Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

Pembimbing :
M. Djarwan, AMKL
M. Hendri

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Abdul Ronny 7. Cecilya Creynatha P


PO.7133017 PO.71330174582
2. Achmad Irbansyah 8. Dita Agustina
PO.7133017 PO.7133017
3. Alita Maya Nurani 9. Dira Pillya Arieskha S
PO.7133017 PO.7133017
4. Aryati Pitri S 10. Dian Ervi Yanti
PO.7133017 PO7133017
5. Ayu Gustina 11. Eka Maringga
PO.7133017 PO.7133017
6. Beby Kusumacahya 12. Tiara Alfisyahrani
PO.7133017 PO.7133017

RSUD RADEN MATTAHER JAMBI


T/A 2018/2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik sebagai tugas untuk memnuhi materi Praktek
Pengelolaan Limbah Cair di RSUD Raden Mattaher Jambi.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik serta saran dari Bapak M. Djarwan, AMKL dan Bapak M. Hendri untuk makalah ini,
supaya makalah ini menjadi acuan kedepannya untuk membuat makalah yang lainnya lagi.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kelompok 1

i
Daftar isi

ii
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Rumah sakit dan institusi kesehatan lain adalah sebuah bentuk industri jasa yang tidak
berbeda dengan industri barang. Komponen manusia, mesin, dan peralatan serta energi merupakan
aset industri yang akan menentukan tujuan perusahaan. Proses dalam rumah sakit dan institusi
kesehatan lain sangat kompleks bagi dihasilkannya keluaran (output) yang memuaskan dan tentunya
dari proses kerja yang sehat dan selamat. Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan terhadap
individu, pasien dan masyarakat dengan inti pelayanan medik baik pencegahan, pemeliharaan,
pengobatan dan penyembuhan yang diproses secara terpadu agar mencapai pelayanan kesehatan
paripurna. Disamping kegiatan pelayanan kesehatan untuk penyembuhan pasien, rumah sakit juga
menjadi media pemaparan dan atau penularan penyakit bagi para pasien, petugas, pengunjung
maupun masyarakat sekitar yang tinggal dekat rumah sakit yang disebabkan oleh agent (komponen
penyebab penyakit) yang terdapat dilingkungan rumah sakit. Rumah sakit juga menghasilkan sampah
atau limbah yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, baik lingkungan rumah
sakit itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, didalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan rumah sakit perlu menerapkan upayanya untuk meniadakan atau mengurangi sekecil
mungkin dampak negatif.

1.2. Tujuan
1. Agar mengetahui Pengelolaan Limbah Cair di RSUD Raden Mattaher Jambi.
2. Mengetahui cara menghitung Debit air yang masuk pada (inlet) dan keluar pada (outlet).
3. Mengetahui cara menghitung jumlah chlor yang dipakai pada saat di Outlet.

1
Bab II
Landasan Teori

2.1 Limbah Rumah Sakit


Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair dan gas. Limbah cair rumah sakit adalah semua air buangan
termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi keseshatan
(Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004).

2.2 Sumber Limbah


Sumber limbah cair Menurut jenisnya limbah cair dapat dibagi menjadi tiga golongan.
Adapun sumber limbah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sumber Limbah menurut
Jenisnya :
Golongan Contoh
Gologan ekskresi manusia Dahak, air seni, tinja, darah Sisa
Golongan tindakan pelayanan kumur, limbah cair pembersih alat
Golongan penunjang pelayanan medis Limbah cair dari instalasi
gizi,limbah cair dari
kendaraan,limbah cair dari laundry
Sumber : Sakti A. Siregar, 2005

2.3 Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Reaktor Biologis Putar


(Rotating Biological Contactor, Rbc)

Reaktor biologis putar (rotating biological contactor) disingkat RBC adalah salah
satu teknologi pengolahan air limbah yang mengandung polutan organik yang tinggi secara
biologis dengan sistem biakan melekat (attached culture). Prinsip kerja pengolahan air limbah
dengan RBC yakni air limbah yang mengandung polutan organik dikontakkan dengan lapisan
mikro-organisme (microbial film) yang melekat pada permukaan media di dalam suatu
reaktor.

