Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang utama dan paling sempurna

bagi bayi, dimana ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi

sesuai kebutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.1 Menyusui

adalah suatu proses alamiah, walaupun demikian dalam lingkungan kebudayaan

kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah sehingga perlu

pengetahuan dan latihan yang tepat. Fakta menunjukkan terdapat 40% wanita

yang tidak menyusui bayinya karena banyak yang mengalami nyeri dan

pembengkakan payudara. Banyak yang menyatakan semua ibu bisa menyusui,

namun teknik menyusui yang baik agar air susu banyak keluar dan puting susu

tidak lecet atau bayi tidak menelan udara terlalu banyak sehingga dapat membuat

bayi muntah, belum banyak diketahui oleh ibu muda atau calon ibu. Kesulitan

menyusui biasanya terjadi ketika ibu baru melahirkan anak pertama.2,3

Ketidaktahuan ibu tentang cara menyusui secara baik dan benar akan

berdampak pada pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI eksklusif berpengaruh

pada kualitas kesehatan bayi. Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI

eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk,

karena pemberian makanan pendamping ASI yang tidak benar menyebabkan

gangguan pencernaan yang selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan.4

Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang informatif tentang tata cara menyusui

yang benar.
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ASI Eksklusif

Menurut Peratutan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 pada Ayat 1

diterangkan “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif

adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,

tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain”.

Semula Pemerintah Indonesia menganjurkan para ibu menyusui bayinya hingga

usia empat bulan. Namun, sejalan dengan kajian WHO mengenai ASI eksklusif,

Menkes lewat Kepmen No 450/2004 menganjurkan perpanjangan pemberian ASI

eksklusif hingga enam bulan. ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara

eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti

susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat

seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2008).9

2.2 Kandungan ASI

Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan

mikro nutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan

lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air susu ibu hampir

90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap

ibu bergantung dari kebutuhan bayi.Perbedaan volume dan komposisi di atas juga

terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI pada

saat penyapihan).
3

Roesli (2005) mengemukakan perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari

(stadium laktasi) sebagai berikut:

1. Kolostrum (colostrum/susu jolong)

Kolostrum adalah cairan encer dan sering berwarna kuning atau dapat pula

jernih yang kaya zat anti-infeksi (10-17 kali lebih banyak dari susu

matang) dan protein, dan keluar pada hari pertama sampai hari ke-4/ke-7.

Kolostrum membersihkan zat sisa dari saluran pencernaan bayi dan

mempersiapkannya untuk makanan yang akan datang. Jika dibandingkan

dengan susu matang, kolostrum mengandung karbohidrat dan lemak lebih

rendah, dan total energi lebih rendah. Volume kolostrum 150-300 ml/24

jam.5

2. ASI transisi/peralihan

ASI peralihan keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang

matang. Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan

lemak makin tinggi dan volume akan makin meningkat. ASI ini keluar

sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke-14.5

3. ASI matang (mature)

Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya,

komposisi relatif konstan.5

Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit ASI yang pertama disebut

foremilk dan mempunyai komposisi berbeda dengan ASI yang keluar kemudian

(hindmilk).Foremilk dihasilkan sangat banyak sehingga cocok untuk

menghilangkan rasa haus bayi.Hindmilk keluar saat menyusui hampir selesai dan
4

mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk, diduga hindmilk

yang mengenyangkan bayi.5

Berikut makronutrien yang terkandung dalam ASI:

1. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah

satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2

kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula.

Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat

mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat

ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding

laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak

terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-

14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat

ASI relatif stabil.14

2. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan

protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri

dari protein whey dan Casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein

whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak

mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. ASI

mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung lactoglobulin

dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. 16


5

3. Lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu

formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan

otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil

lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega

3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan

dalam ASI. 17

Kandungan mikronutrien ASI, yaitu :

