LANDASAN TEORI
Gambar 1.1 Sungai yang tercemar limbah bahan berbahaya dan beracun
Rumah sakit merupakan sumber limbah B3 yang harus mendapat perhatian.
Limbah B3 yang dikeluarkan dari rumah sakit meliputi limbah inveksius, sisa operasi,
sisa suntikan, obat kedaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain. Hampir semua
limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit masuk dalam kategori limbah B3. Beberapa
rumah sakit melanggar prosedur pengelolaan limbah medis dan B3 dengan cara
menyerahkan pengelolaan limbah medis dan B3 nya kepada pihak yang tidak memiliki
kualifikasi pengelolaan limbah medis dan B3 bersertifikat. Akibatnya, limbah medis
dan B3 Rumah Sakit diperjualbelikan kembali setelah disortir oleh pengepul dan
pemulung yang menampung limbah medis. Hal ini sangat berbahaya dan tidak sesuai
dengan peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah B3.
Banyak kota penghasil peroduk-produk bernilai tinggi tetapi membuang limbah B3
ke sungai atau menimbun secara langsung. Berbagai alasan tindakan tersebut dilakukan
karena biaya pengolahan limbah yang sangat tinggi. Salah satunya adalah produksi
batik yang hampir dapat ditemui di berbagai penjuru daerah. Produksi batik hampir
terjadi setiap hari. Industri pembuatan batik ini menghasilkan limbah pewarna batik
yang cukup banyak. Biasanya, para produsen membuang limbah tersebut ke sungai.
Sungai-sungai sekarang tidak lagi jernih, bahkan beberapa diantaranya berwarna hitam
pekat. Limbah batik merupakan limbah B3 yang sangat berbahaya sehingga perlu
dilakukan pengolahan terlebih dulu sebelum dibuang ke lingkungan atau ditimbun
dalam tanah. Beberapa cara yang sudah dilakukan yaitu dengan cara absorbsi,
elektrolisis dan mikrobiologi.
2) Daftar limbah dengan kode limbah D220, D221, D222, dan D223 dapat
dinyatakan limbah B3 setelah di lakukan uji Toxicity Characteristic Leaching
Prosedure(TCLP)dan/ atau uji karaktristik.
4) Limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah lain yang apabila diuji
dengan metode toksikologi memiliki LD50 di bawah ambang batas yang
telah ditetepkan. Pengujian karaktristik limbah dilakukan sebelum limbah
tersebut mendapat perlakuan pengolahan. Dalam ketentuan ini yang di
maksud dengan :
a) Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu tekanan standar
(25oC, 760 mmHg) dapat meledak atau melaluireaksi kimia dan/atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
b) Limbah mudah terbakar adalah limbah limbah yang mempunyai salah satu
sifat-sifat sebagai berikut:
Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%
volume dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari 60oC (140oF) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber
nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan
standar (25oC, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus
menerus.
Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
Merupakan limbah pengoksidasi.
c) Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai salah
satu sifat-sifat sebagai berikut:
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan.
Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Merupakan limbah sianida, sulfida atau amoniak yang pada kondisi pH
antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam
jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan
tekanan standar (25oC, 760 mmHg).
Limbah yang menyebabkan kebakaran karena lepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi.
d) Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat
racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian
atau sakit yang serus apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan,
kulit atau mulut, penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah ini dapat
menggunakan baku mulut konsentrasi TCLP (Toxicity Charactristic
Leaching Prosedure) pencemar organik dan aroganik dalam limbah
sebagaimana PP No. 18 tahun 1999. Apabila limbah mengandung salah
satu pencemar yang terdapat dalam lampiran 4, dengan konsentrasi sama
atau lebih besar dari nilai dalam lampiran 4 tersebut, maka limbah tersebut
merupakan limbah B3. Bila ini ambang batas zat pencemar tidak terdapat
pada lampiran Tabel 4 tersebut maka dilakukan uji toksikologi.
e) Limbah yang menyebabkan infeksi bagian tubuh manusia yang
diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah
dari labotarium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang
dapat menular. Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman
penyakit yang dapat menular, limbah ini berbahaya karena mengandung
kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang di tularkan pada pekerja,
pembersih jalan, dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah.
f) Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat
sebagai berikut:
Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020)
dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur
pengujian 55oC.
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat baja.
5) Pengawasan limbah berbahaya, polusi udara dan air Agak berlawanan,
tindakan-tindakan yang diambil untuk mengurangi polusi udara dan air
mempunyai tendensi meningkat limbah berbahaya. Kebanyakan proses
pemurnian air menghasilkan lumpur ataupun cairan konsentrat yang
memperlukan stabilisasi dan pembuangan. Proses penggosokan dengan
udara/scrubbing air proses demikian pula menghasilkan lumpur.
Pengendapan dan unit pengolahan limbah selalu mengontrol pencemaran
udara atas segala hasil limbah padat yang signifikan jumlahnya, beberapa di
antaranya berbahaya.