2
Media tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari bahan polimer
atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu poros sehingga membentuk
suatu modul atau paket, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan dalam keadaan
tercelup sebagian ke dalam air limbah yang mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor
tersebut. Dengan cara seperti ini mikro-organisme miaslanya bakteri, alga, protozoa, fungi,
dan lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut membentuk suatu
lapisan yang terdiri dari mikro-organisme yang disebut biofilm (lapisan biologis). Mikro-
organisme akan menguraikan atau mengambil senyawa organik yang ada dalam air serta
mengambil oksigen yang larut dalam air atau dari udara untuk proses metabolismenya,
sehingga kandungan senyawa organik dalam air limbah berkurang.

Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis tersebut
tercelup kedalam air limbah, mikro-organisme menyerap senyawa organik yang ada dalam air
limbah yang mengalir pada permukaan biofilm, dan pada saat biofilm berada di atas
permuaan air, mikro-organisme menyerap okigen dari udara atau oksigen yang terlarut dalam
air untuk menguraikan senyawa organik. Enegi hasil penguraian senyawa organik tersebut
digunakan oleh mikro-organisme untuk proses perkembang-biakan atau metabolisme.
Senyawa hasil proses metabolisme mikro-organisme tersebut akan keluar dari biofilm dan
terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke udara melalui rongga-rongga
yang ada pada mediumnya, sedangkan untuk padatan tersuspensi (SS) akan tertahan pada
pada permukaan lapisan biologis (biofilm) dan akan terurai menjadi bentuk yang larut dalam
air. Pertumbuhan mikro-organisme atau biofilm tersebut makin lama semakin tebal, sampai
akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran
air keluar. Selanjutnya, mikro-organisme pada permukaan medium akan tumbuh lagi dengan
sedirinya hingga terjadi kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik yang ada
dalam air limbah. Secara sederhana proses penguraian senyawa organik oleh mikro-
organisme di dalam RBC dapat digambarkan seperti pada gambar III.3.

Keunggulan dari sistem RBC yakni proses operasi maupun konstruksinya sederhana,
kebutuhan energi relatif lebih kecil, tidak memerlukan udara dalam jumlah yang besar,
lumpur yang terjadi relatf kecil dibandingkan dengan proses lumpur aktif, serta relatif tidak
menimbulkan buih. Sedangkan kekurangan dari sistem RBC yakni sensitif terhadap
temperatur.
3
Gambar III.3 : Mekanisme proses penguraian senyawa organik oleh mikro-organisme di dalam RBC

Secara garis besar proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC terdiri dari bak
pemisah pasir, bak pengendap awal, bak kontrol aliran, reaktor/kontaktor biologis putar
(RBC), Bak pengendap akhir, bak khlorinasi, serta unit pengolahan lumpur. Diagram
proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC adalah seperti pada gambar III.4.

Gambar III.4 : Diagram proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC.

4
1. Bak Pemisah Pasir

Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir, sehingga kotoran
yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan. Sedangkan kotoran yang
mengambang misalnya sampah, plastik, sampah kain dan lainnya tertahan pada sarangan
(screen) yang dipasang pada inlet kolam pemisah pasir tersebut.

2. Bak Pengendap Awal

Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak pengedap awal. Di
dalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan tersuspensi sebagian besar mengendap.
Waktu tinggal di dalam bak pengedap awal adalah 2 - 4 jam, dan lumpur yang telah
mengendap dikumpulkan daan dipompa ke bak pengendapan lumpur.

3. Bak Kontrol Aliran

Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan, kelebihan debit air limbah
tersebut dialirkan ke bak kontrol aliran untuk disimpan sementara. Pada waktu debit aliran
turun / kecil, maka air limbah yang ada di dalam bak kontrol dipompa ke bak pengendap awal
bersama-sama air limbah yang baru sesuai dengan debit yang diinginkan.

4. Kontaktor (reaktor) Biologis Putar

Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari bahan polimer atau
plastik dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau dirakit pada suatu poros, diputar secara
pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah. Waktu tinggal di dalam bak
kontaktor kira-kira 2,5 jam. Dalam kondisi demikian, mikro-organisme akan tumbuh pada
permukaan media yang berputar tersebut, membentuk suatu lapisan (film) biologis. Film
biologis tersebut terdiri dari berbagai jenis/spicies mikro-organisme misalnya bakteri,
protozoa, fungi, dan lainnya. Mikro-organisme yang tumbuh pada permukaan media inilah
yang akan menguraikan senaywa organik yang ada di dalam air limbah. Lapsian biologis
tersebut makin lama makin tebal dan kerena gaya beratnya akan mengelupas dengan
sedirinya dan lumpur orgnaik tersebut akan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya laisan
biologis akan tumbuh dan berkembang lagi pada permukaan media dengan sendirinya.

