradaban itu tampaknya ambivalen sifatnya, artinya kultur dan
peradapan dapat memperlambat atau mempercepat tempo kematangan sexual anak. Jadi,
juga memperlambat atau mempercepat awal dari haid anak gadis.
2.3 Sindrom Pra-Haid
Beberapa saat sebelum mulai haid, atau bisa pada hari-hari haid, sejumlah gadis
dan perempuan biasanya mengalami rasa tidak enak. Mereka biasanya merasakan satu atau
beberapa gejala yang disebut sebagai kumpulan gejala sebelum haid atau istilah
populernya Pre-menstrual syndrome (PMS).
Sindrom pra-haid adalah sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi
antara hari pertama hingga hari keempat belas sebelum masa haid dimulai dan diikuti
dengan tahap bebas gejala jika masa ini telah lewat (Anthony Tan,2002:23).
Beberapa dokter percaya bahwa sindrom pra-haid dialami oleh separuh dari total
perempuan yang berada pada masa reproduktif. Sekitar lima persen dari perempuan yang
mengalami PMS disarankan untuk mengurangi kegiatan sehari-hari mereka karena mereka
sangat terganggu. Meskipun penyebabnya belum diketahui, sejumlah teori sedang diteliti.
PMS mungkin berkaitan dengan meningkatnya kadar hormon setiap bulan, rendahnya
kadar gula, kekurangan vitamin, perubahan yang tetap dalam bichemicals didalam otak
yang mempengaruhi mood, kombinasi dari faktor-faktor itu, atau bukan salah satunya.
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan fisik dan mental yang sering dikeluhkan
oleh para penderita sindrom pra-haid diantaranya yaitu:
a) Gejala fisik:
Kenaikan berat badan
 Perasaan bengkak dan Pembengkakan (perut, jari, tungkai, pergelangan kaki, dll)
 Ketidaknyamanan buah dada (pembesaran, nyeri tekan, terasa berat, terasa kaku)
 Sakit kepala dan serangan migren
 Pegal dan nyeri pada otot
 Dismenore kongestif, yaitu sakit perut atau sakit pinggang bagian bawah
 Berkurangnya air kencing
 Perubahan kulit, termasuk bisul, jerawat, bercak putih, dan pembengkakan-pembengkakan
lain
 Perubahan nafsu makan (kehilangan nafsu makan atau keinginan makan makanan yang
berlemak)
 Perubahan tidur ( kurang tidur atau tidur berlebihan)
 Tidak ada gairah untuk aktif serta badan terasa lelah
 Mata terasa sakit, hidung tersumbat, dan timbul reaksi alergi
 Mual, pingsan, asma, dan epilepsy
 Kejang, terjadi karena dinding-dinding otot uterus dengan perlahan akan mengkerut untuk
membantu mengeluarkan lapisan.
b) Gejala mental (psikis)
Ketegangan dan cepat marah (emosional)
Depresi, termasuk kurang percaya diri dan perasaan tidak berharga
Stres
Kelesuan
Berkurangnya daya konsentrasi dan daya ingat berkurang
Kecenderungan kearah keagresifan dan/atau kekerasan fisik
Control emosi yang rendah dan reaksi emosi yang tidak logis
Penurunan efisiensi, terutama dalam memecahkan masalah mental
Kurang atau tidak ada dorongan seks
 Dorongan yang kuat untuk banyak makan, tidak ada hubungan dengan nafsu makan
 Bertambahnya kecenderungan minum obat, tablet, dsb.
Sindrom ini dirasakan juga sangat mengganggu dalam keadaan-keadaan khusus,
misalnya ketika ingin melakukan perjalanan jauh, beraktifitas, ujian, pertandingan
olahraga, ibadah puasa, serta ibadah haji.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat dasar fisiologis pada sindroma pra-haid.
Meskipun satu sebab tunggal dari sindroma pra-haid belum ditemukan, para ilmuwan
menyarankan bahwa sindroma pra-haid disebabkan oleh tali-temali yang rumit antara
ketidakseimbangan hormon, stress, dan kekurangan gizi.
Sindrom pra-haid ini sangat menyiksa, karena hampir semua perempuan
mengalaminya. Namun banyak juga perempuan yang mengalami kesulitan untuk
mengenali sindrom pra-haid ini pada dirinya sendiri, terutama bagi mereka yang baru
mengenal konsep sindrom pra-haid.
Berbagai faktor gaya hidup tampaknya menjadikan gajala-gajala lebih buruk
termasuk stress, jumlah kegiatan fisik luar yang tidak memadai, dan diet yang
mengandung gula, karbohidrat yang diolah, garam, lemak, alkohol dan kafein yang tinggi.
Empat kelompok gejala utama sindrom pra-haid telah diidentifikasi. Setiap
perempuan dapat mengalami gejala-gejala dalam satu atau beberapa kelompok.
1) Ketegangan Pra-haid berciri khas ketegangan syaraf, perubahan suasana hati, rasa terganggu
dan kecemasan.
2) Hiperhidrasi, atau sindroma hiperhidrasi, ditandai oleh penambahan berat badan,
