Anda di halaman 1dari 15

Meningkatkan Kemampuan Siswa melalui Model Pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS) Pada Materi Piutang mata pelajaran Akuntansi Kelas
X Akuntansi3 SMK Negeri 1 Limboto”.

Oleh
Nama : Risnawati Lahiya, Nim : 911409073, Jurusan: Pendidikan Ekonomi,
Prodi: S1.Pendidikan Ekonomi, Pembimbing I: Bapak Imran R. Hambali,
S.Pd., S.E., M.SA, Pembimbing II: Ibu Badriyyah Djula, S.Pd, M.Pd.

Penelitian ini berdasarkan rumusan masalah apakah kemampuan belajar siswa


akan meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) pada materi piutang mata pelajaran akuntasi kelas X Akuntansi3
SMK Negeri 1 Limboto ?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan
kelas (PTK). Dimana dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel
input, variabel proses, dan variabel output. Prosedur penelitian terdiri dari tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan evaluasi, dan tahap
analisis dan refleksi. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa
wawancara, observasi dan pemberian tes. Dan untuk teknik analisis data
dilakukan dengan cara kuantitatif serta menggunakan kriteria penilaian hasil
belajar.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan siswa
melalui model pembelajaran creative problem solving (CPS). Subyek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi 3 SMK Negeri I Limboto yang
berjumlah 28 orang dan penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran akuntansi.
Data hasil penelitian ini diperoleh dari wawancara kepada guru mata pelajaran,
melakukan observasi pada kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran
dan pemberian tes hasil belajar pada akhir pembelajaran. Data hasil penelitian ini
menunjukaan bahwa siswa yang memperoleh hasil belajar 75 ke atas meningkat
dari 35,71% hasil observasi awal menjadi 57,14% hasil siklus I dan meningkat
lagi menjadi 78,57% hasil siklus II, dan hasil pengamatan kegiatan guru yang
termaksud pada kategori sangat baik dan baik meningkat dari 76,67% siklus I
menjadi 100% pada siklus II, selain itu, hasil pengamatan kegiatan siswa yang
termaksud pada kategori sangat baik dan baik meningkat 50,00% siklus I menjadi
88,46% hasil siklus II. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi meningkatkan
kemampuan siswa melalui model pembelajaran creative problem solvinng (CPS)
pada materi piutang mata pelajaran akuntansi kelas X Akuntansi 3 SMK Negeri 1
Limboto akan meningkat dan dapat terbukti.

Kata kunci : Kemampuan Siswa dan Creative Problem Solving (CPS)