1. Karnitin

Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang

diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar

karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam

kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi.Konsentrasi karnitin bayi yang

mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.18

2. Vitamin larut lemak

Vitamin K

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai

faktor pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu

formula.18

Vitamin D
6

Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal

ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi

akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari.18

Vitamin E

Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel

darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan

darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya

tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal.18

Vitamin A

Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk

mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI

mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan

bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi

yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang

baik. 18

3. Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,

vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh

terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi

dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu

dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal

perkembangan sistim syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan
7

vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan sehari-

hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian.18

4. Mineral

Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi

oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi

ibu. Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah

diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu sapi.18

5. Faktor bioaktif

ASI mengandung berbagai faktor bioaktif (misalnya sel hidup, antibodi,

sitokin, faktor pertumbuhan, oligosakarida, hormon). Faktor bioaktif adalah unsur

yang berpengaruh pada proses biologis dan dengan demikian mempengaruhi

fungsi tubuh atau kondisi dan pada akhirnya kesehatan kita.1

6. Faktor anti infeksi

ASI membantu melindungi dari infeksi dan pembengkakan.Faktor spesifik

dalam ASI yang membantu melindungi bayi dari infeksi dan pembengkakan

sangat luas dan sains baru mulai mengungkap beberapa fungsi kompleksnya.11

2.3 Manfaat ASI

2.3.1 Manfaat ASI bagi bayi

1. Perlindungan dari infeksi dan penyakit


8

Bayi yang tidak disusui atau yang disusui untuk jangka pendek atau

dengan intensitas rendah memiliki risiko infeksi dan penyakit lebih tinggi

dibandingkan mereka yang mendapat ASI secara optimal. Selain cukup

menyusui, penting untuk menyediakan ASI eksklusif untuk mengurangi

risiko infeksi dan penyakit karena perilaku ini mengurangi paparan bayi

terhadap agen penyebab penyakit. Di antara bayi PROBIT yang disusui

secara eksklusif selama ≥3 bulan, mereka yang terus mendapat ASI

eksklusif sepertiga lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki ≥1 infeksi

GI pada tahun pertama dibandingkan bayi yang disusui sebagian

setelahnya.34

2. Sistem Neurologi

Desain eksperimental PROBIT memberikan bukti kuat efek

independen dari pembaur ini; Pada follow up 6,5 tahun, anak-anak yang

berada di kelompok intervensi memiliki nilai IQ dan peringkat guru yang

lebih tinggi daripada mereka yang berada dalam kelompok kontrol.36

3. Menurunkan angka Kejadian Sudden Infant Death Syindrom (SIDS)

Menyusu untuk mengurangi risiko SIDS lebih lanjut karena,

walaupun hubungan ini tidak dipahami dengan baik, baru-baru ini terbukti

independen terhadap posisi tidur bayi.37 Penulis dua meta analisis baru-

baru ini menemukan efek perlindungan dari menyusui yang pernah ada32,38

Hauck dan rekannya menganalisis penelitian yang dilakukan selama tahun

1966-2009 dan menemukan bahwa, dibandingkan dengan bayi yang diberi

susu formula, mereka yang pernah disusui memiliki penurunan risiko

SIDS sebesar 45%, mereka yang diberi ASI ≥ 2 bulan memiliki


9

pengurangan 62%, dan mereka yang diberi ASI eksklusif untuk durasi
38
apapun memiliki pengurangan 73% Fakta bahwa bayi yang mendapat

ASI lebih mudah terbangun dari tidur dibandingkan bayi yang diberi susu

formula dapat menjelaskan temuan ini39

4. Menurunkan angka keadian keganasan

Beberapa bukti bahwa menyusui dapat mengurangi risiko leukemia

limfoblastik akut, dan durasi menyusui mungkin penting, beberapa

penelitian telah melaporkan bahwa bayi yang diberi ASI> 6 bulan

memiliki penurunan risiko 24%40 dan 19% 32


leukemia limfoblastik akut

dibandingkan dengan yang tidak disusui, sementara yang diberi ASI ≤ 6

bulan mengalami penurunan 12%.40

2.4.2 Manfaat ASI bagi Ibu

Gambar 2.1 Refleks Prolaktin


10

Gambar 2.2 Refleks oksitosin

Menurut Roesli (2004) menyusui juga memberikan manfaat pada ibu,

yaitu:

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan (post partum) Menyusui

bayi setelah melahirkan akan menurunkan resiko perdarahan post partum,

karena pada ibu menyusui peningkatan kadar oksitosin menyababkan

vasokontriksi pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

Hal ini menurunkan angka kematian ibu melahirkan.