5
5. Bak Pengendap Akhir

Air limbah yang keluar dari bak kontaktor (reaktor) selanjutnya dialirkan ke bak
pengendap akhir, dengan waktu pengendapan sekitar 3 jam. Dibandingkan dengan proses
lumpur aktif, lumpur yang berasal dari RBC lebih mudah mengendap, karena ukurannya
lebih besar dan lebih berat. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir relaitif sudah
jernih, selanjutnya dialirkan ke bak khlorinasi. Sedangkan lumpur yang mengendap di dasar
bak di pompa ke bak pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur yang berasal dari bak
pengendap awal.

6. Bak Khlorinasi

Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih mengandung bakteri coli,
bakteri patogen, atau virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke masyarakat sekitarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, air limbah yang keluar dari bak pengendap akhir dialirkan ke
bak khlorinasi untuk membunuh mikro-organisme patogen yang ada dalam air. Di dalam bak
khlorinasi, air limbah dibubuhi dengan senyawa khlorine dengan dosis dan waktu kontak
tertentu sehingga seluruh mikro-orgnisme patogennya dapat di matikan. Selanjutnya dari bak
khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke badan air.

7. Bak Pemekat Lumpur

Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak pengendap akhir
dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut lumpur di aduk secara pelan
kemudian di pekatkan dengan cara didiamkan sekitar 25 jam sehingga lumpurnya
mengendap, selanjutnya air supernatant yang ada pada bagian atas dialirkan ke bak
pengendap awal, sedangkan lumpur yang telah pekat dipompa ke bak pengering lumpur atau
ditampung pada bak tersendiri dan secara periodik dikirim ke pusat pengolahan lumpur di
tempat lain.

6
2.5 Proses Pengolahan Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob

Proses ini pengolahan dengan biofilter anaerob-aerob ini merupakan pengembangan


dari proses proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak Pengolahan air limbah
dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal,
biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi
dengan bak kontaktor khlor. Air limbah yang berasal dari rumah tangga dialirkan melalui
saringan kasar (bar screen) untuk menyaring sampah yang berukuran besar seperti sampah
daun, kertas, plastik dll. Setelah melalui screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal,
untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak
pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa
organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut
diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split. Jumlah bak kontaktor anaerob ini
bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah.
Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau
facultatif aerobik Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh
lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik
yang belum sempat terurai pada bak pengendap Air limpasan dari bak kontaktor anaerob
dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media dari
bahan kerikil, pasltik (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau
dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik
yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan
demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air
maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan
efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga
efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di namakan Aerasi
Kontak (Contact Aeration).

7
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif
yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet
bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke
bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa
khlor untuk membunuh micro-organisme patogen Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit, yakni yang berasal dari limbah domistik maupun air limbah yang
berasal dari kegiatan klinis rumah sakit dikumpulkan melalui saluran pipa pengumpul.
Selanjutnya dialirkan ke bak kontrol. Fungsi bak kontrol adalah untuk mencegah sampah
padat misalnya plastik, kaleng, kayu agar tidak masuk ke dalam unit pengolahan limbah, serta
mencegah padatan yang tidak bisa terurai misalnya lumpur, pasir, abu gosok dan lainnya agar
tidak masuk kedalam unit pengolahan limbah. Dari bak kontrol, air limbah dialirkan ke bak
pengurai anaerob. Bak pengurai anaerob dibagi menjadi tiga buah ruangan yakni bak
pengendapan atau bak pengurai awal, biofilter anaerob tercelup dengan aliran dari bawah ke
atas (Up Flow), serta bak stabilisasi. Selanjutnya dari bak stabilisai, air limbah dialirkan ke
unit pengolahan lanjut. Unit pengolahan lanjut tersebut terdiri dari beberapa buah ruangan
yang berisi media untuk pembiakan mikro-organisme yang akan menguraikan senyawa
polutan yang ada di dalan air limbah. Setelah melalui unit pengolahan lanjut , air hasil olahan
dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak khlorinasi air limbah dikontakkan dengan khlor
tablet agar seluruh mikroorganisme patogen dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi air limbah
sudah dapat dibuang langsung ke sungai atau saluran umum.