pembengkakan ditangan dan kaki, kelunakan buah dada, dan kembungnya perut.
3) Hasrat makan yang berarti bertambahnya selera dengan hasrat makan makanan-makanan
manis atau asin, gejala-gejala pun mencakup sakit kepala, kelelahan, pusing, dan jantung
yang berdebar.
4) Depresi pun umum dan mencakup mudah lupa, menangis, kebingungan dan sukar tidur.
Para perempuan yang diganggu oleh sindrom pra-haid dapat memperbaiki gejala-
gejala mereka dengan melakukan perubahan-perubahan diet sebagai berikut:
engurangi jumlah gula yang dimakan
enambah serat
 Makan makanan yang berprotein tinggi karena dapat menyebabkan lebih banyak air yang
keluar tubuh , sehingga mengurangi rasa penuh diperut bagian bawah
 Meminum ramuan tradisional
encakup satu hingga dua sendok makan minyak safflower dalam diet
engurangi jumlah lemak yang dimakan
 Mengurangi jumlah garam yang dimakan jika retensi cairan merupakan masalah, karena
garam menyebabkan tubuh berusaha menyimpan air dalam tubuh, sehingga menyebabkan
rasa penuh diperut bagian bawah
 Menghindari kafein dan beberapa minuman ringan seperti cola, teristimewa jika kecemasan
dan kelunakan buah dada merupakan masalah
Selain itu :
 Mencakup kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari, dan
 Mempraktekkan teknik-teknik pengurangan stress secara teratur.
Banyak perempuan telah berkurang penderitaannya dengan ancangan gaya hidup
yang moderat ini dan dianjurkan untuk pengobatan awal bagi sindroma pra-haid.
2.4 Siklus Haid
Siklus haid merupakan waktu sejak hari pertama haid sampai datangnya haid
periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya
haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya (Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG
,2005:103).
Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya
haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum
tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1 hari.
Dalam satu siklus terjadi perubahan pada dinding rahim sebagai akibat dari
produksi hormon-hormon oleh ovarium, yaitu dinding rahim makin menebal sebagai
persiapan jika terjadi kehamilan.
Siklus haid perempuan normal berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15 persen
perempuan yang memiliki siklus haid 28 hari. Panjangnya siklus haid ini dipengaruhi oleh
usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada
perempuan usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada perempuan usia 55 tahun 51,9 hari.
Siklus haid perempuan tidak selalu sama setiap bulannya. Perbedaan siklus ini
ditentukan oleh beberapa faktor, misalnya gizi, stres, dan usia. Pada masa remaja biasanya
memang mempunyai siklus yang belum teratur, bisa maju atau mundur beberapa hari.
Pada masa remaja, hormon-hormon seksualnya belum stabil. Semakin dewasa biasanya
siklus haid menjadi lebih teratur, walaupun tetap saja bisa maju atau mundur karena faktor
stres atau kelelahan.
Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. pada wanita yang lebih tua
biasanya yang keluar lebih banyak. Pada wanita dengan anemia defisiensi besi jumlah
darah haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc dianggap patologik.
Setiap bulannya, haid berlangsung sekitar 3-7 hari. Setelah hari kelima dari siklus
haid, endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan
terjadinya kehamilan. Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan, endometrium
meluruh dan terjadilah siklus berikutnya.
Siklus haid selama ± 1 bulan dapat kita bedakan dalam 4 masa (stadium):
1) Stadium Menstruasi atau desquamasi
Pada masa ini endometrium dicampakkan dari dinding rahim disertai dengan perdarahan,
hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut dengan stratum basale. Stadium ini
berlangsung selama 4 hari.
Jadi, dengan haid itu keluar darah, potongan-potongan endometrium dan lendir dari servix.
Darah itu tidak membeku karena ada fermen yang mencegah pembekuan darah dan
mencairkan potongan-potongan mucosa. Hanya kalau banyak darah keluar maka fermen
tersebut tidak mencukupi hingga timbul bekuan-bekuan darah dalam darah haid.
Banyaknya perdarahan selama haid normal adalah ± 50 cc.
2) Stadium Post menstruum atau stadium regenerasi