2. Mengurangi terjadinya anemia

Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia

karena kekurangan zat besi.Karena menyusui mengurangi perdarahan.


11

3. Menjarangkan kehamilan Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum

haid, 98% tidak hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak

hamil sampai bayi berusia 12 bulan.

4. Mengecilkan rahim. Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat

akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil.

5. Ibu lebih cepat langsing kembali Oleh karena menyusui memerlukan

energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama

hamil.

6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker Pada umumnya bila wanita

dapat menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga akan

menurunkan angka kejadian carcinoma mammae sampai sekitar 25%, dan

carcinoma ovarium sampai 20-25%.

7. Lebih ekonomis/murah Dengan memberi ASI berarti menghemat

pengeluaran untuk susu formula dan perlengkapan menyusui. Selain itu,

pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat bayi karena bayi

jarang sakit.

8. Tidak merepotkan dan hemat waktu ASI dapat segera diberikan tanpa

harus menyiapkan atau memasak air, tanpa harus mencuci botol, dan tanpa

menunggu agar suhunya sesuai.

9. Memberi kepuasan bagi ibu

Saat menyusui, tubuh ibu melepaskan hormon-hormon seperti oksitosin

dan prolaktin yang disinyalir memberikan perasaan rileks/santai dan membuat

ibu merasa lebih merawat bayinya.


12

10. Portabel dan praktis Air susu ibu dapat diberikan di mana saja dan

kapan saja dalam keadaan siap minum, serta dalam suhu yang selalu tepat.

11. Ibu yang menyusui memiliki resiko yang lebih rendah untuk terkena

banyak penyakit.

2.4.3 Manfaat ASI bagi Keluarga

ASI menyejahterakan keluarga adalah dengan mencegah keluarnya biaya

pengobatan akibat anak sakit, terutama dari diare dan pneumonia.Dua

penyakit ini adalah penyakit yang paling banyak menyebabkan kesakitan dan

kematian anak.Setengah dari kematian anak akibat diare dan pneumonia dapat

dicegah dengan pemberian ASI yang optimum. Ini berarti, akan ada lagi 5.377

anak di bawah dua tahun setiap tahunnya di Indonesia yang hidupnya dapat

diselamatkan. Biaya pengobatan termasuk ongkos transportasi ke fasilitas

kesehatan dapat dihindari.Biaya transportasi bisa mencapai 25 persen dari

keseluruhan biaya pengobatan. Bila setengah dari kejadian diare dan

pneumonia di Indonesia bisa dicegah, negara berpotensi menghemat sampai

USD 270 juta atau sekitar Rp 3,5 triliun setiap tahunnya. 7,8

2.4 Cara Menyusui yang Benar

1. Pengertian

Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang

keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa

kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.

(Depkes, 2005).
13

2. Hal yang harus diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah melahirkan:

1) Bayi hanya diberi ASI saja (Secara ekslusif) selama 6 bulan pertama

usia bayi

2) Meyusui tanpa dijadwal atau setiap bayi meminta (on demand)

3) Bila bayi terpaksa dipisah dari ibukarena indikasi medik, bayi arus tetap

mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan

produksi ASI tetap lancar

4) Mempertahankan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-

hari. Ibu menyusui harus makan 1 ½ kali lebih banyak dari biasanya

dan minum minimal 10 gelas air per hari

5) Cukup istirahat, menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan

kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat

6) Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak

mau menyusu, puting lecet, dll) (Depkes, 2005).

2. Teknik menyusui yang benar

Teknik menyusui yang benar, dapat kita amati melalui beberapa respon dari

bayi, jika ibu menyusui dengan teknik yang tidak benar mengakibatkan

puting susu menjadi lecet. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan

teknik yang benar, dapat dilihat antara lain


14

(1) tubuh bagian depan menempel pada tubuh ibu,

(2) dagu bayi menempel pada payudara

(3) dada bayi menempel pada dada ibu

4) mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka

(5) sebagian besar areola tidak tampak,


15

Gambar 2.3 Ilustrasi menyusui. (Atas: benar, bawah: salah).

