Anda di halaman 1dari 12

Hiperbilirubiemia

A. Definisi

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang

kadarnya melebihi dari normal, biasanya terjadi pada bayi baru lahir yaitu lebih dari

13 mg/dl

( Karlina Novvi, dkk. 2016).

Bilirubin adalah produk samping pemecahan protein hemoglobindalam sistem

retikuloendotelial. Mayoritas bilirubin diproduksi dari protein yang mengandung

heme dan sel darah merah (Kncara Dr H.Y, dkk, 2013).

Hiperbilirubin merupakan diskolorisasi kuningpemumpukan pada kulit atau

organ lain yang diakibatkan penumpukan bilirubin dalam darah (Sukami Icemi. K dan

Wahyu P, 2013).

B. Etiologi

Hiperbilirubun sering terjadi pada bayi baru lahir yang timbul karena fungsi hati yang

belum sempurna untuk membuang bilirubin dari aliran darah. Hiperbilirubin bissa terjadi

dikarenankan beberapa faktor klinis yaitu :

1. Ikterus fisiologi yang sering terjadi pada bayi baru lahir

a. Ikterus merupakan pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan muskosa yang

terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin pada darah yaitu ≥ 5 mg/dl

(85µmol/L)( Nurjasmin Dr. Emi, dkk. 2016).

b. Jenis bilirubin yang menyebabkan pewarnaan kuning pada ikterus disebut

bilirubin tidak konjunggasi, jenis ini merupakan jenis yang tidak mudah dibuang

dari tubuh bayi.


c. Hati bayi akan berubah menjadi bilirubin hal ini merupakan bilirubin

terkonjunggasi yang lebih mudah dibuang oleh tubuh.

d. Hati bayi baru lahir yang masih belum matang sehingga belum mampu untuk

melalukan proses perubahan yang menyebabkan peningkatan kadar bilirubin

dalam darah yang ditandai sebagai pewarna kuning pada bayi.

e. Bila warna kuning tersebut murni disebabkan oleh faktor ini maka disebut ikterus

fisiologi.

2. Breastfeeding jaundice

a. Keadan ini dapat terjadi pada bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif.

b. Kekuranga ASI yang biasanya timbul pada hari kedua atau ketiga pada ASI

belum banyak dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.

3. Ikterus ASI ( Breastmilk jaundies )

a. Ikterus ini berhubungan dengan pemberian ASI dari seseorang atau ibu tertentu

dan biasanya timbul pada setiap bayi yang disusukan bergantung pada

kemampuan bayi tersebut mengubah bilirubun indirek.

b. Jank mengancam jiwa timbul setelah 4-7 hari pertama dan berlangsung lebih

lama dari ikterus fisiologiya 3-12 minggu.

4. Ikterus pada bayi baru lahir terjadi pada kasus ketidak cocockan golongan darah

(inkompatibilitas ABO) dan rehesus (inkompatibilitasrehesus) ibi dan janin :

a. Tubuh ibu akan memperoduksi antibiotik yang akan menyerang sel darah merah

janin.

b. Kondiri tersebut akan memyebabkan pecahnya sel darah merah sehingga akan

meningkatnya pelepasal bilirubin dari sel darah merah.

5. Lebam pada kulit bayi yang disebut dengan sefalhematom dapat timbul dalam proses

persaliann.
a. Lebam terjadi karena penumpukan darah beku dibawah kulit kepala.

b. Secara alamiah tubuh akan mengancurkan bekuan ini sehingga bilirubin juga

akan keluar yang mungkin saja terlalu banyak untuk dapat ditangani oleh hati

sehingga timbul kuning.

6. Ibu yang menderita diabetes dapat mengakibatkan bayi menjadi kuning.

7. Ikterus pada bayi baru lahir dikatatakan patoligis bila terjadi perubahan metabolisme

bilirubin yang mengakibatkan :

a. Peningkatan produksi bilirubin

b. Insufisiensi ikatan bilirubin

c. Konjungasi, defisiensi glukuronil transfarase, glukosa dan oksigen esensial dalam

proses konjungasi, bila terjadi hopoglikemia dan hipoksia akan menghambat

proses konjungasi.

d. Ekskresi bilier, bilirubin terkonjungasi bila masuk kesistem biliari dan tidak di

keluarkan dan kembali kealiran darah.

e. Reabsorrpsi intestinal, peristaltik usus neonatal lambat (Dompas Robin, S. Pd,

S.SiT, 2012).

