Disusun Oleh:
Kelompok 6
UNIVERSITAS JEMBER
2018
DAFTAR ISI
Halaman Cover.........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
ii
BAB I PENDAHULUAN
Reproduksi Bakteri
Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara
aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri, namun juga sering terjadi
pula penyatuan materi gen secara parasexual. Pembelahan sel pada bakteri adalah
pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua. Pembelahan ini juga
sering disebut pembelahan amitosis. Reproduksi bakteri secara seksual yaitu
dengan pertukaran materi genetik dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi
genetik disebut rekombinasi genetik atau rekombinasi DNA, setelah sukses
mereka tetap memperbanyak dengan membelah diri secara biner / Amitosis.
Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: Transformasi adalah
pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja dari satu sel bakteri kesel
bakteri yang lainnya. Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel
bakteri ke sel bakteri lainnnya dengan perantaraan organisme yang lain yaitu
bakteriofage (virus bakteri). Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa
plasmid secara langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti
jembatan diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri
gram negatif. Dalam pemahaman ini kalau kita pemahaman otak kita Bakteri
membelah secara seksual menjadi dua yaitu kawin jarak dekat ( berarti ke dua
bakteri berdekatan bertukar materi genetik/konjugasi). Kawin jarak jauh ( berarti
perlu perantara : Transduksi dan Transformasi. Bakteri memiliki kekurangan
unsur-unsur yang mengacu pada stuktur komplek yang terlibat dalam pemisahan
kromsom-kromosom eukariota menjadi nukleid anak yang berbeda. Replikasi dari
DNA bakteri dimulai pada satu titik dan bergerak ke semua arah. Dalam
prosesnya, dua pita lama DNA terpisah dan digunakan sebagai model untuk
mensistensiskan pita-pita baru (replikasi semikonservatif). Strukur dimana dua
pita terpisah dan sintesis baru terjadi disebut sebagai percabangan replikasi.
Replikasi kromosom bakteri sangat terkontrol, dan kromosom tiap sel yang
tumbuh berkisar antara satudan empat. Beberapa plasmida bakteri bias memiliki
sampai 30 tiruan dalam satu sel bakteri dan mutasi yang menyebabkan control
3
bebas dari relikasi plasmida bahkan bisa menghasilkan keturunan yang
lebih banyak. Replikasi pita DNA ganda sirkular dimulai pada locus ori dan
membuuhkan interaksi dengan beberapa protein. Dalam E coli, replikasi
kromosom berakhir pada suatu tempat yang disebut “ter“. Dua kromosom anak
terpisah, atau terpecah sebelum pembagian sel, sehingga tiap-tiap keturunan
memiliki satu DNA anak. Hal ini dapat disempurnakan dengan bantuan topo
isomerase atau melakukan pengkombinasian.
4
BAB II PEMBAHASAN
5
DNA awal dan salinan DNA akan bergerak menuju arah ujung sel yang
berlawanan. Sel semakin lama semakin terpisah jauh antara komponen
kromosom yang terbentuk. Pembelahan diri dibagi menjadi tiga fase yaitu:
a. Fase pertama dimana sitoplasma
6
Waktu regenerasi merupakan waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk
membelah danwaktu pembelahan bervariasi tergantung spesies dan kondisi
pertumbuhan.
Bakteri mempunyai permukaan tubuh yang cukup luas dan disesuaikan
dengan perbandingan jumlah volume tubuh, sehingga bakteri mudah untuk
mendapatkan makanan dilingkungan sekitar. Perolehan makanan dapat diperoleh
secara difusi maupun proses mekanisme secara transpor aktif. Oleh karena itu
dalam keadaan cocok akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.
Pertumbuhan bakteri terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu suhu,
ketersediaan makanan, pH, konsentrasi ionik dan kadar oksigen. Terjadinya
pembelahan dengan sangat cepat danjumlahnya terus berlipat ganda. Tetapi
pertumbuhan koloni bakteri akan mengalami perlambatan saat melakukan
pembelahan karena kehabisan nutrisi atau terjadi penumpukan dari sisa
metabolisme sehinga dapat menjadikan racun pada koloni bakteri.
Reproduksi Seksual
7
Mekanisme transformasi secara umum adalah dengan masuknya DNA ke
dalam sel, satu utas akan dirombak oleh enzim deoksiribonuklease, sedangkan
utusan yang lain mengalami perpasangan basa dengan bagian yang homolog pada
pasangan sel resipien, kemudian menjadi terpadu ke dalam DNA resipien. Hanya
galur-galur bakteri yang berkerabat dekat yang bisa ditransformasikan antara lain:
Pneumokokus, Haemophillus, Bacillus, Neisseria, dan Rhizobium. Contoh
transformasi pada Pneomokokus. Pneomokokus tipe II yang bersifat kasar dan
tidak berkapsul akan diubah menjadi Pneumokokus tipe III-S yang licin dan
berkapsul. Hal ini dilakukan melalui penggabungan DNA tipe III-S dalam
kromosom tipe II-R. Langkah-langkah penggabungan DNA tipe III-S dalam
kromosom tipe II-R sebagai berikut:
a. Pneumokokus tipe II-R ditumbuhkan didalam suatu medium yang di
dalamnya telah ditambahkan Pneumokokus tipe III-R telah mati atau di
dalam medium terdapat DNA yang telah diekstraksi dari Pneumokokus
tipe III-S.
b. Setelah diinkubasikan, biakan tersebut ditumbuhkan di media
pertumbuhan.
c. Beberapa Pneumokokus tipe III-S dapat diisolasi.
d. Telah terjadi transformasi dari tipe II-R menjadi tipe III-R
Transformasi bakteri memunyai arti penting, misalnya juga pada transformasi
galur-galur bakteri pada virulensi rendah dapat menyebabkan timbulnya sel-sel
tertranformasi menjadi virulensi tinggi. Selain itu dapat digunakan dalam
penelitian genetis di laboratorium terutama dalam memetakan kromosom
8
1. Transduksi (Rosy Annaza F. / 160210103093)
Transduksi yaitu pemindahan sebagian materi genetik dari sel bakteri satu
ke bakteri lain dengan perantara virus atau yang sering dikenal sebagai
bakteriofag. Selama proses transduksi ini, kepingan ganda DNA dipisahkan dari
sel bakteri donor kesel bakteri penerima oleh bakteriofage. Apabila virus baru
telah terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, maka bakteriofage
yang non virulen (menimbulkan respon lisogen) akan memindahkan DNA dan
bersatu dengan DNA inangnya. Virus dapat menyambungkan materi genetiknya
ke DNA bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam
DNA virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya. Virus yang
terbentuk memiliki dua macam DNA dikenal dengan partikel transduksi.
Sehingga proses ini dinamakan transduksi. Cara ini ditemukan oleh Norton Zinder
dan Jashua Ledeberg pada tahun 1952.
9
3. Reproduksi Secara Konjugasi (Titis Ulfitaningsih / 160210103094)
Bakteri merupakan organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar
luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Meskipun bakteri
merupakan organisme uniseluler (tersusun atas satu sel) dengan struktur tubuh
yang sederhana, bakteri juga digolongkan sebagai makhluk hidup. Yang mana
salah satu ciri-cirinya bisa bereproduksi atau berkembang biak. Untuk
melestarikan jenisnya, bakteri dapat berkembang biak dengan dua cara yaitu
secara aseksual dan seksual. Bakteri berkembang biak secara aseksual dengan
pembelahan biner (binary fission). Sebenarnya, pada bakteri tidak ditemukan
reproduksi seksual yang melibatkan peleburan sel gamet dengan diikuti
pengurangan jumlah kromosom. Namun pada beberapa bakteri terjadi
pemindahan bahan genetik dari satu sel ke sel yang lain. Sel yang memberikan
bahan genetik disebut sel donor, sedangkan sel yang menerima bahan genetik
disebut sel resipien. Penggabungan dua jenis bahan genetik ini disebut
rekombinasi. Rekombinasi bahan genetik dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu
transformasi, transduksi dan konjugasi.
a. Pengertian Konjugasi
Konjugasi adalah transfer materi genetik antara sel bakteri yang satu dengan
sel bakteri yang lain secara kontak langsung melalui suatu jembatan sel yang
10
terbentuk antara dua sel bakteri tersebut. Konjugasi ini merupakan mekanisme
transfer gen horizontal sama seperti transformasi dan transduksi meskipun kedua
mekanisme tersebut tidak melibatkan kontak sel secara langsung. Konjugasi pada
bakteri ini sering dianggap setara dengan reproduksi seksual pada organisme
eukariotik. Akan tetapi, sebenarnya konjugasi bukanlah reproduksi seksual karena
tidak terjadi pertukaran gamet sehingga banyak yang menyebutnya sebagai
reproduksi secara paraseksual. Bahan genetik yang ditransfer melalui konjugasi
adalah plasmid kecil yang dikenal sebagai plasmid F- (F untuk faktor kesuburan).
Contoh bakteri yang mampu berkonjugasi antara lain Salmonella typhi dan
Pseudomonas sp. Transfer kromosom dapat pula terjadi melalui pilus seks, seperti
yang terjadi pada Escherichia coli. Fenomena konjugasi pada bakteri merupakan
salah satu pilar genetika bakteri. Penggunaan teknologi tersebut membuat
pemahaman awal kita tentang kromosom bakteri melingkar yang membawa gen
kesatuan E coli dan proses rekombinasi dimana gen-gen ini dapat diulang
kembali. Penemuan konjugasi bakteri oleh Lederberg dan Tatum (82) berbarengan
dengan penemuan kunci lainnya pada tahun 1940an dan awal 1950an, termasuk
uji fluktuasi Luria dan Delbrick (86) untuk asal mutasi, demonstrasi bahwa DNA
adalah "transformasi" prinsip dan kedua deskripsi lisogeni dan transduksi.