Luka yang terjadi karena endometrium dilepaskan, berangsur-angsur ditutup kembali oleh
selaput lendir baru yang terjadi dari sel epitel kelenjer-kelenjer endometrium.
Pada saat ini tebalnya endometrium ± 0,5 mm, stadium ini sudah mulai waktu stadium
menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.
3) Stadium Intermenstruum atau stadium proliferasi
Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm.
Kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain hingga berkelok.
Stadium proliferasi berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari hari pertama haid.
4) Stadium Praemenstruum atau stadium sekresi
Pada stadium ini endometrium kira-kira tetap tebalnya tapi bentuk kelenjar berubah
menjadi panjang dan berliku dan mengeluarkan getah. Dalam endometrium sudah
tertimbun glycogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur.
Memang maksud dari perubahan ini tidak lain dari pada mempersiapkan endometrium
untuk menerima telur.
Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat (stratum compactum)
yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar-kelenjar, lapisan mampung
(stratum spongiosum), yang banyak lubang-lubangnya karena disini terdapat rongga dari
kelenjar-kelenjar dan lapisan bawah yang disebut stratum basale.
Stadium sekresi ini berlangsung dari hari ke-14 sampai 28. Kalau tidak terjadi kehamilan
maka endometrium dilepaskan dengan perdarahan dan berulang lagi siklus menstruasi.
2.5 Siklus Haid Perempuan Aktif
Kini perempuan aktif yang sibuk bekerja, diluar maupun didalam rumah,
dimungkinkan dapat mengatur sendiri siklus haid mereka. Mengatur siklus haid dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan cara menunda haid atau menjarangkannya.
Haid dimungkinkan tidak terjadi setiap bulan, tetapi dalam kurun waktu tertentu, misalnya
empat kali dalam setahun.
Namun, hal ini hanya dapat terjadi jika perempuan mengkonsumsi kontrasepsi oral yang
mengandung hormon estrogen dan hormone progesterone. Dengan demikian, maka bagi
perempuan yang akan melaksanakan ibadah haji atau ibadah puasa sekarang tidak akan
terganggu lagi. Juga bagi kita yang akan melakukan perjalanan jauh pun tidak akan
mengalami gangguan haid lagi.
Karena siklus haid ini rutin terjadi pada setiap perempuan, maka sebaiknya perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Menjaga kebersihan dengan mandi dua kali sehari menggunakan sabun mandi biasa, pada
saat mandi organ reproduksi luar perlu cermat dibersihkan.
b) Mengganti pembalut minimal empat kali sehari terutama sehabis buang air kecil.
c) Bila perut, terutama daerah sekitar rahim, terasa nyeri, dan masih dapat diatasi (ringan),
tidak usah dibiasakan minum obat penghilang rasa sakit, kecuali sangat mengganggu
kegiatan sehari-hari, seperti misalnya hingga menyebabkan pingsan.
d) Makan makanan bergizi terutama yang banyak mengandung zat besi dan vitamin, seperti
hati ayam/sapi, daging, telur, sayur-sayuran, dan buah-buahan.
e) Aktivitas harian tidak perlu diubah kecuali bila ada aktivitas fisik yang berlebihan misalnya
olahraga berat.
2.6 Gangguan Haid
Adapun tanda-tanda gangguan haid adalah:
Bagi perempuan tertentu, tidak teraturnya haid merupakan keadaan wajar, namun bagi
perempuan lainnya keadaan ini dapat merupakan tanda bagi penyakit menahun,
kekurangan darah (anemia), gangguan gizi (malnutrisi), atau mungkin adanya infeksi atau
tumor dalam rahim (uterus).
Apabila haid tidak terjadi pada saat yang seharusnya, hal ini mungkin menunjukkan tanda
kehamilan. Akan tetapi masa haid yang tidak teratur atau tidak mendapat haid sering
merupakan keadaan yang wajar bagi banyak remaja yang baru saja mendapatkan haid dan
bagi perempuan yang berusia diatas 40 tahun. Kecemasan dan gangguan emosional dapat
menyebabkan seorang wanita tidak mendapatkan haid.
Apabila perdarahan mulai terjadi selama kehamilan, hal ini hampir selalu menjadi tanda
permulaan suatu keguguran atau abortus (kematian bayi didalam kandungan)
Apabila masa haid berlangsung lebih dari enam hari, dan darah yang dikeluarkan banyak
dan tidak seperti biasanya, atau haid lebih dari satu kali dalam sebulan, maka anda harus
meminta nasehat dokter.
Gangguan haid dan siklusnya, khususnya dalam masa reproduksi, dapat
digolongkan kedalam:

1. kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:


a. hipermenorea atau menoragia
b. hipomenorea

2. kelainan siklus:

a. polimenorea
b. oligomenorea
c. amenorea

3. perdarahan diluar haid:

a. metroragia

4. gangguan lain yang ada hubungan dengan haid:

a. premenstrual tension (ketegangan prahaid)


b. mastodinia
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. Dismenorea
2.6.1 Hipermenorea (Menoragia)
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama
dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus,
misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan
dengan kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan
endometrium pada waktu haid, dan sebagainya. Pada gangguan pelepasan endometrium
biasanya terdapat juga gangguan dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan
gangguan pelepasannya pada waktu haid.
Terapi pada hipermenorea pada mioma uteri niscaya tergantung dari penanganan
mioma uteri, sedangkan diagnosis dan terapi polip endometrium serta gangguan pelepasan
endometrium terdiri atas kerokan.
2.6.2 Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa.
Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah
miomektomi), pada gangguan endokrin, dan lain-lain. Kecuali jika ditemukan sebab yang
nyata, terapi terdiri atas menenangkan penderita. Adanya hipomenorea tidak mengganggu
fertilitas.
2.6.3 Polimenorea
Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa ( kurang dari 21 hari). Perdarahan
kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa. Hal yang terakhir ini diberi nama
polimenoragia atau epimenoragia.
Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan
ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti ovarium karena
peradangan, endometriosis, dan sebagainya.
2.6.4 Oligomenorea
Di sini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus lebih dari 3
bulan, hal itu sudah mulai dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea biasanya
berkurang.
Oligomenorea dan Amenorea sering kali mempunyai dasar yang sama, perbedannya
terletak tingkat. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu,
dan fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulator dengan masa proliferasi lebih
panjang dari biasa.
2.6.5 Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya tiga bulan berturut-turut.
Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea
primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah dapat haid, sedangkan
pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid tetapi kemudian tidak dapat lagi.
Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit
untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan congenital dan kelainan-kelainan genetic.
Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian
dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor,
penyakit infeksi, dan lain-lain.
2.6.6 Premenstrual Tension (Tegangan Prahaid)
Premenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu
sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang,
walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Gejala-gejala yang tidak
seberapa berat banyak dijumpai, terutama pada wanita berumur antara 30 dan 45 tahun.
Keluhan-keluhan terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomia,
nyeri kepala, mudah tersinggung, sukar tidur, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa
nyeri pada mamma, dan sebagainya. Sedangkan pada kasus yang berat terdapat depresi,
rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala fisik tersebut diatas.
2.6.7 Mastalgia
Gejala mastalgia adalah rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid. Sebabnya
edema dan hiperemi karena peningkatan relative dari kadar estrogen. Pada pemeriksaan
harus diperhatikan adanya radang atau neoplasma.
Terapi biasanya terdiri atas pemberian diuretikum, sedang pada mastalgia keras kadang-
kadang perlu diberikan metiltestosteron 5 mg sehair secara sublingual. Bromokriptine
dalam dosis kecil dapat membantu pengurangan penderitaan.
2.6.8 Mittelschmerz
Mittelschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid, pada
saat ovulasi. Rasa nyeri yang terjadi mungkin ringan, tetapi mungkin juga berat. Lamanya
mungkin hanya beberapa jam, tetapi pada beberapa kasus sampai 2-3 hari. Rasa nyeri
dapat disertai atau tidak disertai dengan perdarahan, yang kadang-kadang sangat sedikit
berupa getah berwarna coklat, sedang pada kasus lain dapat merupakan perdarahan seperti
haid biasa.
Diagnosis dibuat berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan bahwa nyerinya tidak
mengejang, tidak menjalar, dan tidak disertai mual dan muntah.
Penanganan umumnya terdiri atas penerangan pada wanita yang bersangkutan.
2.6.9 Dismenorea
Dismenorea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering
menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan.
Karena gangguan ini sifatnya subjektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Walaupun
frekwensi dismenorea cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal, namun sampai
sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan.
Oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak dibawah perut sebelum dan
selama haid dan sering kali rasa mual, maka istilah dismenorea hanya dipakai jika nyeri
haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan
pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari.
Penanganan dismenorea ini dapat dilakukan dengan cara penerangan dan nasehat,
pemberian obat analgesic, terapi hormonal, teapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin,
dilatasi kanalis servikalis, dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Haid atau menstruasi merupakan ciri khas kematangan biologis seorang
perempuan. Haid merupakan salah satu perubahan siklik yang terjadi pada alat kandungan
sebagai persiapan untuk kehamilan.
Setiap perempuan normal akan mengalami haid setiap bulannya, yang dipengaruhi
oleh faktor hormon, enzim , vascular, dan prostaglandin.
Sebelum datangnya haid perempuan akan mengalami sindrom pra-haid yang dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari, yang berupa perubahan-perubahan atau gejala-gejala
fisik maupun mental. Sindrom pra-haid ini berkaitan dengan meningkatnya kadar hormon
setiap bulan, rendahnya kadar gula, kekurangan vitamin, perubahan yang tetap dalam
bichemicals didalam otak yang mempengaruhi mood, kombinasi dari faktor-faktor itu, atau
bukan salah satunya.
Sindrom pra-haid ini tidak selalu sama pada setiap orang, begitu juga dengan siklus
haid juga berbeda antara setiap perempuan walau saudara kembar sekalipun. Siklus haid
biasanya 28 hari, yang berlangsung selama 3-7 hari. Siklus ini tidak selalu sama setiap
bulannya. Perbedaan siklus ini ditentukan oleh beberapa faktor, misalnya gizi, stres, dan
usia.
Siklus haid ini berlangsung dalam 4 masa (stadium) yaitu stadium menstruasi,
stadium post menstruum, stadium inter menstruum, dan stadium pramenstruum.
Sekarang para perempuan aktif yang sibuk bekerja, baik didalam maupun diluar
rumah, tidak perlu khawatir lagi, karena mereka dapat mengatur siklus haid mereka
dengan cara mengkonsumsi kontrasepsi oral yang mengandung hormone estrogen dan
progesterone.
Adapun gangguan haid yang terjadi dalam masa reproduksi seperti hipermenorea,
hipomenorea, polimenorea, oligomenorea, amenorea, premenstrual mention, mastalgia,
mittelschmerz, disminorea, dan masih banyak gangguan haid lainnya yang sering
dirasakan oleh setiap perempuan.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah:
a) Kepada setiap perempuan, agar selalu memperhatikan siklus haidnya, untuk menghindari
terjadinya gangguan-gangguan yang berhubungan dengan haid.
b) Untuk menghindari terjadinya sindrom pra-haid, setiap perempuan dianjurkan untuk
melakukan perubahan-perubahan diet atau mengatur pola makan seperti yang telah
dijelaskan pada bab pembahasan.
c) Kepada setiap orang tua, terutama orang tua perempuan, agar dapat menjelaskan tentang
haid kepada anak-anaknya sedini mungkin, untuk mengurangi rasa takut yang sering
dialami oleh anak-anak ketika menghadapi menarche (haid yang pertama kali datang).
d) Kepada tenaga kesehatan, agar dapat menjelaskan mengenai segala hal yang berhubungan
dengan haid, terutama gangguan-gangguan selama haid.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Biran. 1996. Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
Burns, August,dkk. 2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Yayasan Essentia
Medica: Yogyakarta.
Masland, Robert, dkk. 2004. Apa yang Ingin Diketahui Remaja tentang Seks. Bumi Aksara: Jakarta.
Shreeve, Caroline. 1993. Sindrom Pramenstruasi. Arcan Penerbit Umum: Jakarta.
Tan, Anthony. 2002. Wanita dan Nutrisi. Bumi Aksara: Jakarta.
Werner, David, dkk. 1999. Apa Yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter. Yayasan Essentia
Medica dan Andi Offset: Yogyakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo:
Jakarta.
Winiastri, Virnye, dkk. 2002. Pengalaman Materi Membantu Remaja Mengatasi Dirinya. Deputi
Bidang KB dan Kespro BKKBN: Jakarta.
Zein, Asmar Yetty, dkk. 2005. Psikologi Ibu dan Anak. Fitramaya: Yogyakarta
www.askep-askeb-kita.blogspot.com