(6) bayi menghisap dengan dalam dan perlahan

(7) bayi tampak tenang dan puas pada akhir menyusu,

(8) terkadang terdengar suara bayi menelan

(9) puting susu tidak terasa sakit atau lecet (Depkes, 2005).

Posisi badan ibu dan bayi :

a) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.

b) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.

c) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ibu.

d) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.
16

e) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

f) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu

garis dengan leher dan lengan bayi.

g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat

bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

Gmbr 2.4 Posisi Menyusu

Posisi mulut bayi dan putting susu ibu :

Gambar 2.5 Posisi Mulut Bayi


17

a) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas, jari yang lain menopang

dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk

dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalangan

payudara).

b) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek).

c) Posisikan putting susu diatas “bibir atas” bayi dan berhadapan

dengan hidung bayi.

d) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut

bayi.

e) Setelah bayi menyusu/menghisap payudara dengan baik, payudara

tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

f) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus

bayi.

2.5 Kontraindikasi Pemberian ASI

Peraturan Pemerintah Indonesia nomor 33 Tahun 2012 menyatakan

pemberian ASI eksklusif adalah wajib, kecuali dalam 3 kondisi, yaitu: Ibu

tidak ada, indikasi medis, serta karena ibu dan bayi terpisah. Menyusukan

bayi terkadang tidak mungkin dilaksanakan karena terdapat kelainan atau

penyakit, baik pada ibu maupun dari bayinya.Misalnya pada bayi yang

sakit berat, stomatitis yang berat, dehidrasi, asidosis, bronkopneumonia,

meningitis dan ensefalitis.47 Dari pandangan ibu, ada sedikit kontraindikasi

terhadap menyusui. Puting susu yang sangat masuk ke dalam (retraksi

papilla mammae) menyulitkan dalam memberikan ASI. Puting yang


18

pecah-pecah atau lecet (cracked nipple) biasanya dapat dihindari jika

mencegah payudara menjadi kencang. Mastitis dapat dikurangi dengan

terus menyusui dan sering pada payudara yang terkena, untuk mencegah

payudara kencang diberikan kompres hangat dan antibiotic.48

Infeksi akut pada ibu dapat merupakan kontraindikasi menyusui

jika bayi tidak menderita infeksi yang sama. Sebaliknya, tidak perlu

menghentikan penyusuan kecuali kalau keadaannya memerlukan. Bila

bayi tidak terkena dan keadaan ibu memungkinkan, payudara dapat

dikosongkan dan ASI diberikan pada bayi.48 Septikemia, nefritis,

eklamsia, perdarahan profus, tuberkulosis aktif, demam tifoid, kanker

payudara, dan malaria merupakan kontraindikasi untuk penyusuan, sama

seperti nutrisi jelek yang kronis, penyalahgunaan bahan, kelemahan,

neurosis, berat, dan psikosis pasca partus.48

2.6 Faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI

Hambatan ibu untuk menyusui terutama secara eksklusif sangat

bervariasi. Namun, yang paling sering dikemukakan sebagai berikut

(Roesli, 2005):

1. ASI tidak cukup

Merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI secara

eksklusif.Walaupun banyak ibu yang merasa ASI-nya kurang, tetapi

hanya sedikit (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi

ASInya.Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup

untuk bayinya.
19

2. Ibu bekerja

Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena

waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI perah.Kebijakan pemerintah

Indonesia untuk meningkatkan pemberian ASI oleh pekerja wanita

telah dituangkan dalam kebijakan Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI

pada tahun 2009.

3. Alasan kosmetik

Survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tahun 1995

pada ibu-ibu Se-Jabotabek, diperoleh data bahwa alasan pertama

berhenti memberi ASI pada anak adalah alasan kosmetik. Ini karena

mitos yang salah yaitu „menyusui akan mengubah bentuk payudara

menjadi jelek. Sebenarnya yang mengubah bentuk payudara adalah

kehamilan

4. Adanya anggapan bahwa tidak diberi ASI bayi tetap tumbuh

Anggapan tersebut tidak benar, karena dengan menyusui berarti

seorang ibu tidak hanya memberikan makanan yang optimal, tetapi

juga rangsangan emosional, fisik, dan neurologik yang optimal pula.

Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa bayi ASI eksklusif akan

lebih sehat, lebih tinggi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan

emosionalnya, lebih mudah bersosialisasi, dan lebih baik spiritualnya.

5. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja

Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu

sering didekap dan dibelai, ternyata salah. Menurut DR. Robert Karen

dalam bukunya, The Mystery of Infant-Mother Bond and It’s Impact


20

on Later Life, anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri, manja, dan

agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh

orang tua.

6. Susu formula lebih praktis

Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula

diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus

steril, dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru

dibuat. Sementara itu, ASI siap pakai dengan suhu yang tepat setiap

saat.

7. Takut badan tetap gemuk

Pendapat ini salah, karena pada waktu hamil badan mempersiapkan

timbunan lemak untuk membuat ASI. Timbunan lemak ini akan

dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak

menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak ini.5

8. Ibu menderita penyakit lain

Pemberian ASI pada situasi ibu mengidap infeksi HIV memerlukan

pertimbangan atas keuntungan dan kerugiannya. Meskipun memberi

ASI artinya menambah risiko bayi tertular HIV, tetapi untuk negara

berkembang dengan sumber daya penyediaan susu formula terbatas,

peningkatan risiko tersebut dikompensasi dengan berkurangnya risiko

kematian akibat penggunaan susu formula yang tidak aman.13

Infeksi postnatal dapat terjadi melalui saliva, air susu ibu rupanya

tidak memegang peranan penting pada penularan postnatal. Transmisi

vertikal pada bayi kemungkinan lebih besar bila ibu juga memiliki
21

HbeAg (Zhang, 2004). Antigen ini berhubungan dengan adanya defek

respon imun terhadap HBV, sehingga memungkinkan tetap terjadi

replika virus dalam sel-sel hepar. Hal ini menyebabkan kemungkinan

terjadinya infeksi intra uterin lebih besar.

2.7 Penyimpanan ASI Eksklusif

2.8.1 Penyimpanan Asi Perah

Saat memerah ASI dan menyimpannya, ada beberapa hal yang perlu diketahui

oleh ibu, yaitu:

1. Pastikan ibu mencuci tangan dengan bersih sebelum memerah ASI maupun

menyimpannya.

2. Wadah penyimpanan harus dipastikan bersih. Ibu dapat menggunakan botol

kaca atau kontainer plastik dengan tutup yang rapat dengan bahan bebas

bisphenol A (BPA). Hindari pemakaian kantong plastik biasa maupun botol

susu disposable karena wadah-wadah ini mudah bocor dan terkontaminasi.

Kontainer harus dicuci dengan air panas dan sabun serta dianginkan hingga

kering sebelum dipakai.

3. Simpanlah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

4. Pastikan bahwa pada wadah ASI telah diberi label berisi nama anak dan

tanggal ASI diperah.

5. Tanggal kapan ASI diperah perlu dicantumkan untuk memastikan bahwa

ASI yang dipakai adalah ASI yang lebih lama.

6. Jangan mencampurkan ASI yang telah dibekukan dengan ASI yang masih

baru pada wadah penyimpanan.


22

7. Jangan menyimpan sisa ASI yang sudah dikonsumsi untuk pemberian

berikutnya.

8. Putarlah kontainer ASI agar bagian yang mengandung krim pada bagian atas

tercampur merata. Jangan mengocok ASI karena dapat merusak komponen

penting dalam susu.