1. Bentuk Dan Prototipe Alat

Rancangan prototipe alat dirancang yang digunakan untuk uji coba pegolahan air
limbah rumah sakit ditunjukkan seperti pada Gambar IV.1. Prototipe alat ini secara garis
besar terdiri dari bak pengendapan/pengurai anaerob dan unit pengolahan lanjut dengan
sistem biofilter anaerob-aerob. Bak pengurai anaerob dibuat dari bahan beton cor atau dari
bahan fiber glas (FRP), disesuaikan dengan kondisi yang ada. Ukuran bak pengurai anaerob
yakni panjang 160 cm, lebar 160 cm, dan kedalaman efektif sekitar 200 cm, dengan waktu
tinggal sekitar 8 jam. Unit pengolahan lanjut dibuat dari bahan fiber glas (FRP) dan dibuat
dalam bentuk yang kompak dan langsung dapat dipasang dengan ukuran panjang 310 cm,
lebar 100 cm dan tinggi 190 cm. Ruangan di dalam alat tersebut dibagi menjadi beberapa
zona yakni rungan pengendapan awal, zona biofilter anaerob,

8
zona biofilter aerob dan rungan pengendapan akhir. Media yang digunakan untuk biofilter
adalah batu apung atau batu pecah dengan ukuran 1-2 cm, atau ari bahan lain misalnya zeolit,
batubara (anthrasit), palstik dan lainnnya. Selain itu, air limbah yang ada di dalam rungan
pengendapan akhir sebagian disirkulasi ke zona aerob dengan menggunakan pompa sirkulasi.

2. Kapasitas Alat

Prototipe alat ini dirancang untuk dapat mengolah air limbah sebesar 10 -15 m3/hari,
yang dapat melayani rumah sakit dengan 30 –50 bed.

3. Waktu Tinggal (Retention Time)

A. Bak Pengurai Anaerob

Debit Air Limbah = 15 m3/hari = 625 lt/jam = 0,625 m3/jam

Dimensi = 1,6 m X 1,6 X 2,2 m

Volume Efektif = 5 m3

Waktu Tinggal = 8 Jam

B. Unit Pengolahan Lanjut

1. Ruang Pengendapan Awal

Debit Air Limbah (Q) = 15 m3/hari = 625 lt/jam = 0,625 m3/jam

Volume Efektif = 1,6 m x 1,0 m x 0,6 m = 0,96 M3

Waktu Tinggal di dalam ruang pengendapan awal (T1) = 0,96 m3/0,625 m3/jam

T1 = 1,5 jam

C. Zona Biofilter Anaerob

9
Volume Total Ruang efektif = 1,6 m x 1,0 m x 1,2 m = 1,92 m3

Volume Total Unggun Medium = 2 x [1,2 m x 1 m x 0,6 m] = 1,44 m3

Porositas Mediun = 0,45

Volume Medium tanpa rongga = 0,55 x 1,44 m3 = 0,79 m3

Total Volume Rongga dalam Medium = 0,45 x 1,44 m3 = 0,65 m3

Volume Air Limbah Efektif di dalam zona Anareob = 1,92 m3 - 0,79 m3 = 1,13 m3

Waktu Tinggal di dalam Zona Anaerob (T2) = 1,13 m3/0,625 m3/jam = 1,8 jam

Waktu Kontak di dalam medium zona Anaerob = 0,65 m3/0,625 m3/jam = 1.04 jam

D. Zona Aerob

Volume Efektif = 1,5 m x 1 m x 0,7 m = 1,05 m3

Volume Unggun Medium = 1,1 m x 0,6 m x 1 m = 0,66 m3

Porositas Medium = 0,45

Volume Rongga = 0,45 x 0,66 m3 = 0,3 m3

Volume Medium Tanpa Rongga = 0,66 m3- 0,3 m3 = 0,36 m3

Waktu Tinggal Total di dalam zona aerob (T3) = [1,05 - 0,36] m3/0,625 m3/jam = 1,1 jam

Waktu Kontak di dalam medium zona aerob = 0,3 m3/0,625 m3/jam = 0,48 jam

10
4. Ruangan Pengendapan Akhir

Volume Efektif = 1,5 m x 0,6 m x 1 m = 0,9 m3

Waktu Tinggal (T4) = 0,9 m3/0,625 m3/jam = 1,44 jam

Waktu Tinggal Total di dalam Unit Pengolahan Lanjut = [1,5+1,13+1,1+1,44] jam = 5,17
jam

Gambar IV.1 : Diagram proses pengolahan air limbah rumah sakit

11

Anda mungkin juga menyukai