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/2009/09/siklus-haid-sindrom-pra-haid-dan.html

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Menstruasi


Posted on Desember 5, 2012 by elfriana

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh
dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan
menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin
faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai
antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita,
status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-
kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada
kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk
bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang
wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga
40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda
dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk
kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita
setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan
oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan,
dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.
Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita
tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai
berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan
mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma
pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah
dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode
pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung
selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya
akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda
(walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di
konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi menstruasi ?


2. Bagaimana siklus menstruasi ?
3. Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi ?
4. Apakah definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
5. Bagaimana patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
6. Bagaimana manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam
mentruasi ?
8. Bagaimana Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan gangguan dalam menstruasi.

1.3.2. Tujuan khusus


1. Menjelaskan definisi dari menstruasi
2. Menjelaskan siklus menstruasi
3. Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi
4. Menjelaskan definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
5. Menjelaskan patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
6. Menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi
7. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam
mentruasi
8. Menjelaskan Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
9. Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi

1.4. Manfaat

1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan


medis, serta patofisiologi gangguan yang terjadi pada saat menstruasi.
2. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan pada saat menstruasi.
3. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
gangguan dalam menstruasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan


endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada
saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun
lama siklus menstruasi (Greenspan et al, 1998).

Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim, berlangsung
secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto Kadarusman,2000).

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan


pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang
terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi
biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya
terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.