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang disengaja atas input
siswa menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang diharapkan.
Sejalan dengan kemajuan bangsa, pendidikan telah menunjukkan perkembangan
yang sangat pesat. Perkembangan ini terjadi karena terdorong adanya
pembaharuan pendidikan itu sendiri, sehingga didalam pengajaranpun guru selalu
ingin menemukan metode dan model pembelajaran baru yang dapat memberikan
semangat belajar bagi siswa.
Belajar merupakan suatu proses atau aktivitas yang selalu dilakukan dan
dialami manusia sejak manusia didalam kandungan, buayan, tumbuh menjadi
dewasa, sampai keliang lahat, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang
hayat. Guru sebagai salah satu aspek terpenting dalam proses belajar mengajar
merupakan pemegang peran dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa.
Dalam meningkatkan kemampuan siswa sangat berhubungan dengan
masalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang sementara ini dilakukan
dilembaga-lembaga pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan cara-cara
lama dalam menyampaikan materinya. Pembelajaran yang baik adalah bersifat
menyeluruh dalam pelaksanaannya mencakup berbagai aspek, baik aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat
kemampuannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah
dilakukan di sekolah-sekolah.
Dalam proses pengajaran perlu direncanakan apa yang akan diajarkan oleh
guru,setelah itu ditetapkan pendekatan pembelajaran yang cocok untuk
dipergunakan dalam proses belajar mengajar yang berfungsi sebagai jembatan
terhadap tujuan yang ingin dicapai, dan untuk menetapkan apakah tujuan tersebut
telah dicapai maka penilaian atau tahap evaluasi perlu dilaksanakan untuk
mengukur pencapaian tujuan pembelajaran.
Permasalahan-permasalahan yang sering ditemukan dalam proses belajar
mengajar yaitu salah satunya dimana guru belum memperhatikan model dan
metode mengajar yang baik, yaitu Proses belajar mengajar masih terfokus pada
guru sehingga kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran dari
pada pembelajaran, Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh model
pembelajaran konvensional/ceramah sehingga kurang efektif dalam kegiatan
belajar mengajar, Peran serta keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM) belum menyeluruh sehingga prestasi belajar kurang optimal. Dengan
adanya situasi belajar yang seperti ini dapat mengakibatkan kemampuan belajar
siswa rendah. Oleh karena itu,dalam belajar mengajar diperlukan adanya strategi
dan model pembelajaran, dengan adanya strategi dan model pembelajaran yang
baik dari seorang guru diharapkan mampu meningkatkan kemampuan belajar
siswa.
Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) merupakan salah
satu model pembelajaran dimana siswa memiliki kreativitas untuk memecahkan
permasalahan yang ditemukan dalam peembelajaran. Penerapan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) ini diharapkan akan
menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga berdampak pada
peningkatan kemampuan siswa, sebab siswa belajar memecahkan
permasalahannya dengan strategi yang cocok untuk menyelesaikan masalah
tersebut dan model ini juga dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam belajar
akuntansi sehingga siswa lebih aktif dalam menyelesaikan soal-soal Akuntansi.
Permasalahan yang peneliti temukan dilapangan yaitu dimana hasil belajar
siswakelas X Akuntansi3 di SMKN 1 Limboto pada materi piutang mata pelajaran
akuntansi sangat rendah, dimana dari jumlah siswa 28 orang yang tuntas dengan
nilai/KKM (kriteria ketuntasan minimal) diatas 75 berjumlah 10 orang atau
35,71% sedangkan yang tidak tuntas dengan nilai/KKM (kriteria ketuntasan
minimal) dibawah 75 berjumlah 18 orang atau 64,29%. Hal ini salah satunya
diakibatkan karena guru mengajar hanya bersifat monoton dan hanya
menggunakan model pembelajaran konvensional/ceramah sehingga siswa merasa
jenuh pada saat proses pembelajaran berlangsung dan sulit untuk menyerap materi
yang diajarkan oleh guru tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :Masih rendahnya kemampuan siswa yang
diukur dengan hasil belajar siswa pada materi piutang mata pelajaran akuntansi,
guru mengajar hanya bersifat monoton dan hanya menggunakan model
pembelajaran konvensional/ceramah sehingga siswa merasa jenuh pada saat
proses pembelajaran berlangsung dan sulit untuk menyerap materi yang diajarkan
oleh guru tersebut. Oleh karena itu, sesuai dengan rumusan masalah ini maka
tujuan dari penelitian adalah untuk : Meningkatkan Kemampuan Siswa melalui
Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Pada Materi Piutang mata
pelajaran Akuntansi Kelas X Akuntansi3 SMK Negeri 1 Limboto Tahun Ajaran
2012/2013.

METODE PENULISAN

Pengertian Kemampuan Siswa

Menurut Sudjana (2009: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan


yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut
Purwanto (2009: 34), hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat
belajar. Perubahan ini diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Hamalik (2001: 30) hasil belajar akan tampak pada setiap aspek perubahan
pada aspek-aspek sebagai berikut: Pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis, atau budi
pekerti, dan sikap.
Sedangkan menurut Suprijono (2009: 5), hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,apresiasi dan
keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam (Suprijono, 2009: 5-6), hasil
belajar berupa :
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisn maupun tulisa. Kemampuan merespon secara
spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manupulasi simbol, pemecahan masalah-masalah penerapan
aturan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analitis-sintesis, fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktifitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengrahkan aktifitas
kgnitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek terebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran yang
dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak
dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono,
2009:7).

Pengertian model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

Model creative problem solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang
melakukan pemusatan pada pembelajaran dan keterampilan pemecahan masalah,
yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu
pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk
memilih dan mengembangkan tanggapannya.