2.8.2 Beberapa tips dalam membekukan ASI:

1. Kencangkan tutup botol atau kontainer pada saat ASI telah membeku

sepenuhnya

2. Sisakan ruang sekitar 2,5 cm dari tutup botol karena volume ASI akan

meningkat pada saat beku

3. Jangan menyimpan ASI pada bagian pintu lemari es atau freezer.

2.8.3 Beberapa tips dalam menghangatkan ASI perah yang telah dibekukan:

1. Cek tanggal pada label wadah ASI. Gunakan ASI yang paling dulu disimpan

2. ASI tidak harus dihangatkan. Beberapa ibu memberikannya dalam keadaan

dingin

3. Untuk ASI beku: pindahkan wadah ke lemari es selama 1 malam atau ke

dalam bak berisi air dingin. Naikkan suhu air perlahan-lahan hingga

mencapai suhu pemberian ASI

4. Untuk ASI dalam lemari es: Hangatkan wadah ASI dalam bak berisi air

hangat atau air dalam panci yang telah dipanaskan selama beberapa menit.

Jangan menghangatkan ASI dengan api kompor secara langsung.

5. Jangan menaruh wadah dalam microwave. Microwave tidak dapat

memanaskan ASI secara merata dan justru dapat merusak komponen ASI
23

dan membentuk bagian panas yang melukai bayi. Botol juga dapat pecah bila

dimasukkan ke dalam microwave dalam waktu lama.

6. Goyangkan botol ASI dan teteskan pada pergelangan tangan terlebih dahulu

untuk mengecek apakah suhu sudah hangat.

7. Berikan ASI yang dihangatkan dalam waktu 24 jam. Jangan membekukan

ulang ASI yang sudah dihangatkan.

Perlu diketahui bahwa ASI yang telah dihangatkan kadang terasa seperti

sabun karena hancurnya komponen lemak. ASI dalam kondisi ini masih aman

untuk dikonsumsi.Apabila ASI berbau anyir karena kandungan lipase (enzim

pemecah lemak) tinggi, setelah diperah, hangatkan ASI hingga muncul

gelembung pada bagian tepi (jangan mendidih) lalu segera didinginkan dan

dibekukan.Hal ini dapat menghentikan aktivitas lipase pada ASI. Dalam kondisi

inipun kualitas ASI masih lebih baik dibandingkan dengan susu formula.
24

BAB III

KESIMPULAN

Teknik menyusui yang benar merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan menyusui. Namun kenyataannya banyak ibu

yang menyusui bayinya tanpa memperhatikan teknik menyusui yang benar

yang menyebabkan keberhasilan laktasi tidak tercapai. Manajemen laktasi

adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan

menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa kehamilan,

segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Teknik

menyusui yang benar, dapat kita amati melalui beberapa respon dari bayi,

jika ibu menyusui dengan teknik yang tidak benar mengakibatkan puting

susu menjadi lecet. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi

posisi ibu dan bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang tepat

(latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking).


25

DAFTAR PUSTAKA

1. Perinasia. Manajemen Laktasi, Cetakan ke-4 Perkumpulan Perinatologi


Indonesia. Jakarta. (2009)
2. Indiarti, M.T. A to Z The Golden Age. Jogyakarta : CV. Andi Offset; 2007.
3. Mayasari, Eliska. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Primigravida
Trimester III Terhadap Teknik Menyusui Yang Benar [Karya Tulis Ilmiah].
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2011.
4. World Health Organization – South East Asian Regional Office (WHO-
SEARO). 2011. Brestfeeding: Indonesia Report 2011.
5. InfoDatin. 205. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
6. Tazy A. Mashanafi, Eddy Suparman, Hermie M. Tendean: Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Manfaat Pemberian Asi Eksklusif. 2015. Jurnal e-Clinic
(eCl), Volume 3, Nomor 3, September-Desember
7. UNICEF Indonesia (2016), Beban Dari Tidak Menyusui di
Indonesia, UNICEF Indonesia, 2016.
8. Walters, D., S. Horton, A.Y.M. Siregar, P. Pitriyan, N. Hajeebhoy, R.
Mathisen, P.T.H. Linh, C. Rudert (2016), The Cost of Not Breastfeeding in
Southeast Asia.
9. Zhang SL,et al : 2004 , Mechanism of intrautrine infectiom of Hepatitis B
Virus.
10. Roesli, Utami . 2005. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Eksklusif . Jakarta:
Pustaka Bunda.
11. Bauer J, Gerss J (2011), Longitudinal analysis of macronutrients and
minerals in human milk produced by mothers of preterm infants. Clin
Nutr 30(2):215–220.
12. Ballard O, Morrow AL (205), Human Milk Composition: Nutrients and
Bioactive Factors.Pediatr Clin North Am 60(1):49–74.
13. Lonnerdal B (2004), Human milk proteins: key components for the
biological activity of human milk. Advances in experimental medicine and
biology 554:11–25.
26