2.2. Siklus menstruasi

Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita
memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari,
namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi
adanya masalah kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi hari dimana
pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan
hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.

Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200.000


hingga 400.000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau
beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum
menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan
dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian
dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan “OVULASI”.

Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut
Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur
tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh
lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai
memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah.
Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan
tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri
untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir
yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah
berhubungan intim.

Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut
dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan
memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba
falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel
telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.

Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi,
mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur
tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin
(HCG). Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.

Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan
meluruh dan terjadilah proses menstruasi.

2.3. Gangguan dalam menstruasi

2.3.1. Definisi

Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat


berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya
perdarahan.

2.3.2. Macam – macam gangguan menstruasi

2.3.2.1. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)


a. Definisi

Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai
beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun
kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.

b. Etiologi

Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah
ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium,
penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan
hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi
progesteron.

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan
penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka
terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.

c. Patofisiologi

Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang
akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental. Kadar esterogen akan
mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai
vitaminanti depresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting
sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup
dapat mengakibatkan depresi.

Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin.
Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah
esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang
terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol
produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi
tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal.

Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA).


Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon
esterogen, progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.

d. Manifestasi klinis

Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri
kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada
kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan
gejala-gejal fisik tersebut diatas.

e. Terapi

- Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10 hari
sebelum haid
- Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari

- Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat

- Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari
sebelum haid

- Psikoterapi suportif

2.3.2.2. Disminorea

a. Definisi

Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita
tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual,
sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Dikenal adanya disminore primer dan
sekunder.

Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :

 Nyeri haid primer

Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya
setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan
melahirkan. Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor
psikis dan fisik, dan seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang
menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak
membahayakan kesehatan.

 Nyeri haid sekunder

Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap
seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim
yang mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.

b. Etiolog

Penyebab pasti disminore primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan
terhadap timbulnya nyeri. Disminore primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus
haid berovulasi. Penyebab tersering disminore sekunder adalah endometriosis dan infeksi
kronik genitalia interna

c. Patofisiologi

 Pada disminorea primer :

Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan
mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi
membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2.
Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel
endometrium menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan
kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan
menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea
primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang
akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan distrimi
uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan
mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan
sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen
nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.

 Pada disminorea sekunder :

Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi
uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri

d. Manifestasi klinis

Disminore Primer

 Usia lebih muda


 Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
 Sering pada nulipara
 Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
 Nyeri timbul mendahului haid
 Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid
 Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik
 Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
 Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa
 Pemeriksaan pelvik normal
 Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala

Disminore Sekunder

 Usia lebih tua


 Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
 Tidak berhubungan dengan paritas
 Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
 Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
 Berhubungan dengan kelainan pelvik
 Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
 Seringkali memerlikan tindakan operatif
 Terdapat kelainan pelvik

e. Terapi

 Penerangan dan nasihat


Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang tidak berbahaya
untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup,
pekerjaan, kegiatan, lingkungan penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan
psikoterapi.

 Pemberian obat analgesik

Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi
simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres
panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan.

Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan
kafein. Obat-obat paten beredar di pasaran ialah antara novalgin, ponstan, acet-aminophen
dan sebagainya.

 Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan
maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer, atau untuk
memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa
gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi
kontrasepsi.

 Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin

Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer. Termasuk disini
indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam kurang lebih 70% penderita dapat
disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan
sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid dan pada hari pertama haid.

2.3.2.3. Perdarahan Uterus Abnormal

1) Hipermenore (Menorraghia)

a. Definisi

Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu menstruasi


teratur. Bisa disebut juga dengan perdarahan haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7 hari,
ganti pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki siklus-siklus yang teratur.

Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari dengan
kehilangan darah lebih dari 80ml

b. Etiologi

 40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat haid tidak ada
patologi pada sistem reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus
disfungsional.
 Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro versi, first
menstrual period after childbirth or abortion (MPT), tumor sel granulosa di
ovarium.
 Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan perdarahan.
 Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device). Penggunaan IUCD akan
meningkatkan aliran menstruasi.
 Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat mengakibatkan amenorrhoe
(uterus sangat kecil), hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil).
 Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang.
 Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah, juga
karena tonus otot kurang.
 Hypertensi.
 Decompensatio cordis.
 Infeksi : endometriosis, salphingitis.
 Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah balik.
 Penyakit darah : Hemofili

c. Patofisiologi

Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon


(GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone
(FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada
pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi.
Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium
agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah
kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan
mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk
berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi
berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen
dan progesteron akibat involusi korpus luteum.

Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang
disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada
beberapa kondisi patologis.

Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH,
tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus
luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium
berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun
dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan
pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung
tidak mengakibatkan pendarahan hebat.

d. Manifestasi klinis

Menorrhagia yang berat dapat menyebabkan anemia.

Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :

1) Sakit kepala
2) Kelemahan

3) Kelelahan

4) Kesemutan pada kaki dan tangan

5) Meriang

6) Penurunan konsentrasi

e. Terapi

Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan berdasarkan :

1) Umur dan riwayat kesehatan

2) Kondisi sebelumnya

3) Toleransi pada terapi pengobatan spesifik

Terapi untuk menorrhagia, yaitu :

1) Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan darah yang
disebabkan oleh defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).

2) Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen.

3) Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)

4) Progesteron (terapi hormon)

5) Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)

2) Amenore

a. Definisi

Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah tidak adanya
haid selama 3 bulan atau lebih. Klasifikasi amenore :

1) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum pernah mendapat menstruasi
dan tidak boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai usia 18 tahun

2) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama menarche


3) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama
menyusui dan setelah menapause.

b. Etiologi

1. Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )

2. Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim atau
vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi
vagina terlalu sempit / himen imperforata )

3. Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia
nervosa, bulimia, dan lain – lain )

4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin

5. Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer ) dimana sel
hanya mengandung 1 kromosom X )

6. Obesitas yang ekstrim

7. Hipoglikemia

8. Disgenesis gonad

9. Hipogonadisme hipogonadotropik

10. Sindroma feminisasi testis

11. Hermafrodit sejati

12. Penyakit menahun

13. Kekurangan gizi

14. Penyakit Cushing

15. Fibrosis kistik

16. Penyakit jantung bawaan ( sianotik )

17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal

18. Hipotiroidisme

19. Sindroma adrenogenital

20. Sindroma Prader-willi

21. Penyakit ovarium polikista


22. hiperplasia adrenal kongenital

Penyebab amenore sekunder :

1. Kehamilan
2. Kecemasan akan kehamilan
3. Penurunan berat badan yang drastis
4. Olah raga yang berlebihan
5. Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme
6. Mengkonsumsi hormon tambahan
7. Obesitas
8. Stres emosional
9. Menopause
10. Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar
hoemon kortisol oleh kelenjar adrenal )
11. Obat – obatan ( misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB, fenotiazid
)
12. Prosedur dilatasi kuratesa
13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor plasenta ) dan sindrom
Asherman ( pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau
pembedahan )

c. Patofisiologi

Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom
hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore primer.
Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer
yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap dan menyampaikan dirinya
sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang – kadang tidak ada
atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai
kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis
berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore
yang permanen.

Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis-
ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit
sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini
menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan
progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak
menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini
adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior,
seperti adenoma pitiutari.

Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer.


Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang
cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen
dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap
rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur
menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang
masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis
gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak
memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang
dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.

Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-


ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara
fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap
aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi
ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.

c. Manifestasi klinis

Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya.

Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan
tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan
rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.

Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran
perut.

Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut
jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.

Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan serta
tungkai yang lurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

 Sakit kepala
 Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui )
 Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
 Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
 Vagina yang kering
 Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara

d. Terapi

Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebanya adalah
penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani
diet yang tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan
untuk menguranginya.

Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi ( amenore primer
) dan selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan
untuk memantau perkembangan pubertasnya.
BAB III

PROSES KEPERAWATAN

3.1 Contoh Kasus

Nn.N berumur 19 th, belum kawin, datang ke dokter dengan keluhan kolik abdomen pada
hari pertama, kedua dan ketiga menstruasi, mudah merasa lelah, tekanan darah 90/60
mmHg, merasa gelisah, pada saat melakukan aktivitas nyeri abdomen bertambah, terlihat
pucat dan lemas.

3.2 Pengkajian

3.2.1 Keluhan utama: nyeri abdomen

3.2.2 Riwayat penyakit saat ini:

Pasien mengeluh nyeri abdomen pada saat menstruasi hari pertama sampai ketiga, pasien
mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari – hari.

3.2.3 Riwayat menstruasi:

Menarche usia: 12 th Siklus: 28 hari

Banyaknya: normal Lamanya: 7 hari

HPHT: 2 hari yg lalu Keluhan: disminore

3.2.4 Pemeriksaan fisik

Observasi pemeriksaan fisik (ROS: Review of System): Keadaan umum, kesadaran, TTV:
TD, nadi, suhu badan, RR.

1. Breath

Pola nafas: teratur, Jenis: normal, Suara nafas: vesikuler, tidak terdapat sesak nafas.

