Anda di halaman 1dari 10

Nama : Dinisa Amalia

NIM : P07131118125
Prodi : D3 Tk I

Materi 2
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
I. Pengertian
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.
Karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk
mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari
individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.

II. Manusia sebagai makhluk individu


Kata “Individu” berasal dari kata latin, “individuum” artinya “yang tidak
terbagi”. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada
manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing
memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor
fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak
lahir, ia merupakan faktor keturunan. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik
atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter
atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor
lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas
dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial,
merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial.
Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan
kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian.
Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh
faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi
terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan
perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-
psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi
lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental
psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan
bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik
yang khas dari seseorang.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity)
dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Natur dan nature
merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-
karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat
perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis
keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu. Sejak terjadinya
pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara berkesinambungan
dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang.

III. Manusia sebagai makhluk sosial


Menurut kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga
merupakan makhluk sosial. Adapun yang dimaksud sosial menurut istilah adalah
”Sosial” berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya berkawan atau
masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dan dalam arti
sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Adapun dalam hal
ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang hidup
bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat lepas dari
manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial,
manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat
yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk,
karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam
kehidupannya.
Seperti kita ketahui bahwa sejak bayi lahir sampai usia tertentu manusia
adalah mahkluk yang tidak berdaya, tanpa bantuan orang orang disekitar iatidak
dapat berbuat apa-apa dan untuk segala kebutuhan hidup bayi sangat tergantung
pada luar dirinya seperti orang tuanya khususnya ibunya. Bagi si bayi, keluarga
merupakan segitiga abadi yang menjadi kelompok sosial pertama dikenalnya.
Pada perjalanan hidup yang selanjutnya keluarga akan tetap menjadi kelompok
pertama tempat meletakan dasakepribadian dan proses pendewasaan yang
didalamnya selalu terjadi “sosialisasi” untuk menjadi manusia yang mengetahui
pengetahuan dasar, nilai-nilai, normasosial dan etika-etika pergaulan.
Manusia dapat dikatakan makluk sosial karena pada dirinya terdapat
dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dimana
terdapat kebutuhan untuk mencari berteman dengan orang lain yang sering di
dasari atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Manusia juga tidak
akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan
tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat dalam beragam
aktivitas dan lingkungan sosial.

IV. Habitat manusia sebagai makhluk individu dan sosial


Manusia sebagai makhluk individu artinya manusia sebagai makhluk hidup
atau makhluk individu maksudnya tiap manusia berhak atas milik pribadinya
sendiri dan bisa disesuaikan dengan lingkungan sekitar. Manusia individu adalah
subyek yang mengalami kondisi manusia. Ini diikatkan dengan lingkungannya
melalui indera mereka dan dengan masyarakat melalui kepribadian mereka, jenis
kelamin mereka serta status sosial. Selama kehidupannya, ia berhasil melalui
tahap bayi, kanak-kanak, remaja, kematangan dan usia lanjut. Deklarasi universal
untuk hak asasi diadakan untuk melindungi hak masing-masing individu. Manusia
juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang
menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain
dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini
berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya
tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan
berinteraksi. Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling
berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk
menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan
hidup sejenisnya.

V. Peranan manusia sebagai mahluk individu dan sosial


Individu dalam hal ini adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki
peranan yang khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai
kepribadian serta pola tingkah laku spesifik tentang dirinya. Akan tetapi dalam
banyak hal banyak pula persamaan disamping hal-hal yang spesifik tentang
dirinya dengan orang lain. Disini jelas bahwa individu adalah seorang manusia
yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam lingkungan sosialnya,
melainkan juga mempunyai kepribadian, serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala
maknanya merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek
yang melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah,
dan aspek sosial. Apabila terjadi kegoncangan pada salah satu aspek, maka akan
membawa akibat pada aspek yang lainnya.
Manusia mempunyai pengaruh penting dalam kelangsungan ekosistem serta
habitat manusia itu sendiri, tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-
kebijakan tentang hubungan dengan lingkungan akan berpengaruh bagi
lingkungan dan manusia itu sendiri. Kemampuan kita untuk menyadari hal
tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan
lingkungan kita.
Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita menyadari
hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia memiliki tugas untuk menjaga
lingkungan demi menjaga kelansungan hidup manusia itu sendiri dimasa akan
datang.