14. Kurniati, Nia.2013 .Buku Indonesia Menyusui


http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/menyusui-pada-ibu-hiv . 6 Mei 2018
15. Kent JC, Mitoulas LR, Cregan MD, Ramsay DT, Doherty DA, Hartmann PE
(2006), Volume and frequency of breastfeedings and fat content of breast
milk throughout the day. Pediatrics 117(3):e387–395.
16. Morrow AL, Ruiz-Palacios GM, Jiang X, Newburg DS (2005), Human-milk
glycans that inhibit pathogen binding protect breast-feeding infants against
infectious diarrhea. The Journal of nutrition 55(5):504–507.
17. Martin MA, Lassek WD, Gaulin SJ, Evans RW, Woo JG, Geraghty SR,
Davidson BS, Morrow AL, Kaplan HS, Gurven MD (2012), Fatty acid
composition in the mature milk of Bolivian forager-horticulturalists:
controlled comparisons with a US sample. Matern Child Nutr 8(3):404–418
18. Hunt KM, Foster JA, Forney LJ, Schutte UM, Beck DL, Abdo Z, Fox LK,
Williams JE, McGuire MK, McGuire MA (2011), Characterization of the
diversity and temporal stability of bacterial communities in human
milk. PLoS ONE 6(6):e255.
19. Nabila Suleman1 , Rahma1 , .A.Ummu Salmah. Factors That Inhibit The
Practice Of Exclusif Breastfeeding In Infants Up to 6 Months Of Age In
Health Centers Care Of Hila Subdistrict Of Leihitu Regency Of Central
Maluku
20. Newburg DS, Ruiz-Palacios GM, Morrow AL (2005), Human milk glycans
protect infants against enteric pathogens. Annual review of nutrition 25:37–
58
21. Hunt KM, Foster JA, Forney LJ, Schutte UM, Beck DL, Abdo Z, Fox LK,
Williams JE, McGuire MK, McGuire MA (2011), Characterization of the
diversity and temporal stability of bacterial communities in human
milk. PLoS ONE 6(6):e255.
22. Cabrera-Rubio R, Collado MC, Laitinen K, Salminen S, Isolauri E, Mira A
(2012). The human milk microbiome changes over lactation and is shaped by
maternal weight and mode of delivery. The American journal of clinical
nutrition 96(3):544–551
27

23. Christine M. Dieterich, BS, MS, RD, Julia P. Felice, BS, Elizabeth
O’Sullivan,Breastfeeding and Health Outcomes for the Mother-Infant
Dyad. 205 Feb; 60(1): 31–48.
24. Brandtzaeg P. Mucosal immunity: integration between mother and the
breast-fed infant. Vaccine. 2003;21(24):3382–8. [PubMed]
25. Pearl D. Houghteling. W. Allan Walker, M.D Why is initial bacterial
colonization of the intestine important to the infant’s and child’s health?.J
Pediatr Gastroenterol Nutr. 2015 Mar; 60(3): 294–307.
26. Chirico G, Marzollo R, Cortinovis S, et al. Antiinfective properties of human
milk. Journal of Nutrition. 2008;58(9):1801s–6s. [PubMed]
27. Rodrı´guez1 , Kiera Murphy2,3, Catherine Stanton2,3, The composition of
the gut microbiota throughout life, with an emphasis on early life Juan
Miguel. Citation: Microbial Ecology in Health & Disease 2015, 26: 26050
28. Newburg DS, Ruiz-Palacios GM, Morrow AL. Human milk glycans protect
infants against enteric pathogens. Annual Review of
Nutrition. 2005;25(1):37–58. [PubMed]
29. Kau AL, Ahern PP, Griffin NW, et al. Human nutrition, the gut microbiome
and the immune system. Nature. 2011;474(7351):327–36. [PMC free
article] [PubMed]
30. Isaacs CE. Antimicrobial lipids in milk. In: Thormar H, editor. Lipids and
Essential Oils as Antimicrobial Agents. Chichester, West Sussex: Wiley;
2011. pp. 81–97.
31. Schroten H, Bosch M, Nobis-Bosch R, et al. Anti-infectious properties of the
human milk fat globule. In: Newburg D, editor. Bioactive Components of
Human Milk. New York: Plenum Publishers; 2001. pp. 189–92
32. Savino F, Liguori SA. Update on breast milk hormones: leptin, ghrelin and
adiponectin. Clinical Nutrition. 2008;27(1):42–7. [PubMed]
33. Ip S, Chung M, Raman G, et al. A summary of the agency for healthcare
research and quality’s evidence report on breastfeeding in developed
countries. Breastfeeding Medicine. 2009;4(1):S17–S30.[PubMed]
28