Keduanya mempelajari strain E.Coli yang mempunyai kebutuhan nutrisi yang
berbeda. Strain A membutuhkan tambahan nutrisi dalam medium
pertumbuhannya berupa asam amino metionin sedangkan strain B membutuhkan
tambahan asam amino treonin dan leusin serta vitamin tiamin. Pada percobaan
tersebut strain A dan B dicampur dan ditumbuhkan pada cawan yang berisi
medium minimal. Sebagai kontrol kedua strain ditumbuhkan pada cawan yang
berisi medium minimal secara terpisah. Kedua strain yang dikultur secara terpisah
pada medium minimal tidak tumbuh koloni, sebaliknya pada medium yang
terdapat pada tempat kultur campuran A dan B ternyata dapat tumbuh. Kenyataan
tersebut membuktikan bahwa koloni-koloni tersebut mampu menyintesis sendiri
nutrisi tertentu. Tumbuhnya beberapa koloni hasil campuran strain A dan strain B
pada medium minimal diartikan sebagai akibat suatu pertukaran genetik yang
bukan tergolong dalam mutasi. Peristiwa pertukaran materi genetik yang telah
11
terjadi dinyatakan sebuah peristiwa rekombinasi. Rekombinasi terjadi
disebabkan karena adanya konjugasi (Lestari & Hartati, 2017:125-126).
Sel donor dan sel resipien pertama-tama harus membuat kontak langsung.
Pada titik ini, ketika sel membangun kontak, plasmid F- di dalam sel donor yang
merupakan molekul DNA beruntai ganda membentuk struktur melingkar. Plasmid
F- ini membawa informasi genetik berbeda dengan yang ada pada kromosom
bakteri. Sel bakteri yang sudah memiliki salinan plasmid F disebut sel F positif
atau F+ dan dianggap sebagai sel donor atau sel jantan. Sementara sel yang tidak
memiliki salinan plasmid F- disebut sel F-negatif atau F- dan dianggap sebagai sel
penerima (resipien) atau sel betina. Setelah melekat ke sel resipien, setiap pilus
seks memendek, menarik kedua sel mendekat, mirip kait penarik. Transfer
plasmid F- terjadi melalui koneksi horizontal dimana sel donor dan sel penerima
saling kontak langsung dan membentuk jembatan antar sel. Jembatan perkawinan
temporer kemudian terbentuk di antara kedua sel, menyediakan jalan bagi transfer
DNA Jembatan antar sel ini disebut dengan pili seks. Pada kebanyakan kasus,
kemampuan untuk membentuk pilus seks dan mendonasikan DNA selama
konjugasi dihasilkan dari kehadiran potongan DNA tertentu yang disebut faktor F,
yang merupakan singkatan dari fertilitas. Faktor F terdiri dari sekitar 25 gen,
kebanyakan diperlukan untuk produksi pilus seks. Faktor F bisa terdapat sebagai
plasmid atau segmen DNA di dalam kromosom bakteri (Campbell, 2008:125).
Tahap 1
Sel F+ yang berperan sebagai sel donor menghasilkan pilus. Pilus ini
merupakan struktur yang berperan sebagai jembatan konjugat (jembatan
sitoplasma) yang menghubungkan sel donor (F+) dengan sel resipien (F-).
Selanjutnya, apabila pilus sudah terbentuk maka terjadilah kontak langsung antara
sel donor dengan sel penerima.
Tahap 2
12
Karena plasmid F- terdiri dari molekul DNA beruntai ganda yang membentuk
struktur melingkar, enzim relaxase melepaskan salah satu dari dua untai DNA.
Satu untai DNA yang dilepaskan tadi kemudian ditransfer ke sel resipien.
Tahap 3
Untai DNA tunggal mulai memasuki sitoplasma sel resipien. Untai DNA yang
ditransfer ini membawa gen yang terkait dengan fungsi khusus seperti resistensi
terhadap zat antibiotik. Pada saat transfer, untai DNA tersebut juga dapat
mengkodekan gen yang membawa sifat dari satu bakteri ke bakteri lain.
Tahap 4
Sel donor dan sel penerima, keduanya mengandung DNA beruntai tunggal.
Kemudian masing-masing sel mensintesis DNA tersebut dan akhirnya membentuk
plasmid F- beruntai ganda yang identik dengan plasmid F- asli. Mengingat bahwa
plasmid F- ini mengandung informasi untuk mensitesis protein pili dan protein
lainnya, sel resipien sekarang telah menjadi sel donor dengan plasmid F- dan
memiliki kemampuan untuk membentuk pilus sama seperti sel donor aslinya.
Sehingga sekarang, kedua sel tersebut adalah donor atau sel F+ dan jembatan
pilus terpisah menjadi dua.
13
BAB III PENUTUP
14
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. A.,dkk. 2008. Biologi Edisi ketujuh jilid 2. Jakarta : Erlangga.
15