C. Patofisiologi

1. Patofisiologi hiperbilirubin dapat dimengerti, apabila memahami berbagi hal tentang

bilirubin.

2. Hal – hal yang perlu dipahami antaralain tentang pembentukan bilirubin yaitu :

a. Pembentukan Bilirubin

1) Bilirubin adalah pigmen keristal berwarna jingga ikterus yang merupakan

bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi

– reduksi
2) Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdi yang dibentuk dari heme

dengan bantuan enzim yang sebagian besar berada dalam sel hati dan organ

lain.

3) Pada reaksi tersebut juga terdapat besi yang digunakan kembali untuk

pembentukan haemoglobin dan karbon monoksida yang diekresikan kedalam

paru. Biliverdin kemudian akan direduksi menjadi bilirubin oleh

enzimbiliverdin reduktase.

4) Biliverdin bersifat larut dalam air secara cepat akandirubah menjadi bilirubin

menjadi bilirubin melalui reaksi bilirubin reduktase.

5) Berbeda dengan biliverdin, bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan

hydrogen serta PH normon bersifat tidak larut.

6) Jika tubuh akan mengeksresikan, diperlukan mekanisme transport eliminasi

bilirubin.

b. Transportasi Bilirubin

1) Pembentukan bilirubin yang terjadi disistem retikuloendothelial, selanjutnya

dilepaskan kesirkulasi yang akan diberikan dengan albumi.

2) Bayi baru lahir memiliki kapasitan ikatan plasma yang rendah terhadap

bilirubin karena konsentrasi albumin yang rendah dan ikatan molar yang

kurang.

3) Bilirubin yang terikat pada albumi serum ini merupakan zat non polar dan

tidak larut dalam air dan kemudian akan ditransportasi kedalam sel hepar.

4) Bilirubin yang terikat apad albumin dapat memasuki susunan saraf pusat

yang bersifat nontoksin. Selain tu albumin juga mempunyai afinitas yang

tinggi terhadap obat –obatan yang bersifat asam seperti pinicilin sulfonamide.
5) Obat – obatan tersebut menempati tempat utama perlekatan albumi untuk

bilirubin sehingga bersifat competitor serta dapat pula melepaskan ikatan

bilirubin dengan albumin.

6) Bila bilirubin terdapat dalam serum, maka ada 4 bentuk yang berbeda yaitu :

a) Bilirubin tak berkonjungasi yang terikat dengan albumin dan membentuk

sebagian besar bilirubin tak berkonjungasi serum.

b) Bilirubin bebas.

c) Bilirubin tak berkonjungasi yaitu bilirubin yang siap dieksresikan

melalui ginjal.

d) Bilirubin yang berkonjungasi yang terikat dengan albimin.

c. Asupan bilirubin.

1. Pada saat kompleks bilirubin - albumi mencapai membrane plasma

hepatosit, albumin terikat kereseptor permukaan sel.

2. Kemudian bilirubin ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan

ligandin (protein) mungkin juga dengan protein ikatan sitosilik lainya.

d. Konjungasi Bilirubin

1. Bilirubin tak berkonjungasi dikonversikan kebentuk bilirubin konjungasi

yang larut dalam air diretikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridini

diphospateglukuronosyl transferase ( UDPG- T).

2. Kata lisa oleh enzim ini akan merubah formasi menjadi bilirubin

monoglukoronida yang selanjutnya akan dikonjungasi menjadi bilirubin

diglukoronida.

3. Bilirubin ini kemudian diekresikan kedalam klanikulus empedu.

4. Sedangkan satu molekul bilirubin tak berkonjungasi akan kembali

keritekulum endoplasmic untuk rekonjungasi berikutnya.


3. Ikterusdi katakan patologis bila :

a. tampak dalam 24 jam pertama

b. Bilirubin meningkat cepat .5 mg/dl/24 jam

c. Bilirubin total/ hiperbilirubinemia >13 mg/dl

d. Bilirubin terkonjungasi/direk terdapat pada jumlah yang banyak

e. Ikterus terjadi lebih dari 1 minggu kehidupan.

f. Ikterus yang di sertai dengan keadaan berat badan 2000 g, masa gestasi ≤ 36

minggu, keadaan infeksi,trauma jalan lahir, adanya gangguan pernafasan

((Dompas Robin, S. Pd, S.SiT, dkk. 2012).

D. Klasifikasi

1. Derajat I : daerah kepala dan leher denagan perkiraan kadar bilirubin 5,0 mg %

2. Derajat II : sampai badan atas dengan perkiraan kadar bilirubin 9.0 mg %

3. Derajat III : sampai badan bawah hingga tungkai dengar kadar bilirubin 11,4 mg%

4. Derajat IV : sampai daerah lengan, kaki bawah lutut 12,4 mg %

5. Derajat V : sampai daerah telapak tangan dan kaki 16,0 mg %

E. Tanda dan Gejala

1. Ketika kadar bilirubin meningkat dalam darah maka warna kuning akan dimulai

dari kepala kemudian turun dari lengan, badan dan akhirnya kaki.

2. Bila kadar bilirubin sudah cukup tinggi, bayi akan tampak kuning hingga dibawah

lutut serta telapak tangan.

3. Cara yang mudah untuk memeriksa warna kuning ini adalah dengan menekan jari

pada kulit yang diamati dan sebaiknya dilakukan dibawah cahaya atau sinar

matahari.

4. Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa warna kulit pada kulit akan timbul bila

jumlah bilirubin pada darah diatas 2 mg/dl.


5. Pada bayi baru lahir akan tampak kuning jika katar ilirubin lebih dari 5 mg/dl

6. Hal ini penting untuk mengenali dan mengalami ikterus pada bayi baru lahir karena

kadar bilirubin yang tinggi akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak

yang disebut dengan kern ikterus.

7. Kuning sendiri tidak akan menunjukan gejala klinis tetapi penyakit lain yang

menyertai mungkin akan menunjukan suatu gejala seperti keadaan bayi tampak

sakit, demam dan malas minum.

F. Komplikasi

1. Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tapi kadang kadar bilirubin

yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak ( keadaan yang disebut kern ikterus).

2. Kern Ikterus

a) Kern ikterus adalah suatu keadaan dimana tejadi penimbunan bilirubin dalam

otak sehingga terjadi kerusakan otak.

b) Efek jangka panjang kern ikterus adalah keterbelakangan mental,

kelumpuhan serembral ( pengontrolan otot yang abnormal cerebral palsy),

tuli, dan mata tidak dapat digerakan keatas.

3. Bilirubin ensefalopati dan kern ikterus

a) Istilah bilirubin ensefalopati lebih menunjukan kepada manifestasi klinik

yang mungkin timbul akibat efek toksis bilirubin pada sistem saraf pusat yaitu

basal ganglia dan pada berbagai nuclei batang otak.

b) Sedangkan istilah kern ikterus adalah perubahan neuropatologi yang ditandai

oleh deposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak terutama

diganglia basalis, spons, dan sereblum.


G. Pencegahan

1. Pengantar

a) Pada kebanyakan kasus, kuning pada bayi tidak dapat dicegah.

b) Cara terbaik untuk menghindari kuning yang fisiologis adalah dengan

memberi bayi cukup minum lebih baik lagi jika di beri ASI.

c) Pencegahan dibagi menjadi 2 yaitu pencegahan primer dan pemcegahan

sekunder, yang masing – masing diuraikan secara terpisah.

2. Pencegahan primer

a) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling lama sekitar 8 -12 kali/hari

untuk bebrapa hari pertama.

b) Tidak memberikan cairan tambahan pada bayi yang mendapatkan ASI dan

tidak mengalami dehidrasi.

3. Pencegahan sekunder

a) Semua wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesus serta

menyaring serum untuk antibodi isoimun yang tidak biasa.

b) Harus memastikan bahwa semua bayi secara rutin dimonitor terhadar

timbulnya ikterusdan menetapkan protocol terhadap penilaian ikterus yang

harus dinilai saat memeriksa tanda – tanda fital bayi, tetapi tidak kurang dari

setiap 8 -12 jam.


Daerah yang dinilai pada bayi dan luas Kadar bilirubin
ikterus
Kepala dan leher 5

Kepla, leher dan badan bagian tatas 9

Kepala, leher, badan bagian atas, badan 11


bagian bawah dan tungkai
Kepala, leher, badan bagian bawah dan atas, 12
tungkai, lengan dan kaki di bawah dengkul
Seluruh badan 16

H. Penatalaksanaan

1. Segera hubungi pelayanan kesehatan bila bayi tampak kuning

a) Timbul segera setelah 24 jam pertama kelahiran

b) Kuning menetap lebih dari 8 hari pada bayi cukup bulan dan lebih dari 14 hari

pada bayi prematur

c) Pada observasi di rumah bayi tampak kuning yang sudah menyebar sampai

kelutut atau siku atau lebih.

d) Tinja berwarna pucat.