2.5 Asal dan Jumlah Limbah
Dalam pengertian non peraturan tidak terdapat pemisahan yang tajam antara
limbah berbahaya dan tidak berbahaya. Beberapa limbah, misalnya limbah logam berat
beracun, beberapa diantaranya adalah berbahaya. Sebagai perbandingan daun-daun
yang rontok dan potongan-potongan dahan dianggap sebagai tidak menyebabkan
bahaya, dimana batang pohon yang tumbang adalah menimbulkan bahaya kebakaran
pada kondisi-kondisi tertentu. Bahan-bahan yang karena sifat-sifatnya sendiri tidak
berbahaya boleh jadi berinteraksi dengan zat-zat berbahaya. Misalnya, zat-zat humus
dari daun-daun yang membusuk boleh jadi larut dan memindah ion-ion logam berat.
Jumlah yang mencengangkan dari segala limbah diprodusir oleh kegiatan manusia.
Misalnya limbah-limbah termasuk sampah perkotaan. Lumpur kotoran residu-residu
pertanian dan racun, hasil samping proses pabrik. Suatu gambaran tentang kuantitas
limbah padat dapat diperoleh dengan memperhatikan limbah dari industri
pertambangan. Kuantitas limbah yang semacam itu dapat sangat besar karena sejumlah
banyak gunung harus diolah guna mendapatkan bijih dan karena logam atau bahan-
bahan yang berharga secara ekonomis biasanya dalam presentase kecil dari biji-biji
tersebut. Karenanya hasil samping limbah yang terkumpul sangatlah banyak. Limbah
pertambangan menyebabkan lebih kurang setengah dari pada limbah padat yang
dihasilkan di AS, dengan jumlah kira-kira 2 juta metrik ton setiap tahun.
2.5.1 Limbah padat yang tidak berbahaya
Adalah layak mempertimbangkan limbah “tak berbahaya” (limbah padat,
sampah perkotaan, dan sampah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia) bersama
dengan limbah berbahaya karena boleh jadi ia tidak berbahaya dalam segala
kasus dan situasi, dan ia boleh jadi berinteraksi dengan limbah berbahaya. Lebih
lanjut lagi, jumlah hasil limbah padat setiap tahun adalah demikian banyak
sehingga kapasitas menangani persoalan ini selalu dalam tekanan. Pembuangan
dari 92% sampah percobaan di AS pada pengukuran tanah oleh sebab itu ketika
kuantitas limbah padat meningkat, kapasitas mengurukan tanah menurun.
Ketika peraturan RCRA yang asli di setujui dalam tahun 1976, kira-kira 30.000
pengurukan tanah sedang beroprasi (meski banyak dari padanya sekedar
membuang tanah). Ketika tahun 1988 jumlah pengurukan tanah perkotaan yang
beroprasi menurun hingga kira-kira 6500 dan pada tahun 1994, bahkan lebih
sedikit tersedia. Sebagai akibatnya, beberapa kota harus mengangkut sampah
sejauh kira-kira 70 mil atau lebih dan bahaya.
Potensi pembakaran untuk menangani sampah kota sangatlah tinggi karena
pembakaran dapat mengurangi bobot sebesar 75% dan mengurangi volume
90%. Akan tetapi keprihatinan lingkungan atas pengotor organik (khususnya
dioxin) pada cerobong pembakaran dan logam berat pada abu pembakaran
menurun pengembangan pembakaran sampah perkotaan di AS.
Daur ulang dapat mengurangi kuantitas limbah padatsebesar 50%, tetapi
bukanlah obat mujarab yang diklaim oleh para pendukungnya yang
bersemangat. Solusi menyeluruh atas persoalan limbah padat harus melibatkan
beberapa macam tindakan, khususnya (1) pengurangan limbah pada asalnya, (2)
daur ulang sebanyak mungkin, (3) mengurangi volume limbah sisa dengan cara
pembakaran, (4) menyuling limbah residu sebanyak mungkin berubah menjadi
tidak lumer dan tidak berbahaya, menempatkan bahan-bahan residu pada
pengurukan dijaga ketat agar tidak lumer ataupun terlepas melalui cara lain.
Limbah rumah tangga merupakan sumber bahan berbahaya dan beracun (B3).
Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan rumah tangga seperti:
1) Bekas cat, tabung bekas pewangi ruangan
2) Sumber dari dapur: pembersih saluran air, soda kaustik, semir, gas elpiji, minyak
tanah, asam cuka, kaporit sebagai desinfektan, spiritus.
3) Dari kamar mandi dan cuci: cairan setelah mencukur, obatobatan, shampoo anti
ketombe, pembersih toilet, pembunuh kecoa.
4) Dari kamar tidur: parfum, kosmetik, kamfer, obat-obatan, hairspray, air freshener,
pembunuh nyamuk.
5) Dari ruang keluarga: korek api, alkohol, baterai, cairan pembersih.
6) Dari garasi atau taman: pestisida dan insektisida, pupuk, cat dan solvent pengencer,
perekat, oli mobil dan motor, aki bekas.
Riyanto. 2013. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). Yogyakarta:
Deepublish.
Sucipto Dani, Cecep. 2014. Keselamatan dan Kesehatab Kerja. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.