VI. Dinamika Interaksi Sosial


Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang
dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu
yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat
simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya
diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.
Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok
terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama
dari terjadinya hubungan sosial. Komunikasi merupakan penyampaian suatu
informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang
disampaikan. Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi
sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber
Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik,
adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi
jenis kelamin, usia, dan ras.
Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh,
penampilan berbusana, dan wacana. Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan
itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi waktu dari Robert T Hall dan
Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial
menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak
publik.
1) Pada jarak intim (sekitar 0-45 cm), terjadi keterlibatan intensif pancaindera
dengan tubuh orang lain. Contoh jarak intim terdapat pada dua orang yang
melakukan olahraga sumo dan gulat. Apabila seseorang terpaksa berada
dalam jarak intim, seperti di dalam bus atau kereta yang penuh sesak, ia akan
berusaha sebisa mungkin menghindari kontak tubuh dan kontak pandangan
mata dengan orang di sekitarnya.
2) Jarak pribadi (sekitar 45 cm-1.22 m) cenderung dijumpai dalam interaksi
antara orang yang berhubungan dekat, seperti antara ibu dan anak.
3) Pada jarak sosial (sekitar 1.22 m-3.66 m), orang yang berinteraksi dapat
berbicara secara wajar dan tidak saling menyentuh. Contoh, interaksi dalam
pertemuan santai (dengan teman, guru, dan sebagainya). Interaksi di dalam
rapat pekerjaan formal juga masuk ke dalam jarak ini.
4) Jarak publik (di atas 3.66 m) umumnya dipelihara oleh orang yang harus
tampil di depan umum, seperti politisi dan aktor. Semakin jauh jarak, semakin
keras pula suara yang harus dikeluarkan. Kata dan kalimat pun harus dipilih
secara saksama.
5) Selain aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu.
Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat
mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi
yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran
seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh
individu dan masyarakat.
VII. Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu terdiri dari
dua kepentingan, yaitu kepentingan individu yang termasuk kepentingan
keluarga, kelompok atau golongan dan kepentingan masyarakat yang termasuk
kepentingan rakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain
tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri
manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu
kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada
keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia
banyak timbul masalah kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang
menyebabkan kebingungan atau dilema manusia jika mereka tidak bisa membagi
kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Persoalan pengutamaan
kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang
berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu
kelompok masyarakat. Adapun dua pandangan yang timbul karena dilemma
kepentingan yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme.
7.1.Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada
hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini
memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap
terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat
bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi
sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk
merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi
liberalisme. Paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama
paham sosialisme) pada abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy
Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke, Rousseau, dan
Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi
liberalisme adalah sebagai berikut.
 Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan
sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik
berfungsi sosial, Mementingkan diri sendiri atau kepentingan
individu yang bersangkutan.
 Pemberian kebebasan penuh pada individu. Persaingan bebas untuk
mencapai kepentingannya masing-masing.Kebebasan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan
dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme,
kebebasan antar individu tersebut bisa diatur melalui penerapan
hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum
mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap
menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.

7.2.Pandangan Sosialisme
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-
1858), Lousi Blanc, dan Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa
kepentingan masyarakatlah yang diutamakan. Kedudukan individu
hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak
individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena
keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya
masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari
penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi. Sosialisme
muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan
terutama yang tersisih oleh system liberalisme, mendapat keadilan,
kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut, sosialisme
berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam
kerangka kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dalam sosialisme
yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara untuk meraih hal itu
adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat
produksi oleh perorangan. Paham marxisme/komunisme dipelopori
oleh Karl Marx (1818-1883).

Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak


belakang dalam memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of
Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan pada
hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka,
manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur.
Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels,
orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai
makhluk sosial semata. Menurut paham ini manusia sebagai makhluk
pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan
negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing.
Individualisme liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai
bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan kolonialisme,
liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi
tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial. Sosialisme dalam bentuk
yang ekstrem, tidak menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa
merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin
terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu
terjamin.
Negara indonesia yang berfilsafahkan pancasila, hakikat manusia
dipandang memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang.
Menurut filsafat pancasila, manusia adalah makhluk individu sekaligus
makhluk sosial, yang secara hakikat bahwa kedudukan manusia sebagai
makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Bangsa indonesia memiliki
prinsip penempatan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi
dan golongan. Demi kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan
hak-hak dasar setiap warga Negara.
VIII. Kesimpulan
1) Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan
antara jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila
kedua unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
2) Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah
satunya dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau
berinteraksi dengan orang lain yang satu sama lain saling membutuhkan.
Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial setiap individu dihadapkan
dengan sosialisasi, yaitu suatu proses dimana seseorang belajar menjadi
seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
3) Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan
masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang
masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh kawasan tertentu.
Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuannya lebih erat pada
masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
4) Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh
dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan
pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua
pandangan yang berkembang yaitu pandangan individualisme dan pandangan
sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan tersebut tidak dapat dipisahkan dan
bukanlah pilihan.

Anda mungkin juga menyukai