2. Segera bawah ke unit gawat darurat rumah sakit bila :

a) Jika ibu atau pengasuh bayi melihat bayi tampak sakit ( menolak untuk

minum, tidur berlebihan, atau lengan dan kaki lemas) atau sushu tubuh lebih

dari 37,50 C.

b) Jika bayi tampak kesulitan bernafas.


I. Pemeriksaan Laboratorium

1. Penyebab yang pasti terhadap ikterus pada baru lahir harus dicari.

2. Pada beberapa kasus, pemeriksaan fisik yang lengakap sangat diperlukan dan

pemeriksaan darah untuk mengetahui :

a) Kadar bilirubin total, berdasarkan pemeriksaan ini doktera akan meminta

pemeriksaan tambahan seperti : tes coombs untuk memeriksa anti body yang

menghancurkan sel darah merah bayi, pemeriksaan darh lengkap,

pemeriksaan hitung letikulosit untuk melihat apakah bayi memproduksi sel

darah merah yang baru.

b) Golongan daarah dan rhesus ibu dan bayi.

c) Pemeriksaan darah untuk melihat suatu kondisi yang disebut defisiensi C6PD

(glukosa-6-fosfat-dehidrogenase).

J. Penanganan Hiperbilirubinemia Pada Bayi Baru Lahir

Ada dua penanganan untuk bayi mengalami hiperbilirubinemia yaitu penanganan sendiri

di rumah dan penanganan terapi medis yaitu :

1. Penanganan sendiri di rumah

a) Berikan ASI yang cukup (8-12 kali/hari)

b) Sinar matahari dapan membantu memecah bilirubin sehingga lebih musah di

proses oleh hati. Tenpatkan bayi dekat jendela terbuka untuk mendapatkan

matahari pagi antra jam 7-8 pagi agar bayi tidak kepanasan, atau posisis

kepala agar wajah dan mata tidak menghadap matahari langsung. Lakukan

penyinaran selama 30 menit, yaitu 15 menit terlentang dan 15 menit

tengkurap. Usahakan kontak sinar dengan kulit seluas mungkin, oleh karena

itu bayi tidak menggunakan pakaian (telanjang) tetapi jangan sampai

kedinginan.
2. Terapi medis

a) Petugas kesehatan akan memutuskan untuk melakukan terapi sinar

(photograpy) sesuai dengan peningkatan bilirubin pada nilai tertentu

berdasarkan usia bayi dan apakah bayi cukup bulan atau prematur, bayi akan

di tempatkan di bawah sinar khusus. Sinar ini akan mampu menembus kulit

bayi dan akan merubah bilirubin menjadi lumirubin yang lebih mudah diubah

oleh tubuh bayi. Selama terapi sinar penutup khusus dibuatkan untuk mata

bayi.

b) Jika terapi standar tidak menolong untuk menurunkan kadar bilirubin, maka

bayi akan ditempatkan pada selimut fiber optic atau terapi sinar ganda/ triple

akan dilakukan (double/triple light therapy).

c) Jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan tranfusi tukar yaitu pengganti

darah bayi dengan pendonor darah. Ini adalah prosedur yang sangat khusus

dan dilakukan pada fasilitas yang mendukung untuk merawat bayi dengan

sakit kritis, namun seraca keseluruhan, hanya sedikit bayi yang akan

membutuhkan transfusi tukar.


Daftar Pustaka

Dompas Robin, S. Pd, S. SiT, dkk. 2012. Buku Saku Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita.
Jakarta: EGC.

Kuncara Dr. H.Y, dkk. 2013. Asuhan Neonatus : Rujukan Cepat. Jakarta : ECG.

Karlina Novvi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternar Dan Neonatal. In
Media Bogor

Nurjasmin Dr Emi, M. Kes, dkk. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta pusat
Jl.Johar Baru No.D13
Sukami Icemi K dan Wahyu. P. 2013. Buku Ajar Keperawatab Maternitas. Yogyakarta, Jl.
Sadewa No 1 Soro Wajan Baru.

Anda mungkin juga menyukai