1. Blood

Tekanan darah rendah (90/60 mmHg), Akral basah dan dingin

1. Brain

Penurunan konsentrasi, Pusing, Sklera/ konjungtiva anemia

1. Bladder

Warna kuning dan volume 1,5 L/hari

1. Bowel
Nafsu makan: baik, Porsi makan habis, Minum (1500cc/hari), Kebersihan mulut: bersih,
Mukosa: lembab, Tenggorokan: normal, Peristaltik (9x/menit), BAB (1x/hari),
Konsistensi: padat, Bau: Khas, Kuning kecoklatan.

1. Bone

Badan mudah capek, Nyeri pada punggung.

3.3. Analisis Data

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 DS: Menstruasi Nyeri akut

 Penyebab timbulnya ↓
nyeri: disminore.
 Nyeri dirasakan Regresi korpus luteum
meningkat saat
aktivitas ↓
 Lokasi nyeri abdomen
 Skala nyeri progesteron↓
menunjukkan lebih
dari ↓
 Nyeri sering dan terus
– menerus Miometrium terangsang

DO: ↓

 Wajah tampak Kontraksi&disritmia


menahan nyeri uterus↑

DS: ↓

 Pasien menyatakan Aliran darah ke uterus↓


mudah lelah

DO:
Iskemia
 Nadi lemah (TD 90/60
mmHg) ↓
 Px. terlihat pucat
 Sclera/ konjungtiva Nyeri haid
anemi

DS:
Menstruasi
2  Px. menyatakan Intoleran aktivitas
merasa gelisah ↓
DO: Pendarahan

 Pucat ↓

Memperlihatkan kurang Anemia


inisiatif

Kelemahan

Intoleran aktivitas

Menstruasi

3 ↓ Ansietas

Nyeri haid

Kurang pengetahuan

Ansietas

3.4 Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia

3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

3.5 Intervensi keperawatan

1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

 Tujuan:
Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien

 Kriteria hasil:

 Skala nyeri 0-1


 Pasien tampak rileks

INTERVENSI RASIONAL
1. Beri linkungan tenang dan kurangi 1. Meningkatkan istirahat dan
rangsangan penuh stress meningkatkan kemampuan koping
2. Kolaborasi dengan dokter dalam 2. Analgesik dapat menurunkan nyeri
pemberian analgesic
3. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya
nafas berirama lambat, nafas dalam,
bimbingan imajinasi 3. Memudahkan relaksasi, terapi non
4. Evaluasi dan dukung mekanisme farmakologi tambahan
koping px 4. Penggunaan persepsi sendiri atau
prilaku untuk menghilangkan nyeri
dapat membantu mengatasinya lebih
efektif
5. Kompres hangat 5. Mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar aliran darah

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen

 Tujuan:

Pasien dapat beraktivitas seperti semula

 Kriteria hasil:

 Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat dan memperingan


intoleran aktivitas
 Pasien mampu beraktivitas

INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan perode 1. Menghemat energi untuk aktivitas
istirahat tanpa gangguan, dorong dan regenerasi seluler/ penyembuhan
istirahat sebelum makan jaringan
2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap 2. Tirah baring lama dapat menurunkan
kemampuan
3. Menurunkan penggunaan energi dan
membantu keseimbangan supply dan
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan kebutuhan oksigen
4. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

 Tujuan:

Pasien bisa kembali

 Kriteria hasil:

 Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas


 Pasien menunjukkan relaksasi
 Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres

INTERVENSI RASIONAL
1. Libatkan pasien/ orang terdekat 1. Keterlibatan akan membantu pasien
dalam rencana perawatan merasa stres
berkurang,memungkinkan energi
untuk ditujukan pada penyembuhan

2. Berikan lingkungan tenang dan 2. Memindahkan pasien dari stress luar


istirahat meningkatkan relaksasi; membantu
menurunkan ansietas
3. Perilaku yang berhasil dapat
dikuatkan pada penerimaan masalah
stress saat ini, meningkatkan rasa
control diri pasien
3. Bantu pasien untuk 4. Belajar cara baru untuk mengatasi
mengidentifikasi/ memerlukan masalah dapat membantu dalam
perilaku koping yang digunakan menurunkan stress dan ansietas
pada masa lalu
4. Bantu pasien belajar mekanisme
koping baru, misalnya teknik
mengatasi stres

BAB IV

PENUTUP

4.1. Simpulan
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada
saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun
lama siklus menstruasi.

Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat


berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya
perdarahan.

Macam – macam gangguan menstruasi :

 Menurut gangguan siklusnya :


1. polimenore (sering)
2. oligomenore (jarang)
3. tidak teratur
4. amenore (tidak haid)
 Menurut gangguan perdarahan :

1. hypermenore (banyak)
2. hypomenore (sedikit)
3. spotting (perdarahan bercak)

 Perdarahan diluar haid (metroragia)

http://elfriana.wordpress.com/2012/12/05/asuhan-keperawatan-pada-pasien-menstruasi/

Anda mungkin juga menyukai