34. Duijts L, Jaddoe VWV, Hofman A, et al. Prolonged and exclusive


breastfeeding reduces the risk of infectious diseases in
infancy. Pediatrics. 2010;126(1):e18–25. [PubMed]
35. Kramer MS, Guo T, Platt RW, et al. Infant growth and health outcomes
associated with 3 compared with 6 mo of exclusive breastfeeding. Am J Clin
Nutr. 2003;78(2):2915. [PubMed]
36. Task Force on Sudden Infant Death Syndrome. SIDS and other sleep-related
infant deaths: expansion of recommendations for a safe infant sleeping
environment. Pediatrics. 2011;128(5):e541–e67. [PubMed]
37. Kramer MS, Aboud F, Mironova E, et al. Breastfeeding and child cognitive
development: new evidence from a large randomized trial. Arch Gen
Psychiatry. 2008;65(5):57884. [PubMed]
38. Vennemann MM, Brinkmann B, Yucesan K, et al. Does breastfeeding
reduce the risk of sudden infant death
syndrome? Pediatrics. 2009;123(3):e406–e10. [PubMed]
39. Hauck FR, Tanabe KO, Thompson JMD, et al. Breastfeeding and reduced
risk of sudden infant death syndrome: a meta-
analysis. Pediatrics. 2011;128(1):103–10. [PubMed]
40. Horne RS, Parslow PM, Harding R. Respiratory control and arousal in
sleeping infants. Paediatric Respiratory Reviews. 2004;5(3):190–
8. [PubMed]
41. Kwan M, Buffler P, Abrams B, et al. Breastfeeding and the risk of childhood
leukemia: a meta-analysis. Public Health Rep. 2004;119(6):521–35. [PMC
free article] [PubMed]
42. Ball TM, Wright AL. Health care costs of formula feeding in the first year of
life. Pediatrics. 2010;103:870–876. [PubMed] [Reference list]
43. United States Breastfeeding Committee. Economic benefits of breastfeeding
[issue paper].Raleigh, NC: United States Breastfeeding Committee;
2002. [Reference list]
44. U.S. Department of Health and Human Services. Healthy people 2010. 2nd
ed. Washington, DC: U.S. Government Printing Office; Nov,
2000. [Reference list]
29

45. Weimer J. The economic benefits of breastfeeding: a review and analysis,


ERS Food Assistance and Nutrition Research Report No 5. Washington, DC:
U.S. Department of Agriculture, Economic Research Service;
2001. [Reference list]
46. Bartick M, Reinhold A. The burden of suboptimal breastfeeding in the
United States: a pediatric cost analysis. Pediatrics. 2010;125:e1048–
e1056. [PubMed] [Reference list]
47. Gartner LM, Morton J, Lawrence RA, Naylor AJ, O’Hare D, Schanler RJ,
Eidelman AI. American Academy of Pediatrics Section on Breastfeeding.
Breastfeeding and the use of human milk. Pediatrics. 2005;115:496–
506. [PubMed] [Reference list]
48. Prawihardjo, Sarwono. Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, 2002
49. Australian Breastfeeding Association. 205. Expressing and storing
breastmilk.

Anda mungkin juga menyukai