Menurut Alma (2010:67-68), istilah Inquiry, Discovery atau Problem


Solving adalah istilah-istilah yang sesungguhnya mengandung arti yang sejiwa
yaitu suatu metode mengajar yang bersifat mencari secara logis, kritis, analitis
menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan. Perbedaan diantara ketiganya
memang ada akan tetapi sangat tipis sekali. Dalam hal Inquiry siswa mencari
sesuatu sampai ketingkat “ yakin ”. Tingkat ini dengan dukungan data, analisa,
interpretasi serta membuktikan. Dalam Inquiry dicari tingkat pemecahan alternatif
dari masalah. Sedangkan Problem Solving titik beratnya ialah pada pemecahannya
suatu masalah secara rasional, logis, dan tepat. Jadi Problem Solving kegiatannya
tidak sampai mengejar hakekat yang ditemukan tetapi lebih ditekankan pada
proses terpecahkannya masalah. Jadi nampak perbedaannya pada tingkat
kedalaman kegiatannya.

Menurut Pepkin dalam (Uno & Mohamad, 2012:223), Tidak hanya dengan
cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas
proses berpikir. Suatu soal yang dianggap sebagai “ masalah” adalah soal yang
memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya.
Masalah berbeda dengan soal latihan, Pada soal latihan, siswa telah mengetahui
cara menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan
yang ditanyakan, dan biasanya telah ada contoh soal. Jika ada masalah dan siswa
tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi siswa tertarik dan tertantang
untuk menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih
strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari
suatu masalah suyitno dalam (Uno & Mohamad, 2012: 223).

Adapun proses dari model pembelajaran creative problem solving(CPS),


terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

a. Klarifikasi Masalah

Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang


masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti
apa yang diharapkan. Pengungkapan pendapat pada tahap ini siswa dibebaskan
untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian
masalah.
b. Evaluasi dan pemilihan
Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan
pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan
masalah.
c. Implementasi
Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk
menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan
penyelesaian dari masalah tersebut, Pepkin dalam (Uno & Mohamad,
2012:223).Dengan membiasakan siswa menggunakan langkah-langkah yang
kreatif dalam memecahkan masalah, diharapkan dapat membantu siswa untuk
mengatasi kesulitan dalam mempelajari matematika.

Jadi, langkah-langkah dalam proses pembelajaran Creative Problem


Solving (CPS) sebagai berikut :

a. Guru menjelaskan materi secara singkat


b. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil, 4-5 orang (adanya kerja sama
antara siswa dapat memperbanyak peluang siswa untuk saling berdialog dalam
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir).
c. Guru memberikan LKS tentang materi yang diajarkan kemudian guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS tersebut
dengan prosedur kerja mereka sendiri.
d. Guru bertindak sebagai fasilitator yang baik bagi siswa sehingga mereka dapat
lebih kreatif dalam pembelajaran.
e. Guru dan siswa menarik kesimpulan strategi mana yang cocok untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Pembelajaran berbasis masalah tipe Creative Problem Solving (CPS)
memiliki keunggulan sebagai berikut :

1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuan dapat diserapnya


dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain.
Selain keuggulannya, pembelajaran berbasis masalah tipe Creative
Problem Solving (CPS) memiliki kelemahan yaitu, membutuhkan banyak waktu
tatap muka. Membutuhkan persiapan yang matang oleh seorang guru. Untuk
mengatasi hal ini, guru terlebih dahulu menyiapkan segala perangkat
pembelajaran, termasuk LKS serta kebutuhan praktikum.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMK Negeri 1
Limboto khususnya di kelas X AK 3 dengan jumlah siswa 28 orang, siswa laki-
laki berjumlah 10 orang dan siswa perempuan 18 orang, Serta 1 orang guru mitra.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Data penelitian yang diperoleh berupa
wawancara langsung untuk memperoleh beberapa hal terkait dengan masalah
pembelajaran sehingga menjadi dasar dipilihnya masalah dalam penelitian ini.
Selain itu ada pula data observasi kegiatan siswa dan guru pada proses
pembelajaran, dan data hasil evaluasi siswa pada setiap siklus. Setelah
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini melalui model creative problem
solving (CPS), diperoleh hasil sebagai berikut:

Kegiatan Siklus I
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada
tanggal 14 Mei 2013 di kelas X Akuntansi 3 dengan jumlah siswa 28 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Hasil pengamatan kegiatan guru siklus I
No Kriteria Aspek Jumlah Aspek Presentase (%)
1 Tidak Baik - -
2 Kurang 2 6,67
3 Cukup 5 16,67
4 Baik 23 76,67
5 Sangat Baik - -
Jumlah 30 100

Hasil pengamatan kegiatan siswa siklus I


No Kriteria Aspek Jumlah Aspek Presentase (%)
1 Sangat Baik 2 7,69
2 Baik 11 42,31
3 Cukup 9 34,61
4 Kurang 4 15,39
Jumlah 26 100

Hasil belajar siswa siklus I


Nilai Jumlah siswa Presentase (%)
≥ 75 16 57,14
< 75 12 42,86
Jumlah 28 100

Refleksi Hasil Belajar


Berdasarkan hasil pengamatan siklus I di atas menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa belum mencapai ketuntasan belajar seperti yang diharapkan, dimana
dari jumlah siswa 28 orang yang mendapatkan nilai 75 ke atas berjumlah 16 orang
atau 57,14% hal ini lebih kecil dari presentasi ketuntasan yang diharapkan yaitu
75% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas.
Tahap refleksi ini merupakan tahap perbaikan dimana peneliti dan guru
mitra bersama-sama melakukan pelaksanaan tindakan kelas atau melaksanakan
siklus selanjutnya yaitu siklus II

Kegiatan Siklus II
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada
tanggal 21 Mei 2013 di kelas yang sama pada siklus I yaitu kelas X Akuntansi3
dengan jumlah siswa 28 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan.

Hasil pengamatan kegiatan guru siklus II


No Kriteria Aspek Jumlah Aspek Presentase (%)
1 Tidak Baik - -
2 Kurang - -
3 Cukup - -
4 Baik 21 70,00
5 Sangat Baik 9 30,00
Jumlah 30 100

Hasil pengamatan kegiatan siswa siklus II


No Kriteria Aspek Jumlah Aspek Presentase (%)
1 Sangat Baik 7 26,92
2 Baik 16 61,54
3 Cukup 3 11,54
4 Kurang - -
Jumlah 26 100
Hasil belajar siswa siklus II
Nilai Jumlah siswa Presentase (%)
≥ 75 22 78,57
< 75 6 21,43
Jumlah 28 100

Refleksi Hasil Tindakan


Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun
yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model
pembelajaran creative problem solving. Dari data-data yang telah diperoleh dapat
duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua


pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek
cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama
proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.
Pada siklus II guru telah menerapkan model creative problem solving
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan
proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses
belajar mengajar selanjutnya dengan model pembelajaran creative problem
solving dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Pembahasan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X Akuntansi 3
semester 2 SMK Negeri 1 Limboto bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran akuntansi khususnya pada materi piutang dengan
menggunakan model pembelajaran creative problem solving dimana indikator
yang ingin dicapai yaitu 75%. Siswa yang menjadi subyek penelitian akan
dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai 75 ke atas.
Berdasarkan penelitian siklus I dapat dilihat bahwa dari 30 aspek yang
dinilai dari pengamatan kegiatan guru dimana kriteria baik berjumlah 23 aspek
atau 76,67%, kriteria cukup berjumlah 5 aspek atau 16,67%, dan untuk kriteria
kurang berjumlah 2 aspek atau 6,67% sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 2.
Kemudian untuk pengamatan aktivitas belajar siswa dari 26 aspek yang dinilai
dimana kriteria sangat baik mencapai 2 aspek atau 7,69%, untuk kriteria baik
mencapai 11 aspek atau 42,31%, untuk kriteria cukup mencapai 9 aspek atau
34,61% dan untuk kriteria kurang berjumlah 4 aspek atau 15,39% dimana data
pengamatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 3. Pada tahap
selanjutnya, untuk hasil belajar siswa dari jumlah 28 orang yang memiliki nilai 75
ke atas berjumlah 16 orang atau 57,14% dan untuk siswa yang memiliki nilai 75
ke bawah berjumlah 12 orang atau 42,86% sebagaimana dapat dilihat pada
lampiran 5.
Walaupun hasil penelitian pada siklus I cukup meningkat, tetapi
peningkatan ini masih belum mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu 75%.
Untuk itu peneliti melakukan penelitian kembali pada siklus II dengan melihat
kelemahan-kelamahan yang ditemukan pada siklus I dan akan diperbaiki pada
siklus II.
Hasil penelitian siklus II memberikan hasil yang lebih baik dari siklus I
yaitu pada pengamatan aktivitas guru dimana dari 30 aspek yang dinilai untuk
kriteria sangat baik mencapai 9 aspek atau 30,00% dan untuk kriterian baik
mencapai 21 aspek atau 70,00% sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 7.
Selanjutnya untuk pengamatan kegiatan belajar siswa juga memiliki peningkatan
dimana dari 26 aspek yang dinilai untuk kriteria sangat baik berjumlah 7 aspek
atau 26,92%, kriteria baik berjumlah 16 aspek atau 61,54% dan untuk kriteria
cukup berjumlah 3 aspek atau 11,54% sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 8.
Kemudian yang terakhir yaitu data hasil belajar siswa dimana dari jumlah 28
orang yang memperoleh nilai 75 ke atas mencapai 22 orang atau 78,57% dan
untuk siswa yang memperoleh nilai 75 ke bawah mencapai 6 orang atau 21,43%
sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 10.
Dilihat dari hasil capaian siklus I dan siklus II maka penelintian tindakan
kelas ini dikatakan berhasil karena telah meningkatnya hasil belajar siswa dengan
diterapkannya model pembelajaran creative problem solving (CPS) dimana hasil
belajar siswa dari 35,71% dapat mencapai 78,57% atau melebihi hasil capainya
yang diharapkan yaitu 75%. Selain itu juga, pada observasi awal guru mengajar
hanya menggunakan model konvensional sehingga siswa merasa jenuh dan sulit
untuk menyerap materi, Akan tetapi ketika guru mengajar menggunakan model
creative problem solving ( CPS) kejenuhan siswa dalam belajar dapat teratasi
karena model ini dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga berdampak
pada peningkatan kemampuan siswa.
Maka hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “Jika guru menggunakan
model pembelajaran creative problem solving (CPS) pada materi piutang mata
pelajaran akuntansi akan meningkat” telah teruji dan dapat diterima.

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kemampuan siswa akan meningkat dengan diterapkan model
pembelajaran creative problem solving (CPS) pada materi piutang mata pelajaran
akuntansi kelas X Akuntansi 3 di SMK Negeri I Limboto dengan jumlah siswa 28
orang yang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 10 orang dan siswa perempuan
berjumlah 18 orang, dimana indikator yang ingin dicapai yaitu 75%. Siswa yang
menjadi subyek penelitian akan dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai 75 ke
atas.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyampaikan saran sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran creative problem solving (CPS) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, maka model pembelajaran ini dapat menjadi alternatif
bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran, akan tetapi harus disesuaikan
dengan materi yang diajarkan.
2. Bagi yang berminat untuk melaksanakan penelitian selanjutnya dalam
hubungannya terhadap model pembelajaran creative problem solving (CPS),
semoga diharapkan penelitian ini dapat menambah kajian-kajian ilmiah dalam
peningkatan mutu pendidikan.
Untuk penelitian tindakan kelas ini agar kiranya mendapat perhatian dan
dukungan dari pihak yang terkait, karena sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Alma Buchari. 2010. Guru Profesional : menguasai metode dan terampil


mengajar. Bandung : ALFABETA

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Arikunto Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

Arikunto, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara

Munchit, Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Raisal Media


Group

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sudjana Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.
Suprijono Agus. 2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Uno B.Hamzah & Mohamad. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM.


Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai